_.: Broadcast Tausyiah YPIA :._
*🌼( Beri Uzur dan Jangan Sampai Merasa Suci )🌼*
---
🔹🔸🔹
Kadang karena kita sehabis giat melakukan amal shalih, kerapkali nyinyir habis-habisan dan menghukumi sadis saudara kita yang berbuat kesalahan...
Berbangga dengan ketaatan dan merendahkan orang yang berbuat kemaksiatan...
Lupa hakikat diri yang padahal aibnya menggunung tinggi menjulang, hingga tak terhitung dengan jari kaki dan tangan...
Iblis memang tak pernah bosan untuk menggelincirkan manusia dengan tipuan-tipuan...
_Fa laa tuzakkuu anfusakum..._
---
🔹🔸🔹
Padahal kita tidak tahu bagaimana akhir keadaan diri kita dan saudara kita yang telah berbuat kesalahan.
Bisa jadi karena ujub dan bangga, membuat amal kita tak bernilai dan berharga. Sedang saudara kita, sehabis berbuat kesalahan justru beristighfar dan makin dekat pada Allah ta'ala...
Saya jadi ingat penuturan *Mutharrif bin Abdillah* -dalam hilyatul auliya- yang amat berkesan,
*_"Aku lebih suka; tidur semalam suntuk lantas bangun pagi dengan penuh penyesalan, daripada aku qiyamul lail sepanjang malam akan tetapi bangun pagi dengan perasaan ujub dan penuh kebanggaan."_*
_Fa laa tuzakkuu anfusakum..._
======
🔊 Broadcasted by :
*Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta*
_(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)_
✉/📱085747223366
Perekat Terkuat Antara Suami Dan Isteri Bukanlah Cinta, Tapi Agama
Oleh karenanya, seringkali kita melihat cinta suami kepada isteri atau sebaliknya justru semakin besar dan memuncak, ketika keduanya membangun rumah tangganya dengan pondasi agama.
Oleh karena itulah, Nabi shollallohu alaihi wasallam mewasiatkan kepada kita untuk mementingkan faktor ini, yaitu dalam sabda beliau:
فاظفر بذات الدين تربت يداك
“Dapatkanlah isteri yg memiliki agama (yang baik); niscaya kamu akan beruntung” (Muttafaqun alaih; Shahih Bukhori: 5090, Shahih Muslim: 1466).
Bahkan Sahabat Umar bin Khottob –rodhiallohu anhu– saat menjadi khalifah pernah ditanya seorang perempuan:
يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ نَشَدَنِي فَتَحَرَّجْتُ أَنْ أَكْذِبَ، فأكذب يا أمير المؤمنين؟ قال: نعم فاكذبنا، وَإِنْ كَانَتْ إِحْدَاكُنّ لَا تُحِبُّ أَحَدَنَا فَلَا تُحَدِّثْهُ بِذَلِكَ فَإِنَّهُ أَقَلُّ الْبُيُوتِ الَّذِي بُنِيَ عَلَى الْحُبِّ، وَلَكِنَّ النَّاسَ يَتَعَاشَرُونَ بِالْإِسْلَامِ وَالْأَنْسَابِ وَالْإِحْسَانِ
“Wahai Amirul Mukminin, suamiku telah menyumpahku agar aku tidak berbohong, sehingga aku merasa bersalah jika berbohong, apakah aku masih boleh berbohong wahai Amirul Mukminin?”
Maka sahabat Umar pun menjawab: “Ya, silahkan berbohong kepada kita (sebagai suami), jika salah seorang dari kalian (para istri) tidak suka kepada seseorang dari kami, maka jangan katakan itu kepadanya!
Karena, rumah tangga yang dibangun di atas rasa cinta itu sangat sedikit. Namun manusia biasanya menjalin hubungan itu karena Islam, hubungan nasab, dan jiwa sosial” (Al Ma’rifah wat Tarikh, 1/392).
Dan hendaklah kita selalu ingat sabda Nabi –shollallohu alaihi wasallam-:
لا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin (suami) membenci seorang mukminah (isterinya), karena jika dia membenci salah satu perangainya, dia pasti masih suka perangainya yang lainnya” (HR. Muslim no. 1469).
Ternyata, faktor agama ini tidak hanya berguna untuk akherat, tapi juga sangat berguna untuk menguatkan rajutan cinta yang indah bagi keduanya selama di dunia, wallohu a’lam.
***
Penulis: Ust. Musyaffa’ Ad Darini, Lc., MA.
Sumber: http://muslim.or.id/29361-perekat-terkuat-antara-suami-dan-isteri-bukanlah-cinta-tapi-agama.html
Channel TG @muslimorid
Like fanspage kami: https://www.facebook.com/muslimorid
PRINSIP MENGIKUTI DALIL DARI IMAM NAWAWI
Jangan kira bahwa prinsip mengikuti dalil hanya jadi prinsip Wahabi atau Salafi. Prinsip juga jadi prinsip ulama Syafi’iyah. Ini yang penulis temukan di antaranya dari Imam Nawawi ketika beliau membahas mengenai duduk istirahat dalam kitab beliau Al Majmu’.
Perhatikanlah …
Imam Nawawi menasehatkan tentang sunnah duduk istirahat,
“Sudah sepantasnya duduk istirahat ini dilakukan oleh setiap orang karena hadits yang membicarakan hal itu adalah hadits yang shahih dan tidak ada bertentangan dengan hadits shahih yang lain. Tak usahlah peduli dengan orang yang mudah-mudahan dalam meninggalkannya. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali Imran: 31).
وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al Hasyr : 7). (Al Majmu’, 3: 292).
Prinsip inilah yang harus kita pegang.
Karena orang yang punya prinsip demikian yang akan selamat.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
العَامِلُ بِلاَ عِلْمٍ كَالسَّائِرِ بِلاَ دَلِيْلٍ وَمَعْلُوْمٌ أنَّ عَطَبَ مِثْلِ هَذَا أَقْرَبُ مِنْ سَلاَمَتِهِ وَإِنْ قُدِّرَ سَلاَمَتُهُ اِتِّفَاقًا نَادِرًا فَهُوَ غَيْرُ مَحْمُوْدٍ بَلْ مَذْمُوْمٌ عِنْدَ العُقَلاَءِ
“Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang berjalan tanpa penuntun akan mendapatkan kesulitan dan sulit untuk selamat. Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia tetap saja tidak dipuji bahkan dapat celaan.”
Guru dari Ibnul Qayyim yaitu Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata,
مَنْ فَارَقَ الدَّلِيْلَ ضَلَّ السَّبِيْل وَلاَ دَلِيْلَ إِلاَّ بِمَا جَاءَ بِهِ الرَّسُوْلُ
“Siapa yang terpisah dari penuntun jalannya, maka tentu ia akan tersesat. Tidak ada penuntun yang terbaik bagi kita selain dengan mengikuti ajaran Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.” (Miftah Daris Sa’adah, 1: 299-300)
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
—
Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber: http://muslim.or.id/21435-prinsip-mengikuti-dalil-dari-imam-nawawi.html
Like fanspage https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam
_Bismillah.._
_Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)_
_Alhamdulillah,_
Penerimaan *Warga Baru Wisma Muslimah YPIA* Periode Maret 2017 telah dibuka
🌷 *Program Wisma* 🌷
Hafalan qur’an
Hafalan hadits
Hafalan do’a sehari-hari
Hafalan matan ushul tsalasah
Kajian islam ilmiah
🌷 *Persyaratan* 🌷
Muslimah
Memiliki semangat menuntut ilmu syar’i
Berpakaian syar’i
Bersedia mentaati peraturan wisma
Lolos seleksi
🌷 *Alur Penerimaan* 🌷
1⃣Pendaftaran via SMS ke *085-2280-165-97*
dengan format:
Daftar Wisma#Nama lengkap#Usia#Kota Asal#Jurusan#
Fakultas#Universitas#Tahun Angkatan
2⃣Mengisi form online di:
http://bit.ly/2kdeJdj
Periode pendaftaran online : *29 Januari - 4 Februari 2017*
3⃣Mengikuti Seleksi pada *5-11 Februari 2017*
Tempat:
🏡Perpustakaan Ceria
di Wisma Qanitah
Pogung Dalangan SIA XVI No.39 RT 10 RW 50 Sinduadi, Mlati, Sleman, DI Yogyakarta
4⃣ Pengumuman hasil seleksi : *15 Februari 2017*
🌷 *Spesifikasi* 🌷
🏡 *Raudhatul 'Ilmi 1* :
3 x 3 m
11 Kamar, kosong 1
3,1 jt/th
Sekamar 1 orang
Alamat : Pogung Dalangan SIA XVI No 40.RT 10 RW 50 Sinduadi, melati, Sleman.
🏡 *Raudhatul 'Ilmi 2* :
2 x 2,4 m
8 Kamar, kosong 1
1,8 jt/th
Sekamar 1 orang
Alamat : Pogung Dalangan SIA XVI No 40.RT 10 RW 50 Sinduadi, Mlati, Sleman.
🏡 *Hilyah* :
2 x 3 m
7 kamar, kosong 1 org,
2,8 jt/th
Sekamar wajib berdua
Alamat : Pogung Dalangan RT. 07 RW. 50, Sinduadi, Mlati, Sleman.
🏡 *Qonitah* :
2,5 x 2,5 m
21 kamar, kosong 3
3,1 jt/th
Sekamar wajib 1 orang
Alamat : Pogung Dalangan RT 10, RW 50, No. 39, Sinduadi, Mlati, Sleman
🏡 *Humaira* :
2,5 x 3 m
7 kamar, kosong 6 org,
4,5 jt/th
Wajib sekamar berdua
Alamat : Pogung Lor RT 3 RW 46 No. 312, Sinduadi, Mlati, Sleman.
_Catatan: Penempatan wisma adalah hak dari tim penyeleksi dan keputusan tidak dapat diganggu gugat_
📱Kontak
HP : 085-2280-165-97
FB : FKKA Yogyakarta
LINE: @QYK6278M
muslimah.or.id
BOLEHKAH MEMINTA BANTUAN JIN?
Fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhut Wal Ifta’
Soal:
Sebagian orang menggunakan jin untuk menyembuhkan penyakit. Mereka mengklaim bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh jin, dan mereka ini mencari rezeki dari praktek penyembuhan seperti ini. Bagaimana pandangan syariat terhadap hal ini, apakah halal atau haram?
Jawab:
Tidak boleh seorang Muslim meminta bantuan jin untuk tujuan apapun. Karena mereka tidak memberi bantuan kecuali manusia menaati para jin dalam berbuat maksiat kepada Allah dan berbuat kesyirikan atau kekufuran. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al Jin: 6).
dan firman Allah Ta’ala:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman) : “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia,” lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia : “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman : “Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)” (QS. Shad: 55).
Dan mengambil upah dari perbuatan ini hukumnya haram. Penyakit yang disebabkan jin atau penyakit lainnya diobati dengan Al Qur’an atau pengobatan yang syar’i atau pengobatan yang mubah, melalui orang yang terpercaya yang memiliki aqidah yang lurus.
Wabillahit taufiq, washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi wa sallam.
Tertanda,
Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
Anggota: Abdullah bin Ghudayan, Shalih Al Fauzan, Abdul Aziz Alu Asy Syaikh, Bakr Abu Zaid
SUDAH TAHU ADAB PADA HARI JUMAT SESUAI SUNNAH NABI?
Hari Jumat adalah hari yang mulia, dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memuliakannya. Keutamaan yang besar tersebut menuntut umat Islam untuk mempelajari petunjuk Rasulullah dan sahabatnya, bagaimana seharusnya msenyambut hari tersebut agar amal kita tidak sia-sia dan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala. Berikut ini beberapa adab yang harus diperhatikan bagi setiap muslim yang ingin menghidupkan syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jumat.
1. Memperbanyak Sholawat Nabi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)
2. Mandi Jumat
Mandi pada hari Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang balig berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, di mana Rasulullah bersabda yang artinya, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.” (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jumat ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jumat. Adapun tata cara mandi Jumat ini seperti halnya mandi janabah biasa. Rasulullah bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi Jumat seperti mandi janabah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Menggunakan Minyak Wangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi pada hari Jumat dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu sholat sesuai yang ditentukan baginya dan ketika imam memulai khotbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Bersegera Untuk Berangkat ke Masjid
Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Makna hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jumat pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat Fathul Bari II/388)
5. Sholat Sunnah Ketika Menunggu Imam atau Khatib
Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)
6. Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhotbah
“Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat Jumat ketika imam sedang berkhotbah.” (Hasan. HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
7. Sholat Sunnah Setelah Sholat Jumat
Rasulullah bersabda yang artinya, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka sholatlah empat rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)
8. Membaca Surat Al Kahfi
Nabi bersabda yang artinya, “Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat maka Allah akan meneranginya di antara dua Jumat.” (HR. Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)
Anakku Sudah Tepatkah Pendidikannya
Anak merupakan karunia sekaligus ujian bagi manusia. Dalam persepsi Islam, anak merupakan amanat yang menjadi tanggung jawab orang-tuanya. Ketika pertama kali dilahirkan ke dunia, seorang anak dalam keadaan fitrah dan berhati suci dan bersih, ibarat kertas putih bersih yang siap untuk dituliskan apapun diatasnya. Kedua orangtuanyalah yang memegang peranan penting pada perkembangan berikutnya, apakah keduanya akan mempertahankan fitrah dan kesucian hatinya, ataukah malah merusak dan mengotorinya.
Penulis : Syaikh Abu Abdillah Musthafa al-Adawi
Penerbit : Pustaka Ibnu Katsir
Harga Normal 87.500
HARGA KHUSUS SILAKAN HUBUNGI CS
KONTAK PEMESANAN
muslimstore.id
Telp/SMS/WA
CS1: 0853 2656 6664
CS2: 0823 9500 4230
PIN BBM
CS1: 5B48C425
CS2: D2EF7AA4
Instagram
@muslimstore_id
Link Katalog:
goo.gl/DZAQ19
Update Testimoni Pelanggan
goo.gl/ste35t
# *_Bahasa Arab Dasar Live Streaming_* #
Shahabat *Umar bin Khattab* radhiyallahu’anhu pernah mengatakan: _”Pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab adalah bagian penting dari agamamu"_ [Iqtidho Sirothil Mustaqim, Ibnu Taimiyyah].
🍂🍂🍂🍂🍂
Simak dan ikuti *Pelajaran Bahasa Arab Live Streaming*, Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta bekerja sama dengan Radio Muslim Yogyakarta.
🎙Pemateri: *Ustadz Rizki Amipon Dasa*
(🏢 Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta)
📅 *Rabu, 1 Februari 2017* (Insyaallah akan disiarkan _Rutin_ setiap pekannya)
⏰ Waktu: 09.00-10.00 WIB
📚 Materi: _Durusul Lughoh Li Ghoiri Nathiqina Biha_
Materi ini dapat diunduh di www.mahadumar.id
📻 Disiarkan Langsung Oleh:
Radio Muslim Yogyakarta
▶ www.radiomuslim.com ◀
📝 Pertanyaan dapat diajukan melalui:
✔ 0274 55005 (Telepon Interaktif)
✔ 0823 2727 5333 (SMS/WA)
Acara ini diselenggarakan oleh:
🌾 *Radio Muslim Yogyakarta*
🌾 *Ma'had Umar bin Khattab Yogyakarta*
🌾 *Yayasan Pendidikan Islam al-Atsari Yogyakarta*
KEMULIAAN ILMU DAN ULAMA
Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Abud Darda’radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh keutamaan seorang ahli ilmu di atas ahli ibadah adalah laksana keutamaan bulan purnama di atas seluruh bintang-gemintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris nabi-nabi. Sedangkan para nabi tidak mewariskan uang dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu itu niscaya dia memperoleh jatah warisan yang sangat banyak.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 22)
Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Zur bin Hubaisy. Dia berkata: Shofwan bin ‘Asal al-Muradi mengabarkan kepada kami. Dia berkata: Aku pernah datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku datang untuk menuntut ilmu.” Beliau pun menjawab, “Selamat datang, wahai penuntut ilmu. Sesungguhnya penuntut ilmu diliputi oleh para malaikat dan mereka menaunginya dengan sayap-sayap mereka. Kemudian sebagian mereka menaiki sebagian yang lain sampai ke langit dunia, karena kecintaan mereka terhadap apa yang mereka lakukan.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 37)
Ibnu Wahb meriwayatkan dari Imam Malik. Imam Malik berkata: Aku mendengar Zaid bin Aslam -gurunya- menafsirkan firman Allah ta’ala (yang artinya), “Kami akan mengangkat kedudukan orang-orang yang Kami kehendaki.” (QS. Yusuf: 76). Beliau berkata, “Yaitu dengan ilmu.” (lihat Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Baththal [1/133], Umdat al-Qari [2/5], dan Fath al-Bari [1/172])
Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Mujahid mengenai makna firman Allah (yang artinya), “Allah berikan hikmah kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.”Mujahid menafsirkan, “Yaitu ilmu dan fikih/pemahaman.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 19)
Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Mujahid tentang maksud firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), “Dan ulil amri di antara kalian.” Beliau menjelaskan,“Yaitu para fuqoha’ dan ulama.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 21)
Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari al-Hasan, bahwa Abud Darda’radhiyallahu’anhu berkata, “Perumpamaan para ulama di tengah-tengah umat manusia bagaikan bintang-bintang di langit yang menjadi penunjuk arah bagi manusia.” (lihatAkhlaq al-’Ulama, hal. 29)
Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbasradhiyallahu’anhuma, beliau mengatakan, “Seorang pengajar kebaikan dan orang yang mempelajarinya dimintakan ampunan oleh segala sesuatu, sampai ikan di dalam lautan sekalipun.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 43-44)
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/10277-kemuliaan-ilmu-dan-ulama.html
Follow twitter @muslimorid
KEMULIAAN ABU BAKAR ASH SHIDDIQ
Imam Bukhari rahimahullah membuat bab di dalam Kitab Fadha’il ash-Shahabah [Fath al-Bari Juz 7 hal. 15] dengan judul ‘Bab; Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tutuplah pintu-pintu -di dinding masjid- kecuali pintu Abu Bakar.” Di dalamnya beliau menyebutkan sebuah riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu. Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak penuturan Imam Bukhari tersebut.
Imam Bukhari berkata:
Abdullah bin Muhammad menuturkan kepada kami. [Dia berkata]: Abu ‘Amir menuturkan kepada kami. Dia berkata: Fulaih menuturkan kepada kami. Dia berkata: Salim Abu Nazhar menuturkan kepadaku dari Busr bin Sa’id dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, beliau berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada orang-orang (para sahabat). Beliau mengatakan, “Sesungguhnya Allah memberikan tawaran kepada seorang hamba; antara dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu lebih memilih apa yang ada di sisi Allah.”
Beliau -Abu Sa’id- berkata: “Abu Bakar pun menangis. Kami merasa heran karena tangisannya. Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan ada seorang hamba yang diberikan tawaran. Ternyata yang dimaksud hamba yang diberikan tawaran itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang, Abu Bakar adalah orang yang paling berilmu di antara kami.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengangkat seorang Khalil -kekasih terdekat- selain Rabb-ku niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku. Namun, cukuplah -antara aku dengan Abu Bakar- ikatan persaudaraan dan saling mencintai karena Islam. Dan tidak boleh ada satu pun pintu yang tersisa di [dinding] masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, di Kitab Fadha’il ash-Shahabah (lihat Syarh Nawawi Juz 8 hal. 7-8)
Berikut ini pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik dari hadits di atas. Kami sarikan dari keterangan al-Hafizh Ibnu Hajar dan Imam an-Nawawi. Semoga bermanfaat.
1. Hadits ini mengandung keistimewaan yang sangat jelas pada diri Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu yang tidak ditandingi oleh siapapun -di antara para sahabat-. Hal itu disebabkan beliau berhak mendapat predikat Khalil -kekasih terdekat- bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kalaulah bukan karena faktor penghalang yang disebutkan oleh Nabi di atas (lihat Fath al-Bari [7/17 dan 19])
2. Abu Bakar radhiyallahu’anhu mengetahui bahwa seorang hamba yang diberikan tawaran tersebut adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh sebab itu beliau pun menangis karena sedih akan berpisah dengannya, terputusnya wahyu, dan akibat lain yang akan muncul setelahnya (lihat Syarh Nawawi [8/7])
3. Hadits ini menunjukkan bahwa semestinya masjid dijaga agar tidak menjadi seperti jalan tempat berlalu-lalangnya manusia kecuali dalam kondisi darurat yang sangat penting (lihat Fath al-Bari [7/19])
4. Para ulama itu memiliki pemahaman yang bertingkat-tingkat. Setiap orang yang lebih tinggi pemahamannya maka ia layak untuk disebut sebagai a’lam (orang yang lebih tahu) (lihat Fath al-Bari [7/19])
5. Hadits ini mengandung motivasi untuk lebih memilih pahala akhirat daripada perkara-perkara dunia (lihat Fath al-Bari [7/19])
6. Hendaknya seorang berterima kasih kepada orang lain yang telah berbuat baik kepadanya dan menyebutkan keutamaannya (lihat Fath al-Bari [7/19])
Saudaraku… Kita bisa melihat bersama bagaimana zuhudnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap dunia. Kecintaan kepada akhirat dan kerinduan untuk bertemu dengan Allah jauh lebih beliau utamakan daripada kesenangan dunia.
SELENGKAPNYA: http://muslim.or.id/8182-kemuliaan-abu-bakr-ash-shiddiq.html
Channel TG: @muslimorid
Twitter & instagram: @muslimorid
Facebook https://www.facebook.com/muslim.or.id
BERJALAN DI TEPI JURANG
Sebagian orang mengira kondisi awam dan jahil dalam agama itu posisi aman, tidak banyak beban karena tidak tahu apa yang dibebani kepadanya, dan kalau berbuat salah pun tidak dosa.
Padahal sebenarnya...
Orang awam dan jahil itu bagaikan berjalan di tepi jurang. Sangat rawan untuk terjatuh pada kesesatan dan kekufuran. Walaupun memang, terkadang ada yang tidak jatuh dan selamat.
Demikian pula, orang alim (berilmu), bagaikan berjalan jauh dari tepi jurang, lebih aman dan selamat. Walaupun terkadang orang berilmu pun diterpa angin dan terseret ke tepi hingga terjatuh.
Hidayah di tangan Allah, Ia Maha Membolak-balik Hati. Namun, akal sehat tentunya akan memilih berjalan jauh di tepi jurang, dan berusaha menjauhkan orang dari tepi jurang.
Kalau sudah jauh dari tepi jurang, tinggal kita minta pertolongan kepada Allah agar dikokohkan langkahnya, tidak melenceng ke tepi jurang, tidak terkena terpaan angin yang membuat kita terjatuh ke tepi jurang.
Makanya, yok kita berusaha keluar dari kondisi jadi awam dan jahil. Kita juga ajak orang agar berhenti jadi awam dan jahil. Semoga kita bisa selamat bareng-bareng.
Allaahumma tsabit quluubana 'ala diinik.
____
Akhukum Yulian Purnama
PAKET MENGENAL INDAHNYA SURGA
1. Buku Tamasya Ke Surga
2. Pesona Surga
Pesona surga, apa yang akan kita saksikan dalam kunjungan melalui buku ini merupakan sesuatu yang benar dan yakin adanya, tanpa diragukan lagi. Karena semuanya merujuk kepada sumber terpercaya yaitu kumpulan ayat-ayat al-Qur-an, juga hadits-hadits yang shahih sanadnya dan populer periwayatannya, serta relevan dengan al-Qur-an.
HARGA SPESIAL SILAKAN KONTAK CS
KONTAK PEMESANAN
muslimstore.id
Telp/SMS/WA
CS1: 0853 2656 6664
CS2: 0823 9500 4230
PIN BBM
CS1: 5B48C425
CS2: D2EF7AA4
Instagram
@muslimstore_id
Link Katalog:
goo.gl/DZAQ19
Update Testimoni Pelanggan
goo.gl/ste35t
KETIKA AGAMA MENGHARAMKAN
Islam yang dibawa oleh Al Musthafa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, datang sebagai rahmat bagi semesta alam. Allah Ta’ala berfirman,
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Secara bahasa,
الرَّحْمة: الرِّقَّةُ والتَّعَطُّفُ
rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab).
Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi dapat kita katakan bahwa datangnya Islam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh makhluk.
Kasih sayang tersebut tersurat dan tersirat dalam seluruh ajaran Islam, baik yang berupa larangan maupun perintah. Namun, benarlah firman Allah Ta’ala,
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Hanya sedikit hamba-Ku yang bersyukur” (QS. Saba’: 13)
Karena kita masih sering melihat di tengah-tengah kaum muslimin zaman ini, ada orang yang ketika dijelaskan kepadanya hal-hal yang dilarang oleh agama, dengan congkaknya ia berkata: ‘Sedikit-sedikit koq haram!‘. Padahal larangan agama adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Yang Haram Itu Berbahaya dan Merugikan
Salah satu konsekuensi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin adalah, setiap ajaran Islam mengajak kepada perkara yang baik bagi manusia dan melarang perkara yang buruk bagi manusia. Sebagaimana diungkapkan dalam kaidah fiqhiyyah:
الشَارِعُ لَا يَـأْمُرُ إِلاَّ ِبمَا مَصْلَحَتُهُ خَالِصَةً اَوْ رَاجِحَةً وَلاَ يَنْهَى اِلاَّ عَمَّا مَفْسَدَتُهُ خَالِصَةً اَوْ رَاجِحَةً
“Islam tidak memerintahkan sesuatu kecuali mengandung 100% kebaikan, atau kebaikan-nya lebih dominan. Dan Islam tidak melarang sesuatu kecuali mengandung 100% keburukan, atau keburukannya lebih dominan”
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di berkata, “Kaidah ini meliputi seluruh ajaran Islam, tanpa terkecuali. Sama saja, baik hal-hal ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), baik yang berupa hubungan terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS. An Nahl: 90)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa setiap keadilan, kebaikan, silaturahim pasti diperintahkan oleh syariat. Setiap kekejian dan kemungkaran terhadap Allah, setiap gangguan terhadap manusia baik berupa gangguan terhadap jiwa, harta, kehormatan, pasti dilarang oleh syariat. Allah juga senantiasa mengingatkan hamba-Nya tentang kebaikan perintah-perintah syariat, manfaatnya dan memerintahkan menjalankannya. Allah juga senantiasa mengingatkan tentang keburukan hal-hal dilarang agama, kejelekannya, bahayanya dan melarang mereka terhadapnya”[1].
Dan tidak diragukan lagi bahwa setiap makhluk dan benda di alam ini pasti memiliki manfaat dan kebaikan meski hanya sedikit. Benda yang paling hina di dunia ini pun masih mengandung manfaat walau kecil sekali. Jika semua hal yang memiliki kebaikan itu dihalalkan niscaya semua hal di dunia ini akan halal dan tidak ada yang haram. Oleh karena itulah Islam melarang segala sesuatu yang keburukannya lebih dominan meski ia memiliki sedikit kebaikan atau manfaat. Allah Ta’ala berfirman,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”” (QS. Al Baqarah: 219)
SELENGKAPNYA: http://muslim.or.id/3319-ketika-agama-telah-mengharamkan.html
Channel TG @muslimorid
Follow juga twitter dan instagram @muslimorid
PAKET BUKU MERAIH BERKAH KESEHATAN
Beberapa waktu lalu masih marak perbincangan panas mengenai pro kontra imunisasi dan vaksinasi khusunya untuk anak-anak kaum muslim di Indonesia. Berbagai isu pun bermunculan mengenai hukum dilakukannya tindakan medis tersebut.
Apakah Islam punya hubungan dengan pembahasan mengenai pengetahuan (sains)? khususnya pengetahuan dalam dunia kesehatan modern? berikut kami hadirkan paket buku yang akan membeberkan bagaimana Islam dalam memandang dunia kesehatan.
PAKET TERDIRI DARI 3 BUKU:
1. Islam, Sains dan Kesehatan: Metode Islam dan Sains Dalam Mengungkap Kebenaran
2. Vaksinasi Mubah dan Bermanfaat
3. Imunisasi: Lumpuhkan Generasi?
HARGA SPESIAL SILAKAN KONTAK CS
KONTAK PEMESANAN:
WA/SMS/Telp: 085290888668
PIN BBM: D6584369
IG: @pustakamuslim
pustaka.muslim.or.id
📝 Sebab-Sebab Bertambahnya dan Berkurangnya Iman
Secara umum, para ulama berkata:
الإيمان يزيد وينقص ,يزيد بالطاعة وينقص بالمعصية
"iman itu bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat".
Berikut ini kami paparkan secara ringkas poin-poin yang lebih rinci mengenai sebab-sebab bertambahnya dan berkurangnya iman yang disarikan dari kitab Asbabu Ziyadatil Iman Wa Nuqshanihi tulisan Syaikh DR. Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al Abbad.
Sebab-sebab bertambahnya iman:
1. Mempelajari ilmu agama, ditempuh dengan cara:
a. Membaca Al Qur'an dan men-tadabburi-nya
b. Mempelajari asma dan sifat Allah
c. Mempelajari dan merenungi sirah nabawiyah
d. Merenungi indahnya agama Islam
e. Membaca biografi para salaf
2. Merenungkan ayat-ayat kauniyah Allah
3. Memperbanyak amalan-amalan shalih
Sebab-sebab berkurangnya iman:
Sebab-sebab internal:
1. Kebodohan terhadap ilmu agama
2. Kelalaian
3. Maksiat
4. Nafsu yang mengajak pada kejelekan
Sebab-sebab eksternal:
1. Godaan setan
2. Fitnah dunia
3. Ajakan dari para tokoh kejelekan
____
Akhukum Yulian Purnama
Saat rasa jenuh dalam menuntut ilmu datang..
=====
Abu Hatim Al-Warroq, murid dan pencatat Imam Bukhori -rohimahumalloh- mengatakan:
Suatu hari Imam Bukhori meng-imlakkan kepadaku hadits yg banyak, sampai beliau khawatir aku jenuh, maka beliau pun mengatakan:
"Hiburlah hatimu, sungguh mereka yg di dunia hiburan; sibuk dalam dunia mereka.. mereka yg di dunia produksi, sibuk dalam produksinya.. mereka yg di dunia bisnis, sibuk dalam bisnisnya.
Tapi engkau, bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat beliau!". [Siyaru A'lamin Nubala' 12/445]
------
Sungguh suntikan semangat yg sangat penting dan sangat ampuh.. coba bayangkan, bila kita berada di majlisnya Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya.. betapa semangatnya kita, dan betapa bahagianya hati ini.
Itulah sebabnya mengapa ada orang yg sangat senang menyibukkan diri membaca Alquran.. karena dia merasa senang, tenteram, dan bahagia bersama Allah, mendengarkan firman-Nya, dan merenungi maknanya..
Silahkan dishare.. semoga bermanfaat.
Ustadz Musyaffa' Ad Dariny, Lc., MA.
KEINDAHAN ISLAM (2)
Allah Ta'ala berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Ali Imraan: 85).
Syaikh As-Sa'di berkata,
أي: من يدين لله بغير دين الإسلام الذي ارتضاه الله لعباده، فعمله مردود غير مقبول، لأن دين الإسلام هو المتضمن للاستسلام لله، إخلاصا وانقيادا لرسله فما لم يأت به العبد لم يأت بسبب النجاة من عذاب الله والفوز بثوابه، وكل دين سواه فباطل
Maksudnya: barangsiapa yang beragama dengan agama selain Islam dalam rangka menyembah Allah -yang Islam itu adalah sebuah agama yang Allah ridhai untuk hamba-hamba-Nya-, maka (pastilah) amalnya tertolak, tidak diterima. Karena agama Islam mengandung kepasrahan kepada Allah dengan ikhlas dan ketaatan kepada para rasul-Nya. Oleh karena itu, selama seorang hamba tidak beragama dengannya, maka berarti ia tidak mengambil sebab keselamatan dari azab Allah dan sebab keberuntungan untuk mendapatkan pahala-Nya. Jadi, setiap agama selain Islam itu adalah agama yang batil.”
Apakah Itu Islam?
Kata “Islam” secara umum diperuntukkan untuk dua makna, yaitu:
1. Islam dengan Makna Umum
Islam dengan makna kepasrahan kepada Allah semata yang mengandung ketaatan dan peribadahan kepada-Nya semata. Oleh karena itulah, para ulama rahimahumullah mendefinisikan Islam dengan makna umum ini dengan lafaz berikut.
الاستسلام لله بالتوحيد، والانقياد له بالطاعة، والبراءة من الشرك وأهله
“Berserah diri kepada Allah dengan mengesakan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan menaati-Nya, dan benci terhadap perbuatan menyekutukan Allah (syirik) dan pelakunya”.
Maka barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hanya menyembah-Nya dengan melaksanakan syari'at-Nya yang masih murni dan belum dihapus, maka ia adalah seorang muslim dan agamanya disebut dengan agama Islam (dengan makna umum).
Agama Islam dengan makna umum ini merupakan agama seluruh para Nabi 'alaihimush shalatu was salam. Syaikhul Islam rahimahullah menyatakan di dalam risalah At-Tadmuriyyah yang disebutkan dalam Majmu'ul Fatawa,
وهذا الدين هو دين الإسلام الذي لا يقبل الله دينا غيره لا من الأولين ولا من الآخرين فإن جميع الأنبياء على دين الإسلام
“Agama ini adalah agama Islam, yang Allah tidak menerima agama selainnya, tidak dari orang-orang terdahulu yang pertama-tama dan tidak pula dari orang-orang belakangan (terakhir), karena seluruh para nabi 'alaihimush shalatu was salam beragama Islam”.
Kemudian beliaupun menyebutkan dalil-dalil bahwa seluruh para nabi 'alaihimush shalatu was salam beragama Islam, di antaranya yaitu:
- Firman Allah Ta'ala tentang Nabi Yusuf 'alaihis salam
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ نُوحٍ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُمْ مَقَامِي وَتَذْكِيرِي بِآيَاتِ اللَّهِ فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوا إِلَيَّ وَلَا تُنْظِرُونِ
“Dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.”
فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun darimu. Ganjaran untukku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan muslimin" (QS.Yunus: 71-72).
[Bersambung]
***
Penulis: Ust. Sa'id Abu Ukasyah
Sumber: http://muslim.or.id/29329-keindahan-islam-2.html
Channel TG @muslimorid
Like fanspage kami https://facebook.com/muslimorid
Demikianlah sekelumit etika yang seharusnya diperhatikan bagi setiap muslim yang hendak menghidupkan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di hari Jumat. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa di atas sunnah Nabi-Nya dan selalu istiqomah di atas jalan-Nya.
(Disarikan dari majalah Al Furqon edisi 8 tahun II oleh Abu Abdirrohman Bambang Wahono)
***
Penulis: Abu Abdirrohman Bambang Wahono
Artikel https://muslim.or.id/184-adab-pada-hari-jumat-sesuai-sunnah-nabi.html
*# Program Sedekah Rutin Bulanan #*
Para Donatur yang di rahmati oleh Allah,
Mari bersama-sama menebarkan dakwah sunnah, lewat Radio Muslim Yogyakarta.
Kami menawarkan kesediaan Anda, untuk menjadi donatur tetap, kami membuka kesempatan amal jariyah menanam saham akhirat.
Bagi anda yg ingin berpartisipasi dengan sedakah rutin bulanan untuk tolong-menolong dalam operasional Radio Muslim Yogyakarta, dapat menyesuaikan dengan kemampuan anda sekalian,
Caranya:
1.Terlebih dahulu, tentukan jumlah infaq anda:
A.Kurang dari Rp.100.000,-
B.Rp. 100.000,-
C.Rp. 250.000,-
D.Rp. 500.000,-
E.Lebih dari Rp. 500.000
2. Kirim dengan format SMS:
DonaturRadioMuslim#Nama Lengkap#Alamat#Jumlah infaq Anda Nominalnya.
3. Konfirmasi ke kontak HP kami di:
0852-9334-8887 Atau dapat juga datang langsung ke studio Radio Muslim di komplek Masjid Al Hasanah, Jl. C. Simanjuntak no. 72 terban (utara mirota kampus ugm) yogyakarta.
4. Silahkan donasikan harta anda melalui rekening:
BNI Syariah di nomor 77.55.33.11.93 a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
===
Insyaa Allah Kami akan kirim SMS konfirmasi infaq di setiap awal bulan, untuk mengingatkan.
Semoga Allah memudahkan urusan Anda yang telah menolong Agama Allah Ta’ala.
Harta yang kita infaqkan di jalan Allah sesungguhnya tidaklah berkurang, akan tetapi senantiasa bertambah dan kekal di akhirat nanti.
====
Kami ucapkan Jazaaakumullahu khairan atas partisipasi anda.
**
Donasi Radio Muslim Jogja
📞 085293348887
📲 59DD2BEC
📡 @radiomuslim
Ayo ngaji di radiomuslim.com
TAFSIR SURAT AZ ZUMAR (BAGIAN 3)
Dalam ilmu Qawa’idut Tafsir terdapat sebuah kaidah,
إذا وقعت النكرة في سياق النفي أو النهي أو الشرط أو الاستفهام دلت على العموم
“Jika isim nakirah terletak pada konteks kalimat peniadaan, larangan, syarat, atau pertanyaan, maka menunjukkan makna yang umum”.
Jika kaidah ini diterapkan untuk memahami QS. Az-Zumar: 38, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh sesembahan selain Allah tidak akan mampu mendatangkan manfaat, menolak, maupun menghilangkan bahaya sedikit pun, apapun bentuk manfaat atau bahaya tersebut. Lalu, mengapa sesembahan-sesembahan tersebut disembah?
Berdalil dengan Ayat tentang Bantahan terhadap Syirik Akbar untuk Membantah Syirik Kecil
Dengan berbagai macam peribadatan yang kaum musyrikin persembahkan kepada selain Allah sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka ayat ini merupakan bantahan bagi pelaku syirik akbar, namun mengapa ulama membawakannya untuk membantah syirik jimat (termasuk syirik kecil). Perlu diketahui bahwa cara berdalil seperti ini dikenal oleh Salafush Shaleh rahimahumullah, seperti cara berdalil yang pernah dilakukan oleh Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu.
Alasan pendalilan
Bagaimana alasan pendalilan QS. Az-Zumar: 38 untuk sebuah kesimpulan hukum bahwa memakai jimat itu adalah syirik?
Jawab:
1) Alasan Pendalilan (wajhud dalalah) Pertama
Ayat ini untuk membantah ketergantungan hati pelaku syirik besar kepada sesembahan-sesembahan selain Allah, sedangkan ketergantungan ini pun ada dalam hati pemakai jimat. Walau kadar ketergantungan hati pemakai jimat kepada jimatnya tidaklah sebesar ketergantungan hati pelaku syirik besar kepada sesembahan-sesembahan mereka, asalkan pemakai jimat tersebut meyakini bahwa jimat itu sekedar sebagai sebab saja (syirik kecil).
Jadi ayat ini menunjukkan batilnya ketergantungan hati kepada selain Allah. Jika ketergantungan hati kepada sebagian para nabi, rasul dan orang-orang saleh saja adalah sebuah kebatilan, maka lebih-lebih lagi ketergantungan hati kepada jimat, benda-benda mati, yang tidak bernyawa dan rendahan itu. Inilah pendalilan yang dalam ilmu Ushulul Fiqh disebut sebagai Qiyasul Aulawi , yaitu analogi penyangatan.
2) Alasan Pendalilan (wajhud dalalah) Kedua
Ayat ini untuk menetapkan bahwa sesembahan-sesembahan mereka selain Allah tidak kuasa menolak bahaya atau memberi manfaat, maka lebih-lebih lagi jimat, yang merupakan benda rendahan itu. Jimat lebih tidak bisa memberi manfaat atau menolak bahaya dan lebih tidak bisa pula menjadi sebab yang berpengaruh dalam didapatkannya manfaat atau tertolaknya bahaya. Maka ini bantahan kepada pemakai jimat, walaupun meyakininya sekedar sebagai sebab saja. Berarti alasan pendalilan yang kedua ini juga menggunakan qiyas/analogi.
3) Alasan Pendalilan (wajhud dalalah) Ketiga
Sesembahan-sesembahan selain Allah tersebut tidak kuasa menolak bahaya atau memberi manfaat, karena memang sesembahan-sesembahan tersebut bukanlah sebab untuk itu. Maka hal ini dapat dianalogikan kepada segala sesuatu yang tidak terbukti sebagai sebab, lalu diambil sebagai sebab, maka itu adalah sebuah kesyirikan. Dengan demikian, ayat ini merupakan bantahan bagi pemakai jimat yang terjerumus kedalam syirik kecil maupun pemakai jimat yang terjerumus kedalam syirik besar, karena memang ayat ini pada asalnya untuk membantah pelaku syirik besar. Adapun perbedaan antara memakai jimat yang masuk dalam kategori syirik kecil dan memakai jimat yang masuk dalam kategori syirik kecil lebih lanjut bisa dibaca di: https://muslim.or.id/26308-penjelasan-kitab-Tauhid-tentang-jimat-gelang-2.html
[Selesai]
Sumber: http://muslim.or.id/29321-tafsir-az-zumar-38-3-memutus-kesyirikan.html
***
Ust. Sa'id Abu Ukasyah
Like fanspage kami: https://facebook.com/muslimorid
_.:Broadcast Tausyiah YPIA:._
💎🌸💎🌸💎
*Larangan Menganggap Diri Suci -bagian 2*
Adakah keraguan pada diri kita, bahwa Nabi _shalallahu ‘alaihi wasallam_ adalah manusia yang paling sempurna keimanannya? Sekali-kali tidak. Kita amat meyakini kesempurnaan iman beliau. Akan tetapi, kesempurnaan iman beliau tidak membuat beliau merasa dirinya suci dan bosan dalam beribadah. Meski telah dijamin surga, akan tetapi beliau tetap shalat malam hingga bengkak kakinya. *Lalu bagaimana dengan kita..?!* Masih layakkah menganggap diri kita suci..?!
Belum sampaikah ke telinga kita, cerita tentang Hasan al Bashri rahimahullah yang tiba-tiba bangun dari tidur malam dan menangis sejadi-jadinya. Setelah ditanya apa sebab ia menangis, ia menjawab, *“Aku menangis karena tiba-tiba aku teringat akan satu dosa.”* _(Al-Buka’ min Khasyatillah, Asbabuhu wa Mawani’uhu wa Thuruq Tahshilih)_
Masya Allah, seorang Hasan al Bashri rahimahullah yang begitu banyak ilmu dan amalnya, ternyata tidak membuat beliau merasa dirinya suci. Justru beliau menangis karena teringat akan satu dosa. Begitulah sejatinya seorang mu’min, menganggap kerdil dirinya karena dosa-dosanya, sebagaimana Hasan al Bashri rahimahullah yang menangis karena teringat akan satu dosa. *Lalu bagaimana dengan kita, yang dosanya tidak dapat lagi dihitung dengan jari tangan dan jari kaki..?!* Masih layakkah menganggap diri kita suci..?!
Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata, *“Barangsiapa diberikan musibah dengan sikap berbangga diri, maka pikirkanlah aib dirinya sendiri. Jika semua aibnya tidak terlihat sehingga ia menyangka tidak memiliki aib sama sekali dan merasa suci, maka ketahuilah sesungguhnya musibah dirinya tersebut akan menimpa dirinya selamanya. Sesungguhnya ia adalah orang yang paling lemah, paling lengkap kekurangannya dan paling besar kecacatannya.”* _(Al-Akhlaq wa as-Siyar fii Mudawah an-Nufus, dinukil dari Ma’alim fii Thoriq Thalab al-Ilmi)_
💎🌸💎🌸💎
======
🔊 Broadcasted by :
*Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta*
_(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)_
✉/📱085747223366
# pembersih dosa #
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Sesungguhnya Allah akan memberikan jalan keluar kepada para wali-wali-Nya dari setiap cobaan yang dihadapi. Hanya saja jalan keluar yang diberikan kepada sebagian orang terkadang tertunda di sebagian waktu sebagai pembersih dosa dan tambahan pahala bagi mereka." [Fathul bary 6/483]
----------
Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta
Yayasan Pendidikan Islam al-Atsari Yogyakarta
web : mahadumar.id
twitter, instagram, dan telegram : @mubk_jogja
BBM : D2FA8488