Pendapat Syeikh Mutawalli Sya'rawi berkaitan Sambutan Maulidurrasul صلى الله عليه وسلم
Читать полностью…Iblis laknatullah menangis dengan suara yang kuat kerana kelahiran Rasulullah sollallahu alaihi wa sallam
صلوا عليه
Salam Rabiul Awwal 1438H
Salam Bulan Kelahiran Rasulullah ﷺ ❤️💝❤️💝🌹
الصلاة والسلام عليك يا رسول الله
Selawat dan Salam ke atasmu Ya RASULALLAH ❤️❤️❤️
اَللَّهُمَّ صَلِّ َعلى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آِل سيدنا مُحَمَّدٍ .
Imam al-Suyuti rahimahullahu telah berkata:
"Dianjurkan bagi kita menzahirkan rasa kesyukuran dengan kelahiran Baginda Rasulullah Sollallahu Alaihi Wa sallam dan berkumpul, memberi makanan dan seumpamanya itu termasuk perkara yang mendekatkan diri kepada ALLAH serta menunjukkan rasa kesukaan."
Inilah nikmat yang agung sehingga para ulama menyebut:
"Setiap apa yang berlaku di dalam ISLAM adalah merupakan cabang daripadanya (maulid nabi)"
Bersempena dengan bulan Rabi'ul Awwal ini, kami sajikan kepada anda beberapa artikel bermanfaat untuk tatapan para pencinta Rasulullah sollallahu alaihi wa sallam sekalian;
1) Fatwa Dar Ifta' Mesir;
Fatwa - Merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw. dan Para Ahlul Bait
http://www.dar-alifta.org/ViewFatwa.aspx?ID=140&LangID=5&MuftiType=
2) Sejarah Sambutan Maulid;
Sejarah Awal Mula Perayaan Maulid Nabi | Ahlussunnah Wal Jamaah Research Group
http://www.aswj-rg.com/2014/01/sejarah-awal-mula-perayaan-maulid-nabi.html
3) Pendapat Ulamak;
Kesepakatan Para Ulama Atas Kebolehan Perayaan Maulid Nabi | Ahlussunnah Wal Jamaah Research Group
http://www.aswj-rg.com/2014/01/kesepakatan-para-ulama-atas-kebolehan-perayaan-maulid-nabi.html
4) Pendapat Ibn Taimiyyah;
Pendapat Ibnu Taimiyyah Tentang Maulid dan Jawabannya | Ahlussunnah Wal Jamaah Research Group
http://www.aswj-rg.com/2014/01/pendapat-ibnu-taimiyyah-tentang-maulid-dan-jawabannya.html
Salam Maulidur Rasul daripada Madrasah Sunni Online (MSO) ❤️🌹
alam Jum’at bulan Rabiul Awwal di setiap tahunnya. Kemduian Shulthan duduk, dan di sebelah kanannya duduklah syaikh Islam Sirajuddin Umar bin Ruslan bin Nashr al-Balqini, di dekat beliau ada syaikh al-Mu’taqad Ibrahim Burhanuddin bin Muhammad bin Bahadir bin Ahmad bin Rifa’ah al-Maghrabi, di sampingnya lagi ada putra syaikh Islam dan orang-orang selainnya, dan di sebelah kirinya ada syaikh Abu Abdillah bin Muhammad bin Sallamah at-Tuzari al-Maghrabi, di sampingnya lagi ada para qadhi dari kalangan empat madzhab, dan para syaikh ilmu, juga para penguasa yang duduk sedikit jauh dari shulthan. Jika telah selesai membaca al-Quran, maka beridrilah para nasyid satu persatu membawakan sebuah nasyidah, mereka lebih dari 20 orang nasyid, masing-masing diberikan sekantong uang yang di dalamnya berisi 4000 ribu dirham perak. Dan bagi setiap amir daulah diberikan kain sutra. Dan jika telah selesai sholat maghrib, maka dihidangkanlah hidangan makanan yang mewah yang dimakan oleh semuanya dan dibawa pulang. Kemduian dibeberkan juga hidangan manisan yang juga dimakan semuanya dan para ulama ahli fiqih. Kemudian disempurnakan dengan nasyid pada munsyid dan nasehat mereka sampai sepertiga malam. Dan jika para munsyid selasai, maka berdirilah para qadhi dan mereka kembali pulang. Dan diperdengarkan sebuah senandung pujian di sisa malam tersebut. Hal ini terus berlangsung di masanya dan masa-masa anaknya yaitu an-Nahsir Faraj “.[11]
Kisah yang sama ini juga diceritakan oleh seorang ulama pakar sejarah yaitu syaikh Jamaluddin Abul Mahasin bin Yusufi bin Taghribardi dalam kitab Tarikhnya “ an-Nujum az-Zahirah fii Muluk Mesir wal Qahirah “ pada juz 12 halaman 72.
Hal yang serupa juga disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar secara ringkas dalam kitabnya Anba al-Ghumar sebagai berikut :
وعمل المولد السلطاني المولد النبوي الشريف على العادة في اليوم الخامس عشر، فحضره البلقيني والتفهني وهما معزولان، وجلس القضاة المسفزون على اليمين وجلسنا على اليسار والمشايخ دونهم، واتفق أن السلطان كان صائما، فلما مد السماط جلس على العادة مع الناس إلى إن فرغوا، فلما دخل وقت المغرب صلوا ثم أحضرت سفرة لطيفة، فاكل هو ومن كان صائما من القضاة وغيرهم
“ Dan perayaan maulid shulthan yaitu Maulid Nabi yang Mulia seprti biasanya (tradisi) pada hari kelima belas, dihadiri oleh syaikh al-Balqini dan at-Tifhani, keduanya mantan qadhi. Para qadhi lainnya duduk di sebalah kanan beliau, dan kami serta para masyaikh duduk di sebelah kiri. Disepakati bahwa shulthan saat itu dalam keadaan puasa, maka ketika dibentangkanlah seprei makanan, beliau duduk seperti biasanya bersama prang-orang sampai selesai. Maka ketika masuk waktu maghrib, mereka sholat kemudian dihidangkanlah hidangan makanan yang lembut, maka beliau makan bersama orang-orang yang berpuasa dari para qadhi dan lainnya “[12]
Dengan ini jelas lah sudah bahwa wahabi telah melakukan kecurangan ilmiyyah dengan tidak menampilkan redaksi (teks) selanjutnya yang membicarakan perhatian para raja dan ulama besar terhadap perayaan Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam saat itu. Ini merupakan tadlis, talbis dan penipuan besar di hadapan public…naudzu billah min dzaalik.
Kesimpulannya :
1. Perayaan Maulid Nabi, esensinya telah dicontohkan oleh Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yaitu saat beliau mengangungkan dan memperingati hari kelahiran beliau dengan melakukan satu ibadah sunnah yaitu puasa. Maka pada hakekatnya perayaan Maulid Nabi adalah sunnah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Perayaan Maulid Nabi yang dilanjutkan dengan para raja yang adil dan para ulama yang terkenal adalah dalam rangka menghidupkan sunnah Nabi yaitu memperingati hari kelahiran Nabi, namun dengan metode dan cara yang berbeda yang berlandaskan syare’at seperti membaca al-Quran, bersholawat dan bersedekah. Metode ini sama sekali tidak bertentangan dengan syare’at Nabi.
3. Tuduhan wahabi bahwa yang melakukan Maulid pertama kali adalah dari Syi’ah Fathimiyyun adalah dusta belaka dan bertentangan dengan fakta kebenarannya.
4. Wahabi telah melakukan kecurangan ilmiyyah dengan menggunting dan tidak menampilkan teks al-Maqrizi yang menceritakan perha
‘alaihi wa sallam di perayaan tersebut. Shulthan Nuruddin adalah salah seorang pecintanya yang merasa senang dan bahagia dengan menghadiri perayaan maulid tersebut dan selalu berkorespondesi dalam kemaslahatan setiap urusannya “.[4]
Ini juga disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir dalam Tarikh pada bab Hawadits 566 H. al-Hafidz adz-Dzahabi mengatakan tentang syaikh Umar ash-Shalih ini : “
وقد كتب الشيخ الزاهد عمر الملاّ الموصلي كتاباً إلى ابن الصابوني هذا يطلب منه الدعاء
“ Dan sungguh telah menulis syaikh yang zuhud yaitu Umar al-Mulla al-Mushili sebuah tulisan kepada Ibnu ash-Shabuni, “ Ini orang meminta ddoa darinya “.[5]
Adz-Dzahabi dalam kitab lainnya juga mengatakan :
وكان ذلك تحت إمرة الملك العادل السُّنِّيِّ نور الدين محمود زنْكِي الذي أجمع المؤرخون على ديانته وحسن سيرته، وهو الذي أباد الفاطميين بمصر واستأصلهم وقهر الدولة الرافضية بها وأظهر السنة وبني المدارس بحلب وحمص ودمشق وبعلبك وبنى المساجد والجوامع ودار الحديث
“ Beliau (syaikh Umar) di bawah kekuasaan raja yang adil yang sunni yaitu Nuruddin Mahmud Zanki, yang para sejarawan telah ijma’ (konsesus/sepakat) atas kebaikan agama dan kehidupannya. Beliaulah yang telah memusnahkan dinasti Fathimiyyun di Mesir sampai ke akar-akarnya, menghancurkan kekuasaan Rafidhah. Menampakkan (menzahirkan) sunnah, membangun madrasah-madrasah di Halb, Hamsh, Damasqus dan Ba’labak, juga membangun masjid-masjid Jami’ dan pesantren hadits “[6]
Al-Hafidz Ibnu Katsir menceritakan sosok raja Nuruddin Zanki sebagai berikut :
أنّه كان يقوم في أحكامه بالمَعدلَةِ الحسنة وإتّباع الشرع المطهّر وأنّه أظهر ببلاده السنّة وأمات البدعة وأنّه كان كثير المطالعة للكتب الدينية متّبعًا للآثار النبوية صحيح الاعتقاد قمع المناكير وأهلها ورفع العلم والشرع
“ Beliau adalah seorang raja yang menegakkan hokum-hukumnya dengan keadilan yang baik danmengikuti syare’at yang suci. Beliau menampakkan sunnah dan mematikan bid’ah di negerinya. Beliau seorang yang banyak belajar kitab-kitab agama,pengikut sunnah-sunnah Nabi, akidahnya sahih, pemusnah kemungkaran dan pelakuknya, pengangkat ilmu dan syare’at “.[7]
Ibnu Atsir juga mengatakan :
طالعت سِيَرَ الملوك المتقدمين فلم أر فيها بعد الخلفاء الراشدين وعمر بن عبد العزيز أحسن من سيرته, قال: وكان يعظم الشريعة ويقف عند أحكامها
“ Aku telah mengkaji sejarah-sejarah kehidupan para raja terdahulu, maka aku tidak melihat setelah khalifah rasyidin dan Umar bin Abdul Aziz yang lebih baik dari sejarah kehidupannya (Nurruddin Zanki). Beliau pengangung syare’at dan tegak di dalam hokum-hukumnya “.[8]
Pertanyaan buat para pengingkar Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam :
Jika seandainya Maulid Nabi itu bid’ah dholalah yang sesat dan pelakunya disebut mubtadi’ (pelaku bid’ah) dan terancam masuk neraka, apakah anda akan mengatakan bahwa syaikh Umar al-Mulla dan raja yang adil Nuruddin Zanki adalah orang-orang pelaku bid’ah dan terancam masuk neraka ?? padahal para ulama sejarawan sepakat (ijma’) bahwa syaikh Umar adalah orang shalih dan zuhud, raja Nuruddin adalah raja yang adil, berakidah sahih, pecinta sunnah bahkan menampakkanya dan juga pemusnah bid’ah di negerinnya, sebagaimana telah saya buktikan faktanya di atas…
Bagaimana mungkin para ulama sejarawan di atas, mengatakan penzahir (penampak) sunnah Nabi dan pemusnah bid’ah jika ternyata pengamal Maulid Nabi yang kalian anggap bid’ah sesat ?? ini bukti bahwa Maulid Nabi bukanlah bid’ah. Renungkanlah hal ini wahai para pengingkar Maulid Nabi…
3. Kemudian berlanjut perayaan tersebut yang dilakukan oleh seorang raja shaleh yaitu raja al-Mudzaffar penguasa Irbil, seorang raja orang yang pertama kali merayakan peringatan maulid Nabi dengan program yang teratur dan tertib dan meriah. Beliau seorang yang berakidahkan Ahlus sunnah wal jama’ah.
Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan :
ابن زين الدين علي بن تبكتكين أحد الاجواد والسادات الكبراء والملوك الامجاد له آثار حسنة…. وكان يعمل المولد الشريف في ربيع الاول ويحتفل به احتفالا هائلاوكان مع ذلك شهما شجاعا فاتكا بطلا عاقلا عالما عادلارحمه الله وأكرم مثواه وقد صنف الشيخ أبو الخطاب ابن دحية له مجلدا في المولد النبوي سماه التنوير في مولد البشير النذير فأجازه على ذلك بألف دينار وقد
SEJARAH AWAL MULA PERAYAAN MAULIDURRASUL
Para pengingkar maulid yakni wahabi-salafi di bulan mulia ini yakni Rabiul Awwal, mereka seperti cacing kepanasan yang ditaburi garam. Mereka teriak susah karenanya banyaknya kaum muslimin yang melakukan perayaan Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam. Saya jadi teringat ucapan Ibn Mukhlid dalam tafsirnya berikut ini :
أن إبليس رن أربع رنات: رنة حين لعن، ورنة حين أهبط الى الأرض، ورنة حين ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم، ورنة حين أنزلت فاتحة الكتاب
“ Sesungguhnya Iblis berteriak sambil menangis pada empat kejadian : pertama ketika ia dilaknat oleh Allah, Kedua ketika ia diusir ke bumi, ketiga ketika Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan dan keempat ketika surat al-Fatehah diturunkan “.[1]
Dan wahabi-salafi, tanpa sadar mereka telah mengikuti sunnah Iblis dengan teriak susah ketika tiba hari kelahiran Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam ini.
Kali ini kami akan menulis bantahan ilmiyyah atas dusta wahabi-salafi yang menuduh bahwa Maulid pertama kali diadakan oleh Syi’ah Fathimiyyun. Kami juga akan membongkar kecurangan mereka dengan menggunting ucapan syaikh al-Maqrizi terhadap teks yang menampilkan keagungan perayaan Maulid Nabi yang diselerenggarakan para raja yang adil dan para ulama besar dari kalangan empat madzhab. Tidak sedikit artikel wahabi yang mengcopy paste dusta tersebut termasuk syaikh al-Fauzan dalam fatwanya. Berikut salah satu artikel dusta wahabi di : http://artikelassunnah.blogspot.com/2012/01/ternyata-maulid-nabi-berasal-dari-syiah.html
Jika kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran beliau.
Perlu diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunannya disandarkan pada Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.
Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid, hal. 20)
JAWAPAN KAMI :
Pernyataan di atas tidak benar sama sekali. Dan jauh dari fakta kebenarannya…
Pertama : Memperingati hari kelahira
Tarikh Kelahiran Nabi Muhammad SallaLlahu 'alaihi Wasallam
Para Ulama dan Ahli Falak telah sepakat bahawa tahun gajah, yakni tahun kelahiran Nabi SAW jatuh pada tahun 571 Masihi dan Baginda SAW lahir pada bulan Rabi'ul Awal, hari Isnin. Bagaimanapun, mereka berbeza pendapat dalam menentukan adakah Baginda SAW lahir pada 9 Rabi'ul Awal atau 12 Rabi'ul Awal; 20 April atau 22 April? Terdapat juga beberapa pendapat yang lain tetapi ianya lemah.
Menurut Imam Al-Kauthari, Raja Muzaffar Kaukabri (wafat 620H), pengasas majlis sambutan maulid Nabi SAW pernah menyambutnya pada malam kelapan Rabi'ul Awal (hari 9 rabi'ul Awal) pada tahun tertentu, dan menyambutnya pada malam 12 Rabi'ul Awal pada tahun yang lain untuk beramal dan meraikan kedua-dua riwayat tersebut. [Maqalat Al-Kauthari m/s 307]
Berkata Al-Imam Al-Allamah Al-Muhaddith Al-Faqih Muhammad Zahid Al-Kawthari r.a (Ulama besar zaman khilafah Uthmaniah wafat 1371 h):
Adat yang biasa diikuti di negara-negara islam dalam sambutan Maulid Nabi SAW adalah pada 12 Rabi'ul Awwal kerana telah disepakati kelahiran baginda SAW tidak berlaku setelah tarikh ini (dari 13 hingga 30 Rabi'ul Awal) di sisi seluruh ulama, maka mereka mengadakannya di satu malam yang tidak mempunyai apa-apa perbezaan pendapat setelah tarikh ini yang mana telah jelas Nabi SAW lahir sebelum waktu tersebut.
Dan tidaklah satu perkara yang aneh tentang khilaf tarikh kelahiran Nabi SAW kerana Baginda SAW lahir di sisi masyarakat yang buta huruf, tidak tahu menulis dan mengira serta tidak tertulis dalam sejarah kecuali peristiwa-peristiwa yang makruf di sisi mereka.
Para ulama berbeza pendapat sama ada Nabi SAW lahir pada 9 Rabi'ul Awwal atau 10 Rabi'ul Awwal atau 12 Rabi'ul Awwal.
Tarikh 10 Rabi'u awwal disandarkan oleh Ibnu Sa'ad di dalam tabaqatnya kepada Muhammad Al-Baqir r.a, tetapi pada sanadnya ada 3 periwayat yang dipertikaikan.
Tarikh 12 Rabi'ul Awwal pula walaupun masyhur dan dinaqalkan kebanyakan ulama dalam kitab-kitab sirah, tetapi asalnya disandarkan kepada Muhammad Ibnu Ishaq, dan tarikh ini disebut oleh Muhammad Ibnu Ishaq tanpa sanad (tiada sanad)..
Manakala tarikh 9 Rabi'ul Awwal adalah yang paling rajih dan muktamad, ia merupakan pendapat yang dikemukakan Ibnu Abdil Barr dalam 'Al-Isti'ab' ketika menyebut sudut khilaf dalam tarikh maulid Nabi SAW. Dan telah menghadkan tentangnya sebelumnya Abu Bakar Muhammad Bin Musa Al-Khawarizmi. Dan berkata tentang tarikh ini juga Al-Hafiz Umar Ibnu Dihyah al-Kalbi dalam kitabnya 'At-Tanwir Fi Maulid As-siraj Al-munir' yang mana dengan kitab tersebut beliau mendapat hadiah 1000 dinar dari Raja Muzaffar Ad-din (di zaman Sultan Salahuddin Al-Ayyubi) katanya, "Dan ianya (tarikh 9 rabiulawwal) tiada yang sahih tarikh selainnya dan telah sepakat tentangnya ahli sejarah"
Bahkan ianya juga dikuatkan lagi dengan kajian pakar ilmu falak yang terkenal, Al-Allamah Mahmud Basya Al-Falaki Al-Misri dalam risalahnya yang berbahasa Perancis dan telah diterjemahkan kepada bahasa arab oleh Ahmad Zaki Basya berjudul "Nataij Al-afham Fi Taqwim Al-Arab Qablal Islam Wa Fi Tahqiq Maulid Nabi Wa Umruhu 'Alaihissolatuwassalam" pada tahun 1305 h. Kajian tersebut mengemukakan banyak kajian-kajian ahli falak timur dan barat yang mengesahkan bahawa hari Isnin bertepatan pada 9 Rabi'ul Awwal tahun gajah, bersamaan 20 April 571 Masihi. [Rujuk Maqalat Al-Kauthari m/s: 305-307 & 311]
Syaikh Sofiurrahman Al-Mubarakfuri juga menyebutkan dalam kitab sirahnya 'Raheeq Al-Makhtum' bahawa Baginda SAW lahir pada 9 Rabi'ul Awwal.
Bagaimanapun, Menurut Mufti Mesir, Syaikh Ali Jum'ah hafizahullah, terdapat juga kajian ahli falak yang bernama Dibbanah di dalam kitabnya "Taqwim 'Am Li Khamsati Alafi 'Am" yang mengesahkan bahawa 22 April jatuh pada hari Isnin, yakni 12 Rabi'ul Awwal, manakala 20 April pula (9 Rabi'ul Awwal) jatuh pada hari Sabtu.. Rujuk video beliau di:http://www.youtube.com/watch?v=yH1P5mKzRfs
Menurut Al-Allamah Al-Muhaddith Prof. Dr Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani, kita tidak mengatakan bahawa sambutan kelahiran Nabi SAW adalah sunnah dan terikat pada tarikh dan m
Angka "786"
Gambar di atas adalah nisan atau batu tanda makam Hadhrat Ra-isul Hukama wal Mutakallimin, Khatimul Fuqaha wal Muhadditsin, Syaikhul Islam, Mawlana Sayyid Anwar Syah rahimahullah. Ulama besar yang sudah tersohor namanya di seantero dunia. Namun ese tak berhasrat untuk menulis mengenai biografi beliau yang sudah tersebar luas. Apa yang menarik pada nisan beliau tersebut, selain tertulis nama beliaurahimahullah dan kalimah "marqad mubarak munawwar" - makam yang berkat lagi bercahaya, maka di atasnya tercatat angka "786" menggunakan angka Arab. Apakah signifikannya angka tersebut ?
Biasanya kalau kita lihat di papan nama kedai-kedai mamak biasa ditulis angka "786" ini di atasnya. Sebenarnya angka tersebut hanyalah simbol yang telah digunakan oleh sebahagian ulama, terutama sekali ulama di Benua India untuk merujuk kepada lafaz "basmallah" yang mulia. Demi menjaga martabat kebesaran khat tulisan "basmallah", maka hanya simbol tertentu yang telah baku di sisi sebahagian ulama digunakan ketika berhajat untuk menulis khat lafaz yang mulia tersebut di tempat-tempat yang kurang wajar. Oleh itu tujuan ianya diguna adalah menjaga kemuliaan dan kesucian kalimah "basmallah", yakni janganlah tulisan penuh "basmallah" ditulis di tempat - tempat yang tidak sewajarnya, seperti di kubur atau di luar rumah atau kedai dan seumpamanya. Juga dulu orang - orang Hindu di India pun selalu mendatangi para alim ulama untuk meminta azimat, maka takkan tok - tok alim ini nak tulis "basmallah" atau ayat-ayat al-Quran. Berhubung dengan penulisan azimat dan sebagainya, kita boleh bahas di tempatnya. Cuma singkatnya menurut jumhur fuqaha`, ianya dibenarkan dengan beberapa syarat untuk tujuan tabarruk sahaja.
Berbalik kepada persoalan di atas, maka para ulama telah menggunakan simbol - simbol angka untuk merujuk kepada ayat - ayat atau isim - isim tertentu. Pastinya formulasi simbol angka ini berteraskan kepada satu ilmu yang sudah ada sejak dahulu lagi di kalangan bangsa Arab yang dikenali sebagai hisab al-jummal, di mana setiap huruf Arab tersebut mempunyai nilai angka tertentu (numerical value). Maka dengan menghitung nilai - nilai angka yang terkandung dalam kalimah "basmallah", diperolehilah yang jumlah nilaian angkanya berdasarkan kepada hisab jummal adalah "786".
Namun perlu diperingatkan bahawa angka "786" itu bukanlah ganti atau ertinya "basmallah" sebagaimana kepercayaan sesetengah orang. Ianya hanyalah satu rumus angka untuk merujuk kepada "basmallah". Macam kita kata "orang no. 1" di Malaysia, pasti kebanyakan kita akan rujuk kepada "DS Najib", tapi takkan kita nak panggil DS sebagai "Oii Nombor Satu", yang pastinya kita panggil "Yang Amat Berhormat Datuk Seri Najib" ..... qiyaskanlah kepada yang lain. Melawak noooo, jangan marah, bak kata CM kawey : "Kita hidup tok mesti berguro baruk panjang umur, tok muka menjus jak-jak, susah juak ".
Berbalik kepada angka "786" ianya hanyalah satu simbol, di mana bila kita melihatnya minda kita (minda yang tahu le, yang tak tahu pergilah belajar untuk tahu) akan terus teringat pada kalimah yang musyarrafah "basmallah". Lagi sekali diingatkan bahawa angka tersebut bukan sekali-kali pengganti atau setaraf dengan "basmallah", jangan pulak kita ganti baca "basmallah" dengan membaca "tujuh lapan enam, tujuh lapan nam", karang ada yang kena katok kepala !!!!!!!
Sekadar menulis angka 786, di pintu - pintu kedai atau premis atau kat luar rumah atau kat tempat - tempat yang dirasakan tak layak untuk kita letak nama Allah yang mulia, taklah menjadi satu kesalahan. Ianya adalah dengan harapan bahawa sesiapa yang melihatnya akan membaca kalimah "basmallah". Namun bak ese kata, orang mengaji ni tak ramai, yang bodoh sombongnya yang ramai, maka berlakulah kekeliruan. Sehingga ada yang taksub menyamakan "786" dengan kalimah "basmalah" yang musyarrafah.... Allahu ... Allah. Makanya, Jawatankuasa Fatwa Negeri Johor yang be
MUHAMMAD CAHAYANYA PENYULUH KEGELAPAN (Siri 12)
Al-^Allamah Datuk Sayyid ^Alawi ibn Thahir al-Haddad, merupakan Mufti Negeri Johor (1356 -1381 H/ 1936 -1961 R) menyebutkan dalam Fatwa-Fatwa Mufti Kerajaan Johor (jil.2, hlm. 340):
“Berkenaan mengadakan sambutan Maulid Nabi itu mula timbulnya iaitu dalam abad ke tujuh atau ke delapan tahun Hijrah. Bersyukurlah kepada Allah kerana Maulid (kelahiran) Nabi ﷺ serta menzahirkan kesukaan adalah sunat”. Intaha.
Di halaman 341, beliau menegaskan:
“ Jika Maulid Nabi ﷺ itu ada mengandungi sambutan sirah (perjalanan hidup Nabi) dan selawat ke atas baginda dan tunduk mengenang kepada hari kehidupan baginda, membesarkan maqam martabat baginda nescaya dapat pahala”. Intaha.
Di halaman 343, ketika beliau ditanya berhubung hukum umat Islam yang berarak pada sambutan maulid rasul, jawab beliau:
“ Tidak mengapa jika tidak ada perkara mungkar”. Intaha.
[Lihat Fatwa-Fatwa Mufti Kerajaan Johor, karangan al-^Allamah Datuk Sayyid ^Alawi ibn Thahir al-Haddad, Percetakan Bahagian Penerbitan Jabatan Agama Johor, 1401 H/ 1981 R, jil.2, hlm 340, 341, dan 343]
والله أعلم وأحكم
✒Disediakan oleh:
Kajian Ilmiah Ahlis-Sunnah (KIAS)
Penjelasan Bid'ah : ASWJ - MSO D22
/channel/PenjelasanBidaahASWJ
SIKAP KERAS DAN TIDAK LEMBUT MENGHADAPI KEMUNGKARAN
1. Segelintir pendakwah ada yang gemar meremehkan, berburuk sangka serta merendah-rendahkan metod dakwah pendakwah atau organisasi yang lain. Hal ini berlaku kerana mungkin minimumnya pengetahuan mereka tentang metod-metod dakwah dalam Islam terutama dalam hal nahi mungkar.
2. Sahabat Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الحِدَّةُ تَعْتَرِيْ خِيَارَ أُمَّتِيْ
Sikap keras akan terjadi pada orang-orang baik di kalangan umatku.
Hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah [617], Abu Ya’la [2450], al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir [11332 dan 11471], Abu Nu’aim dalam Tarikh Ashbihan juz 2 hlm 7, dan al-Dailami [2772]. Lihat, al-Ghumari dalam al-Mudawi li-‘Ilal al-Jami’ al-Shaghir wa Syarhai al-Munawi juz 3 hlm 442-443.
3. Maksud hadits di atas, sikap kuat, keras, semangat dan gerak cepat dalam melakukan kebaikan biasa terjadi pada orang-orang terbaik umat Islam. (Lihat, al-Munawi, Faidh al-Qadir Syarh al-Jami’ al-Shaghir juz 3 hlm 410 dan al-Shan’ani, al-Tanwir Syarh al-Jami’ al-Shaghir juz 5 hlm 53).
4. Suatu ketika Muawiyah berkata kepada Abu Idris al-Khaulani: “Wahai penduduk Yaman, kalian memiliki tiga sifat yang tidak pernah luput dari kalian.” Abu Idris bertanya: “Apa sahaja itu?” Muawiyah menjawab: “Dermawan, sifat keras dan banyak anak.” Abu Idris menjawab: “Sifat dermawan yang Anda sebutkan, maka hal itu kerana ma’rifat kami kepada Allah ‘azza wa jalla yang akan mengganti dengan yang lebih baik. Sedangkan sifat keras, maka sesungguhnya hati kami penuh dengan kebaikan, dan tidak ada tempat bagi keburukan pada hati kami. Sedangkan banyak anak, maka sesungguhnya kami tidak melakukan ‘azal (mengeluarkan mani di luar rahim) kepada isteri-isteri kami.” Muawiyah berkata: “Anda benar, semoga Allah tidak merosakkan gigi-gigi pada mulutmu.” (Al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah juz 4 hlm 186).
5. Pada dasarnya sikap lemah lembut itu adalah sikap yang baik. Akan tetapi ketika kita menyaksikan seseorang yang sikapnya kasar dan keras menghadapi suatu kemungkaran, maka sikap tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk mencela orang tersebut. Mengapa demikian? Kerana sikap keras, kasar, semangat dan gerak cepat dalam menghadapi kemungkaran biasa terjadi kepada orang-orang terbaik di kalangan umat Islam. Dan dengan sikap tersebut, ia masih termasuk orang-orang terbaik.
6. Berbeza sekali dengan manusia yang kononnya berlagak lembut menghadapi kemungkaran, padahal sebenarnya tidak peduli terhadap perjuangan agama dan masa depan umatnya, tetapi ia bungkus dengan kelembutan kepada orang-orang yang melanggar ajaran agama. Anehnya, kelompok yang seperti ini mudah bersikap kasar dan keras kepada orang-orang yang berbuat kebaikan dengan beramar ma’ruf dan nahi munkar.
UKURAN KEKUATAN ISLAM SUATU GENERASI
7. Al-Imam Ibnu 'Aqil al-Hanbali rahimahullaah berkata:
"إذا أردتَ أن تعلم محلَّ الإسلام من أهل الزمان فلا تنظرْ إلى زحامهم في أبواب الجوامع، ولا ضجيجِهم في الموقف بلبَّيْكَ، وإنما انظرْ إلى مواطأتهم أعداءَ الشريعة".
Apabila Anda ingin mengetahui posisi Islam pada suatu generasi, maka janganlah melihat desak-desakan mereka di pintu-pintu masjid jamek dan kegaduhan mereka dengan suara labbaik di tempat wuquf. Tapi lihatlah kesepakatan mereka terhadap orang-orang yang memusuhi syariah.
8. Maksudnya ramainya acara-acara ibadah seperti shalat Jumat, ibadah haji, istighatsah, ziarah wali dan semacamnya, tidak dapat dijadikan ukuran kuat atau tidaknya keislaman suatu generasi. Kuat tidaknya keislaman suatu generasi hanya dapat dilihat dari sikap mereka terhadap orang-orang yang memusuhi syariah. Apabila mereka sepakat dan toleran dengan orang-orang yang memusuhi syariah, bererti keislaman mereka lemah. Apabila mereka tidak sepakat atau menolak terhadap musuh-musuh syariah, berarti keislaman mereka kuat. Wallahu a'lam.
Disunting dari:
Kiyai Muhammad Idrus Ramli
Pertubuhan Penyelidikan Ahlussunnah Wal Jamaah
Johor Bahru, Johor (ARG Johor)
arinya dengan guru secara musyafahah (secara berdepan atau mengadap guru).
Tidak boleh sekadar melalui kitab, sebagai contohnya ilmu tajwid. Bahkan mestilah beriltizam dengan mustalah-mustalah yang khusus dengannya. Maka ulama' menyatakan sebagai suatu contoh : "Mad Lazim enam harakat" ! Siapakah yang menjadikannya sebagai mad lazim? Apa dalilnya dan siapakah yang mewajibkannya ke atas ummat Islam? Tentunya mereka adalah ulama' dalam bidang tersebut.
Begitu juga dengan ilmu tasauf. Ilmu yang diasaskan oleh ulama'-ulama' tasauf sebermula zaman Junaid rahimahullah dari kurun yang keempat sehingga hari ini. Ketika rosaknya zaman tersebut dan rosaknya akhlak, rosaklah juga sebahagian tarekat-tarekat kesufian. Mereka mula bergantung dengan fenomena-fenomena yang bercanggah dengan agama Allah SWT. Lantas manusia menganggap ianya merupakan tasauf. Sedangkan Allah SWT akan mempertahankan tasauf, ahlinya dan melindungi mereka dengan kekuasaannya.
Firman Allah SWT:
إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ
Yang bermaksud: "Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat".[Al-Hajj: 38]
Mudah-mudahan apa yang dinyatakan itu dapat memberikan pendedahan kepada erti tasauf, tarekat, syeikh, sebab berbilang-bilangnya tarekat, kenapa kita mempelajari suluk, penyucian hati dari ilmu yang dikenali sebagai tasauf ini, kenapa kita ambil dari syeikh dan tidak terus kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah.
Kita memohon kepada Allah untuk memperlihatkan secara jelas terhadap urusan-urusan agama kita.
(Tamat terjemahan teks asal berbahasa Arab)
Demikianlah terjemahan bebas daripada teks asal jawapan Sahibul Samahah Prof. Dr. Ali Jumuah, Mufti Kerajaan Negara Mesir yang dinaqalkan daripada Al-Bayan Lima Yashqholu Al-Azhan, cet. Al-Muqattam, Kaherah, hlm. 328-331.
Penjelasan Bid'ah : ASWJ - MSO D22
/channel/PenjelasanBidaahASWJ
TAREKAT SUFIYYAH
Tasauf adalah manhaj tarbiyah ruhiyah dan sulukiyah yang mengangkat manusia kepada martabat ihsan yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW yang bermaksud : "Hendaklah kamu menyembah Allah seolah-olahnya kamu melihatnya, maka jika kamu tidak melihatnya maka sesungguhnya dia (Allah SWT) melihatmu".
Maka tasauf itu merupakan program pendidikan (tarbiyah) yang menitik beratkan penyucian jiwa daripada pelbagai penyakit yang mendindingi manusia daripada Allah SWT. Ia juga membetulkan penyelewengan jiwa dan sulukiyah manusia dalam hubungan bersama Allah SWT, bersama yang lain dan juga dengan diri sendiri.
Tarekat sufiah pula ialah sebuah madrasah yang menyempurnakan melaluinya penyucian jiwa dan pembentukan peribadi. Syeikh pula sebagai pembimbing atau guru yang bersama-sama dengan muridnya.
Jiwa manusia secara tabiatnya terangkum di dalamnya pelbagai himpunan penyakit seperti takabbur, ujub, angkuh, keakuan, bakhil, marah, riya', sukakan maksiat, berkelakuan tak senonoh, gemar membalas dendam, kebencian, dengki, khianat, tamak dan rakus.
Firman Allah SWT yang mendedahkan kisah isteri Al-Aziz:
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Yang bermaksud : "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), kerana sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [Surah Yusuf: 53]
Kerana itulah, golongan terdahulu menginsafi hal ini dan menyedari betapa perlunya pentarbiyahan jiwa dan membersihkannya dari segala penyakit-penyakitnya agar (penyucian tersebut) bersekali dengan masyarakat serta mencapai kejayaan dalam perjalanan menuju tuhan mereka.
Tarekat sufiah hendaklah melengkapi dengan beberapa perkara.
Pertamanya ialah pegangan kukuh dengan kitab Al-Quran dan Sunnah Nabawiah. Ini kerana tarekat sufiah itu ialah manhaj kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Setiap perkara yang bercanggah dengan Al-Quran dan As-Sunnah maka ia bukan daripada tarekat. Bahkan tarekat itu sendiri menolaknya dan melarang daripadanya.
Kedua ialah tidak meletakkan tarekat itu sebagai pengajaran yang terpisah daripada pengajaran syariah, bahkan ia merupakan intisari kepada syariah.
Bagi tasauf terdapat tiga elemen utama yang digesa oleh Al-Quran akan ketiga-tiganya iaitu :
1-Menitikberatkan jiwa, sentiasa mengawasi jiwa (muraqabah) dan menyucikannya daripada sebarang kekotoran.
Firman Allah SWT:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا ، فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا ، قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا ، وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Yang bermaksud: "Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya".[Asy-Syams : 7-10]
2-Memperbanyakkan zikrullah.
Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Yang bermaksud : "Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya". [Al-Ahzab: 41]
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: "Sentiasakanlah lidahmu dalam keadaan basah mengingati Allah SWT".
3-Zuhud di dunia, tidak terikat dengan dunia dan gemarkan akhirat.
Firman Allah SWT:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Yang bermaksud : "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?". (Al-Anaam : 32)
Adapun syeikh yang memperdengarkan kepada murid-muridnya akan zikir-zikir dan yang membantu usaha menyucikan jiwa dari sebarang kekotoran serta menyembuhkan hati mereka daripada penyakit-penyakit maka dia adalah penyelia (qayyim) atau seorang guru (ustaz) yang menunjukkan cara yang tertentu yang paling sesuai dengan penyakit yang ada atau keadaan murid itu sendiri.
Petunjuk Nabi SAW juga menasi
aan ketika itu di maghribi maksiat sangat berleluasa. Akhirnya Ibn Tumart bangkit dan ia membuahkan hasil kerana kekuatan kerajaan muwahidun yg pada awalnya digerakkan oleh ibn tumart akhirnya membantu kejayaan salahudin al ayubi menawan baitul maqdis kerana tentera kristian tidak mampu menahan asakan-asakan tentera muwahidun yg amat bersemangat berjihad dan dalam pada masa yg sama diserang tentera salahudin al ayubi yang besar jumlahnya. Begitulah jasa besar kerajaan muwahidun dalam memainkan peranan ketika itu.
5. Salman Ali mendakwa bahawa Abu Dzar melakukan takfir pada ibn battah, pertamanya, Abu Dzar al Harawi tidak disebutkan sebagai Asy'ari secara sorih, namun pendapatnya memang ada kecenderungan ke Asy'ari, itupun menurut sebahagian pendapat. Ini yang dikatakan oleh Ibn Jauzi dalam al Muntazam. tetapi beliau merupakan seorang yang tsiqah dan dhabith.
Seterusnya, beliau tidak melakukan takfir secara sorih . Beliau bukan mengkafirkan tetapi meyakini kafirnya ibn battah. Ia dua perkara yg berbeza, meyakini tidak hingga berani mengucapkan shorih bahawa kafir. Hanya dalam keyakinan sahaja. Berbeza jika sudah di ucapkan.
Terakhir, Kisah Abu Dzar al Harawi ini dinukil TANPA SANAD. Ini bermakna kisah ini tidak boleh dijadikan hujah.
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺨﻄﻴﺐ : ﻭﺣﺪﺛﻨﻲ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ ﺍﻷﺳﺪﻱ ﺃﻧﻪ ﻟﻤﺎ ﺃﻧﻜﺮ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﻫﺬﺍ ﺗﺘﺒﻊ ﺍﺑﻦ ﺑﻄﺔ ﺍﻟﻨﺴﺦ ﺍﻟﺘﻲ ﻛﺘﺒﺖ ﻋﻨﻪ ﻭﻏﻴﺮ ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ﻭﺟﻌﻠﻬﺎ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﺮﺍﺟﻴﺎﻥ ﻋﻦ ﻓﺘﺢ ﺑﻦ ﺷﺨﺮﻑ ﻋﻦ ﺭﺟﺎﺀ ﻭﺟﻮﺍﺏ ﻫﺬﺍ ﺃﻥ ﺃﺑﺎ ﺫﺭ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺍﻷﺷﺎﻋﺮﺓ ﺍﻟﻤﺒﻐﻀﻴﻦ ﻭﻫﻮ ﺃﻭﻝ ﻣﻦ ﺩﺧﻞ ﺍﻟﺤﺮﻡ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻷﺷﻌﺮﻱ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺟﺮﺣﻪ ﻟﺤﻨﺒﻠﻲ ﻳﻌﺘﻘﺪ ﻛﻔﺮﻩ
6. Seterusnya dakwaan salman ali bahawa al-khabusyani mengkafirkan al kizani, Ibn Kizani hanya disebut zindiq oleh al Khabusyani. Zindiq bukanlah kafir. Ia berbeza.
قال الخبوشاني لا يكون صديق وزنديق في موضع واحد )طبقات الشافعية 6/90 سير أعلام النبلاء 21/205
7. Salman Ali juga mendakwa bahawa Abu Bakar al Maghribi melakukan takfir pada hanabilah, selepas disemak, beliau memang mengkafirkan, tetapi tidak secara shorih apakah yang dikafirkan itui adalah termasuk Hanabilah? Yang pasti dia memang menyebut Hanabilah adalah mujassimah. Umum mengetahui ulama memang kadang mengkategorikan hanabilah kepada 2 jenis hanabilah. Apakah Hanabilah termasuk yang dikafirkan juga oleh Abu Bakar al Maghribi ? Nah ini yang tidak ada penjelasan dari Az Dzahabi.
Kisah ini juga disebut oleh az zahabi tanpa sanad. Maka kisah ini tidak boleh dibuat hujjah.
ﻭﻓﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﻈﺎﻡ ﺍﻟﻮﺯﻳﺮ، ﻓﻨﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﻛﺘﺐ ﻟﻪ ﺗﻮﻗﻴﻌﺎ ﺑﺄﻥ ﻳﻌﻆ ﺑﺠﻮﺍﻣﻊ ﺑﻐﺪﺍﺩ، ﻓﻘﺪﻡ ﻭﺟﻠﺲ، ﻭﺍﺣﺘﻔﻞ ﺍﻟﺨﻠﻖ، ﻓﺬﻛﺮ ﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ، ﻭﺣﻂ ﻭﺑﺎﻟﻎ، ﻭﻧﺒﺰﻫﻢ ﺑﺎﻟﺘﺠﺴﻴﻢ ، ﻓﻬﺎﺟﺖ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ، ﻭﻏﻠﺖ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻤﺮﺍﺟﻞ، ﻭﻛﻔﺮ ﻫﺆﻻﺀ ﻫﺆﻻﺀ، سير أعلام النبلاء ١٨/٥٦١
8. Kesimpulannya dalam 10 minit pertama pembentangan salman ali kami mendapati ada banyak perkara yang faktanya tidak tepat yang boleh menyebabkan salah faham dikalangan orang awam malah dikalangan penuntut ilmu yang tidak matang.
Disediakan oleh:
Pertubuhan Penyelidikan Ahlussunnah Wal Jamaah
Johor Bahru, Johor (ARG Johor)
/channel/PenjelasanBidaahASWJ
Keputusan Mesyuarat Fatwa Persoalan Bid‘ah Dalam Masalah Ikhtilaf/Khilaf Perkara Furuk
Persoalan Bid‘ah Dalam Masalah Ikhtilaf/Khilaf Perkara Furuk
Tarikh Keputusan : : 31 Mei 2016/24 Syaaban1437H
Setelah meneliti setiap pandangan ahli mesyuarat dan hujah-hujah yang dikemukakan, Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Negeri Sembilan Bil. 5/2016-1437H yg bersidang pada 31 Mei 2016 bersamaan 24 Syaaban1437H telah bersetuju memutuskan Sighah Fatwa Bagi Persoalan Bid‘ah Dalam Masalah Ikhtilaf/Khilaf Perkara Furuk seperti berikut:
1. Persoalan khilafiyah adalah perkara ijtihadiyah dan tidak boleh sama sekali dihukumkan bid‘ah kerana amalan tersebut telah diterima dan menjadi amalan ulama muktabar sejak dahulu.
2. Pandangan jumhur ulama sewajarnya menjadi ikutan masyarakat Islam dengan mengutamakan perkara asas dalam berdakwah dan tidak membesar-besarkan perkara khilafiyah yang boleh menggugat perpaduan umat Islam.
3. Antara amalan yg didakwa sebagai bid‘ah adalah-
i. Konsep penggunaan dan pengamalan Hadis Dhaif
ii. Membaca Yasin pada malam Juma‘at
iii. Membaca tahlil dan talqin untuk si mati
iv. Mengadakan kenduri arwah
v. Menyambut hari-hari kebesaran Islam seperti Maulid al-Rasul, Israk Mikraj dan Ma‘al Hijrah pada setiap tahun
vi. Membaca Yaasin 3 kali pada malam nisfu Sya‘ban
vii.Berdo‘a beramai-ramai selepas solat berjema‘ah
viii.Membaca wirid dan zikir secara kuat/nyaring beramai – ramai selepas solat fardhu
ix. Membaca “Basmalah” secara kuat / nyaring dalam solat fardhu
x. Menyebut lafaz “Usalli” dalam niat solat
xi.Membaca qunut dalam solat subuh
xii.Bersalaman selepas solat berjema‘ah
xiii.Solat sunat qabliah Maghrib.
xiv.Solat sunat qabliah Juma‘at
xv.Fidyah solat
xvi.Terbatal wuduk dengan sebab bersentuhan kulit lelaki dengan perempuan yang harus dikahwini.
xvii. Bilangan raka‘at bagi solat sunat tarawih selain 8 raka‘at
xviii. Menyapu muka selepas salam
xix. Aqiqah dgn binatang al-an‘am selain kambing
xx. Amalam bertawassul dan bertabarruk
xxi. Berdo‘a dan membaca al-Quran di kubur
xxii. Do‘a akhir tahun dan awal tahun
4. Mana-mana orang atau kumpulan adalah dilarang:
Membid‘ahkan mana-mana orang yg mengamalkan perkara i hingga xxii.
Menegah pengamalan dan pengajaran perkara i hingga xxii.
Menyiar, menyebar dan menghebahkan atau mendedahkan dgn apa-apa cara pun bahawa perkara i hingga xxii adalah bid‘ah.
5. Mana-mana orang Islam adalah dilarang menjadi anggota, pemimpin atau penyokong mana-mana orang atau kumpulan orang yg dilarang di dalam perkara 4.
6. Mana-mana orang Islam yg melakukan perkara-perkara 4.i, 4.ii, 4.iii dan 5 di atas adalah melakukan suatu kesalahan dan boleh diambil tindakan di bawah undang-undang yang berkuatkuasa di Negeri Sembilan.
Status pewartaan : Proses Pewartaan
Penjelasan Bid'ah : ASWJ - MSO D22
/channel/PenjelasanBidaahASWJ
Fatwa al-Imam As-Suyuthi (mazhab Syafie) membolehkan maulidurrasul
credit poster : @madrasahsunnionline_MSO
salam maulidurrasul
tian para raja adil dan ulama terkenal dari kalangan empat madzhab terhadap Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.
Shofiyyah an-Nuuriyyah & Ibnu Abdillah Al-Katibiy
Kota Santri, 6 Rabiul Awwal 1435 H / 08-Januari-2014
[1] Ini disebutkan oleh syaikh Ibnu Muflih dari Ibn Mukhlid yang mengisahkan kisah ini dari Hasan al-Bashri. Bisa juga dilihat di kitab Syarh kitab Tauhid di : http://islamport.com/w/aqd/Web/1762/961.htm
[2] Seorang penjelaja tempat-tempat dan daerah-daerah jauh.
[3] Rihal, Ibnu Jubair : 114-115
[4] Ar-Roudhatain fii Akhbar ad-Daulatain, Abu Syamah, pada fashal (bab) : Hawadits (peristiwa) tahun 566 H.
[5] Tarikh al-Islam, adz-Dzahabi : 41 / 130
[6] Siyar A’lam an-Nubala, adz-Dzahabi : 20 / 532
[7] Tarikh Ibnu Katsir : 12 / 278
[8] Tarikh Ibnu Atsir : 9 / 125
[9] Al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir : 13/ 136
[10] Siyar A’lam an-Nubala : 22 / 336
[11] Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar : 3 / 167
[12] Anba al-Ghumar : 2 / 562
Penjelasan Bid'ah : ASWJ - MSO D22
/channel/PenjelasanBidaahASWJ
طالت مدته في الملك في زمان الدولة الصلاحية وقد كان محاصر عكا وإلى هذه السنة محمود السيرة والسريرة قال السبط حكى بعض من حضر سماط المظفر في بعض الموالد كان يمد في ذلك السماط خمسة آلاف راس مشوى وعشرة آلاف دجاجة ومائة ألف زبدية وثلاثين ألف صحن حلوى
“ Beliau adalah putra Zainuddin Ali bin Tabkitkabin salah seorang tokoh besar dan pemimpin yang agung. Beliau memiliki sejarah hidup yang baik. Beliau yang memakmurkan masjid al-Mudzhaffari….dan beliau konon mengadakan acara Maulid Nabi yang mulia di bulan Rabiul Awwal, dan merayakannya dengan perayaan yang meriah, dan beliau adalah seorang raja yang cerdas, pemberani, perkasa, berakal, alim dan adil –semoga Allah merahmatinya dan memuliakan tempat kembalinya- syaikh Abul Khaththab Ibnu Dihyah telah mengarang kitab berjilid-jilid tentang Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yang dinamakannya “ At-Tanwir fi Maulid al-Basyir an-Nadzir “, lalu diberikan balasan atas usaha itu oleh raja sebesar seribu dinar. Masa kerajaannya begitu panjang di zaman Daulah shalahiyyah. Beliau pernah mengepung negeri ‘Ukaa. Di tahun ini beliau baik kehidupannya lahir dan bathin. As-Sibth mengatakan, “ Seorang yang menghadiri kegiatan raja al-Mudzaffar pada beberapa acara maulidnya mengatakan, “ Beliau pada perayaan maulidnya itu menyediakan 5000 kepala kambing yang dipanggang, 10.000 ayam panggang, 100.000 mangkok besar (yang berisi buah-buahan), dam 30.000 piring berisi manisan “.[9]
Adz-Dzahabi juga mengatakan tentang sifat-sifat beliau :
وَكَانَ مُتَوَاضِعاً، خَيِّراً، سُنِّيّاً، يُحبّ الفُقَهَاء وَالمُحَدِّثِيْنَ، وَرُبَّمَا أَعْطَى الشُّعَرَاء، وَمَا نُقِلَ أَنَّهُ انْهَزَم فِي حرب
“ Beliau adalah orang yang rendah hati, sangat baik, seorang yang berakidahkan Ahlus sunnah, pecinta para ahli fiqih dan hadits, terkadang suka memberi hadiah kepada para penyair, dan tidak dinukilkan bahwa beliau kalah dalam pertempuran “[10]
Pertanyaan buat para pengingkar Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam :
Adakah para ulama sejarawan di atas menyebutkan raja Mudzaffar adalah seorang pelaku bid’ah dholalah karena melakukan perayaan Maulid Nabi ?? justru mereka menyebutkan bahwa beliau adalah seorang raja adil, rendah hati, pemberani dan berakidahkan Ahlus sunnah. Renungkanlah hal ini wahai wahabi…
Ketiga : Seandainya Fathimiiyun juga membuat perayaan Maulid Nabi sebagaimana para pendahulu kami, maka hal ini bukanlah suatu keburukan karena kami hanya menolak kebathilan para pelaku bid’ah dholalah, bukan menolak kebenaran mereka yang sesuai dengan Ahlus sunnah.
Keempat : Wahabi telah melakukan kecurangan ilmiyyah dengan mengunting teks (nash) dari al-Maqrizi. Mereka tidak menampilkan redaksi atau teks berikutnya yang dinyatakan oleh al-Maqrizi dalam kitabnya tersebut. Lebih lanjutnya beliau menceritkan bahwasanya para khalifah muslimin, mengadakan perayaan maulid yang dihadiri oleh para qadhi dari kalangan empat madzhab dan para ulama yang masyhur, berikut redaksinya yang disembunyikan dan tidak berani ditampilkan wahabi :
فلما كانت أيام الظاهر برقوق عمل المولد النبويّ بهذا الحوض في أوّل ليلة جمعة من شهر ربيع الأول في كلّ عام فإذا كان وقت ذلك ضربت خيمة عظيمة بهذا الحوض وجلس السلطان وعن يمينه شيخ الإسلام سراج الدين عمر بن رسلان بن نصر البلقيني ويليه الشيخ المعتقد إبراهيم برهان الدين بن محمد بن بهادر بن أحمد بن رفاعة المغربيّ ويليه ولد شيخ الإسلام ومن دونه وعن يسار السلطان الشيخ أبو عبد الله محمد بن سلامة التوزريّ المغربيّ ويليه قضاة القضاة الأربعة وشيوخ العلم ويجلس الأمراء على بعد من السلطان فإذا فرغ القراء من قراءة القرآن الكريم قام المنشدون واحدًا بعد واحد وهم يزيدون على عشرين منشدًا فيدفع لكل واحد منهم صرّة فيها أربعمائة درهم فضة ومن كلّ أمير من أمراء الدولة شقة حرير فإذا انقضت صلاة المغرب مدّت أسمطة الأطعمة الفائقة فأكلت وحمل ما فيها ثم مدّت أسمطة الحلوى السكرية من الجواراشات والعقائد ونحوها فتُؤكل وتخطفها الفقهاء ثم يكون تكميل إنشاد المنشدين ووعظهم إلى نحو ثلث الليل فإذا فرغ المنشدون قام القضاة وانصرفوا وأقيم السماع بقية الليل واستمرّ ذلك مدّة أيامه ثم أيام ابنه الملك الناصر فرج
“ Maka ketika sudah pada hari-hari yang tampak dengan ruquq, diadakanlah perayaan Maulid Nabi di telaga ini pada setiap m
n (maulid) Nabi sudah ada sejak masa Nabi shallahhu ‘alaihi wa sallam sendiri. Yakni dari segi mengagungkan hari di mana Nabi dilahirkan dengan melakukan suatu ibadah yaitu berpuasa.
Ketika Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa hari senin, beliau menjawab :
ذاك يوم ولدت فيه ويوم بعثت اوانزل علي فيه
“ Hari itu hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkan wahyu kepadaku “ (HR. Muslim)
Ini merupakan dalil nyata bolehnya memperingati hari kelahiran (maulid) beliau yang saat itu dirayakan oleh Nabi dengan salah satu macam ibadah yaitu berpuasa. Dan ini merupakan fakta bahwa beliaulah pertama kali yang mengangungkan hari kelahirannya sendiri dengan berpuasa. Maka mengagungkan hari di mana beliau dilahirkan merupakan sebuah sunnah yang telah Nabi contohkan sendiri. Ini asal dan esensi dari acara maulid Nabi.
Kedua : Merayakan, mengagungkan dan memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi dengan berbagai cara dan program sudah sejak lama diikuti oleh para ulama dan raja-raja yang shalih. Kita kupas sejarahnya di sini :
1. Ibnu Jubair seorang Rohalah[2] (lahir pada tahun 540 H) mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Rihal :
يفتح هذا المكان المبارك أي منزل النبي صلى الله عليه وسلم ويدخله جميع الرجال للتبرّك به في كل يوم اثنين من شهر ربيع الأول ففي هذا اليوم وذاك الشهر ولد النبي صلى الله عليه وسلم
“ Tempat yang penuh berkah ini dibuka yakni rumah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, dan semua laki-laki memasukinya untuk mengambil berkah dengannya di setiap hari senin dari bulan Rabi’ul Awwal. Di hari dan bulan inilah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan “[3]
Dari sini sudah jelas bahwa saat itu perayaan maulid Nabi merupakan sudah menjadi tradisi kaum muslimin di Makkah sebelum kedatangan Ibnu Jubair di Makkah dan Madinah dengan acara yang berbeda yaitu membuka rumah Nabi untuk umum agar mendapat berkah dengannya. Ibnu Jubair masuk ke kota Makkah tanggal 16 Syawwal tahun 579 Hijriyyah. Menetap di sana selama delapan bulan dan meninggalkan kota Makkah hari Kamis tanggal 22 bulan Dzul Hijjah tahun 579 H, dengan menuju ke kota Madinah al-Munawwarah dan menetap selama 5 hari saja.
2. Syaikh Umar al-Mulla seorang syaikh yang shalih yang wafat pada tahun 570 H, dan shulthan Nuruddin Zanki seorang pentakluk pasukan salib. Kita simak penuturan syaikh Abu Syamah (guru imam Nawawi) tentang dua tokoh besar di atas :
قال العماد: وكان بالموصل رجل صالح يعرف بعمر الملاَّ، سمى بذلك لأنه كان يملأ تنانير الجص بأجرة يتقوَّت بها، وكل ما عليه من قميص ورداء، وكسوة وكساء، قد ملكه سواه واستعاره، فلا يملك ثوبه ولا إزاره. وكن له شئ فوهبه لأحد مريديه، وهو يتجر لنفسه فيه، فإذا جاءه ضيف قراه ذلك المريد. وكان ذا معرفة بأحكام القرآن والأحاديث النبوية.كان العلماء والفقهاء، والملوك والأمراء، يزورونه في زاويته، ويتبركون بهمته، ويتيمنَّون ببركته. وله كل سنة دعوة يحتفل بها في أيام مولد رسول الله صلى الله عليه وسلم يحضره فيها صاحب الموصل، ويحضر الشعراء وينشدون مدح رسول الله صلى الله عليه وسلم في المحفل. وكان نور الدين من أخص محبيه يستشيرونه في حضوره، ويكاتبه في مصالح أموره
“ al-‘Ammad mengatakan , “ Di Mosol ada seorang yang shalih yang dikenal dengan sebutan Umar al-Mulla, disebut dengan al-Mulla sebab konon beliau suka memenuhi (mala-a) ongkos para pembuat dapur api sebagai biaya makan sehari-harinya, dan semua apa yang ia miliki berupa gamis, selendang, pakaian, selimut, sudah dimiliki dan dipinjam oleh orang lain, maka beliau sama sekali tidak pakaian dan sarungnya. Jika beliau memiliki sesuatu, maka beliau memberikannya kepada salah satu muridnya, dan beliau menyewa sesuatu itu untuknya, maka jika ada tamu yang datang, murid itulah yang menjamunya. Beliau seorang yang memiliki pengetahuan tentang hokum-hukum al-Quran dan hadits-hadits Nabi. Para ulama, ahli fiqih, raja dan penguasa sering menziarahi beliau di padepokannya, mengambil berkah dengan sifat kesemangatannya, mengharap keberkahan dengannya. Dan beliau setiap tahunnya mengadakan peringatan hari kelahiran (maulid) Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yang dihadiri juga oleh raja Mosol. Para penyair pun juga datang menyenandungkan pujian-pujian kepada Nabi shallahu
alam-malam tertentu, bahkan sesiapa yang beri'tiqad dan meyakini sedemikian, maka dia telah melakukan satu bid'ah yang sesat dalam agama kerana memperingati Nabi SAW dan berpaut hati pada baginda SAW itu perlu pada setiap waktu dan zaman dan perlunya juga untuk mengisi jiwa dengan kecintaan kepada Nabi SAW.
Sesungguhnya berkumpulnya kita untuk menyambut kelahiran nabi SAW pada bulan Rabi'ul Awal adalah bukan suatu ibadah, tetapi ianya merupakan adat yang dijadikan sebagai wasilah yang besar untuk berdakwah kepada Allah untuk mengingatkan umat yang lalai tetang akhlak Nabi SAW, sirah baginda SAW, keadaannya, muamalatnya, ibadahnya dan lain-lain. [Diadaptasi dari kitab 'Mafahim Yajibu An Tusohhah' m/s 253-254 karya Al-Allamah Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani dengan sedikit suntingan]
Oleh : Al Faqir 'Azam
(MSO D22) Penjelasan Bid'ah : ASWJ
/channel/PenjelasanBidaahASWJ
rsidang pada 25 Julai 2007 telah memfatwakan sebagai berikut:-
1. Kepercayaan terhadap angka 786 bermaksud Bismillahirrahmanirrahim juga meyakini angka tersebut membawa tuah dan nasib yang sentiasa baik adalah satu kepercayaan yang salah dan bertentangan dengan Akidah Ahli As-Sunnah Wal-jamaah dan syariat serta akhlak Islam.
2. Perbuatan ini juga termasuk dalam golongan mereka yang mentafsirkan Al-Quran mengikut hawa nafsu dan tidak berdasarkan kepada ilmu dan disiplin - disiplinnya serta tidak mendapat hidayah Allah s.w.t.
3. Semua pihak yang terlibat hendaklah menghentikan kepercayaan dan penggunaan terhadap perkara ini serta - merta.
4. Semua umat Islam dilarang membuat, mencetak, menjual, membeli, mengguna, menyimpan, mempamer, menjadikan perhiasan, menjadikan logo dan menjadikan azimat apa-apa sahaja benda atau barangan yang mengandungi angka 786 tersebut.
Jadi kalau di Johor, agaknya nisan Mawlana Anwar rahimahullah tu nampaknya kena buanglah angka 786? Tak juga, kerana daripada teks fatwa tersebut kita faham bahawa laranganya tidaklah secara ithlaq, ianya bergantung kepada beberapa perkara lain yang berkaitan. Zaman moden ini sepatutnya manusia lebih memahami lagi permasalahan simbol-simbol ini. Sekarang penulisan dengan program tertentu menggunakan komputer pun ada banyak simbol yang bermanfaat untuk kita gunakan seperti kod "Unicode" di mana kalau kita key in huruf rumi tertentu sewaktu menulis dengan Microsoft Words kemudian tekan alt-x, maka huruf tersebut akan bertukar kepada kalimah berbahasa Arab yang tertentu. Misalnya kita tulis "FDF2" tekan alt-x, maka ianya akan berubah kepada Ismudz Dzat Allah yang mulia atau kita tulis "FDFA" tekan alt-x, ianya berubah menjadi "shallaAllahu alaihi wa sallam" dengan tulisan arab yang cantik... Allahu ...Allah. Jadi memudahkan kita menulis nampaknya, jangan buat bidah dholalah udah le, orang baca shalawat ekau baca "fdfa". Jadi penggunaan simbol - simbol ini tidaklah haram secara mutlak untuk digunakan kerana tidak ada nas sharih yang mengharamkan penggunaaannya. Jika pun diharamkan, macam kat Johor, maka ianya disebabkan perkara-perkara yang mendatang seperti iktiqad dan kepercayaan yang salah tersebut. Dan sewajarnya bagi sesiapa yang hendak menulis apa-apa kalimah yang musyarrafah, maka hendaklah dipeliharakan kesuciannya.
Sumber: Bahrusshofa
Penjelasan Bid'ah : ASWJ - MSO D22
/channel/PenjelasanBidaahASWJ
KENYATAAN MEDIA
KETUA PENGARAH
JABATAN KEMAJUAN ISLAM MALAYSIA (JAKIM)
BERKENAAN
*SARANAN MELAKSANAKAN QUNUT NAZILAH BAGI MENDOAKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ISLAM ROHINGYA*
____________________________
1. Jakim memandang serius kezaliman yang berlaku di negara Myanmar terhadap masyarakat Islam Rohingya yang telah diseksa dan dibunuh di Rakhine, sebuah negeri di utara Myanmar. Ini adalah merupakan suatu bentuk pencabulan hak asasi manusia dan penghinaan terhadap umat Islam minoriti di negara Myanmar itu. Isu ini telah berlarutan dalam tempoh masa yang lama dan masyarakat Islam Rohingya masih belum mendapat pembelaan yang sewarnya. Ia juga telah mendapat perhatian pelbagai pihak di peringkat antarabangsa termasuk oleh Pertubuhan OIC.
2. Justeru itu, Jakim mengambil inisiatif untuk mengadakan Qunut Nazilah *pada solat Jumaat 25 November 2016* di semua Masjid-Masjid Utama Jakim iaitu Masjid Negara Kuala Lumpur, Masjid Putra Putrajaya dan Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin Putrajaya serta di semua masjid-masjid dan surau-surau Jumaat di bawah Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan (JAWI). Di samping itu, Jakim juga memohon kerjasama dan jasabaik pihak Majlis Agama Islam Negeri-Negeri dan Jabatan Agama Islam Negeri-Negeri di seluruh negara untuk meminta semua masjid di negeri masing-masing agar turut sama mengadakan Qunut Nazilah pada tarikh berkenaan.
3. Qunut nazilah merupakan salah satu daripada tiga jenis qunut yang sunat dibaca dalam solat mengikut mazhab syafie selain qunut dalam solat subuh dan qunut pada separuh malam kedua terakhir dalam solat witir di bulan Ramadhan. Qunut nazilah sunat dibacakan ketika umat Islam didatangi bala bencana atau ditimpa musibah seperti ketakutan, ditimpa wabak dan sebagainya. Qunut ini tidak dibacakan jika umat Islam tidak didatangi dengan cubaan-cubaan seperti ini.
4. Sehubungan itu, Jakim menyeru kepada semua pihak agar sama-sama kita memanjatkan doa ke hadrat Ilahi agar masalah yang dihadapi oleh masyarakat Islam Rohingya akan dapat diselesaikan dengan kadar segera dan masyarakat Islam Rohingya mampu untuk menjalankan aktiviti harian dengan lebih lancar dan sempurna. Semoga kita semua juga terus berdoa agar negara kita Malaysia kekal aman, makmur dan harmoni.
Sekian, terima kasih
*TAN SRI DATO’ HAJI OTHMAN BIN MUSTAPHA*
*23 November 2016*
@nota_tasawwuf
KEDUDUKAN NUKILAN AKIDAH YANG DINISBAHKAN KEPADA IMAM AL-SYAFI'I
Di antara nas Imam al-Syafi'i yang sering digunakan oleh pihak-pihak tertentu dalam membenarkan akidahnya adalah nukilan daripada kitab ‘Ulu al-Aliy al-Ghafar karya Imam al-Zahabi. Nukilan tersebut telah diriwayatkan daripada Abu Hasan al-Hakkari dengan sanadnya kepada Abu Thur dan Abu Syu'aib, kedua-duanya daripada Imam al-Syafi’i, diriwayatkan bahawa beliau berkata:
القول في السنة التي أنا عليها ورأيت اصحابنا عليها اصحاب الحديث الذين رأيتهم فأخذت عنهم مثل سفيان ومالك وغيرهما الإقرار بشهادة ان لااله الا الله وان محمدا رسول الله وذكر شيئا ثم قال وان الله على عرشه في سمائه يقرب من خلقه كيف شاء وان الله تعالى ينزل الى السماء الدنيا كيف شاء وذكر سائر الاعتقاد
"Perkataan dalam al-Sunnah yang aku dan sahabat-sahabat kami serta ahli hadis meyakininya, juga hal ini diyakini oleh Sufyan, Malik dan selainnya:
“Kami mengakui dengan syahadah bahawa tiada Tuhan yang disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.”
Lalu Imam Syafi'i mengatakan;
“Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya yang berada di atas langit-Nya, di mana Allah dekat dengan makhluk-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Allah Ta'ala turun ke langit dunia sesuai dengan kehendak-Nya.” Kemudian beliau menyebutkan beberapa iktikad lainnya.
STATUS PERAWI NUKILAN
1. Abu al-Hasan al-Hakkari iaitu Ali bin Ahmad Abu al-Hasan al-Hakkari ini adalah orang yang dituduh (tohmah) sebagai pemalsu hadis. Imam al-Zahabi sendiri yang meriwayatkan perkataan ini daripada al-Hakkari menyatakan dalam kitabnya, Mizan al-I'tidal, berkata Abu al-Qasim ibn ‘Asakir : “Al-Hakkari tidak boleh dipercayai”. Ibn al-Najar berkata : “Dia dituduh sebagai pemalsu hadis dan yang mengada-adakan sanad.”
2. Al-Hafiz Ibn Hajar al-'Asqalani dalam kitabnya, Lisan al-Mizan juga telah menyebut perihal al-Hakkari ini sebagaimana yang disebutan oleh Imam al-Zahabi di atas. Kemudian beliau menambah: “Kebanyakan hadisnya gharib dan munkar dan dalam hadisnya ada beberapa yang palsu. Aku telah melihat tulisan sebahagian ahli hadis yang menyebutkan bahawa al-Hakari sering melakukan pemalsuan hadis di Asfahan.”
3. Abu Syu'aib yang didakwa mendengar perkataan di atas daripada Imam al-Syafi'i lahir dua tahun setelah Imam al-Syafi'i wafat. Hal ini kerana Abu Syu'aib ini lahir pada tahun 206 H. Sedangkan Imam al-Syafi'i wafat pada tahun 204H. Oleh itu, Abu Syu'aib tidak pernah bertemu dengan Imam al-Syafi'i.
KESIMPULAN
Perkataan Abu Hasan al-Hakkari ini tidak boleh dijadikan hujah dan pegangan. Hal ini kerana al-Hakkari ini disebut sebagai salah seorang pemalsu hadis dan Abu Syu'aib yang didakwa pernah mendengar perkataan Imam al-Syafi'i ini juga tidak pernah bertemu dengan Imam al-Syafi'i, kerana beliau lahir dua tahun selepas Imam al-Syafi'i wafat.
Bahkan, Imam al-Zahabi ketika menjelaskan biografi Abu Talib al-Asy'ari mengatakan: “Dengan menggunakan nama al-Asy'ari, mereka memasukkan sesuatu, maka didatangkannya dengan kesenangan batin, di antaranya adalah hadis maudhu’ berkaitan fadhilat malam ‘Asyura dan di antaranya juga adalah akidah Imam al-Syafi'i.”
والله أعلى وأعلم
Nota Tauhid (Aqidah ASWJ) ⭐️ MSO-D12
/channel/aqidah_Islam
PERHATIAN !!!
Jika ada yang bertanya mengapa dalam kitab karangan SYEIKH QADIR MANDILI ada tulis TAUHID 3 di antaranya KITAB ANAK KUNCI SYURGA?
Ana utarakan soalan ini pada guru ana, TN GURU HJ SALLEH SIK, beliau menjawab;
"SYEIKH QADIR GURU SAYA , SAYA TAHU, BELIAU TULIS TAUHID 3 KERANA POLITIK BELIAU UNTUK KABURI WAHABI YANG MEMERINTAH, BELIAU TULIS TAJUK TAUHID 3 SAHAJA TETAPI BELIAU HURAI TAUHID AHLI SUNNAH ASYA'IRAH, ANDAI BELIAU TAK TULIS TAUHID 3 BELIAU TAK DAPAT MENGAJAR DALAM MASJIDIL HARAM PERINTAHAN WAHABI PADA MASA SAYA BELAJAR."
AL FAKIR Muhammad Fazilul Helmi Raidzan
Nota Tauhid (Aqidah ASWJ) ⭐️ MSO
/channel/aqidah_Islam
hatkan setiap manusia dengan perkara yang mendekatkan diri kepada Allah SWT berdasarkan kepada keadaan setiap jiwa yang berbeza. Pernah seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW, lalu dia berkata : Wahai Rasulullah ! Beritahu kepadaku tentang sesuatu yang menjauhkan diriku daripada kemurkaan Allah SWT. Maka sabda Rasulullah SAW : Jangan kamu marah !. Dalam kes yang lain, Rasulullah SAW didatangi seorang lelaki yang berkata kepada Rasulullah SAW : Beritahu kepadaku tentang sesuatu yang aku boleh berpegang dengannya ! Jawab Rasulullah SAW : Sentiasakanlah lidahmu dalam keadaan basah mengingati Allah SWT.
Di kalangan para sahabat terdapat golongan yang membanyakkan qiamullail, antara mereka juga yang memperbanyakkan bacaan Al-Quran, ada yang banyak terlibat dengan jihad, ada yang banyak berzikir dan ada yang membanyakkan bersedekah.
Perkara ini tidak membawa erti meninggalkan terus keduniaan. Tetapi di sana terdapat suatu ibadat tertentu yang memperbanyakkannya oleh orang yang melalui jalan menuju Allah SWT. Secara asasnya berbilang-bilangnya pintu-pintu syurga. Tetapi pada akhirnya walaupun ada kepelbagaian pintu masuk tetapi syurga tetap satu.
Sabda Nabi SAW yang bermaksud : "Setiap golongan yang melakukan amalan (baik dan soleh-ketaatan) ada satu pintu daripada pintu-pintu syurga yang memanggilnya oleh amalan, dan bagi puasa itu ada satu pintu yang memanggil golongan yang berpuasa, digelarkannya ar-rayyan".
Demikian juga tarekat-tarekat, ia mempunyai berbilang-bilang jenis berdasarkan syeikh masing-masing dan murid masing-masing. Antara mereka ada yang mengutamakan puasa, ada yang mengutamakan al-Quran lebih banyak dan tidak mengabaikan puasa dan demikianlah seterusnya.
Apa yang dijelaskan di atas adalah tasauf yang sebenarnya, tarekat yang sahih dan syeikh-syeikh yang komitmen dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Kita juga telah mengetahui kenapakah berbilang-bilangnya jenis tarekat, iaitu kerana kepelbagaian cara pentarbiyahan dan rawatan serta perbezaan cara untuk mencapai maksud yang dicita-citakan. Akan tetapi keseluruhannya satu sahaja pada maksud dan tujuan iaitulah keredhaan Allah SWT sebagai tujuan utama.
Kami juga ingin mengingatkan bahawa apa yang dinyatakan di atas tidak dilaksanakan oleh sebilangan besar golongan yang mendakwa sebagai ahli tasauf iaitu golongan yang merosakkan bentuknya. Mereka di kalangan orang yang tidak mempunyai agama dan kebaikan. Mereka yang melakukan tarian pada hari-hari perayaan dan melakukan amalan keghairahan yang khurafat. Ini semua bukan daripada tasauf dan bukan dari jenis tarekat sufiah. Sesungguhnya tasauf yang kami nyatakan tentangnya tiada hubungan langsung dengan pandangan kebanyakan manusia berhubung fenomena negatif yang memburukkan. Tidak harus juga bagi kita untuk mengenali tasauf dan menghukumkan ke atasnya dari kalangan sebahagian pendakwa-pendakwa tasauf yang jahil (yang mendakwa tarekat sebagai ajaran yang salah). Sepatutnya kita bertanyakan ulama' yang memilih tasauf sehingga kita memahami punca sanjungan mereka terhadap tasauf.
Untuk akhirnya, kami mengambil kesempatan ini untuk membantah pendapat golongan yang menyatakan : "Kenapakah tidak dipelajari adab-adab sulukiyah dan penyucian jiwa dari Al-Quran dan As-Sunnah secara langsung?".
Pendapat ini pada zahirnya terkandung rahmat. Tetapi pada hakikatnya terkandung azab. Ini kerana kita tidak mempelajari rukun sembahyang, sunat-sunat sembahyang dan perkara-perkara makruh dalam sembahyang dengan semata-mata melalui bacaan Al-Quran dan As-Sunnah. Tetapi kita mempelajarinya melalui suatu ilmu yang dikenali sebagai ilmu feqah.
Fuqaha' telah menyusunnya dan mengistinbatkan semua hukum-hakam tersebut daripada Al-Quran dan As-Sunnah. Bagaimana pula lahirnya kepada kita mereka yang mendakwa bahawa kami mempelajari fiqh dan hukum agama daripada kitab dan sunnah secara langsung? Kami tidak pernah mendapati seorang ilmuan/ulama' yang mempelajari fiqh daripada kitab dan sunnah secara terus.
Demikian juga, di sana terdapat perkara yang tidak disebut oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Tetapi tidak dapat tidak daripada mempelaj
Al-Allamah Al Habib Umar Bin Salim Bin Hafidz
Maulid Akbar Masjid Husein Seremban 2
.
Sesungguhnya Allah mempunyai 360 pandangan untuk diberikan. Kalau saya seorang hamba mendapatkan satu pandangan daripada Allah maka tidak akan celakalah selama-lamanya.
.
Dan malam jumaat merupakan waktu pandangann daripada Allah. Umat-umat sebelum kita tidak mendapat petunjuk akan kemuliaan hari jumaat. Dan dikhususkan untuk kita perbanyakkan berselawat kepada junjungan besar Nabi Muhammad ﷺ pada hari jumaat.
.
Rasulullah ﷺ bersabda, Sesungguhnya hari yang paling baik kepada kamu adalah hari jumaat maka perbanyakkan berselawat kepadaku. Sesungguhnya selawat kamu akan sampai kepadaku walau dimana kamu berada.
.
Wahai kamu semua yang mengharapkan pandangan daripada Allah, berselawatlah kepada Rasulullah ﷺ. Tidak mungkin pandangan Allah tidak sampai kepada kamu kalau kamu berselawat kepada Rasulullah ﷺ.
.
Kamu di sini sudah dibasahi dengan selawat. Sesungguhnya selawat adalah ikatan dan sambungan dengan Rasulullah ﷺ. Buah dan hasil selawat itu sabda Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan Imam Tarmidzi dan perawi yang lain, sesungguhnya orang yang paling hampir denganku di hari kiamat adalah orang yang paling banyak berselawat kepadaku.
.
Tahukah kamu betapa hebatmya kedudukan itu? Tahukah kamu alangkah hebatnya anugerah itu? Orang yang paling dekat dengan Rasulullah ﷺ di hari kiamat adalah orang yang paling banyak berselawat kepadanya.
.
Sabdanya yang lain, barangsiapa yang berselawat kepada Rasulullah ﷺ sekali maka Allah akan berselawat kepadanya 10 kali. Ini adalah merupakan bekalan kepada kaum mukminin sama ada dilakukan secara berjemaah atau sendirian, sama ada senyap-senyap ataupun terang-terangan.
.
Tidak berkumpul satu kaum di satu perkumpulan lalu tidak berzikir dan berselawat kepada Rasulullah ﷺ melainkan mereka bersurai dalam keadaan rugi.
.
Orang yang membaca surah Al-Kahfi pada malam jumaat atau hari jumaat, Allah akan berikannya cahaya sampai cahaya itu ke baitul atiq, cahaya itu memanjang sampai ke jumaat yang akan datang.
.
Barangsiapa yang baca surah Ad-Dukhan pada malam jumaat maka pada malam itu dia akan diampunkan oleh Allah.
.
Di dalam hadisnya yang lain, barangsiapa yang berselawat kepada Rasulullah ﷺ selepas asar sebanyak 80 kali maka Allah akan mengampunkan dosanya selama 80 tahun.
.
Dan barangsiapa yang bersuci atau mandi daripada rumahnya untuk menghadiri solat jumaat lalu dia mendengarkan khutbah jumaat dan tidak mengganggu sesiapa yang nak solat jumaat maka dia akan diampunkan oleh Allah sehingga jumaat yang akan datang ditambah lagi 3 hari.
.
Adakah kamu melihat dan mendengar fadilat-fadilat tadi?
.
Wahai umat nabi Muhammad ﷺ tidakkah apa yang kamu telah didengarkan dengan anugerah-anugerah yang besar tadi?
.
Sehingga dikatakan bahawasanya para malaikat itu apabila melihat umat-umat sebelum nabi Muhammad ﷺ diselamatkan oleh Allah daripada api neraka dan mereka mengatakan Alhamdulillah tapi malaikat tidak merasa taajub.
.
Tetapi yang mereka taajub apabila kalau ada umat Nabi Muhammad ﷺ yang tidak selamat daripada api neraka. Malaikat merasa taajub bagaimana dia tidak selamat sedangkan dia umat nabi Muhammad ﷺ.
Al-Allamah Al Habib Umar Bin Salim Bin Hafidz
Maulid Akbar Masjid Husein Seremban 2
Penjelasan Bid'ah : ASWJ - MSO D22
/channel/PenjelasanBidaahASWJ
[Ulasan 10 Minit Pertama Pembentangan Salman Ali Dalam Dialog Bahaya Ekstremisme]
ARG Johor mendapat permintaan yg tersangat banyak sekali untuk mengulas pembentangan Salman Ali. Sebenarnya, para penyelidik ARG belum melihat habis video dialog tersebut kerana kesuntukan masa. Hanya selepas "dipaksa" barulah lihat itu pun hanya 10 minit pertama sahaja dahulu. Dalam 10 minit pertama pembentangan salman ali menurut kami sudah banyak kesalahan-kesalahan fakta dan istilah. Istilah radikalisme dan ektsrimisme bercampur baur dan ada banyak lagi kesilapan dalam 10 minit pertama sahaja. Cuma yang mahu difokuskan disini ialah 4 kesilapan fakta ilmiah.
Pada minit 5:03 salman ali mengatakan bahawa Ibn Tumart membunuh orang yang berlainan akidah dengan beliau. Kemuncaknya pada sekitar minit ke 5:52 salman ali mengatakan kesesatan dan kerosakan yg dilakukan oleh Ibn Tumart sehingga dia mengaku menjadi Imam Mahdi.
Pada minit 6:37 salman ali mengatakan mahu menjawab abu syafiq tentang takfir dan ekstrim yg sebenar ialah apabila mengeluarkan seseorang dari sempadan agama, salman ali membawa 3 nama ulama asyairah pada minit 8:43 sebagai contoh berlakunya takfir dikalangan ulama asyairah. Iaitu Abu Dzar Al-Harawi, Al-Khabusyani dan Abu Bakar al Maghribi.
Kesimpulan 10 minit pertama pembentangan salman ali, apa yang ARG Johor faham adalah
1- Ibn Tumart pengganas dan sesat mengaku sebagai al-mahdi
2- Abu Dzar Al-Harawi Al-Asy'ari mengkafirkan Ibn Battah
3- Al- Khabusyani mengkafirkan al-Kizani
4- Abu Bakar al-Maghribi mengkafirkan hanabilah
Berikut ulasan ARG Johor terhadap 4 dakwaan Salman Ali seperti diatas.
Fitnah terhadap ibn tumart ini telah dijawab oleh pakar pakar sejarah dari maghribi. Cthnya fitnah bahawa ibn tumart sesat kerana mengaku sebagai imam mahdi.
Bukan itu sahaja fitnah pada ibn tumart, ada banyak fitnah pada beliau yg telah dijawab oleh pakar-pakar sejarah maghribi termasuklah kesalahan ibn taimiah dalam menukil kisah ibn tumart. ARG Johor hanya akan mengulas dakwaan salman ali bahawa Ibn Tumart sesat kerana mengaku sebagai Imam Mahdi, dakwaan yang lain terlalu panjang untuk ditulis di ruang FB ini. Antara karya-karya yg boleh dirujuk ialah:
- Ibn Tumart, A'azzu ma Yuthlab
- Ibn al-Qattan, Nazmu al-Juman
- Dr. Abdul Majid Al-Najjar, al-Mahdi Bin Tumart.
Dari rujukan-rujukan ini dapatlah kita buat kesimpulan bahawa:
1- Dakwaan al-Mahdi bukan berasal dari Ibn Tumart, akan tetapi ia dari pengikutnya. Buktinya, tidak ada satu pun kitab karangan beliau atau sumber yg beliau tulis sendiri mengaku beliau adalah Imam Mahdi Al-Muntazar.
2- Ibn al-Qattan yang mendakwa Ibn Tumart sendiri mengaku sebagai Imam Mahdi adalah tidak valid jika dinilai dari neraca ilmiah kerana tulisan beliau adalah pada tahun 511H, padahal iklan kemahdian dan dibai'ah oleh muslim Amazigh Sous terjadi pada tahun 515.
3- Menurut ulama, yang sebenarnya Ibn tumart tidak mengaku sebagai al-Mahdi, hanya sahaja ketika pengikutnya memanggilnya al-Mahdi, beliau tidak menolaknya tetapi juga hanya menerima demi maslahat politik, bukan dari konteks akidah. Pengikut-pengikutnya mendakwa sedemikian kerana beliau dilihat memiliki sifat-sifat al-Mahdi, tapi beliau (Ibn Tumart) tidak mengaku dirinya sebagai al-Mahdi. Bila dipanggil al-Mahdi beliau diam sebab meraih simpati politik yang sangat pesat. Dan ini tidak melibatkan kesesatan akidah kerana selepas ibn tumart wafat pengikutnya masih tetap gelarkan dia al mahdi walhal dia BUKAN khalifah ketika beliau wafat (Imam Mahdi adalah khalifah). Beliau wafat sebelum mengalahkan kerajaan Murabitun, dinasti yang menjadi seteru mereka. Hanya anak murid beliau Abdul Mu'min alQumi yang jadi khalifah jatuhkan Murabitun.
4- Tujuan asal beliau ialah mahu menguatkan jihad untuk negara Islam, kerana beliau hidup dizaman suasana ketegangan dan peperangan sengit antara tentera kristian dan tentera Islam. Kerajaan murabitun ketika itu diriwayatkan sudah malas untuk berjhad dan menjadi lesu hingga kawasan-kawasan islam jatuh ke tangan tentera kristian sedikit demi sedikit. Tidak cukup dengan itu diriwayatkan lagi kead
Assalamualaikum.. maaf mengganggu para asatizah yg berada di sini.. saya ada kemuskilan.. adakah bubur asyura itu daripada syiah?
Jawapan kami;
Tradisi memasak bubur asyura adalah bersandarkan kepada apa yang berlaku kepada Nabi Nuh عليه السلام tatkala baginda keluar dari kapal pada hari ‘Asyura’. Malah ia adalah merupakan sebahagian tausi’ah (meluaskan belanja) yang dituntut bagi mereka yang mampu dan tidak mampu bersempena dengan hari 'Asyura' tersebut. Oleh itu, tradisi tersebut bukanlah berasal daripada syiah.
Untuk keterangan lanjut, sila rujuk link berikut;
http://madrasahsunnionline.blogspot.my/2015/11/panduan-hukum-bubur-asyura.html?m=1
اليسع
Wallahu a'lam.
USRAH SOLAT (Q&A IBADAT)
📝by:
/channel/usrah_solat_MSO
**Channel Usrah Solat MSO-D7 berdasarkan fiqh mazhab al-Syafi'i