Kisah Thalhah bin Ubaidillah: Awal Kehidupan dan Kisah Thalhah di Perang Uhud (Bag. 1)
Ini adalah kisah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia, seorang syahid yang meletakan kakinya di muka bumi dalam keadaan ia telah mengetahui bahwasanya ia adalah penghuni surga. Dialah Thalhah bin Ubaidillah Al-Qurasyi At-Taimi Abu Muhammad radhiyallahu ’anhu.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95934-kisah-thalhah-bin-ubaidillah-awal-kehidupan-dan-kisah-thalhah-di-perang-uhud-bag-1.html
“Manakala sifat qana’ah senantiasa ada pada dirimu, maka engkau dan raja dunia, sama saja.”
Imam Syafi’i rahimahullah
Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i, hal. 10
Tauhid adalah prioritas dakwah, ia yang pertama dan utama
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika mengutus Mu’adz bin Jabal ke negeri Yaman beliau bersabda:
إنك تأتي قوما من أهل الكتاب ، فادعهم إلى شهادة أن لا إله إلا الله وأني رسول الله ، فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة ، فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد في فقرائهم فإن هم أطاعوا لذلك فإياك وكرائم أموالهم
“Engkau akan mendatangi sebuah kaum ahli kitab. Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwasanya Aku adalah utusan Allah. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, ajarilah mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu setiap sehari semalam. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, ajarilah mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka membayar zakat yang diambil dari orang kaya mereka lalu dibagikan kepada orang-orang faqir di antara mereka. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, jauhilah harta-harta mereka” (HR. Muslim no. 19).
@muslimorid
“Aku tidak pernah melihat kekurangan atau aib pada manusia kecuali orang yang mampu untuk berbuat lebih besar, namun dia tidak melakukannya dan menyerah pada keadaan.”
Al-Mutanabbi
An Faidhi Al-Qadhir 3/488
Fikih Badal Haji (Bag. 2)
Pembahasan terakhir dalam artikel ini adalah fatwa-fatwa dari para ulama terkait dengan badal haji. Semoga Allah merahmati mereka dan membalas kebaikan mereka dengan balasan yang paling baik.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95862-fikih-badal-haji-bag-2.html
“Barangsiapa yang lebih dahulu datang dari orang lain (dalam rangka salat berjemaah di masjid -pen.) kemudian berdiri bukan di saf pertama, maka ia telah menyelisihi syariat.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
Majmu Fatawa
Fikih Badal Haji (Bag. 1)
Berikut ini pembahasan-pembahasan ringan, namun mencakup semua pembahasan-pembahasan paling penting, insyaAllah, terkait dengan badal haji.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95860-fikih-badal-haji-bag-1.html
Jangan Bersedih dan Putus Asa karena Rencana Allah Pasti yang Terbaik
Ketika ada sesuatu yang kita tidak inginkan, namun terjadi pada diri kita, yakinlah bahwa itu yang terbaik untuk diri kita. Juga apabila kita memiliki ambisi tertentu dan gagal, maka yakinlah bahwa itu juga yang terbaik untuk diri kita.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95897-jangan-bersedih-dan-putus-asa-karena-rencana-allah-pasti-yang-terbaik.html
Mengapa Syirik adalah Dosa Terbesar?
Akar muara dari perbuatan syirik adalah khianat. Khianat terhadap tujuan terbesar manusia hidup di dunia. Khianat terhadap nikmat yang telah Allah berikan dengan menolak untuk menyatakan rasa syukur dan perendahan diri kepada Sang Pencipta subḥānahu wata‘ālā.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95855-mengapa-syirik-adalah-dosa-terbesar.html
Mengikuti Jalan Salaf
Salaf saleh atau pendahulu yang baik merupakan sebutan bagi tiga generasi terbaik umat ini. Yaitu, para sahabat (Muhajirin dan Anshar), tabi’in (murid para sahabat), dan tabi’ut tabi’in (murid para tabi’in). Allah Ta’ala berfirman,
وَٱلسَّـٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَـٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَـٰنٍۢ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ
“Dan orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama, yaitu kaum Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya.” (QS. At-Taubah: 100)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
خيرُ الناسِ قرني ثم الذين يلونَهم ثم الذين يلونَهم
“Sebaik-baik manusia adalah di zamanku. Kemudian orang-orang yang mengikuti mereka. Kemudian berikutnya yang mengikutinya sesudahnya.” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا ، فعليكم بسنتي ، وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ ، وإياكم ومحدثات الأمور ، فإن كل بدعة ضلالة
“Barangsiapa yang hidup sepeninggalku, maka dia akan melihat banyak perselisihan. Oleh sebab itu, wajib atas kalian untuk mengikuti sunah/ajaranku dan sunah/ajaran Khulafa’ Ar-Rasyidin yang berpetunjuk. Gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham kalian. Jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan. Sesungguhnya setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata, “Hadis hasan sahih.”)
Keutamaan Para Sahabat
Allah Ta’ala berfirman mengenai para sahabat dalam ayat-Nya,
لَّقَدْ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ ٱلشَّجَرَةِ
“Sungguh, Allah telah rida kepada orang-orang yang beriman, yaitu ketika mereka bersumpah setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon itu.” (QS. Al-Fath: 18)
Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan di dalam tafsirnya bahwa jumlah para sahabat yang ikut serta dalam sumpah setia/bai’at di bawah pohon itu (yang dikenal dengan Bai’atur Ridhwan) adalah 1400 orang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak akan masuk neraka seorang pun di antara orang-orang (para sahabat) yang ikut berbai’at di bawah pohon itu.” (HR. Muslim) (Lihat Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 469.)
Imam Bukhari membuat sebuah bab dalam Shahih-nya dengan judul, ‘Tanda Keimanan adalah Mencintai Kaum Anshar.’ (Lihat Fath Al-Bari, 1: 79.) Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
آيَةُ الإِيْمَانِ حُبُّ الأَنْصَارِ وَآيَــةُ النِّفَاقِ بُعْضُ الأَنْصَارِ
“Tanda keimanan adalah mencintai Anshar, sedangkan tanda kemunafikan adalah membenci Anshar.” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain, dikatakan, “Tidaklah membenci Anshar seorang lelaki yang beriman kepada Allah dan hari akhir.” (HR. Muslim). Dalam riwayat lain lagi disebutkan, “Mencintai Anshar adalah keimanan dan membenci mereka adalah kemunafikan.” (HR. Ahmad)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kalian mencela para sahabatku. Seandainya ada salah seorang dari kalian yang berinfak emas seberat gunung Uhud, maka tidak akan mengimbangi infak salah seorang di antara mereka, walaupun itu cuma satu mud/dua genggaman tangan, atau bahkan setengahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lanjut baca: https://muslim.or.id/95659-mengikuti-jalan-salaf.html
Ust. Abu Mushlih Ari Wahyudi
“Engkau takkan mampu menyenangkan semua orang. Karena itu, cukup bagimu memperbaiki hubunganmu dengan Allah, dan jangan terlalu peduli dengan penilaian manusia.”
Imam asy-Syafi’i rahimahullah
Tawaalii At-Taniis, hal. 168
“Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa”
Ibnu Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah
Al Jawabul Kaafi, hal. 87
Apakah Berdosa ketika Menghafal Al-Qur’an kemudian Melupakannya?
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Diperlihatkan kepadaku dosa-dosa umatku, dan aku tidak melihat dosa yang lebih besar daripada seorang laki-laki yang diberikan satu ayat atau surah, kemudian melupakannya.”
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/95847-apakah-berdosa-ketika-menghafal-al-quran-kemudian-melupakannya.html
Tantangan Dakwah Tauhid
Salah satu perkara yang membuat banyak orang mundur dari perjuangan dakwah adalah karena melihat begitu besar hambatan dan tantangan yang harus ia hadapi. Ada yang takut kehilangan penggemar. Ada yang khawatir berkurang rezekinya. Ada yang takut kehilangan jabatan dan kedudukannya di masyarakat.
Apakah tantangan dan hambatan yang dihadapi manusia masa kini tidak ada di masa lalu? Saudaraku yang dirahmati Allah, apabila kita mencermati ayat-ayat Al-Qur’an, akan kita temukan bahwa para nabi dan rasul adalah barisan terdepan pejuang dakwah yang harus berbenturan dengan tantangan dan hambatan. Hidup mereka tidak pernah sepi dari ujian dan cobaan. Ada nabi yang dibunuh, sebagaimana nabi-nabi bani Israil. Ada nabi yang dicemooh dan dimusuhi oleh seluruh kaumnya sebagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Bahkan, tidak ada seorang pun rasul, melainkan kaumnya menjulukinya dengan tukang sihir atau orang gila (gendheng, dalam bahasa Jawa).
Allah berfirman,
كَذَٰلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ
“Demikianlah, tidaklah datang kepada orang-orang sebelum mereka seorang rasul, melainkan mereka berkata, ‘Dia adalah tukang sihir, atau orang gila.’” (QS. Adz-Dzariyat: 52)
Ini merupakan bentuk hiburan yang Allah berikan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahwa keberadaan beliau yang diganggu dan disakiti tidaklah sendirian, bahkan para nabi terdahulu pun demikian. Mereka dicela, dicemooh, disakiti, dan dimusuhi oleh kaumnya.
Tidak jauh dari hal itu, apa yang dapat kita jumpai di tengah medan dakwah hari ini. Orang-orang yang gencar mengajak kepada tauhid dan pemurnian akidah kerapkali dijuluki dan digelari dengan segudang cemoohan. Ada yang menyebutnya sebagai radikal, wahabi, ultra-konservatif, kaku, kaki tangan Amerika, penjilat penguasa, dan sebagainya.
Imam Ahmad rahimahullah telah menggambarkan keadaan ini dengan berkata,
فما أحسن أثرهم على الناس، وأقبح أثر الناس عليهم
“Betapa indah pengaruh yang mereka (para ulama) berikan bagi manusia, tetapi sangat buruk pengaruh/tanggapan dari manusia terhadap mereka.” (Lihat Mukadimah kitab Ar-Radd ‘alal Jahmiyah, hal. 55, Syamilah.)
Lihatlah dakwah Nabi Nuh ‘alaihis salam, bertahun-tahun lamanya, bahkan ratusan tahun, tetapi tidak ada yang memenuhi seruannya, selain sedikit manusia. Mereka pun mengejeknya atas apa yang ia lakukan atas perintah Allah kepadanya. Lihatlah dakwah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang harus diusir dari rumahnya, dimusuhi oleh masyarakat pemuja berhala, hingga dibakar dengan api yang menyala-nyala. Akan tetapi, mereka gagal karena Allah menyelamatkan Nabi dan kekasih-Nya.
Demikianlah, keadaan perjuangan dakwah keimanan di sepanjang perjalanan sejarah. Tidak sedikit tantangan dan hambatan yang harus mereka jumpai. Akan tetapi, hal itu tidaklah membuat mereka mundur, patah semangat, mengubah haluan, atau meninggalkan medan pertempuran.
Allah berfirman,
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوْا عَلٰى مَا كُذِّبُوْا وَاُوْذُوْا حَتّٰٓى اَتٰىهُمْ نَصْرُنَا
“Sungguh, para rasul sebelum kamu telah didustakan, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan yang mereka alami, dan mereka pun disakiti sampai datanglah kepada mereka pertolongan Kami.” (QS. Al-An’am: 34)
Selengkapnya: https://muslim.or.id/92924-tantangan-dakwah-tauhid.html
Ust. Abu Mushlih Ari Wahyudi
Nasihat untuk Penuntut Ilmu Pemula
Dari mana seorang penuntut ilmu pemula harus memulai dan buku-buku apa saja yang harus dibaca?
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/95845-nasihat-untuk-penuntut-ilmu-pemula.html
Jangan Dekati Perusak Agama
Dalam bahasa agama kita, perusak agama sering disebut sebagai fitnah. Ada dua fitnah yang bisa merusak agama kita, yaitu:
1. Fitnah syahwat
2. Fitnah syubhat.
Fitnah syubhat adalah yang bisa merusak akidah seorang. Yang dulunya cinta Sunnah dan tauhid, menjadi benci Sunnah dan tauhid. Ini terjadi karena pengaruh fitnah syubhat.
Syubhat akan membuat seseorang berada dalam lingkaran setan, sementara dia tidak sadar. Bahkan bisa sampai dia menyangka berada dalam kebenaran, padahal dia sedang tenggelam dalam kesesatan.
Fitnah inilah yang disinggung dalam firman Allah Ta’ala,
أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ كَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُم
“Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (setan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (QS. Muhammad: 14)
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّـهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّـهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
“Orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah beralasan, “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.” (QS. Az-Zumar: 3)
Sebabnya apa? Bermudah-mudahan dengan buku-buku dan ceramah-ceramah para penyebar kesesatan atau kebid’ahan.
Lanjut baca: https://muslim.or.id/61786-jangan-dekati-perusak-agama.html
Ust. Ahmad Anshori, Lc.
ALASAN UNTUK BANTU DAUROH PENGGERAK DAKWAH SEASON 6
Kebutuhan: Rp14.582.000
Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari (YPIA) Yogyakarta insyaAllah akan melaksanakan Dauroh Penggerak Dakwah Season 6 pada tanggal 10 Juli 2024.
Setelah di season sebelumnya kegiatan ini membahas berbagai tantangan dalam dakwah, kali ini kita akan membahas materi Sirah Nabawiyah "Perjalanan Hidup Manusia Terbaik".
Daurah ini juga dilaksanakan untuk memperkuat ukhuwah di antara para penggerak dakwah karena kami mengundang kurang lebih 40 lembaga dakwah dari Jogja dan sekitarnya serta para ustadz dan aktivis dakwah yang telah aktif berkontribusi di masyarakat.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi forum untuk berbagi motivasi dan inspirasi, karena setiap penggerak dakwah pasti menghadapi tantangan di lapangan yang memerlukan dukungan dan semangat dari sesama.
Untuk menyelenggarakan kegiatan ini, kami membuka kesempatan bagi kaum muslimin yang ingin mendermakan hartanya.
Dukungan dari kaum muslimin akan dialokasikan untuk menyewa tempat, memenuhi kebutuhan konsumsi, dan akomodasi bagi ratusan penggerak dakwah yang hadir dalam kegiatan yang mulia ini.
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan (kepada) Allah pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka dan baginya (diberikan) ganjaran yang sangat mulia (surga)." (QS. Al-Hadid[57]:18)
SIAP JADI BAGIAN DARI PENGGERAK DAKWAH?
Salurkan donasi terbaik ANDA melalui https://ypia.or.id/campaign/dauroh-penggerak-dakwah-season-6/
ATAU TRANSFER KE:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
WAJIB KONFIRMASI
Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555
Mengenal Tauhid dan Syirik Lebih Dekat
Pengertian tauhid adalah sebagai berikut,
إفراد الله سبحانه بما يَخْتَصُ به من الربوبية، والألوهية و الأسماء و الصفات
“Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kekhususan-Nya, yaitu perbuatan (rububiyyah) Allah, hak Allah untuk diibadahi (uluhiyyah), serta nama dan sifat Allah (al-asma` was-shifat).”
Maksudnya adalah meyakini hal itu dan melaksanakan tuntutannya, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Jadi, “mengesakan Allah” cakupannya adalah dengan hati dan anggota tubuh zahir (dengan keyakinan, ucapan, maupun perbuatan).
Cakupan tauhid
Pertama: Tauhid rububiyyah
إفراد الله بأفعاله
“Mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya.”
Maksudnya adalah meyakini dan melaksanakan tuntutannya bahwa hanya Allahlah yang bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang merupakan kekhususan-Nya, seperti menciptakan makhluk, mengatur makhluk, memberi rezeki, memberi manfaat, menimpakan musibah/ keburukan, menghidupkan, mematikan, dan lainnya yang merupakan kekhususan Allah.
Dalil:
Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala,
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
“Segala pujian (kesempurnaan) hanya bagi Allah, Tuhan (Rabb) seluruh alam.” (QS. Al-Fatihah: 2)
Kedua: Tauhid uluhiyyah
إفراد الله بالعبادة
“Mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya.”
Maksudnya adalah meyakini dan melaksanakan tuntutannya bahwa hanya Allahlah yang berhak diibadahi, tidak boleh mempersembahkan peribadahan kepada selain-Nya dalam bentuk ibadah lahiriah maupun yang batin, ucapan maupun perbuatan.
Dalil:
Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul pada setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah saja, dan jauhilah sesembahan selain Allah.” (QS. An-Nahl: 36)
Ketiga: Tauhid al-asma` was-shifat
إفراد الله بأسمائه الحسنى وصفاته العلى
“Mengesakan Allah dalam nama-nama-Nya yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang termulia, (yaitu dengan menetapkan seluruh nama dan sifat Allah dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah dan tuntutannya, serta meniadakan kesamaan Allah dengan makhluk dalam nama dan sifat-Nya.”
Maksudnya adalah meyakini dan melaksanakan tuntutannya bahwa hanya Allahlah yang berhak bernama dengan nama-nama-Nya yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang termulia (paling sempurna) dan meyakini selain Allah itu tidaklah berhak bernama dan bersifat dengannya.
Dalil:
Di antaranya adalah Allah berfirman,
وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى
“Dan hanya milik Allahlah Al-Asma’ul Husna (nama-nama yang terbaik).” (QS. Al-A’raf: 180)
Apakah syirik itu?
Syirik ada dua macam:
Lanjut baca: https://muslim.or.id/77952-mengenal-tauhid-dan-syirik-lebih-dekat.html
Ust. Sa'id Abu Ukasyah
✨ Sudah tahunan ngaji tapi merasa ilmunya masih newbie?
✨ Sudah lama hijrah tapi belum termotivasi belajar Bahasa Arab?
Kok Bisa?
CARI JAWABAN DAN SOLUSINYA DENGAN DAFTAR WEBINAR YG BERTEMA...
| Muslim High Quality Musti Upgrade Ilmu Syar'i |
ONLINE 📡 via aplikasi Zoom dan YouTube
Narasumber dan Topik Diskusi:
Sesi 1
🎙 K.H. Dr. Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc.
| Alumni Ma'had Al-'Ilmi Yogyakarta dan Owner Rumaysho.com
📙 Pentingnya Belajar Agama Secara Terstruktur & Sistematis
Sesi 2
🎙 K.H. Nur Fajri Ramadhon
| Ketua Yayasan BISA dan Anggota Komisi Fatwa MUI DKI Jakarta
📙 Urgensi Penguasaan Bahasa Arab Terhadap Studi Agama Islam
🗓 Hari, tanggal:
Ahad, 1 Al-Muharram 1446 H/ 7 Juli 2024
🕗 Terdiri dari Dua Sesi
Sesi 1 | 09.00 - 10.00 WIB
Sesi 2 | 10.15 - 11.15 WIB
🎁 Fasilitas bagi yang Mendaftar:
* Ilmu yang bermanfaat
* Tanya Jawab
👥 Peserta
Terbuka untuk umum, Putra & Putri
Free, tidak ada syarat harus follow atau share ke medsos
📝 Wajib mendaftar melalui:
- Ikhwan: https://bit.ly/daftar_webinarMiPa
- Akhawat: https://bit.ly/daftar_webinarMiPi
▪ Batas akhir pendaftaran :
Hari Sabtu, 6 Juli 2024 pukul 12.00 WIB
⤵ ALUR PENDAFTARAN
(1) Mengisi formulir pendaftaran
(2) Bergabung ke grup WhatsApp
(3) Link Zoom akan dishare melalui grup WA
⚠ Pendaftaran bisa ditutup sewaktu-waktu jika batas kuota terpenuhi
📡 Media:
▪ Teleconference Meeting dg Aplikasi ZOOM
▪ Live Streaming via Youtube YPIA Academy | Link: bit.ly/yt_ypiaacademy
💡 Informasi
📱 Narahubung YPIA Academy: 0813-9265-8080
=====
✒ Diselenggarakan oleh:
| Ma’had Al-'Ilmi dan Ma'had Umar bin Khattab Yogyakarta
| YPIA Academy
| Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
📣 Media Partner:
| FKIM | FKKA | Muslim.or.id | Muslimah.or.id | Wisma Muslim | Wisma Muslimah
“Jika seseorang mencintai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka kendati pun amalannya tidak sebaik yang dilakukan oleh kaum tersebut sebab keterkaitan hati dengan mereka. Kiranya rasa cinta itu memotivasi agar berbuat serupa.”
Al Mubarakfuri rahimahullah
Tuhfatul Ahwadzi, 7: 53
“Jin Khadam” dalam Syariat Islam
Khadam dalam bahasa Arab berasal dari kata khadim ‘خادم’ yang bermakna pembantu atau pelayan. Sedangkan istilah khadam untuk bangsa Jin, yaitu makhluk gaib (jin) yang bertugas melindungi dan membantu orang tertentu. (Lihat Fatawa Al-‘Ulama’ fi ‘Ilaj Al-Sihr wa Al-Massi wa Al-‘Ayn wa Al-Janni, hal. 112)
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95999-jin-khodam-dalam-syariat-islam.html
“Perhatikanlah ganjaran-ganjaran yang akan diterima oleh orang yang bertawakal yang mana ganjaran itu tak diberikan kepada orang lain selain yang bertawakal kepada-Nya. Ini membuktikan bahwa tawakal adalah jalan terbaik untuk menuju ke tempat di sisinya dan perbuatan yang amat dicintai Allah.”
Ibnu Al-Qayyim rahimahullah
Madarijus Salikin (2:128)
Pendapat Syadz di Dalam Fikih
Muhammad Rawas Qal’aji di dalam bukunya Mu’jamu Lughati Al Fuqaha` menyebutkan, “Syadz adalah sesuatu yang menyelisihi kaidah, qiyas, atau kebiasaan. Adapun pendapat syadz adalah pendapat yang pemiliknya menyelisihi atau tidak sepakat dengan pendapat kebanyakan ulama fikih lainnya.”
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95690-pendapat-syadz-di-dalam-fikih.html
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata kepada salah seorang murid beliau yang bernama Yunus bin Abdil A’la,
“Seandainya engkau bersungguh-sungguh semaksimal mungkin untuk membuat rida manusia seluruhnya, tidak akan mungkin bisa. Oleh karena itu maka ikhlaskanlah amal dan niatmu hanya untuk Allah Azza wa Jalla.”
(Al-Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 1: 31)
Disyariatkannya Nazhor ketika Hendak Menikah (Bag. 2)
Tatacara nazhor adalah seorang laki-laki pergi ke rumah si wanita, dan bertemu dengannya dibersamai oleh ayah, saudara kandung laki-laki, atau mahram si wanita yang lain. Kemudian si laki-laki melihat yang bisa memantapkan hati untuk menikahi sang wanita, sebagaimana si wanita juga melihat laki-laki tersebut.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95688-hadis-disyariatkannya-nazhor-ketika-hendak-menikah-bag-2.html
Bergantung kepada Ketetapan Allah di Tengah Himpitan Ekonomi
Kita semestinya mengetahui bahwa ujian, cobaan, dan tantangan kehidupan dengan segala jenisnya merupakan keniscayaan dan sunatullah untuk kita hadapi dengan sebijaksana mungkin sebagai seorang mukmin.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95698-bergantung-kepada-ketetapan-allah-di-tengah-himpitan-ekonomi.html
Wakaf Produktif dalam Tinjauan Syariat
Di masa sekarang, wakaf tidak khusus diperuntukkan bagi orang-orang fakir dan miskin saja, tetapi wakaf menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, membangun perpustakaan, dan membayar gaji para stafnya, gaji para guru, dan beasiswa untuk para siswa dan mahasiswa.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95853-fikih-wakaf-bag-8-wakaf-produktif-dalam-tinjauan-syariat.html
“Wahai anak Adam, janganlah engkau menunda-nunda (amalan-amalan), karena engkau memiliki kesempatan pada hari ini, adapun besok pagi belum tentu engkau memilikinya. Jika engkau bertemu besok hari, maka lakukanlah pada esok hari itu sebagaimana engkau lakukan pada hari ini. Jika engkau tidak bertemu esok hari, engkau tidak akan menyesali sikapmu yang menyia-nyiakan hari ini”
Al Hasan rahimahullah
Taqrib Zuhd Ibnul Mubarok, 1: 28