muslimorid | Неотсортированное

Telegram-канал muslimorid - Muslim.or.id

43075

Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Подписаться на канал

Muslim.or.id

KPR Dalam Tinjauan

Kenyataan yang terjadi dalam kredit KPR adalah pihak bank meminjamkan uang kepada nasabah dan ingin dikembalikan lebih. Jadi realitanya, bukanlah transaksi jual beli rumah karena pihak bank sama sekali belum memiliki rumah tersebut. Yang terjadi dalam transaksi KPR adalah meminjamkan uang dan di dalamnya ada tambahan dan ini nyata-nyata riba. Itu sudah jelas. Kita sepakat bahwa hukum riba adalah haram.

Penyetor Riba Terkena Laknat

Bukan hanya pemakan riba (rentenir) saja yang terkena celaan. Penyetor riba yaitu nasabah yang meminjam pun tak lepas dari celaan. Ada hadits dalam Shahih Muslim, dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba.” Kata beliau, “Semuanya sama dalam dosa.” (HR. Muslim no. 1598).

Mengapa sampai penyetor riba pun terkena laknat? Karena mereka telah menolong dalam kebatilan. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Dalam hadits di atas bisa disimpulkan mengenai haramnya saling menolong dalam kebatilan.” (Syarh Shahih Muslim, 11: 23).

Sehingga jika demikian sudah sepantasnya penyetor riba bertaubat dan bertekad kuat untuk segera melunasi utangnya.

Sudah Seharusnya Menghindari Riba

Jika telah jelas bahwa riba itu haram dan kita dilarang turut serta dalam transaksi riba termasuk pula menjadi peminjam, maka sudah sepantasnya kita sebagai seorang muslim mencari jalan yang halal untuk memenuhi kebutuhan primer kita termasuk dalam hal papan. Memiliki rumah dengan kredit KPR bukanlah darurat. Karena kita masih ada banyak cara halal yang bisa ditempuh dengan tinggal di rumah beratap melalui rumah kontrakan, sembari belajar untuk “nyicil” sehingga bisa tinggal di rumah sendiri. Atau pintar-pintarlah menghemat pengeluaran sehingga dapat membangun rumah perlahan-lahan dari mulai membeli tanah sampai mendirikan bangunan yang layak huni. Ingatlah sabda Rasul,

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sesunggunya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan mengganti bagimu dengan yang lebih baik bagimu.” (HR. Ahmad 5: 363. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Siapa saja yang menempuh jalan yang halal, pasti Allah akan selalu beri yang terbaik. Yang mau bersabar dengan menempuh cara yang halal, tentu Allah akan mudahkan. Yakin dan terus yakinlah!

Selengkapnya: https://muslim.or.id/19285-kredit-kepemilikan-rumah-kpr-dalam-tinjauan.html

___

Penulis: Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, Msc. (pimred Muslim.or.id)

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Sesungguhnya apabila Allah menghendaki kebinasaan pada seorang hamba, Allah akan mencabut rasa malu dari diri hamba tersebut.

Читать полностью…

Muslim.or.id

Waktu Mustajab Doa Di Hari Jumat

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها عبد مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل الله تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده يقللها

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)

Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.

Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:

هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة

“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).

Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.

Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:

يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر

“Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR. Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.

Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan pendapat ini.

Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”. Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.

Sumber: https://muslim.or.id/3853-waktu-waktu-terkabulnya-doa.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Siapakah ahlul fatrah itu? Apakah di zaman kita ini ada ahlul fatrah? Dan bagaimana status mereka (di akhirat)?

Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan menjawab:

Ahlul fatrah adalah orang-orang yang hidup di masa yang tidak ada ajaran Rasul yang sampai kepada mereka, serta tidak diturunkan Kitab untuk mereka. Maka masa fatrah adalah masa antara Nabi Isa ‘alaihissalam dan masa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Allah Ta’ala berfirman:

{يَاأَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ} [المائدة: 19]

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (pengutusan) rasul-rasul” (QS. Al Maidah: 19).

Maka masa fatrah adalah masa ketika tidak ada Rasul dan tidak ada Kitab. Dan termasuk ahlul fatrah juga, orang-orang yang hidup terisolasi dari ulama Islam, atau jauh dari kaum Muslimin, serta dakwah Islam tidak sampai kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman:

{وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا} [الإسراء: 15]

“Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul” (QS. Al Isra: 15).

Adapun mengenai status mereka, sesuai kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


Sumber: https://muslim.or.id/28667-siapakah-ahlul-fatrah.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Banyak istighfar disertai taubat dapat menghalangi manusia dari hukuman dan azab Allah.

Читать полностью…

Muslim.or.id

IDR 15.000 @pustakamuslimjogja

Читать полностью…

Muslim.or.id

Akulah Sang Musafir

Telah tertulis bahwa manusia adalah makhluk yang diberi amanah besar untuk menjalani kehidupan di negeri rantauan, dunia. Manusia, dengan keterbatasannya, mengemban amanah Sang Pencipta untuk memelihara kehidupan di alam dunia ini.

قال الله تعالى :وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلُ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan seorang khalifah (pengganti, pemimpin, atau penguasa) di muka bumi’. Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’. Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui’.”. (QS. Al Baqarah: 30)

Allah memilih manusia sebagai khalifah di bumi dibandingkan dengan para malaikat. Padahal malaikat adalah mahkluk yang senantiasa taat kepada Allah. Sedangkan manusia, sebahagian dari mereka taat kepada Allah dan sebahagian yang lain tidak taat kepada Allah. Manusia seringkali berbuat kerusakan di muka bumi.

Manusia sebagai seorang musafir mempunyai hak atas tanah yang ia jajaki. Ia dapat menjadikan tanah tersebut ladang untuk bercocok tanam, sehingga hasil penanaman itu dapat ia makan demi kelangsungan hidupnya dalam melakukan rantauan. Namun tanaman yang dapat ia tanam pun juga dapat beragam. Ia dapat menanam tanaman yang bermanfaat, dapat pula tanaman yang berbahaya, baik ia ketahui bahayanya secara langsung ataupun tidak.

Baik menanam tanaman yang baik maupun yang buruk, sang musafir itu mempunyai alasan kenapa ia menanam. Ia mempunyai tujuan. Setiap apa saja yang ia lakukan di dunia, di negeri rantauan ini, adalah bukan tanpa alasan. Selalu ada maksud dan harapan. Begitu pula dengan Sang Pencipta musafir itu, yaitu Allah.

Layaknya tidak ada akibat tanpa sebab, maka tidak ada ciptaan tanpa ada yang mencipta. Dan Allah lah yang menciptakan segala sesuatu. Setiap makhluk; manusia, jin, hewan, tumbuhan, setan, bebatuan, langit, bumi, dunia, akhirat, dan lain-lain; adalah Allah Yang Maha Mencipta.

Allah lah yang menciptakan manusia sebagai musafir, dunia sebagai tempat musafir itu berjalan, dan akhirat sebagai tempat musafir itu kembali. Setiap apa yang ada di alam semesta ini, baik yang gaib maupun tidak, adalah ciptaan Allah semata.

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

“Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu” (QS. Az Zumar : 62)

خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ الْأَنْعَامِ ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلَاثٍ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّىٰ تُصْرَفُونَ

“Dia menciptakan kalian dari diri yang satu (Adam) kemudian darinya Dia jadikan pasangan-pasangannya dan Dia menurunkan delapan pasang hewan ternak untuk kalian. Dia menjadikan kalian dalam perut ibu kalian kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kalian, Tuhan yang memiliki kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia, maka mengapa kalian dapat dipalingkan?” (QS. Az Zumar: 6)

Dan Allah tidaklah menciptakan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini kecuali dengan alasan yang benar. Akan selalu ada hikmah di balik setiap ciptaan-Nya. Yang manusia ketahui hanyalah apa-apa yang telah Allah dan Rasul-Nya beritakan kepada mereka. Dan Allah lah yang lebih mengetahui atas segala sesuatu.

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

“Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kalian main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada kami?” (QS. Al Mu’minun: 115)


Selengkapnya: https://muslimah.or.id/8903-aku-lah-sang-musafir.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

Fans

Читать полностью…

Muslim.or.id

Menasehati Amalan yang Keliru = Memerangi Sesama Muslim?

Sesama muslim ada yang antipati dengan nasehat. Padahal maksud saudaranya itu baik. Saudaranya sangat mencintainya, ingin amalannya lurus dan sesuai ajaran baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ada yang menuduh nasehat tersebut berarti memerangi sesama muslim. Ada yang menuduh nasehat tersebut adalah watak Yahudi yang ingin memerangi umat Islam. Wallahul musta’an. Kenapa tidak mau berhusnuzhan pada saudara kita yang menasehati?

Ketika kita mengajarkan Al Qur’an pada murid-murid kita, saat ia salah dalam hal tajwid, seharusnya dibaca 6 harokat, dia hanya membacanya 2 harokat, lalu kita perbaiki, apa kita yang betulkan itu salah?
Kenapa ada yang berkomentar bahwa saat kita menasehati saudara-saudara kita yang amalannya keliru karena tidak sesuai dengan ajaran Nabi, lantas kita malah yang dituduh memerangi sesama muslim?

Terus apa kemungkaran dibiarkan begitu saja?

Apa kita biarkan saja kaum muslimin tidak memahami ajaran Nabi dan tidak memahami Islam yang benar?

Berikut nasehat Ibnu Taimiyah yang menjelaskan pentingnya amar ma’ruf nahi mungkar, mengajak sesama muslim pada kebaikan dan melarang muslim yang lain dari kemungkaran secara umum (syirik, bid’ah maupun maksiat).

Allah Ta’ala berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)

Sebagian ulama salaf mengatakan, “Mereka bisa menjadi umat terbaik jika mereka memenuhi syarat (yang disebutkan dalam ayat di atas). Siapa saja yang tidak memenuhi syarat di atas, maka dia bukanlah umat terbaik.”

Para salaf mengatakan, telah disepakati bahwa amar ma’ruf nahi munkar itu wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad dan mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya. Walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya, begitu pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar yang diwajibkan. Jika ada orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar, wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga maksudnya yang Allah dan Rasulnya perintahkan tercapai. Allah Ta’ala berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas.” (QS. Al Maidah: 2)

Setiap rasul yang Allah utus dan setiap kitab yang Allah turunkan, semuanya mengajarkan amar ma’ruf nahi mungkar.

Selengkapnya: https://muslim.or.id/19755-menasehati-amalan-yang-keliru-memerangi-sesama-muslim.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Momen Lebaran, Kesempatan Mempraktekan Akhlak Karimah

Di hari lebaran, anggota keluarga dan kerabat pun saling bertemu atau bahkan berkumpul di satu tempat. Para tetangga pun saling berjumpa satu sama lain, juga dengan teman-teman yang dikenal. Berangkat dari semua ini, momen lebaran tentunya menjadi kesempatan tersendiri bagi seorang muslim untuk mempraktekan akhlak karimah, tentunya tanpa harus melanggar aturan syari'at.

Terlebih lagi bagi para penuntut ilmu agama dan orang-orang yang berpegang teguh pada sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, momen ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa anda berpegang teguh pada sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bukan hanya dalam aqidah dan ibadah namun juga dalam akhlak, dan akhlak mulia adalah hasil dari pelajaran tauhid yang anda terapkan.

Diantara akhlak mulia yang dapat dipraktekkan antara lain:

* Memperbanyak senyum
* Bermuka cerah dan ramah
* Berkata-kata yang baik dan sopan
* Banyak memberi bantuan
* Banyak bersedekah
* Bersalaman
* Tawadhu' dan tidak pamer kekayaan
* Memperbanyak salam
* Sesekali bercanda untuk mencairkan suasana
* Mendahulukan orang lain dalam perkara non-ibadah
* Memuliakan tamu
* Menjaga pandangan
* Saling menasehati dalam kebaikan

Selengkapnya:
https://muslim.or.id/6791-momen-lebaran-kesempatan-mempraktekan-akhlak-karimah.html

___

══════ ❁✿❁ ══════
Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Tata Cara Shalat Id

* Tidak ada adzan dan iqamah. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Jabir Radhiallahu’anhuma :

لم يكن يُؤذَّن يوم الفطر ولا يوم الأضحى

“Tidak pernah ada adzan pada shalat Idul Fitri dan shalat Idul Adha” (HR. Bukhari 960, Muslim 886)

* Tata cara shalat Id umumnya sama seperti shalat biasa. Hanya saja ia dikerjakan sebanyak dua rakaat. Dan bertakbir sebanyak 7 kali pada rakaat pertama, atau 5 kali pada rakaat kedua, sebelum membaca yang lain, tidak termasuk takbiratul ihram, takbir intiqal dan takbir untuk rukuk. Dalilnya hadits ‘Aisyah:

أن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – كان يكبر في الفطر والأضحى: في الأولى سبع تكبيرات، وفي الثانية خمساً، سوى تكبيرتي الركوع

“Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam biasanya bertakbir pada shalat Idul Fitri dan Idul Adha 7 kali di rakaat pertama dan 5 kali di rakaat kedua, tidak termasuk takbir untuk rukuk” (HR. Abu Daud 1150, Ibnu Majah 1280, dishahihkan Al Albani dalam Al Irwa 639)

* Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam biasanya membaca surat Al A’laa dan Al Ghasiyah terutama jika hari Id jatuh pada hari Jum’at, atau terkadang juga surat Qaf dan Al Qamar (lihat hadits Muslim 878, 891).

* Diikuti dengan khutbah setelah selesai shalat. Dalilnya hadits Ibnu Abbas:
شهدتُ العيد مع رسول الله – صلى الله عليه وسلم – وأبي بكر وعمر وعثمان رضي الله عنهم، فكلهم كانوا يُصَلُّون قبل الخُطبة

“Aku ikut shalat Id bersama Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman radhiallahu’anhum. Mereka semua shalat sebelum khutbah” (HR. Bukhari 962, Muslim 884).

* Mendengarkan khutbah hukumnya sunnah dan tidak berpengaruh pada keabsahan shalat Id. Beradasarkan hadits:

إنَا نخطب، فمن أحب أن يجلس للخطبة فليجلس، ومن أحب أن يذهب فليذهب

“Aku (Rasulullah) akan berkhutbah. Siapa yang ingin duduk mendengarkan, silakan. Siapa yang ingin pergi, juga silakan” (HR. Abu Daud 1155, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami 2289)

* Tidak ada shalat khusus sebelum (qabliyah) atau setelah (ba’diyah) shalat Id. Dalilnya hadits Ibnu ‘Abbas :

أن النبي – صلى الله عليه وسلم – صلى يوم الفطر ركعتين، لم يُصَلِّ قبلَها ولا بعدها

“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam shalat di hari Idul Fitri dua rakaat tanpa menyambung dengan shalat sebelum atau sesudahnya” (HR. Bukhari 989)

* Jika Idul Adha jatuh pada hari Jum’at, boleh meninggalkan shalat Jum’at pada siang harinya, dengan kata lain cukup shalat Zhuhur saja. Namun jika tetap melaksanakan shalat Jum’at juga diperbolehkan. Dalilnya hadits Zaid bin Arqam:

أنه صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ صلَّى العيدَ ، ثم رخَّص في الجمعةِ ، فقال : من شاء أن يُصلِّيَ فلْيُصلِّ

“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam shalat Id, lalu beliau memberi keringanan untuk tidak melakukan shalat Jum’at, tapi beliau bersabda: ‘siapa yang ingin shalat, silakan’” (HR. Abu Daud 1070, An Nasa’1 3/194, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)

__

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Shalat Id Di Masjid, Bolehkah?

Shalat ‘Id (hari raya) adalah salah satu syi’ar (simbol keagungan dan kemuliaan)1 Islam yang sangat agung2 dan melambangkan ketinggian agama Allah Ta’ala yang mulia ini.

Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam selalu melaksanakannya di tanah lapang di luar masjid, bahkan tidak ada satu riwayatpun yang shahih bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah melaksanakannya di masjid. Kemudian para Shahabat Radhiallahu’anhum sepeninggal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga mempraktetakkan sunnah ini dengan baik3.

Imam Ibnul Haajj al-Maliki berkata: “Sunnah yang telah berlangsung (sejak dulu) dalam (pelaksanaan) shalat ‘Ied (hari raya) adalah dilaksanakan di mushalla (tanah lapang), karena Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama daripada seribu shalat di masjid lain kecuali (shalat) di al-Masjidil Haram”4.

Kemudian bersamaan dengan keutamaan yang agung ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melaksanakan shalat ‘Ied di tanah lapang dan tidak melaksanakannya di Masjid Nabawi. Maka ini merupakan dalil (argumentasi) yang jelas tentang ditekankannya pensyariatan shalat ‘Ied di tanah lapang.

Ini adalah Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan melaksanakannya di masjid, menurut madzhab Imam Malik – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – adalah (perbuatan) bid’ah5, kecuali jika ada alasan darurat (mendesak) untuk melaksanakannya di masjid, maka ini bukan perbuatan bid’ah. Karena Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah melakukannya (shalai ‘Ied di masjid) dan juga para al-Khulafaa’ ur-raasyidiin (para Khalifah yang lurus, yaitu Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Ali Radhiallahu’anhum) sepeninggal beliau Shallallahu’alaihi Wasallam.

Juga dikarenakan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kaum perempuan (seluruhnya) untuk keluar menuju (tempat) shalat ‘Ied, bahkan beliau Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan para wanita yang sedang haidh dan gadis pingitan untuk keluar ke (tempat) shalat ‘Ied…6.

Maka ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan (semua) kaum perempuan untuk keluar (ke tempat shalat ‘Ied) berarti beliau Shallallahu’alaihi Wasallam mensyariatkan shalat ‘Ied di tanah lapang untuk menampakkan syi’ar Islam”7.

Dalil-dalil dari Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
Di antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam adalah melaksanakan shalat ‘Ied di tanah lapang, adalah sebagai berikut:

1- Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu’anhu dia berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam keluar (untuk melaksanakan shalat) pada hari raya ‘Iedul fithr dan ‘Iedul adha menuju tanah lapang, maka yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat ’Ied, kamudian setelah selesai beliau Shallallahu’alaihi Wasallam berdiri (untuk berkhutbah) di hadapan kaum muslimin dan mereka (tetap) duduk di shaf-shaf mereka…Abu Sa’id al-Khudri berkata: Kemudian sunnah itu terus dilakukan kaum muslimin sampai di Jaman (pemerintahan) Marwan bin al-Hakam…”8.

Imam an-Nawawi berkata: “Hadits ini merupakan dalil bagi ulama yang mengatakan bahwa dianjurkan keluar menuju tanah lapang untuk melaksanakan shalat ‘Ied dan bahwa melaksanakannya di tanah lapang lebih utama daripada melaksanakannya di masjid. Pendapat inilah yang diamalkan oleh kaum muslimin di hampir semua kota, kecuali penduduk Mekkah…”9.


Selengkapnya: https://muslim.or.id/26037-shalat-id-di-masjid-bolehkah.html
__

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Rahasia Keagungan Hari Arafah

Hari Arafah 9 Dzulhijjah sudah diambang pintu. Memangnya ada apa ?

Ketahuilah bahwa hari Arafah merupakan hari yang penuh dengan keutamaan, karena hari Arafah adalah hari:

Hari Allah membuka pintu maghfirah (ampunan) seluas-luasnya.
Hari bagi para jama’ah haji untuk wukuf yang merupakan inti haji.
Hari penyempurnaan agama dan nikmat yang agung kepada ummat Islam.
Ummul mukminin Aisyah pernah menuturkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيْهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُوْ ثُمَّ يُبَاهِيْ بِهِمْ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُوْلُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ ؟

"Tidak ada suatu hari yang Allah lebih banyak membebaskan seorang hamba dari api neraka melainkan hari Arafah. Sesungguhnya Allah mendekat dan berbangga di hadapan para malaikatnya seraya berkata: Apa yang mereka inginkan?" (HR. Muslim no. 1348).

Imam An-Nawawi berkata: “Hadits ini jelas sekali menunjukkan keutamaan hari Arafah”.

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam juga bersabda:

إِنَّ اللهَ لَيُبَاهِيْ الْمَلاَئِكَةَ بِأَهْلِ عَرَفَاتٍ يَقُوْلُ: اُنْظُرُوْا إِلىَ عِبَادِيْ شَعْثًا غَبْرًا

"Sesungguhnya Allah membanggakan orang-orang yang wukuf di Arafah kepada para malaikat. Allah berkata kepada mereka: Lihatlah para hambaKu, mereka dalam keadaan kusut dan berdebu" (HR. Ibnu Khuzaimah, no.2839, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Khuzaimah).

Maka semestinya bagi kita untuk memanfaatkan hari Arafah untuk memperbanyak pundi-pundi pahala sebagai bekal menghadap Sang Maha Kuasa.

Diantara amalan yang sangat dianjurkan adalah puasa, berdasarkan hadits dari Abu Qotadah bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam ditanya tentang puasa Arafah, beliau menjawab:

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

"Puasa arafah menghapus dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang" (HR. Muslim no. 1162).

Subhanallah, alangkah murahnya kasih sayang Allah kepada hambaNya. Hanya dengan modal amalan yang sederhana tapi pahalanya begitu melimpah. Bukankah kita adalah makhluk hina yang berlumuran dosa ? Bukankah kita sangat butuh pada ampunanNya ?

Sungguh berbahagia orang yang menghidupkannya dan sungguh rugi orang yang melalaikannya.

Dan diantara amalan yang ditekankan juga adalah memperbanyak doa di hari Arafah. Karena doa saat itu adalah mustajab. Dan ini merupakan keadilan Allah. Jika para jamaah haji yang sedang wukuf doanya mustajab, demikian juga yang tidak haji disyariatkannya puasa karena doa orang puasa juga mustajab.

***

Penulis: Ust. Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id

Читать полностью…

Muslim.or.id

KONTAK CS 2 MUSLIMSTORE.ID

Bismillah

Karena seringnya overload order maka kami membuka kontak baru. Bagi pelanggan lama tidak perlu menyimpan kontak baru muslimstore.id . Mohon doanya agar kami tetap bisa memberikan pelayanan yang lebih baik kedepannya .

Yuk belanja online di muslimstore.id

KONTAK CS 2
muslimstore.id

Telp/SMS/WA
0823 9500 4230

PIN BBM
D2EF7AA4

Instagram
muslimstore_id

FILE KATALOG
Silakan daftarkan email ke CS kami

Читать полностью…

Muslim.or.id

Inilah Keutamaan Puasa Arafah

Salah satu amalan utama di awal Dzulhijjah adalah puasa Arafah, pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini memiliki keutamaan yang semestinya tidak ditinggalkan seorang muslim pun. Puasa ini dilaksanakan bagi kaum muslimin yang tidak melaksanakan ibadah haji.

Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)

Imam Nawawi dalam Al Majmu’ (6: 428) berkata, “Adapun hukum puasa Arafah menurut Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah: disunnahkan puasa Arafah bagi yang tidak berwukuf di Arafah. Adapun orang yang sedang berhaji dan saat itu berada di Arafah, menurut Imam Syafi’ secara ringkas dan ini juga menurut ulama Syafi’iyah bahwa disunnahkan bagi mereka untuk tidak berpuasa karena adanya hadits dari Ummul Fadhl.”

Ibnu Muflih dalam Al Furu’ -yang merupakan kitab Hanabilah- (3: 108) mengatakan, “Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama.”

Adapun orang yang berhaji tidak disunnahkan untuk melaksanakan puasa Arafah.

عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ

“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari no. 1988 dan Muslim no. 1123).

عَنْ مَيْمُونَةَ – رضى الله عنها – أَنَّ النَّاسَ شَكُّوا فِى صِيَامِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – يَوْمَ عَرَفَةَ ، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِحِلاَبٍ وَهْوَ وَاقِفٌ فِى الْمَوْقِفِ ، فَشَرِبَ مِنْهُ ، وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ

“Dari Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa orang-orang saling berdebat apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Arafah. Lalu Maimunah mengirimkan pada beliau satu wadah (berisi susu) dan beliau dalam keadaan berdiri (wukuf), lantas beliau minum dan orang-orang pun menyaksikannya.” (HR. Bukhari no. 1989 dan Muslim no. 1124).

Mengenai pengampunan dosa dari puasa Arafah, para ulama berselisih pendapat. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dosa kecil. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika bukan dosa kecil yang diampuni, moga dosa besar yang diperingan. Jika tidak, moga ditinggikan derajat.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 51) Sedangkan jika melihat dari penjelasan Ibnu Taimiyah rahimahullah, bukan hanya dosa kecil yang diampuni, dosa besar bisa terampuni karena hadits di atas sifatnya umum. (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 7: 498-500).

Setelah kita mengetahui hal ini, tinggal yang penting prakteknya. Juga jika risalah sederhana ini bisa disampaikan pada keluarga dan saudara kita yang lain, itu lebih baik. Biar kita dapat pahala, juga dapat pahala karena telah mengajak orang lain berbuat baik. “Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah (harta amat berharga di masa silam, pen).” (Muttafaqun ‘alaih). “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim).

Semoga Allah beri hidayah pada kita untuk terus beramal sholih.

Catatan: Puasa Arafah tahun ini (2016), jatuh pada hari Minggu, 11 September 2016

Читать полностью…

Muslim.or.id

Shalat sunnah lebih utama dikerjakan di rumah

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أفضل صلاة المرء في بيته إلا المكتوبة

“shalat yang afdhal bagi seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat-shalat wajib” (HR. Al Bukhari no. 7290)

Channel @silsilahsahihah

Читать полностью…

Muslim.or.id

Kebangkitan Islam Tidak Harus Menunggu Imam Mahdi

Pembaca yang budiman, jangan salah sangka. Kebangkitan Islam di akhir zaman, tidak harus menunggu Imam Mahdi. Oleh karenanya janganlah putus asa dalam memperjuangkan Islam.

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah mengatakan:

Ketahuilah saudaraku sesama muslim, bahwa banyak dari Kaum Muslimin sekarang ini telah melenceng dari kebenaran dalam (memahami) masalah ini. Diantara mereka ada yang hatinya yakin bahwa Negara Islam tidak akan berdiri kecuali dengan munculnya Imam Mahdi, dan ini adalah khurofat dan kesesatan yang dilemparkan setan ke dalam hati mereka yang awam, terutama mereka yang dari kelompok sufi, padahal dalam hadits-hadits tentang Imam Mahdi tidak ada keterangan yang menyatakan seperti itu sama sekali.

Bahkan semua hadits-hadits tersebut tidak keluar dari keterangan bahwa Nabi –shallallahu alaihi wasallam– menyampaikan kabar gembira kepada Kaum Muslimin dengan munculnya seorang laki-laki dari keluarga beliau, dan beliau menerangkan banyak sifatnya, diantara sifatnya yang paling jelas: bahwa orang tersebut akan berhukum dengan Islam dan akan menyebarkan keadilan ke tengah-tengah umat manusia.

Jadi, dia sebenarnya termasuk diantara para pembaharu Islam yang diutus Allah pada setiap permulaan abad, sebagaimana keterangan itu telah shahih dari Beliau –shallallahu alaihi wasallam-. Dan sebagaimana (kabar tentang adanya pembaharu Islam di setiap permulaan abad) itu tidak mengharuskan kita meninggalkan usaha menuntut ilmu agama dan mengamalkannya untuk memperbarui agama ini, begitu pula berita munculnya Imam Mahdi, seharusnya tidak menjadikan kita menyandarkan usaha kepadanya, tidak mempersiapkan diri, dan tidak beramal untuk menegakkan Hukum Allah di bumi.

Namun yang benar adalah sebaliknya (yakni giat dengan usaha-usaha tersebut), karena usaha Imam Mahdi tidak mungkin lebih hebat daripada usaha Nabi kita Muhammad –shallallahu alaihi wasallam-. (namun) Beliau selama 23 tahun berdakwah untuk mengokohkan pilar-pilar Islam dan pendirian Negara Islam.

Lalu apa yang bisa dilakukan oleh Imam Mahdi bila keluar hari ini, dan dia mendapati Kaum Muslimin berpecah belah dalam banyak kelompok dan golongan, sedang para ulama mereka -kecuali sedikit dari mereka- dijadikan sebagai para ‘dedengkot’ mereka.

Tentunya dia tidak mampu mendirikan Negara Islam, kecuali setelah dia menyatukan pandangan mereka, dan mengumpulkan mereka dalam satu barisan, di bawah satu bendera, dan tak diragukan lagi, ini membutuhkan waktu lama –wallahu a’lam berapa lamanya-.

Maka, dalil dari syariat dan logika menunjukkan akan adanya orang-orang yang ikhlas dari Kaum Muslimin yang akan melakukan kewajiban (memperbaiki umat) ini, sehingga ketika Imam Mahdi keluar, dia tinggal memimpin mereka menuju kemenangan, dan jika pun Imam Mahdi belum muncul di zaman mereka, maka mereka telah melakukan kewajiban mereka (memperbaiki umat ini), dan Allah berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ

“Katakanlah (Muhammad): Beramallah kalian, maka Allah dan Rosul-Nya akan melihat amal kalian itu“. (QS. At-Taubah: 105).

[Sumber: Silsilah Ash Shahihah: 4/42].



Penulis: Ust. Musyafa Ad Darini, Lc., MA.

Sumber: https://muslim.or.id/22303-kebangkitan-islam-tidak-harus-menunggu-imam-mahdi.html

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Sadarilah.. Dunia Itu Menipu

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul junjungan; Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Inilah dunia, maka berhati-hatilah.

“Bagaikan fatamorgana,” seperti itulah dunia. Ia adalah kehidupan yang tidak abadi, kebahagiaan yang menipu, dan kesenangan yang semu. Namun, sangat disayangkan masih saja banyak yang tertipu. Apakah mereka ini tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu akan hakikat dunia yang sebenarnya? Dunia ini fana, dan kenikmatan di dalamnya juga sementara. Dunia ini hina, tidak sebanding dengan nilai seekor nyamuk yang lemah tanpa daya. Bahkan dunia ini pun terlaknat, beserta apa yang ada di dalamnya, kecuali kebaktian, kebajikan, dan amal saleh.

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. al-Hadîd [57]: 20).

Inilah dunia yang banyak membuat orang teperdaya. Ia tak lain sekadar permainan yang hasilnya hanya kecapekan dan kelalaian belaka. Dunia menyibukkan orang dari hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Dunia tak lebih dari sebuah tanaman yang tumbuh subur di musim hujan, yang tidak seberapa lama kemudian layu dan mengering di musim kemarau. Dan akhirnya bak anai-anai yang beterbangan ditiup angin. Sungguh, betapa cepatnya tanaman itu binasa.

Ketahuilah, kebahagiaan di dunia ini tak akan tercapai kecuali dengan menjadikannya jalan menuju akhirat. Di sanalah kenikmatan yang abadi berada. Sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas di hati manusia.

Beginilah hakikat dunia, wahai saudaraku! Jangan sampai ia menipumu. Bukankah kita datang ke dunia ini atas kehendak dari sang Pencipta? Kita pun kelak akan berpulang atas kehendak-Nya juga. Dan jika Ia telah menghendaki, kita tidak akan pernah mampu menolaknya. Berapa banyak orang yang sudah berpulang mendahului kita? Dan berapa banyak orang yang akan datang menggantikan kita? Perumpamaannya seperti sebuah ombak di lautan yang datang silih berganti. Satu ombak hilang ditelan pantai, datang berikutnya susul-menyusul. Begitu pula dunia ini, hilang satu tumbuh seribu. Jika saatnya nanti tiba, semua akan binasa.

Selengkapnya: https://muslim.or.id/24861-agar-dunia-tak-memenjara-5-sadarilah-dunia-itu-menipu.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Adab-Adab Di Hari Jum’at

1. Memperbanyak Sholawat Nabi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)

2. Mandi Jumat

Mandi pada hari Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang balig berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, di mana Rasulullah bersabda yang artinya, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.” (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jumat ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jumat. Adapun tata cara mandi Jumat ini seperti halnya mandi janabah biasa. Rasulullah bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi Jumat seperti mandi janabah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Menggunakan Minyak Wangi

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi pada hari Jumat dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu sholat sesuai yang ditentukan baginya dan ketika imam memulai khotbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Bersegera Untuk Berangkat ke Masjid

Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Makna hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jumat pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat Fathul Bari II/388)

5. Sholat Sunnah Ketika Menunggu Imam atau Khatib

Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)

6. Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhotbah

“Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat Jumat ketika imam sedang berkhotbah.” (Hasan. HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

7. Sholat Sunnah Setelah Sholat Jumat

Rasulullah bersabda yang artinya, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka sholatlah empat rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)

8. Membaca Surat Al Kahfi

Nabi bersabda yang artinya, “Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat maka Allah akan meneranginya di antara dua Jumat.” (HR. Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)

Demikianlah sekelumit etika yang seharusnya diperhatikan bagi setiap muslim yang hendak menghidupkan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di hari Jumat. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa di atas sunnah Nabi-Nya dan selalu istiqomah di atas jalan-Nya.

Sumber: https://muslim.or.id/184-adab-pada-hari-jumat-sesuai-sunnah-nabi.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Beberapa sifat orang beriman

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahim. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diam" (HR. Bukhari no. 6138).

@silsilahsahihah

Читать полностью…

Muslim.or.id

Wahai pria, pahamilah!

Читать полностью…

Muslim.or.id

Kesetiaan pada Non Muslim

Allah Ta’ala Berfirman (yang artinya), “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka.” (QS. Al-Mujadilah: 22)

Imam Ibnu Katsir menuturkan, “Orang-orang beriman tidaklah mencintai orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka adalah kerabat dekat.” (Tafsir Al-Quran Al ‘Azhim, 7/212)

Buku ini berisi prinsip al wala wal bara, yaitu bagaimanakah seorang muslim bersikap loyal atau setia pada muslim. Pembahasan dalam buku yang ada di hadapan Anda diawali dengan pembahasan prinsip akidah muslim terhadap non muslim, baru merembet pada masalah toleransi, larangan tasyabbuh (menyerupai) non muslim, bagaimana berinteraksi dengan non mnuslim, juga di akhir bahasan buku ini disinggung mengenai nikah beda agama.

Prinsip akidah al wala wal bara yang disajikan dalam buku ini masi sangat kurang dipahami oleh umat islam saat ini. Sudah sepantasnya buku ini dimiliki untuk dikaji dan dipelajarai.

EDISI COVER BARU

Judul: Kesetiaan Pada Non Muslim
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Penerbit: Pustaka Muslim Yogyakarta
Kode Buku : KPNM
Harga: Rp 15.000,00
Ukuran: 9x14 cm

Pemesanan dapat menghubungi kami melalui

1. Email: pustaka_muslim@yahoo.com
2. Kontak: 085290888668 (CALL / SMS / WA)
3. PIN BBM: 5D10F8FE

Silakan kunjungi situs kami di http://pustaka.muslim.or.id/

Silakan follow @pustakamuslimjogja

Читать полностью…

Muslim.or.id

5 Amalan DI Hari Tasyriq

Ada beberapa amalan utama yang bisa diamalkan di hari tasyriq. Di antaranya, kita masih diperintahkan untuk memperbanyak dzikir semisal takbir.

Allah Ta’ala berfirman,

وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

“Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” (QS. Al Baqarah: 203).

Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya mengatakan bahwa ayyamul ma’dudat adalah tiga hari tasyriq. Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari tasyriq.

Dzikir yang diperintahkan oleh Allah di hari-hari tasyriq ada beberapa macam:

1. Berdzikir kepada Allah dengan bertakbir muqoyyad yaitu setelah selesai menunaikan shalat wajib. Ini disyariatkan hingga akhir hari tasyriq sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Hal ini juga diriwayatkan dari ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Abbas.
2. Membaca tasmiyah (bismillah) dan takbir ketika menyembelih qurban. Dan waktu menyembelih qurban adalah sampai akhir hari tasyriq (13 Dzulhijah) sebagaimana Imam Syafi’i dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Namun mayoritas sahabat berpendapat bahwa waktu menyembelih qurban hanya tiga hari yaitu hari Idul Adha dan dua hari tasyriq setelahnya (11 dan 12 Dzulhijah). Pendapat kedua ini adalah pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad, juga termasuk pendapat Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan menjadi pendapat kebanyakan ulama.
3. Berdzikir memuji Allah Ta’ala ketika makan dan minum. Yang disyari’atkan ketika memulai makan dan minum adalah dengan menyebut nama Allah (bismillah) dan mengakhirinya dengan menyebut alhamdulillah.
4. Berdzikir dengan takbir ketika melempar jumroh di hari tasyriq. Dan amalan ini khusus untuk orang yang berhaji.
5. Berdzikir pada Allah secara mutlak karena kita dianjurkan memperbanyak dzikir di hari-hari tasyriq. Sebagaimana ‘Umar ketika itu pernah berdzikir di Mina di kemahnya, lalu manusia mendengar. Mereka pun bertakbir dan Mina akhirnya penuh dengan takbir. Allah Ta’ala berfirman,
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آَبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ (200) وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201)

“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu[126], atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Al Baqarah: 200-201)

Sumber: https://muslim.or.id/18565-5-amalan-di-hari-tasyriq.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Sampai detik ini... Ucapan takbir masih terucap..

Daging-daging yang di-sate dan di-gule pun masih berbau sedaap..

Semoga nikmat menyantap makanan ini, bisa tersyukuri dengan ibadah yang banyak..

Semoga kisah Ibrahim dan Ismail, menginspirasi kita untuk terus semangat berbuat taat..

---

Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari mengucapkan:

*Taqabbalallahu minnaa wa minkum*

Moga Allah terima amal kebaikan kita dan memudahkan kita untuk mengerjakan amal kebaikan lainnya.

---

TIM DONASI DAKWAH YPIA
0857477223366

Читать полностью…

Muslim.or.id

Golongan yang selamat adalah yang mengikuti sunnah Nabi dan para sahabat Nabi

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إن بني إسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة ، وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم في النار إلا ملة واحدة ، قال من هي يا رسول الله ؟ قال : ما أنا عليه وأصحابي

“Bani Israil akan berpecah menjadi 74 golongan, dan umatku akan berpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di nereka, kecuali satu golongan”. Para sahabat bertanya: “Siapakah yang satu golongan itu, ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku” (HR. Tirmidzi no. 2641. Dalam Takhrij Al Ihya (3/284) Al’Iraqi berkata: “Semua sanadnya jayyid”).

@silsilahsahihah

Читать полностью…

Muslim.or.id

KISAH SEDIH DI HARI RAYA

Suatu ketika khalifah Umar bin Abdul Aziz menatap putranya Abdul Malik yang sedang mengenakan pakaian usang dihari raya. Umarpun lalu menangis.
Putranya yang melihat sang ayah menangis bertanya, "Apa yang membuatmu menangis wahai ayahku..?
Umar menjawab, "Wahai putraku.. Aku takut bila engkau keluar dan bermain dengan anak-anak lain hatimu merasa hancur."
Putra yang sangat berbakti itu berkata, "Orang yang hatinya hancur adalah mereka yang bermaksiat kepada Tuhan mereka dan durhaka kepada ibu bapaknya.
Dan Aku berharap agar Allah meridhoiku berkat ridhomu padaku wahai Ayahku.
Segera saja Umar memeluk putranya dengan erat lalu mendoakannya. Dikemudian hari, putranya tersebut menjadi seorang sangat zuhud.*

Dikesempatan yang lain datanglah putri-putri Umar bin Abdul Aziz mengadu kepadanya, "Ayah... besok adalah hari raya, sementara kita belum memiliki pakaian baru. Umar menatap mereka dan berkata, "Putri-putriku. Hari raya itu bukan bagi orang yang memakai pakaian baru. Hari raya itu bagi orang yang takut akan hari kiamat.

Bendahara negara yang melihat pemandangan haru itu memberi tawaran kepada sang Khalifah, "Wahai Amirul Mukminin.. Apa salahnya bila kita membayarkan gaji bulan depan anda lebih dahulu.?
Mendengar tawaran itu, Umar menatap sang bendahara dengan tatapan marah. Umar berkata, "Apakah kamu mengetahui ilmu ghaib sehingga engkau tau bahwa aku masih akan hidup sehari setelah hari ini.?

Engkau benar wahai Amiirul Mukminin, bahwa tak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari. Allah azza wa jalla berfirman:

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS: Luqman: 34)**

Diterjemahkan dari:
*www.saaid.net
**www.alukah.net

_________________

Ust Aan Chandra Thalib El-Gharantaly, Lc.

Читать полностью…

Muslim.or.id

⏰ 10 MENIT IRONIS! ⏰

Jangan sampai ini terjadi pada kita!

➡️ 10 menit untuk buka facebook teman sekolah seangkatan terasa kurang,namun 10 menit untuk buka mushaf Al-Qur`an terasa lama.

➡️ 10 menit untuk berkoment di whatsapp masih bisa disempat-sempatkan setiap harinya,namun 10 menit untuk menghafal Al-Qur`an tiap harinya,terasa gak ada kesempatan!

➡️ 10 menit browsing “tafsir (baca:klarifikasi)” dari pernyataan politikus terasa menjadi perkara yang seolah-olah harus tahu, namun 10 menit mencari tafsir dari firman Allah yang banyak tidak diketahui,terasa seolah-olah bukan menjadi kebutuhan!

⚠️ Renungkanlah firman Allah Ta'ala :

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`an bahkan hati mereka terkunci?”. (Muhammad:24)

Oleh: Ustadz Said Abu Ukkasyah

Читать полностью…

Muslim.or.id

[ MOHON DIPERHATIKAN ]
*10 hari awal Dzulhijjah, sisa dua hari lagi*

---

Yuk, Gunakan Waktu Tersisa untuk Join *DONAT-BAKPIA*


Hari ini, adalah momentum yang tepat untuk banyak beramal ibadah.

Mari bergabung dalam program :

*DONAT-BAKPIA*

_"Donatur Tetap Bersama Kegiatan YPIA"_

---

Bagi yang tergabung dengan program DONAT-BAKPIA, akan mendapatkan keuntungan sbb;

1. Ridho Allah dan Pahala, Insya Allah
2. Bisa berdonasi tiap bulan untuk kegiatan dakwah YPIA
3. Akan ada reminder tiap bulan dari Tim Donasi Dakwah YPIA
5. Akan kita laporkan tiap bulan secara transparan sesuai dengan pos yang didonasikan

---

Ada sebanyak 12 pos donasi dengan rincian dana kebutuhan detail, yang bisa anda pilih.

Untuk mengetahuinya, Insya Allah akan kami sampaikan setelah anda mendaftar.

*Cara mendaftar DONAT BAKPIA*

Ketik : DAFTAR "DONAT-BAKPIA" NAMA DOMISILI NO.HP

Kirim ke Nomor Tim Donasi Dakwah, via Whatss App. (kalau tidak ada WA, bisa lewat SMS)

Batas Pendaftaran sampai dengan 10 Dzulhijjah.

---

Semoga kita senantiasa dimudahkan dalam setiap kebaikan.

Mari jadikan awal Dzulhijjah ini sebagai momentum untuk beramal...

---

*Tim Donasi Dakwah YPIA*
085747223366

Читать полностью…

Muslim.or.id

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel https://muslim.or.id/18509-keutamaan-puasa-arafah.html

Читать полностью…

Muslim.or.id

Inilah Keutamaan Puasa Arafah

Читать полностью…

Muslim.or.id

Menyambut Idul Adha: Berbahagia Di Hari Raya

Nilai hari raya dalam pandangan Islam bukanlah semata-mata rutinitas tahunan biasa. Hari raya menjadi sangat berarti karena ia sejatinya berkaitan dengan ibadah-ibadah penting di dalam Islam. Hari raya idul fitri dirayakan setelah kaum muslimin menunaikan ibadah shaum selama satu bulan penuh, rukun Islam keempat. Dan hari raya idul adha, dirayakan kaum muslimin bersamaan dengan ibadah haji yang tengah ditunaikan oleh sebagian kaum muslimin yang telah mampu melaksanakannya, rukun Islam yang kelima.

Ibnul A’rabi, sebagaimana dalam Al Lisan, berkata, “Hari ‘ied Disebut ‘ied karena ia senantiasa kembali setiap tahun dengan kebahagian yang baru.” (dinukil dari Syarh Umdah al Fiqh, hal. 309)

Oleh karena itu, hari raya seharusnya dimaknai oleh kaum muslimin sebagai bentuk suka cita karena keutamaan dan karunia Allah, sublimasi dari kebahagiaan karena taat dan ibadah, rasa syukur yang seutuhnya karena takwa dan amal shaleh. Berbahagia karena keutamaan dan karunia Allah adalah perintah Allah ‘azza wa jalla dalam Al Qur’an:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

“Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus [10]: 58)

Tampakkan Kebahagiaan Itu
Valid dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ketika beliau datang ke kota Madinah, penduduknya biasa merayakan dua hari raya yang mereka isi dengan bermain pada masa jahiliyyah. Beliau pun bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengganti untuk kalian dua hari yang lebih baik dari dua hari raya itu; idul fithri dan idul adha.” (HR Ahmad no: 12006 dan yang lainnya)

Dalam kitab al Badru al Tamam dikatakan, “Pada hadis tersebut terdapat isyarat yang menunjukkan dianjurkannya berbahagia, menampakkan kesemangatan pada dua hari raya.” (dinukil dari Syarh Umdah al Fiqh, 1/ 409)

Di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dua orang budak wanita bernyanyi menyenandungkan syair-syair hari Buats pada hari raya ied. Abu Bakar pun marah dan mengingkari perbuatan dua budak wanita tersebut. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam pun bersabda, “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum itu memiliki hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita.” (HR Bukhari no: 939, 952 dan Muslim no: 892)

“Dalam hadis tersebut terdapat dalil anjuran menampakkan kebahagiaan dan sebab-sebab yang mendatangkannya pada hari raya.” (Ikmaal al Mu’lim 3/307, dinukil dari Syarh Umdah al Fiqh, 1/410)

Ibnu Hajar al ‘Asqalany berkata, “Dalam hadis ini terdapat petunjuk bahwa menampakkan kebahagiaan pada hari raya termasuk syi’ar agama.” (Fathul Baary 2/443 dinukil dari Syarh Umdah al Fiqh, 1/410)

Al Khaththaby berkata, “Dikatakan, dalam hadis tersebut terdapat dalil bahwa hari raya diperuntukkan untuk bersenang-senang, mengistirahatkan jiwa, makan, minum dan jima. Tidakkah anda lihat bahwasannya dibolehkan nyanyian karena alasan hari raya.” (Umdah al Qary: 6/274 dinukil dari Syarh Umdah al Fiqh, 1/410)

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ketika para pemuda bermain di masjid pada hari raya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agar orang-orang Yahudi mengetahui bahwa dalam agama kita juga ada waktu bersenang-senang, sesungguhnya aku diutus dengan agama yang hanif” (HR Ahmad no: 24855 dengan sanad hasan)


Selengkapnya: https://muslim.or.id/10546-berbahagia-di-hari-raya.html

══════ ❁✿❁ ══════
Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…
Подписаться на канал