Bismillaah..
Muslimah..
Zaman now siapa sih yang gak lagi terjamah media sosial?
Mulai dari watsapp, telegram, facebook, instagram, path, dll. Mungkin diantara kita mengoleksi berbagai media sosial tersebut.
Lantas, dengan banyaknya media sosial yang ada:
Apa sebenarnya tujuan kita menggunakannya?
Seberapa besar manfaat media sosial tersebut?
Media sosial dapat dimanfaatkan untuk mempercepat tersebarnya kebaikan (ilmu, informasi penting dan bermanfaat, nasihat dll). Namun, disaat yang sama, tidak sedikit keburukan yang ikut tersebar (baik secara sengaja atau tidak sengaja)..
Jadi..
Yuk kita belajar adab-adab di media sosial, agar..
🌷Jadi ladang kebaikan
🌷Manfaatnya terasa
🌷Terhindari dari keburukannya
Simak selengkapnya di:
Kajian Muslimah Mengaji
"Adab Muslimah di Media Sosial"
Pemateri : Ustadzah Siwi Ummu Naabilah hafizhahallaahu ta'ala (Alumni Ma'had Al-'Ilmi Yogyakarta)
📆Ahad, 26 November 2017
⏰16.00 - 17.15
🕌Masjid Pogung Raya ( https://goo.gl/maps/aAAa48XTBpy )
❤️Mari ajak keluarga, kerabat, teman serta tetangga dan rekan muslimah lainnya..
📡Kajian ini gratis dan khusus untuk muslimah
📝 Penyelenggara :
🌹Muslimah Mengaji
🌹Forum Kegiatan Kemuslimahan Al-Atsari (FKKA)
🌹Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari Yogyakarta (YPIA)
Informasi:
📲 085228016597
FB : FKKA Yogyakarta
LINE: @QYK6278M
IG: kemuslimahan_ypia
Baarakallahu fiikum
🔁Silahkan disebar
AGAR HIJRAH TIDAK GAGAL
Berikut kiat-kiat agar “hijrah tidak gagal” dan dapat istiqamah di jalan agama:
1. Berniat ikhlas ketika hijrah
Hijrah bukan karena tendensi dunia atau kepentingan dunia tetapi ikhlas karena Allah. Seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya dan sesuai dengan niat hijrahnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ . ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﻟِﺪُﻧْﻴَﺎ ﻳُﺼِﻴْﺒُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻬَﺎ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻫَﺎﺟَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau mendapatkan wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia inginkan itu.”
Bahkan kita tetap harus meluruskan niat ketika telah hijrah agar tetap istiqamah, karena yang namanya hati sering berubah-ubah dan mudah berubah niatnya. Niat dan ikhlas adalah perkara yang berat untuk dijaga agar istiqamah dan sangat membutuhkan pertolongan Allah.
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata,
ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي ؛ لأنها تتقلب علي
“Tidaklah aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak-balik”
2. Segera mencari lingkungan yang baik dan sahabat yang shalih
Ini adalah salah satu kunci utama sukses hijrah, yaitu memiliki teman dan sahabat yang membantu untuk dekat kepada Allah dan saling menasehati serta saling mengingatkan. Hendaknya kita selalu berkumpul bersama sahabat yang shalih dan baik akhlaknya.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)” (QS. At-Taubah: 119).
Agama seseorang itu sebagaimana agama teman dan sahabatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”
Perlu diperhatikan bahwa hati manusia lemah, apalagi ketika sendiri. Perlu dukungan, saling menasehati antar sesama. Selevel Nabi Musa ‘alaihissalam saja memohon kepada Allah agar mempunyai teman seperjuangan yang bisa membantunya dan membenarkan perkataannya, yaitu Nabi Harun ‘alaihissalam. Beliau berkata dalam Al-Quran,
وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَاناً فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءاً يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ
“Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku” (QS. Al-Qashash: 34).
Mereka yang “gagal hijrah” bisa jadi disebabkan karena masih sering berkumpul dan bersahabat dekat dengan teman-teman yang banyak melanggar larangan Allah.
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/34490-kiat-agar-hijrah-tidak-gagal.html
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
@muslimorid
Jika teman-teman mencari wedding stuff organizer untuk undangan dan souvenir nikah silakan hubungi kami ya
KONTAK PEMESANAN
WA/SMS/Telp: +6285290888668
ADA APA DENGAN WAHABI?
Pada saat sesi tanya jawab kajian risalah Ushul Tsalastah di masjid Nabawi, Madinah An-Nabawiyyah, Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili mendapatkan sebuah pertanyaan,
Soal:
Sebagian orang menyerukan untuk menjauhi dakwah wahabi. Bagaimana menjelaskan kepada mereka?
Jawaban Syaikh Ibrahim:
Tidak ada agama yang namanya wahabi. Yang ada adalah dakwah tauhid yang telah dibawakan oleh Nabi shallallahu’alaihi wasallam dahulu, dan para ulama rabbani, telah ikut andil mendakwakannya. Di antara mereka adalah Syaikh Muhammad bin Abdulwahab rahimahullah.
Syaikh Muhammad bin Abdulwahab tidak datang membawa agama baru. Ini salah satu karyanya, ada di hadapan kita (kitab Ushul Tsalastah). Kita baca bersama, kemudian kita jelaskan setiap pemaparannya. Anda semua menyaksikan, bahwa orang ini tidaklah menjelaskan suatu masalah melainkan menyebutkan ” dan dalilnya adalah ini (kemudian beliau menyebukan ayat Al Qur’an atau hadist)”, tanpa berlebih-lebihan dalam menjelaskan, gaya bahasa yang beliau gunakan mudah.
Siapa yang membaca karya tulisnya, ia akan tahu bahwa beliau adalah muttabi’ (pengikut tuntunan Nabi shallallahu’alaihiwasallam) bukan mubtadi’ (orang yang membuat ajaran baru). Bahkan Syaikh Muhammad bin Abdulwahab rahimahullah tidak pernah ridha, apabila seruan dakwahnya dijuluki dakwah wahabi. Julukan ini, baru muncul setelah beliau meninggal dunia. Yang ada justru malah sebaliknya, beliau rahimahullah mengatakan, “Saya mengajak manusia kepada tauhid serta mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan jejak para salafus shalih.”
Beliau juga mengatakan kepada para penentang dakwah beliau, “Saya mengikuti imam mazhab yang empat. Siapa di antara kalian yang bermazhab Maliki, Hanafi, Syafi’i atau Hambali, maka saya akan mendakwahi mereka melalui perkataan-perkataan imam mazhab mereka”.
Ini menunjukkan, bahwa apa yang beliau dakwahkan, sama seperti yang didakwahkan oleh para ahli fikih (imam mazhab yang empat, pent). Ini sebagai bantahan terhadap tuduhan dusta kepada beliau, yang sudah tersebar bahwa beliau melarang segala bentuk taklid dan mencela para Imam mazhab yang empat dan pengikutnya. Padahal (kenyataannya), beliau berlepas diri dari semua uduhan ini.
Namun, demikianlah watak orang-orang yang tidak menyukai tersebarnya kebenaran. Bila mereka tak mampu lagi melawan dengan argumen, mereka menempuh jalan lain, yaitu berdusta, menfitnah dan memutar balikkan fakta.
Semua tuduhan dusta ini sama sekali tidak membahayakan Syaikh Muhammad bin Abdulwahab rahimahullah. Bahkan Allah ‘azza wa jalla telah mengangkat namanya, menolong dakwahnya serta menjadikan apa yang beliau dakwahkan bermanfaat untuk segenap kaum muslimin.
Sampai saat ini, kita merasakan tentramnya hidup di negeri ini (Saudi Arabia), yang merupakan hasil dari dakwah yang penuh berkah ini (dakwah tauhid) setelah taufik dari Allah. Karena Allah ‘azza wa jalla telah menetapkan adanya sebab pada segala hal. Taufik ada di tangan Allah, dakwah ini merupakan sebab dari sebab-sebab taufik Allah untuk umat ini, serta kembalinya mereka kepada agama mereka (Islam), dan kepada mengesakan Allah semata, melalui dakwah yang penuh berkah ini (dakwah tauhid).”
***
Diterjemahkan dan didengar langsung oleh: Ust. Ahmad Anshori
Sumber: https://muslim.or.id/25086-ada-apa-dengan-wahabi.html
@muslimorid
Apa saja amalan shalih yang bisa dilakukan saat turun hujan? Berikut Muslim.Or.Id sarikan dari berbagai penjelasan ulama.
Segala puji bagi Allah, pada saat ini Allah telah menganugerahkan kita suatu karunia dengan menurunkan hujan melalui kumpulan awan. Allah Ta’ala berfirman,
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69)
”Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?” (QS. Al Waqi’ah [56] : 68-69)
Begitu juga firman Allah Ta’ala,
وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا (14)
”Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah.” (QS. An Naba’ [78] : 14)
Allah Ta’ala juga berfirman,
فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ
”Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya.” (QS. An Nur [24] : 43) yaitu dari celah-celah awan.[1]
Merupakan tanda kekuasaan Allah Ta’ala, kesendirian-Nyadalam menguasai dan mengatur alam semesta, Allah menurunkan hujan pada tanah yang tandus yang tidak tumbuh tanaman sehingga pada tanah tersebut tumbuhlah tanaman yang indah untuk dipandang. Allah Ta’ala telah mengatakan yang demikian dalam firman-Nya,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الأرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat [41] : 39). Itulah hujan, yang Allah turunkan untuk menghidupkan tanah yang mati. Sebagaimana pembaca dapat melihat pada daerah yang kering dan jarang sekali dijumpai air seperti Gunung Kidul, tatkala hujan itu turun, datanglah keberkahan dengan mekarnya kembali berbagai tanaman dan pohon jati kembali hidup setelah sebelumnya kering tanpa daun. Sungguh ini adalah suatu kenikmatan yang amat besar.
Berikut beberapa amalan shalih saat turun hujan. Simak disini. Klik 👉 https://muslim.or.id/19026-amalan-shalih-saat-turun-hujan.html
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber: https://muslim.or.id/19026-amalan-shalih-saat-turun-hujan.html
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
INILAH KEUTAMAAN ZIARAH KUBUR
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian”
(HR. Muslim no.108, 2/671)
Hadits ini memiliki beberapa faidah penting yang sayang anda lewatkan. Simak disini. Klik 👉 https://muslim.or.id/8610-keutamaan-ziarah-kubur.html
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
MARI LEBIH DEKAT MENGENAL PASAR DI SURGA
Di surga kelak akan terdapat pasar bagi penduduk surga. Bagaimanakah pasar tersebut? Apakah ada jual beli di surga? Jika ada, barang dagangannya apa saja? Atau hanya sebagai kiasan?
Dalil mengenai adanya pasar di surga
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ لَسُوقًا يَأْتُونَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِي وُجُوهِهِمْ وَثِيَابِهِمْ فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالاً فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ وَقَدِ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالاً فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ: وَاللهِ، لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالاً. فَيَقُولُونَ: وَأَنْتُمْ وَاللهِ، لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالاً
“Sungguh di surga ada pasar yang didatangi penghuni surga setiap Jumat. Bertiuplah angin dari utara mengenai wajah dan pakaian mereka hingga mereka semakin indah dan tampan. Mereka pulang ke istri-istri mereka dalam keadaan telah bertambah indah dan tampan. Keluarga mereka berkata, ‘Demi Allah, engkau semakin bertambah indah dan tampan.’ Mereka pun berkata, ‘Kalian pun semakin bertambah indah dan cantik’” (HR. Muslim no. 7324)
Keadaan di pasar surga
Sebagaimana dijelaskan oleh Imam An-Nawawi rahimahullah, pasar disurga adalah tempat berkumpul penduduk surga. Beliau berkata,
المراد بالسوق مجمع لهم يجتمعون كما يجتمع الناس في الدنيا في السوق ، ومعنى ( يأتونها كل جمعة ) أي : في مقدار كل جمعة أي أسبوع ، وليس هناك حقيقة أسبوع لفقد الشمس والليل والنهار
“yang dimaksud dengan pasar adalah tempat berkumpulnya manusia sebagaimana manusia di dunia berkumpul di pasar. Maksud dari ‘mereka mendatangi setiap hari Jumat’ adalah sebagaimana perkiraan lama waktu tiap jumat yaitu sepekan. Bukanlah makna ‘sepekan’ yang sebenarnya karena tidak ada matahari, siang dan malam (di surga).”[1]
Dan salah satu kenikmatan manusia adalah berjumpa dengan saudara dan teman-teman akrab mereka, saling menyapa, menanyakan keadaan, saling bercanda ringan, saling curhat. Ini menimbulkan kebahagiaan dan kenikmatan, apalagi sudah lama sekali tidak bertemu. Maka di surga juga disediakan kenikmatan seperti ini. Maka di surga juga disediakan sarana untuk menikmati hal ini. Dijelaskan dalam Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,
إن سوق الجنة هو مكان اللقاء للمؤمنين بعضهم لبعض؛ لازدياد النعيم بما يجدونه من لذة وسؤدد ، وتحدث بعضهم لبعض؛ وتذاكرهم بما كان في الدار الدنيا وما آلوا إليه في الدار الآخرة؛ ويتجدد هذا اللقاء كل جمعة كما جاء في الحديث؛ لرؤية بعضهم لبعض وأنس بعضهم ببعض
“Pasar di surga adalah tempar bertemunya kaum muslimin satu sama lain supaya bertambah kenikmatan. Merasakan kelezatan saling berbincang-bincang. Dan saling mengenang apa yang terjadi di dunia dan membicarakan apa yang mereka dapatkan di akhirat. Mereka bertemu setiap Jumat sebagaimana pada hadits, agar mereka bisa saling berjumpa satu sama lain.”[2]
Demikianlah ahli surga, sebagaimana jika kita bertemu dengan kawan lama dan berkumpul (reuni) maka sangat terasa nikmat dan bahgia jika kita mengnang masa-masa lalu yang indah, misalnya masa-masa ketika merintis dakwah, masa-masa ketika belajar bersama dan menjalani kehidupan bersama.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada jual-beli di surga. Yang ada hanya barang dagangan yang bisa diambil semaunya. Ini juga merupakan kenikmatan walaupun sebenarnya mereka bisa meminta apa yang mereka inginkan di sruga. Karena ada orang yang hobinya belanja, maka kenikmatan itu juga ada di surga. Allah Ta’ala berfirman,
وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya” (QS. Az-Zukhruf: 71)
dan Allah Ta’ala berfirman,
لَهُم مَّا يَشَاؤُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ
“Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya” (QS. Qaaf: 35)
Hanya laki-laki saja yang ke pasar surga? Yuk simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/17201-mengenal-pasar-di-surga.html
Penulis: dr. Raehanul Bahraen
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala mengungkapkan :
“Ketahuilah bahwa diantara perkara yang sangat penting untuk diilmui oleh Thalibul Ilmi adalah kaidah dan ushul – ushul dalam permasalahan agama. Karena di dalamnya terkumpul banyak bagian ilmu.
Adapun jika seseorang hanya mengetahui permasalahan fiqh satu-persatu, maka hal ini hanya memberinya sedikit manfaat...”
(At-Ta’liq ‘alaal Qawa’idi wal Ushulil Jaami’ah)
🔰Ma’had Al - ‘Ilmi Yogyakarta🔰
Mempersembakan..
🔜Daurah Muhimmah :
“Mempelajari Berbagai Kaidah dalam Permasalahan Fiqh”
📗Kitab Mandzumah Al-Qawaidul Fiqhiyyah, Karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu ta’ala)
🎙 Ustadz Aris Munandar, S.S., M.PI. hafizhahullahu ta’ala.
🕌 Masjid Pogung Dalangan, Sinduadi, Mlati, Sleman DIY.
🗓 Sabtu dan Ahad, 25 - 26 November 2017
⏰ Pukul 08.00 - 14.30 WIB.
🖇Daurah ini bersifat terbuka untuk umum,
*WAJIB* bagi santri Ma’had Al - ‘Ilmi Yogyakarta
Informasi :
✅Fanpage fb : Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta
🌐Website : mahadilmi.id
➖➖➖➖➖➖➖➖
Presented by:
🔰Ma'had Al-'Ilmi Yogyakarta
🔰Takmir Masjid Pogung Dalangan
🔰Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
"Barangsiapa mengajak manusia kepada petunjuk yang lurus maka baginya pahala sebanyak pahala orang orang yang mengikutInya"
HR Muslim
FOLLOW INSTAGRAM
@pustakamuslim
pustaka.muslim.or.id
#islam #muslimah #muslim #hadits #nasehat #quote #motivasiislam #quoteoftheday #nasehatislam
Karena itu janganlah anda terlena dengan kenikmatan dunia yang semu ini. Silakan di-share.
Читать полностью…[Sabarlah Sejenak... ]
Ibnu Rajab -rahimahullah- berkata:
و لا بد للمؤمن من صبر قليل حتى يصل به إلى راحة طويلة
Seorang mukmin haruslah bersabar sejenak hingga sampai padanya peristirahatan yang panjang
📚(Fadhlul 'Ilmi As Salaf (115))
@kemuslimahan_ypia
#ypiayogyakarta #sabar #sebentar #istirahat #lama #sunnah
======
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
✉️/📱085747223366
Bentuk-bentuk al-Ilhad (penyimpangan) dalam memahami nama dan sifat Allah Ta’ala
Al-ilhad (penyimpangan) dalam memahami nama dan sifat Allah bentuknya bermacam-macam, diantaranya ada yang hukumnya sampai pada tingkat kesyirikan dan ada yang sampai pada tingkat kekafiran, sesuai dengan apa yang ditunjukkan dalam dalil-dalil syariat
Macam-macam bentuk al-ilhad tersebut adalah sebagai berikut:
1- Mengingkari sebagian dari nama-nama-Nya atau mengingkari sifat-sifat dan hukum-hukum yang dikandung nama-nama tersebut, sebagaimana yang dilakukan oleh ahlu ta’thil (orang-orang yang mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala) dari kelompok jahmiyah dan selain mereka.
Perbuatan mereka ini termasuk al-ilhad karena kita wajib mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah serta sifat-sifat yang sesuai dengan kebesaran-Nya yang dikandung nama-nama tersebut. Maka mengingkari hal tersebut termasuk penyimpangan dalam masalah ini.
2- Menjadikan nama-nama dan sifat-sifat-Nya serupa dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk, sebagaimana yang dilakukan oleh ahlu tasybih (orang-orang yang menyerupakan Allah Ta’ala dengan makhluk).
Perbuatan mereka ini termasuk al-ilhad karena menyerupakan Allah Ta’ala dengan makhluk adalah kebatilan dan keburukan yang besar, yang tidak mungkin ditunjukkan oleh dalil-dalil al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan justru dalil-dalil tersebut menegaskan kebatilan dan kerusakan perbuatan tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS asy-Syuura:11).
{فَلا تَضْرِبُوا لِلَّهِ الْأَمْثَالَ إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ}
“Maka janganlah kamu mengadakan penyerupaan-penyerupaan bagi Allah. Sesungguhnya Dia mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS an-Nahl:74).
3- Menetapkan bagi Allah Ta’ala nama yang tidak ditetapkan-Nya bagi diri-Nya, sebagaimana perbuatan orang-orang Nashrani yang menamakan Allah Ta’ala dengan nama “bapak”, juga perbuatan orang-orang ahli filsafat yang menamakan-Nya dengan al-‘illatul faa’ilah (penyebab yang berbuat).
Perbuatan mereka ini termasuk al-ilhad karena penetapan nama-nama Allah bersifat tauqifiyyah (harus berdasarkan dalil dari al-Qur’an dan hadits yang shahih, tidak boleh ditambah dan dikurangi), karena Dia-lah yang maha mengetahui nama-nama dan sifat-sifat yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya.
4- Menjadikan untuk berhala nama-nama yang diambil dari nama-nama Allah Ta’ala, sebagaimana perbuatan orang-orang musyrik yang mengambil nama untuk berhala mereka al-‘uzza dari nama Allah “al-‘Aziz” (Yang Maha Mulia dan Perkasa), demikian juga nama al-lata dari nama-Nya “al-Ilah” (Yang berhak disembah semata-mata), menurut salah satu pendapat.
Perbuatan mereka ini termasuk al-ilhad karena nama-nama yang Allah Ta’ala tetapkan bagi diri-Nya adalah khusus untuk diri-Nya semata-mata, sebagaimana firman-Nya,
{وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا}
“Hanya milik Allah-lah asma-ul husna (nama-nama yang maha indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan nama-nama itu” (QS al-A’raaf:180).
Sebagaimana hak untuk diibadahi dan disembah khusus milik Allah Ta’ala semata, karena hanya Dia-lah semata yang menciptakan, memberi rezki, memberi kemanfaatan, mencegah kemudharatan, dan mengatur alam semesta, maka hanya Dia-lah yang khusus memiliki nama-nama yang maha indah, dan tidak boleh dipalingkan kepada selain-Nya.
5- Menyifati Allah Ta’ala dengan sifat-sifat yang menunjukkan kekurangan dan celaan, padahal Allah Ta’ala Maha Suci dan Maha Tinggi dari semua sifat tersebut, sebagaimana ucapan sangat kotor dari orang-orang Yahudi yang mengatakan:
{إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ}
“Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya” (QS Ali-‘Imraan:181).
Juga ucapan kotor mereka,
{يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ}
“Tangan Allah terbelenggu” (QS al-Maaidah:64).
SELENGKAPNYA:
https://muslim.or.id/3638-penyimpangan-dalam-nama-dan-sifat-allah.html
@muslimorid
Perhatikan Adab dan Akhlakmu Wahai Penuntut Ilmu
Sebuah nasihat yang sangat bagus bagi kaum muslimin khususnya bagi para penuntut ilmu agama. Ilmu agama yang mulia ini hendaknya selalu digandengkan dengan akhlak yang mulia. Terlebih para da‘i yang akan menyeru kepada kebaikan dan menjadi sorotan oleh masyarakat akan kegiatan keseharian dan muamalahnya. Nasehat tersebut dari seorang ulama yaitu syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, beliau berkata,
طالب العلم : إذا لم يتحل بالأخلاق الفاضلة فإن طلبه للعلم لا فائدة فيه
“Seorang penuntut ilmu, jika tidak menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, maka tidak ada faidah menuntut ilmunya.”[1]
Memang demikian contoh dari para ulama sejak dahulu, mereka sangat memperhatikan adab dan akhlak. Jangan sampai justru dakwah rusak karena pelaku dakwah itu sendiri yang kurang adab dan akhlaknya. Ulama dahulu benar-benar mempelajari adab dan akhlak bahkan melebihi perhatian terhadap ilmu.
Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata,
طلبت الأدب ثلاثين سنة وطلبت العلم عشرين سنة كانوا يطلبون الأدب ثم العلم
“Saya mempelajari adab selama tiga puluh tahun dan saya mempelajari ilmu (agama) selama dua puluh tahun, dan ada-lah mereka (para ulama salaf) memulai pelajaran mereka dengan mempelajari adab terlebih dahulu kemudian baru ilmu”.[2]
Hendaknya kaum muslimin terutama para penuntut ilmu dan dai sangat memperhatikan hal ini. Jika setiap orang atau sebuah organisasi, kita permisalkan. Mereka punya target dan tujuan tertentu, maka tujuan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak manusia. Kita berupaya untuk mewujudkan hal ini.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Sobat, yuk simak selengkapnya disini. Klik 👉 https://muslim.or.id/29917-ilmu-agama-tanpa-akhlak-mulia-adalah-sia-sia.html
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
INILAH CARA BERJALAN ALA RASULULLAH. SUDAH TAHU?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah suri teladan terbaik dalam semua aspek kehidupan, bahkan sampai keseharian beliau adalah akhlak dan cara hidup yang mulia, penuh dengan keberkahan. Allah Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21).
Dalam kesempatan kali ini, mari kita telisik bagaimana baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan. Semoga kita bisa meneladani beliau dalam hal ini.
Yuk simak disini sobat muslim. Klik 👉 https://muslim.or.id/34522-cara-berjalan-ala-rasulullah.html
Penulis: Yulian Purnama
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
JANGANLAH KAU CELA SAUDARAMU!
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim “ (QS. Al Hujuraat :11)
Haramnya Menghina Orang Lain
Dalam ayat ini Allah memanggil hambanya yang beriman dengan panggilan (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ), yang merupakan sebaik-baik panggilan Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Setiap ayat Allah yang didahului dengan panggilan kepada hamba-Nya(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ) menunjukkan bahwa sesudahnya Allah Ta’ala akan menyampaikan sesuatu yang penting. Sebagaimana ucapan sahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, “ Jika engkau mendengar Allah berfirman (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ) maka dengarkanlah dengan baik-baik. Karena di situ terdapat kebaikan yang Allah perintahkan atau kejelekan yang dilarang oleh Allah” (Dinukil dari Nidaa-atu Ar Rahman li Ahlil Iman)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah Ta’ala melarang dari perbuatan sikhriyyah terhadap manusia, yaitu sikap merendahkan orang lain dan menghina mereka. Hal ini sebagaimana terdapat pula dalam hadits Nabi tatkala beliau bersabda, ‘Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain’, maksudnya adalah menghina dan menganggap orang lain lebih rendah, dan ini adalah perbuatan haram. Boleh jadi orang yang dihina lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah dan lebih Allah cintai. Oleh karena itu Allah berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim).
Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang sebagian hak seorang mukmin dengan mukmin yang lain. Yaitu janganlah sekelompok orang mencela sekelompok yang lain baik dengan kata-kata ataupun perbuatan yang mengandung makna merendahkan saudara sesama muslim. Perbuatan ini terlarang dan hukumnya haram. Perbuatan ini menunjukkan bahwa orang yang mencela itu merasa kagum dengan dirinya sendiri” (Taisiir Al Kariimi Ar Rahman).
Larangan ini bersifat umum, mencakup celaan terhadap segala hal. Imam At Thabari rahimahullah menjelaskan, “ Allah menyebutkan secara umum larangan untuk mencela orang lain, sehngga larangan ini mencakup seluruh bentuk celaan. Tidak boleh seorang mukmin mencela mukmin yang lain karena kemiskinannya, karena perbuatan dosa yang telah dilakukannya, dan yang lainnya” (Lihat Jaami’ul Bayan).
Jelaslah dalam ayat ini Allah mengharamkan perbuatan mencela orang lain, dan ini juga merupakan kesepakatan para ulama. Perbuatan ini termasuk dosa besar, wajib seorang muslim untuk menjauhinya dan mengingatkan orang lain dari dosa ini. Dan sifat ini merupakan di antara sifat orang munafik dan orang kafir. (Lihat Al Manhiyaat fii Suurati Al Hujuraat).
Sobat tahukah anda boleh jadi orang yang dihina itu lebih baik? Yuk simak selengkapnya disini. Klik 👉 https://muslim.or.id/22332-jangan-kau-cela-saudaramu.html
Penulis: dr. Adika Mianoki
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
SAUDARAKU, JANGAN UJUB!
Segala puji bagi Allah, Rabb seru sekalian alam. Salawat dan keselamatan semoga terus terlimpah kepada Nabi dan para sahabatnya. Amma ba’du.
Jumlah pengikut yang banyak, organisasi yang mapan, kekuatan finansial yang besar, dan sarana yang serba lengkap terkadang membuat manusia lupa akan hakekat dirinya yang lemah dan senantiasa membutuhkan pertolongan Allah ‘azza wa jalla. Acapkali ‘perasaan besar’ tersebut menyeret kepada bangga diri dan ujub dengan kemampuan dirinya. Seolah-olah semuanya sudah berada di bawah kendalinya. “Kemenangan sudah di pelupuk mata.” “Kita tidak akan kalah, jumlah kita banyak.”
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh, Allah telah menolong kalian dalam berbagai tempat yang banyak, demikian pula pada perang Hunain; ketika itu jumlah kalian yang sedemikian banyak telah membuat kalian ujub, namun ternyata jumlah yang banyak itu sama sekali tidak mencukupi bagi kalian, dan bumi yang luas pun menjadi terasa sempit bagi kalian, kemudian kalian pun lari tunggang-langgang…” (QS. at-Taubah: 25)
Ketika itu, sebagian di antara mereka -para sahabat- ada yang berkata, “Pada hari ini kita tidak akan kalah gara-gara jumlah yang sedikit.” Tatkala penyakit ujub itu menyelinap ke dalam hati mereka, maka Allah berikan pelajaran bagi mereka… Padahal, mereka itu adalah para Sahabat Nabi -orang-orang termulia di atas muka bumi setelah para nabi- sejumlah 12 ribu pasukan kaum muslimin kocar-kacir di awal pertempuran dalam menghadapi 4 ribu pasukan musyrikin dari kabilah Hawazin… (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 345). Sungguh pukulan yang sangat telak dan menjatuhkan mental kaum muslimin! Dimanakah jumlah yang besar yang dibanggakan itu? Kalau bukan karena pertolongan Allah, maka mereka sudah hancur berkeping-keping…!
Bagi orang-orang yang telah merasa dirinya besar, hebat dan kuat -dengan organisasi, yayasan, dan lain sebagainya- maka waspadailah penyakit ganas ini! Karena hal itu akan menghancurkan kalian…! Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak ada suatu perkara yang lebih merusak amalan daripada perasaan ujub dan terlalu memandang jasa diri sendiri…” (al-Fawa’id, hal. 147). Semoga Allah membalas kebaikan salah seorang Ustadz kami –semoga Allah menjaganya– yang menasehatkan hal ini kepada kami; untuk tidak merasa diri besar… Yang pada akhirnya akan menimbulkan dampak-dampak negatif, semisal berkobarnya api hizbiyah, terlalu mengutamakan kepentingan kelompok, dan memaksakan keinginan kepada pihak lain yang tidak sejalan pemikiran… Allahul musta’aan!
Ibnu Sa’ad menceritakan di dalam kitabnya ath-Thabaqat, bahwasanya Umar bin Abdul Aziz apabila berkhutbah di atas mimbar kemudian dia khawatir muncul perasaan ujub di dalam hatinya, dia pun menghentikan khutbahnya. Demikian juga apabila dia menulis tulisan dan takut dirinya terjangkit ujub maka dia pun menyobek-nyobeknya, lalu dia berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari keburukan hawa nafsuku.” (dikutip dari al-Fawa’id, hal. 146)
Saudaraku, salafus shalih telah memberikan teladan kepada kita untuk tidak bersikap ujub. Ingatlah, bahwa segala kebaikan yang ada pada diri kita berasal dari anugerah Allah ta’ala, bukan semata-mata karena kekuatan dan kemampuan kita! Bahkan, kalau Allah berkehendak niscaya saat ini kita masih tenggelam dalam alam kejahiliyihan dengan aneka ragam maksiat dan kedurhakaan kepada Allah ta’ala. Tidakkah kalian ingat nikmat yang agung ini wahai ikhwan?….. Lantas dimanakah ungkapan rasa syukur kalian kepada-Nya? Apakah kalian sekarang telah lebih mengutamakan dunia daripada akherat, sehingga sedemikian beratnya kalian untuk berjuang dengan ikhlas di jalan-Nya?!
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Sumber: https://muslim.or.id/4708-saudaraku-jangan-ujub.html
Jadilah engkau seorang hamba yang tawadlu, maka Allah akan mengaruniakan hikmah kepadamu.
Читать полностью…Bila Handphone Berbunyi Ketika Shalat
Apa yang semestinya dilakukan bila handphone kita berbunyi karena ada yang menelpon ketika kita sedang shalat? Menjawab telepon? Mengambilnya dari kantong lalu mematikannya? Bagaimana bila telepon rumah? Membatalkan shalat? Atau dibiarkan saja berbunyi sampai mati sendiri?
Kita simak fatwa-fatwa dari para ulama berikut ini. Simak disini. Klik 👉 https://muslim.or.id/6149-bila-handphone-berbunyi-ketika-shalat.html
ADAB KETIKA BERMIMPI BURUK
Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah-
Disyariatkan bagi setiap muslim dan muslimah jika ia bermimpi dengan mimpi yang tidak ia sukai hendaknya ia (setelah terbangun) meniup ke sebelah kirinya tiga kali dan membaca ta’awwudz sebanyak tiga kali. Kemudian setelah itu hendaknya ia membalik tubuhnya ke sisi yang lain, dengan demikian tidak ada lagi yang membahayakan dan mengganggunya.
Berdasarkan hadits yang shahih dari rasulullah shallallahu’alaihi Wasallam:
الرؤيا الصالحة من الله، والحلم من الشيطان، فإذا رأى أحدكم ما يكره فلينفث عن يساره ثلاثا، وليتعوذ بالله من الشيطان ومن شر ما رأى ثلاثاً، ثم ينقلب على جنبه الآخر، فإنها لا تضره ولا يخبر بها أحداً
“Mimpi yang baik itu dari Allah. Sedangkan mimpi yang buruk itu dari setan. Jika salah seorang dari kalian bermimpi yang tidak ia sukai, maka hendaknya ia meniup ke sebelah kirinya tiga kali dan membaca ta’awwudz sebanyak tiga kali. Kemudian setelah itu hendaknya ia membalik tubuhnya ke sisi yang lain, dengan demikian tidak ada lagi yang membahayakan dan jangan ceritakan kepada seorang pun mimpi tersebut” (HR. Bukhari no. 6995, Muslim no. 2261).
Dalam hadits yang shahih ini terdapat penenang bagi seorang mukmin ketika ia bermimpi yang tidak ia sukai. Demikian juga bagi mukminah. Dan walhamdulillah, ini adalah solusi yang luar biasa dan mudah dilakukan. Maka hendaknya saudaraku Anda mengamalkan amalan ini. Serta buatlah hati Anda tenang dan santai dengan adanya solusi nabawi yang agung ini. Semoga Allah memberi taufik.
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/34050-ini-yang-dilakukan-ketika-mimpi-buruk.html
***
@muslimorid
Melepas Jilbab Berarti Melepas Kemuliaan Wanita
Jilbab bukanlah sebuah pilihan, tetapi memakainya adalah kewajiban wanita. Siap atau tidak siap hati seorang wanita, ketika sudah berusia baligh, seorang wanita wajib berjilbab. Tidak ada alasan untuk tidak memakainya, itu semua hanya alasan yang dibuat-buat saja dan tidak masuk akal.
Ketika ada seorang wanita yang tidak berjilbab dan ia paham benar kewajiban ini, atau ketika ada seorang wanita yang bahkan melepas jilbabnya setelah sebelumnya memakai, maka khawatirkan lah dirinya. Allah telah memberikan jalan petunjuk dan hidayah yang sangat mahal, kemudian ia menyimpang, bisa jadi Allah simpangkan ia selama-lamanya. Allah tidak akan menoleh peduli padanya lagi, wal’iyadzu Billah
Allah berfirman,
ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺯَﺍﻏُﻮﺍ ﺃَﺯَﺍﻍَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻗُﻠُﻮﺑَﻬُﻢْ
“Maka ketika mereka melenceng (dari jalan yang lurus) niscaya Allah lencengkan hati-hati mereka.” (Ash-Shaff/61:5)
Simak selengkapnya disini. Klik 👉 https://muslim.or.id/34261-melepas-jilbab-berarti-melepas-kemuliaan-wanita.html
Penyusun: Raehanul Bahraen
ADA APA DENGAN REBO WEKASAN
Rebo wekasan diambil dari bahasa jawa. Rebo artinya hari rabu dan wekasan artinya terakhir.
Adapun yang dimaksud di sini adalah acara ritual yang biasa dilakukan sebagian masyarakat pada hari rabu akhir bulan Shofar karena menurut persepsi mereka saat itu adalah saat petaka.
Acaranya adalah sholat empat rakaat, setiap rakaat membaca surat al-Fatihah satu kali,surat al-Kautsar tujuh belas kali,surat al-Ikhlas lima belas kali,surat al-Falaq dan an-Nas dua kali kemudian membaca doa bikinan mereka yang berisi kesyirikan dan kesesatan.
Demikian juga mereka berkumpul-kumpul di masjid menunggu rajah-rajah bikinan kyai mereka lalu menaruhnya di gelas dan meminumnya.
Tidak hanya di situ, mereka juga mengadakan perayaan makan-makan lalu berjalan di rumput-rumput dengan keyakinan agar sembuh dari segala penyakit.
Tidak ragu lagi bahwa semua itu termasuk ritual jahiliyyah yang meruyak disebabkan kejahilan terhadap agama, lemahnya tauhid, suburnya ahli bid’ah dan penyesat umat serta minimnya para penyeru tauhid. (Lihat Tahdzirul Muslimin ‘anil Ibtida’ fi Din, Ibnu Hajar Alu Abu Thomi, hlm. 281, Ishlahul Masajid al-Qosimi hlm. 116, al-Bida’ al-Hauliyyah at-Tuwaijiri hlm. 126-132).
Bila kita cermati khurofat di atas, niscaya akan kita dapati keduanya kembali pada masalah Tathoyyur yaitu merasa sial dengan burung atau lainnya yang hal ini termasuk kategori perkara jahiliyyah yang dibatalkan Islam.
Perlu diketahui bahwa khurafat ini sampai sekarang masih bercokol di sebagian masyarakat.
Sebagai contoh, sebagian masyarakat masih meyakini bila ada burung gagak melintas di atas maka itu pertanda akan ada orang mati, bila burung hantu berbunyi pertanda ada pencuri, bila mau beergian lalu di jalan dia menemui ular menyebrang maka pertanda kesialan sehingga perjalanan harus diurungkan.
Demikian pula ada yang merasa sial dengan bulan Dzulqo’dah (selo; jawa) dan bulan Muharram (suro: jawa), hari jum’at keliwon, ada juga yang merasa sial dengan angka seperti angka 13 dan sebagainya. (Lihat secara lebih luas masalah ini dalam risalah Ath-Tathoyyur oleh Syaikh Ibrahim al-Hamd).
Sebaliknya, hendaknya kita bertawakkal yakni menyerahkan segala urusan sepenuhnya kepada Allah, karena salah satu hikmah di balik peniadaan Nabi terhadap khurafat-khurafat jahiliyyah dalam hadits ini adalah agar seorang muslim benar-benar bertawakkal bulat kepada Allah tanpa melirik kepada selainNya.
Kalau sekirannya dia bimbang dalam melangkah, maka hendaknya dia melakukan shalat istikharah, berdoa kepada Allah dan bermusyawarah kepada orang-orang yang berpengalaman. Dengan demikian insyallah dia akan melangkah dengan penuh optimis diri.
***
Penulis: Ust. Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi
Sumber: https://muslim.or.id/34303-ada-apa-dengan-acara-rebo-wekasan.html
@muslimorid
MEMULAI SALAM KEPADA ORANG KAFIR, BOLEHKAH?
Bismillah. Terdapat hadis dari sahabat Abu Hurairah –radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
لا تبدأوا اليهود والنصارى بالسلام، وإذا لقيتم أحدهم في طريق فاضطروه إلى أضيقه
“Janganlah kamu memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan juga orang Nasrani. Justru, sekiranya kamu berjumpa dengan mereka di jalan, jangan Anda berikan kepada mereka jalan yang longgar (sementara anda berada pada posisi sempit)” (HR. Ahmad).
Hadits di atas secara tegas menjelaskan larangan memulai salam kepada orang kafir.
Meski hadits di atas hanya menyinggung kaum Yahudi dan Nasrani, namun ini bukan berarti pembatasan. Orang-orang kafir lainnya; selain Yahudi dan Nasrani, berlaku hukum yang sama dalam hal ini, yaitu dilarang memulai salam kepada mereka.
Dalam Fatawa Islam no. 3681 diterangkan,
ولا فرق بين أهل الكتاب وغيرهم من الملل من حيث إنهم كفار ضالون جميعاً، من مات منهم وهو على ما هو عليه من الكفر فهو خالد في النار أبداً .
“Tidak ada bedanya antara Ahlulkitab (Yahudi dan Nasrani) dengan penganut agama-agama lain, dari tinjauan bahwa mereka adalah kafir. Seluruhnya berada pada jalan yang salah. Siapa di antara mereka yang meninggal dunia, sementara ia masih berpegang pada keyakinan kufur, dia berada di neraka selamanya.
(http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&lang=&Option=FatwaId&Id=3681)
Sekarang bagaimana bila Mereka yang memulai salam? Silakan simak disini. Klik 👉 https://muslim.or.id/34204-tidak-boleh-memulai-salam-kepada-orang-kafir.html
Penulis: Ahmad Anshori
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
[ 10 Kaidah Istiqamah; 2/10 ]
.
.
2⃣ Kaidah Kedua :
"Hakikat Istiqamah adalah meniti jalan yang lurus (Islam)"
---
Saudaraku,
Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu menjelaskan bahwasanya dasar dan inti Istiqamah adalah Tauhid, mengesakan Allah Ta'ala.
Terkait firman-Nya,
إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka istiqamah."
Beliau radhiyallahu 'anhu mengatakan,
هم الذي لم يشركوا بالله شيئا
" Orang-orang yang Istiqamah adalah orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun."
Maka, barangsiapa yang benar-benar mengesakan Allah Ta'ala, maka ia akan menunaikan hak dan kesempurnaan tauhid, yaitu taat kepada Allah dengan meniti jalan-Nya yang lurus.
---
Senada dengan perkataan tersebut, Ibnu Rajab rahimahullahu mendefinisikan makna Istiqamah dalam kitabnya Jami'ul 'Ulum wal Hikam,
"Istiqamah adalah meniti jalan yang lurus, yaitu agama (Islam), tak bengkok ke kanan dan ke kiri, dan mencakup pelaksanaan semua ketaatan, baik zhahir maupun batin, dan menghindari semua larangan-larangan (Allah)."
---
اهدنا الصراط المستقيم
"Tunjukilah kami jalan yang lurus"
Aamiin..
[ Bersambung ]
======
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
✉/📱085747223366
Melihat dan mendengar banyaknya kasus rumah tangga yang berakhir dengan perceraian, jadi teringat sebuah petuah yang mengatakan:
افتح عينيك جيدا قبل الزواج, و أغمضهما جيدا بعد الزواج
"Bukalah kedua matamu baik-baik sebelum menikah, dan tutuplah keduanya dengan baik setelah menikah."
Hendaknya petuah ini menjadi nasehat bagi yang akan memasuki bahtera pernikahan agar betul-betul mencari calon suami/istri dan calon bapak/ibu bagi anak-anaknya kelak. Buka kedua matamu, perhatikan dengan seksama. Carilah pasangan yang terbaik buat dirimu.
Jika engkau sudah menikah, maka tutuplah kedua matamu tersebut. Jangan suka mencari-cari kesalahan dari pasanganmu.
Kebanyakan kita terkadang tidak menggubris nasehat ini atau terbalik menerapkannya. Ketika mau menikah, matanya hanya tertuju dan terfokus pada tampilan fisik belaka.
Konsentrasinya hanya terpusat pada kecakepan si fulaan atau kecantikan si fulaanah saja. Mereka lupa membuka matanya lebih lebar lagi. Mereka lalai melihat agama dan akhlak calon pasangannya.
Akhirnya apa yang terjadi?
Setelah menikah malah membuka matanya dengan sangat lebar. Kesalahan kecil dari pasangannya dibesar-besarkan seakan-akan di matanya ada kaca pembesar. Tiada hari tanpa mencari dan menemukan kesalahan pasangannya. Walhasil, angka perceraian semakin tinggi, jumlah wanita-wanita tak bersuami lagi makin banyak, problema sosial kemasyarakatan makin ruwet.
Oleh karena itu, petuah ini semestinya ditanggapi oleh semua kalangan, baik yang belum menikah maupun yang sudah menikah.
Buka mata lebar-lebar, cari dan telitilah orang yang akan menjadi pasangan hidupmu. Di saat engkau menjalani hidup dengannya, tutuplah kedua matamu dari melihat kesalahan dan kekurangannya. Ingatlah kebaikan-kebaikan dan kelebihan-kelebihannya.
Sungguh orang yang paling baik terhadap pasangannya telah memberikan kita peringatan. Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لا يفرك مؤمن مؤمنة إن كره منها خلقا رضى منها آخر
"Janganlah seorang mu'min itu membenci istrinya. Jika ia tidak senang terhadap salah satu tabi'atnya, maka ia ridha terhadap tabi'atnya yang lain." (HR. Muslim)
Penulis: Teuku Muhammad Nurdin