muslimorid | Неотсортированное

Telegram-канал muslimorid - Muslim.or.id

43075

Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Подписаться на канал

Muslim.or.id

Cerita Saya saat Menemani Panitia Daurah Tauhid

PLAY VIDEO https://youtu.be/O-MVvdbgKrw

Allah tidak akan menyia-nyiakan satu peluh yang menetes di jalan dakwah ini

Mari bantu teman-teman penggerak kebaikan di YPIA dengan ikut menopang kebutuhan operasional dan pengembangan dakwah di masyarakat

DONASI MULAI RP 10.000

Donasi bisa disalurkan melalui website resmi https://ypia.or.id/campaign/bantu-para-pejuang-dakwah-islam-ypia/

Atau transfer ke:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555

Читать полностью…

Muslim.or.id

ANGKA KERAMAT?

Segala sesuatu terjadi di alam semesta karena kehendak Allah ‘Azza Wajalla. Tidak ada satu pun yang dapat memberikan manfaat atau menimbulkan bahaya, kecuali karena Allah Ta’ala telah menghendakinya terjadi. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ

“Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah: 102)

Ketika menjelaskan ayat di atas,

فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ

“Maka, Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah.”

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu mengatakan,

وفي هذه الآية وما أشبهها أن الأسباب مهما بلغت في قوة التأثير، فإنها تابعة للقضاء والقدر ليست مستقلة في التأثير

“Di dalam ayat ini atau yang semisal dengannya menjelaskan bahwa sebab-sebab yang Allah tetapkan seberapa pun berpengaruh akan tetap mengikuti ketetapan Allah ‘Azza Wajalla dan tidak berdiri sendiri. ” (Tafsir As-Sa’di, hal. 61)

Allah ‘Azza Wajalla menciptakan beberapa jenis sebab,

Pertama, sebab kauniy, seperti makan sebagai sebab memperoleh rasa kenyang dan penghalau lapar, minum sebagai pelepas dahaga, dan lain-lain.

Kedua, sebab syar’iy, seperti maksiat menjadi sebab seorang celaka, ketaatan merupakan sebab seseorang mendapatkan kebaikan, dan lain-lain.

Menjadikan angka sebagai patokan keberhasilan dan kesialan
Ketika seseorang menisbatkan sesuatu kepada hal yang dinilainya sebagai sebab, padahal tidak memiliki keterkaitan sebab-akibat, maka boleh jadi ia terjatuh ke dalam kesalahan. Seperti terlarangnya thiyarah dalam Islam, yaitu ketika seseorang mengaitkan sesuatu yang tidak berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan.

Termasuk ketika seseorang mengaitkan kesialan dengan sebagian angka. Dan sungguh disayangkan, inilah yang banyak kita saksikan di beberapa tempat. Lift yang meniadakan tombol 4, angka 13 yang dianggap lambang kesialan, dan yang semisal dengannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

لا عَدْوَى وَلا طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ قَالُوا وَمَا الْفَأْلُ قَالَ كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ

“Tidak ada penyakit yang menular dengan sendirinya, tidak ada thiyarah. Dan yang membuatku kagum adalah al fa’lu.” (Rasulullah ditanya), apa itu al fa’lu? (Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab), yaitu kalimat-kalimat yang baik.” (HR. Bukhari no. 5776 dan Muslim no. 2224)

Dalam sabda yang lain, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menuturkan,

الطِيَرة شرك

“Thiyarah termasuk di antara kesyirikan.” (HR. Ahmad no. 4194, Abu Dawud no. 3910, At Tirmidzi no. 1614, dan Ibnu Majah no. 3538)

Keyakinan dengan angka-angka semisal ini tidak akan berakibat baik bagi pelakunya. Bahkan Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu menyebutkan dampak buruknya,

Lanjut baca: https://muslim.or.id/80267-angka-keramat.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Ada Yang Miskin Ada Yang Kaya, Apa Hikmahnya?

Banyak sesungguhnya hikmah dari fenomena adanya si miskin dan si kaya, namun berikut ini sebagiannya saja dari hikmah-hikmah tersebut.

1. Agar makhluk mengetahui Kemahaesaan Allah dalam pengaturan mereka (mentauhidkan Allah dalam Rububiyyah-Nya)
Dengan adanya orang yang miskin dan yang kaya, maka seorang hamba terdorong menyakini dengan keyakinan kuat, bahwa hanya Allah lah Sang Pemilik alam semesta ini dan Dia lah satu-satunya Dzat Yang Maha Esa dalam mematikan, mengidupkan, menakdirkan, mengatur alam semesta ini, dan dalam seluruh makna-makna Rububiyyah-Nya.

Rabbul ‘Alamin ‘Azza wa Jalla berfirman,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (Al-Faatihah).

Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menafsirkan firman Allah di atas,

فدل قوله { رَبِّ الْعَالَمِينَ } على انفراده بالخلق والتدبير, والنعم, وكمال غناه, وتمام فقر العالمين إليه, بكل وجه واعتبار.

“Maka firman Allah {رَبِّ الْعَالَمِينَ} menunjukkan kepada Keesaan-Nya dalam penciptaan, pengaturan, nikmat, kesempurnaan kekayaan-Nya. Dan menunjukkan kepada kesempurnaan butuhnya seluruh makhluk (alam semesta) kepada-Nya, dari segala sisi dan sudut pandang” (Tafsir As-Sa’di,hal. 27).

Disebabkan Allahlah satu-satunya Sang Pemilik alam semesta ini, maka Allahlah yang mengatur semuanya dan semuanya dibawah kehendak-Nya. Apa saja yang dikehendaki oleh-Nya pasti terlaksana dan pasti kehendak-Nya itu baik dan sempurna.

Rabbul ‘Alamin ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Dan kalian tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam” (At-Takwiir: 29).

Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menafsirkan firman Allah di atas,

أي: فمشيئته نافذة، لا يمكن أن تعارض أو تمانع

“Maksudnya kehendak-Nya pastilah terlaksana, tidak mungkin dilawan atau dihalangi” (Tafsir As-Sa’di,hal.1079).

Lanjut baca:
https://muslim.or.id/25005-ada-yang-miskin-dan-ada-yang-kaya-apa-hikmahnya.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

BAHAYA PERSAKSIAN PALSU

Allah Ta’ala berfirman,

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ عِندَ رَبِّهِ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ الْأَنْعَامُ إِلَّا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ

”Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya. Maka, jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (QS. Al-Hajj: 30)

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menggandengkan perintah untuk menjauhi syirik dengan perintah menjauhi persaksian palsu (dusta). Hal ini menunjukkan besarnya dosa dan keharaman perkataan dan persaksian dusta (persaksian palsu).

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَاماً

”Dan orang-orang yang tidak menghadiri majelis dusta, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan: 72)

Ayat ini menjadi dalil tentang haramnya orang yang menghadiri suatu majelis pertemuan yang berisi kedustaan dan kepalsuan. Jika menghadiri majelis yang berisi kedustaan saja dilarang, terlebih lagi (lebih ditekankan lagi haramnya) menjadi orang yang ikut-ikutan berkata dusta pada majelis atau pertemuan tersebut.

Adz-Dzahabi rahimahullah berkata bahwa saksi palsu menggabungkan beberapa dosa besar.

Pertama, seorang saksi palsu sama saja dengan berbuat kedustaan. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِن يَكُ كَاذِباً فَعَلَيْهِ كَذِبُهُ وَإِن يَكُ صَادِقاً يُصِبْكُم بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ

”Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu. Dan jika ia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS. Al-Mukmin: 28)

Kedua, seorang saksi palsu berarti menzalimi orang lain dengan persaksiannya tersebut. Sehingga dengan persaksian palsunya tersebut, dia bisa mengambil harta, kehormatan, atau nyawa orang yang dizalimi.

Ketiga, seorang saksi palsu menzalimi orang yang dia untungkan dengan persaksiannya yang dusta. Seorang saksi palsu telah memberikan harta yang haram kepada orang yang diuntungkan karena persaksian palsunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَلْحَنُ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ فَمَنْ قَضَيْتُ لَهُ بِحَقِّ أَخِيهِ شَيْئًا بِقَوْلِهِ فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ قِطْعَةً مِنْ النَّارِ فَلَا يَأْخُذْهَا

“Sungguh kalian seringkali mengadukan sengketa kepadaku, barangkali ada di antara kalian ada yang lebih pandai bersilat lidah daripada yang lain. Maka, barangsiapa yang kuputuskan menang dengan mencederai hak saudaranya berdasarkan kepandaian argumentasinya, berarti telah kuambil sundutan api neraka baginya, maka janganlah dia mengambilnya.” (HR. Bukhari no. 2680 dan Muslim no. 1713)

Selengkapnya: https://muslim.or.id/80193-bahaya-persaksian-palsu.html

Ust. Muhammad Saifudin Hakim

=====

Dukung operasional muslim.or.id melalui link berikut:
https://ypia.or.id/campaign/bantu-operasional-website-dakwah-islam

Semoga menjadi pahala jariyah ...

Читать полностью…

Muslim.or.id

Mari berjuang bersama ratusan kru penggerak dakwah di YPIA

KEBUTUHAN DONASI 125 JT/BULAN

Dibutuhkan untuk:
- Honor 24 orang karyawan profesional, freelance 20 orang, dan volunteer 62 orang
- Operasional kantor yayasan
- program sosial kemasyarakatan dan program insidental lainnya.

Saat ini sektor dakwah YPIA tidak hanya mencakup daerah lokal Yogyakarta saja, namun juga sudah merambah ke berbagai daerah

YPIA menggabungkan dakwah secara konvensional dan dakwah melalui media online, mulai dari pondok pesantren mahasiswa sampai ke ranah media

Semua program tersebut bisa dipantau melalui website ypia.or.id

MASIH TERBUKA LEBAR KESEMPATAN MENJADI BAGIAN DARI PENGGERAK DAKWAH SUNNAH

Semakin berkembangnya program-program dakwah di YPIA tentu akan membutuhkan support yang lebih dari kaum muslimin sekalian

Donasi bisa disalurkan melalui website resmi https://ypia.or.id/campaign/bantu-para-pejuang-dakwah-islam-ypia/

Atau transfer ke:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555

Читать полностью…

Muslim.or.id

Perbedaan Cara Duduk dan Sujud bagi Wanita

Para pembaca rahimakumullah, perlu diketahui bahwa pada asalnya, tata cara salat laki-laki dan wanita itu sama. Namun, ada perbedaan pada beberapa bagian saja. Salah satunya pada tata cara duduk dan sujud.

Ketika sujud, kita dianjurkan untuk melebarkan anggota-anggota badan. Sebagaimana dalam hadis dari Abdullah bin Buhainah radhiyallahu ’anhu, ia berkata,

أن النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم كان إذا صلَّى فرَّج بين يديهِ، حتى يبدوَ بياضُ إبْطَيه

“Ketika Nabi shallallahu ’alaihi wasallam salat, beliau melebarkan kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau.” (HR. Bukhari no. 390 dan Muslim no. 495)

Demikian pula dalam dalam hadis dari Al-Barra bin Azib radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

إذا سجَدْتَ فضَعْ كفَّيْكَ وارفَعْ مِرْفَقَيْكَ

“Jika engkau sujud, maka letakkan kedua tanganmu di lantai dan angkat sikumu.” (HR. Muslim no. 494)

Namun, anjuran ini khusus bagi laki-laki!

Adapun bagi wanita, dianjurkan untuk tidak melebarkan tangan dan dianjurkan merapatkan tangannya ke badan. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat dari para sahabat Nabi berikut ini,

عن ابن عباس أنه سئل عن صلاة المرأة فقال: تجتمع وتحتفز

“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau ditanya tentang salatnya wanita. Beliau lalu menjawab, ‘Hendaknya mereka merapatkan dan mendekatkan anggota-anggota badannya.'” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf, 2/124/2791, sanadnya hasan).

Lanjut baca: https://muslim.or.id/80062-perbedaan-cara-duduk-dan-sujud-bagi-wanita.html

Ust. Yulian Purnama

Читать полностью…

Muslim.or.id

VLOG REVIEW PARKIRAN SAAT KAJIAN MA'HAD AL ILMI DI MASJID AL-HIDAYAH

PLAY VIDEO https://youtu.be/pz9IgQzSTuY

Vlog by: Muhammad Muhyiddin

Jangan sepelekan pengaturan parkir dalam kajian di masjid-masjid
Di dalam vlog ini kita akan melihat bagaimana tim panitia mengatur parkir saat daurah tauhid di masjid al-hidayah Purwosari Yogyakarta

YUK IKUT HADIRKAN KAJIAN-KAJIAN SUNNAH DI YOGYAKARTA

YPIA mengajak teman-teman untuk ikut serta dalam menghadirkan kajian-kajian sunnah di Yogyakarta dengan membantu operasional dan pengembangan program-program dakwah yang digaungkan oleh para penggerak dakwah di YPIA

DONASI MULAI RP 10.000

Salurkan donasi anda melalui https://ypia.or.id/campaign/bantu-para-pejuang-dakwah-islam-ypia/

Atau transfer ke:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555

Читать полностью…

Muslim.or.id

Hakekat Manhaj Salaf (1)

Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa akan terjadi perpecahan dalam umat ini sebagaimana hal ini telah terjadi pula pada umat-umat sebelumnya. Kita wajib untuk berpegang teguh dengan jalan yang sudah ditempuh oleh Nabi dan para sahabatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً

“Orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan. Orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan. Adapun umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan.” (HR. Abu Dawud, hasan shahih)

Disebutkan dalam riwayat lain,

كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً ، قَالُوا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Semuanya masuk ke dalam neraka, kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah golongan yang berjalan di atas jalan yang ditempuh olehku dan para sahabatku.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

إِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

“Sesungguhnya barangsiapa yang nanti hidup setelahku, maka dia akan melihat terjadinya perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, berpeganglah kalian kepada sunahku dan sunah Al-Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk (Al-Mahdiyyin). Gigitlah ia (sunahku tersebut) dengan gigi geraham, dan tinggalkanlah oleh kalian perkara-perkara baru dalam agama karena sesungguhnya setiap bid’ah itu adalah sesat.” (HR. Abu Dawud, hasan shahih)

Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepada kita untuk berpegang teguh dengan jalan yang sudah ditempuh oleh beliau dan para sahabatnya ketika terjadi perselisihan dan perpecahan, karena hal ini pasti akan terjadi dan sudah terjadi seperti yang sudah dikabarkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jalan keselamatan adalah berpegang teguh dengan jalan yang sudah ditempuh oleh Rasul dan para sahabat. Ini adalah golongan yang selamat dari neraka, sedangkan golongan yang lain berada di neraka sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas. Oleh karena itu, mereka disebut (الفرقة الناجية) dan (أهل السنة والجماعة), yaitu golongan yang berbeda dengan yang lain karena senantiasa berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun selainnya adalah golongan yang sesat, meskipun mereka mengaku golongan umat ini, karena jalan yang mereka tempuh menyelisihi Rasul dan para sahabatnya. Ini adalah nasihat dan penjelasan yang lengkap dan sempurna dari Nabi shallalllahu ‘alaihi wasallam kepada kita semua.

Manhaj salaf adalah pengikut Nabi dan para generasi terbaik
Metode yang mereka tempuh sangat jelas, yaitu mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan cara beragama yang telah dijalani pendahulu umat ini dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan tabiut tabi’in yang merupakan tiga generasi utama. Hal ini disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadis,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah terlewatinya masa tiga generasi utama, mulailah terjadi perpecahan dalam umat ini.

Lanjut baca:
https://muslim.or.id/80012-hakikat-manhaj-salaf-bag-1.html

Ust. dr. Adika Mianoki

Читать полностью…

Muslim.or.id

340 PAKET UNTUK GERAKAN WEBSITE DAKWAH SELAMA 720 JAM DENGAN JUTAAN KUNJUNGAN

1 Paket = Rp 50.000
Masih tersedia 337 Paket

2 WEBSITE DAKWAH SIAP DIGERAKKAN

Muslim.or.id dan muslimah.or.id sudah lebih dari 15 tahun berkontribusi dalam menggerakkan dakwah sunnah melalui media online

Lebih dari 6000 artikel dan setiap hari akan terus bertambah insya Allah telah diterbitkan dengan membawa berbagai harapan mulia

Berharap para orang tua bisa belajar menjadi teladan yang baik untuk anak-anaknya

Berharap suami dan istri bisa saling memahami hak dan kewajibannya dalam berumah tangga

Berharap para pemuda Indonesia tidak lagi salah arah dalam menentukan jati diri dan jalan hidupnya sebagai seorang muslim

Dan setumpuk harapan lain yang tentu tidak bisa diwakilkan dalam kata-kata. Karena semua hanya bisa dihaturkan dalam setangkup doa

MARI MENJADI SALAH SATU BAGIAN DARI PEMEGANG HARAPAN ITU

340 paket donasi tersebut 100% akan digunakan untuk operasional 2 website dakwah tersebut selama 1 bulan yang terhitung menjadi 720 jam karena website akan tetap bisa memberi manfaat meski kita sedang istirahat

SALURKAN PAKET DONASI ANDA KAPAN SAJA

Donasi melalui website https://ypia.or.id/campaign/bantu-operasional-website-dakwah-islam/

Atau transfer ke:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

DONASI MANUAL TRANSFER WAJIB KONFIRMASI
Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555

Читать полностью…

Muslim.or.id

LAPORAN BULANAN YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-ATSARI (YPIA) SEPTEMBER 2022

DOWNLOAD FILE LAPORAN https://archive.org/download/laporan-ypia-september/Laporan%20YPIA%20September.pdf

Alhamdulillah, YPIA Yogyakarta telah menjalankan kegiatan pendidikan dan dakwah.

Kami ingin mengucapkan terimakasih sebanyak banyaknya kepada pihak yang terkait dalam terjadinya kegiatan ini, jazakumullahu khairan. Karena tanpa Allah yang menggerakan hati semua pihak yang berkonstribusi, maka kegiatan ini tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Semoga YPIA dan kita semua istiqomah terlibat dalam kegiatan-kegiatan islami yang menebarkan kebaikan duniawi maupun ukhrawi kepada masyarakat luas, dengan tetap berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah.

_Jazaakumullahu khairan wa barakallahu fiikum_

➖➖➖

Yuk jadi bagian dari kebaikan dakwah bersama YPIA
💳 (konfirmasi otomatis!)⁣

>>> ypia.or.id/operasionaldakwah

Atau transfer rekening (konfirmasi manual) :

Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555

➖➖➖
🔊 *Disiarkan oleh⁣*
| (Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari)⁣
| 📱 085747223366 | 082225979555⁣ (Info Donasi)
| 📱 082233644038 (Info Kegiatan)
| 💻 IG | FB | TG : @ypiaorid
| 🌐 ypia.or.id

Читать полностью…

Muslim.or.id

Anti Islam Berkedok Anti Arab

Belakangan ini memang ada oknum yang menyebarkan paham anti-Arab atau seolah-olah budaya Arab yang dibawa ke Indonesia ini bertentangan dengan pancasila dan kesatuan NKRI. Setelah ditinjau lebih dalam, sebenarnya tujuan utama mereka adalah anti-Islam yang berkedok anti-Arab.

Ada beberapa cara oknum tersebut:

1. Menyebarkan bahwa budaya Arab itu tidak sesuai dengan hak asasi manusia, seperti budaya jilbab dan cadar.

Misalnya, mereka menuduh jilbab dan cadar akan mengekang para wanita dan merampas hak asasi mereka.

Jawaban: Jilbab dan cadar tidak pernah mengekang para wanita, justru mereka bahagia dan merasa terhormat dengan pakaian sesuai syariat tersebut.

2. Menyebarkan bahwa budaya Arab itu akan mengancam kebudayaan Indonesia dan nusantara.

Jawaban: Sebenarnya budaya Arab dan ajaran Islam sudah sejak lama mewarnai budaya nusantara kita dan tidak akan merusak kebhinekaan Indonesia. Kalau mau jujur, budaya Barat dan budaya Korea juga banyak masuk ke Indonesia, seperti memakai celana jeans ketat, hot-pants, dan lain-lain. Akan tetapi, mereka tidak mempermasalahkan hal ini, mereka hanya mempermasalahkan budaya Arab saja.

3. Mempopulerkan istilah-istilah yang menyudutkan bahkan menjelekkan Arab atau yang berbau Arab.

Misalnya:

“Kadrun (kadal gurun)”;
“Pulang sana ke Arab”;
“Jilbab kan budaya Arab”.

Jawaban: Julukan ini mereka populerkan dan menunjukkan justru mereka yang tidak toleransi. Ketika seseorang memilih berpakaian ala Korea lalu mempopulerkannya, mereka tidak mempermasalahkan. Coba saja ada yang berkata:

“Pulang sana ke China”
“Ini kan budaya China?”

Tentu kalimat ini adalah kalimat “rasis” dan tidak toleransi.

Selengkapnya: https://muslim.or.id/68402-anti-islam-berkedok-anti-arab.html

Ust. dr. Raehanul Bahraen

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Hadits “Allah Menghalangi Tobat Pelaku Bid’ah”

Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (4202), beliau berkata,

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْفَرْغَانِيُّ قَالَ: نا هَارُونُ بْنُ مُوسَى الْفَرْوِيُّ قَالَ: نا أَبُو ضَمْرَةَ أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللَّهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ صَاحِبِ كُلِّ بِدْعَةٍ»

Ali bin Abdullah Al-Farghani menuturkan kepadaku, ia berkata, Harun bin Musa Al-Farwi telah menuturkan kepadaku, Abu Dhamrah Anas bin ‘Iyadh telah menuturkan kepadaku, dari Humaid bin Ath-Thawil, dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Allah menghalangi tobat dari setiap pelaku bid’ah.”

Demikian juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (9011) dan Al-Harawi dalam Dzammul Kalam (5/153) dengan sanad yang berporos pada Harun bin Musa.

Adapun rincian kualitas perawi hadis di atas adalah sebagai berikut:

Pertama: Harun bin Musa Al-Farwi.

Dikatakan oleh Ad-Daruquthni, ”Ia tsiqah, dan ayahnya juga tsiqah.” Abu Hatim mengatakan, “Ia adalah Syekh.” Ibnu Hibban menyebutkannya dalam Ats-Tsiqat. Adz-Dzahabi mengatakan, “Ia shaduq.” Ibnu Hajar mengatakan, “Laa ba’sa bihi.” Dari sini bisa disimpulkan bahwa Harun bin Musa adalah perawi yang tsiqah.

Kedua: Abu Dhamrah Anas bin ‘Iyadh.

Ibnu Hajar mengatakan, “Ia tsiqah.” Yahya bin Ma’in mengatakan, “Ia tsiqah.” Adz-Dzahabi mengatakan, “Ia tsiqah dan sangat pemurah dengan ilmunya.” Ali bin Madini mengatakan, “Ia penduduk Madinah, dan menurut kami ia tsiqah.”

Ketiga: Humaid bin Abi Humaid Ath-Thawil.

Ibnu Hajar berkata, “Ia masyhur dikenal sebagai perawi tsiqah yang digunakan sebagai hujjah, namun terkadang melakukan tadlis terhadap hadisnya Anas.” Adz-Dzahabi mengatakan, “Ia tsiqah, namun melakukan tadlis dari Anas.” Al-Bukhari mengatakan, “Terkadang ia melakukan tadlis.” Yahya bin Ma’in berkata, “Ia tsiqah.”

Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawa’id mengatakan, “Hadis ini diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Al-Ausath, dan para perawinya adalah perawi Ash-Shahih, kecuali Harun bin Musa. Namun, ia adalah perawi yang tsiqah.” (Majma’ Az-Zawaid, 10/189). Semua perawi hadis ini tsiqah, hanya saja yang menjadi masalah dalam riwayat ini, Humaid dikenal melakukan tadlis terhadap hadisnya Anas. Dan hadis ini diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’ anhu.

Terdapat syahid untuk hadis ini, yaitu dari hadis Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah (50),

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مَنْصُورٍ الْحَنَّاطُ، عَنْ أَبِي زَيْدٍ، عَنْ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَبَى اللَّهُ أَنْ يَقْبَلَ عَمَلَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ»

Abdullah bin Sa’id menuturkan kepada kami, ia berkata, Bisyr bin Manshur Al-Hannath menuturkan kepada kami, dari Abu Zaid, dari Abul Mughirah, dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’ anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah Ta’ala enggan menerima amalan dari pelaku bid’ah sampai ia bertobat.”

Bisyr bin Manshur dan Abu Zaid adalah perawi yang majhul. Adapun Abul Mughirah Al-Qawwas di-tsiqah-kan oleh Ibnu Ma’in. Sehingga riwayat ini bisa menjadi syahid untuk riwayat dari Anas bin Malik di atas.

Sehingga hadis ini minimalnya hasan.

Al-Mundziri dalam At-Targhib wat-Tarhib, menyebutkan hadis ini,

وَعَن أنس بن مَالك رَضِي الله عَنهُ قَالَ قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم إِن الله حجب التَّوْبَة عَن كل صَاحب بِدعَة حَتَّى يدع بدعته

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Allah menghalangi tobat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya.”

Apa makna hadits ini?
Simak di: https://muslim.or.id/79889-hadits-allah-menghalangi-taubat-pelaku-bidah.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Berkorban untuk “Konten” demi Mengejar Popularitas

Banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi orang terkenal. Berbagai cara pun dilakukannya. Mulai dari mempertontonkan kemampuannya, memposting rutinitas kesehariannya, hingga membuat konten adegan berbahaya. Ada yang sampai mengorbankan nyawanya. Sebagai contoh, pernah ada dua remaja melompat ke tengah jalan. Satu dari sisi kanan, satu lagi dari sisi kiri. Secara bersamaan, sebuah truk melintas dan tabrakan tak terhindarkan. Satu remaja selamat, sedangkan satunya meninggal tertabrak truk tersebut. Untuk apa itu semua? Hanya untuk konten, supaya terkenal.

Berkorban untuk “konten”
Tak jarang orang melakukan adegan berbahaya untuk dijadikan konten di media sosial miliknya. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk menarik perhatian netizen sehingga ia menjadi viral. Ya, rasa takut dengan resiko dari perbuatannya itu telah terkalahkan dengan keinganannya untuk menjadi viral. Tak jarang yang menjadikan nyawa sebagai taruhannya. Padahal dalam Islam diajarkan untuk tidak melakukan perbuatan yang membahayakan.

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَعْدِ بْنِ مَالِكِ بْنِ سِنَانٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺقَالَ: لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ)حَدِيْثٌ حَسَنٌ. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالدَّارَقُطْنِيُّ وَغَيْرُهُمَا مُسْنَدًا، وَرَوَاهُ مَالِكٌ فِي المُوَطَّأِ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺفَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ، وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضًا(

Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak boleh berbuat dharar dan tidak boleh dhirar.” (Hadis hasan riwayat Ibnu Majah, Ad-Daraquthni dan yang lain. Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ dari Amr bin Yahya, dari ayahnya, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tanpa menyebutkan Abu Sa’id, tetapi hadis ini memiliki jalur-jalur yang saling menguatkan)

Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan dharar dan dhirar. Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa dharar adalah kemudaratan yang terjadi tanpa niat, sedangkan dhirar adalah kemudaratan yang terjadi dengan niat (dalam keadaan mengetahui). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menafikan keduanya (baik “dharar” ataupun “dhirar”), dan dhirar lebih parah karena kemudaratan tersebut terjadi dengan niat. (Ta’liqat ‘Ala Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hal. 107)

Beratnya menjadi orang terkenal
Tanpa disadari, sebenarnya menjadi orang terkenal itu berat. Orang yang dikenal banyak manusia akan lebih susah menjaga keikhlasannya dibandingkan dengan orang yang biasa-biasa saja di mata manusia. Ketenaran seringkali membuai seseorang sehingga terlena dari mengingat Allah Ta’ala. Ibadah dan amal saleh yang dikerjakannya pun terkadang menjadi tidak ikhlas untuk Allah Ta’ala semata, melainkan supaya diketahui orang-orang yang mengenalnya. Sedangkan menjaga keikhlasan itu sangatlah berat. Sufyan Ats-Tsauri berkata,

مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَّتِي؛ لِأَنَّهَا تَنْقَلِبُ عَلَيَّ

“Tidaklah aku berusaha untuk membenahi sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak balik.” (Jami’ul ‘Ulum Wal-Hikam, 1: 70)

Basyr bin Al-Harits Al-Hafiy mengatakan,

لا أعلم رجلا أحب أن يعرف إلا ذهب دينه فافتضح. مااتقى الله من أحب الشهرة. لا يجد حلاوة الاخرة رجل يحب أن يعرفه الناس

“Aku tidak mengetahui ada seseorang yang ingin tenar, kecuali berangsur-angsur agamanya pun akan hilang. Silakan jika ketenaran yang dicari. Orang yang ingin mencari ketenaran sungguh ia kurang bertakwa pada Allah. Orang yang ingin tenar tidak akan mendapatkan kelezatan di akhirat.” (Ta’thirul Anfas, hal. 284)

Selengkapnya:
https://muslim.or.id/79820-berkorban-untuk-konten-demi-mengejar-popularitas.html

Ust. Pridianto

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

REPORTASE Daurah 101 Adab Penuntut Ilmu

PLAY VIDEO https://youtu.be/81tICKodAVA

Reporter: Muhammad Muhyiddin

PROGRAM MAHASISWA NGAJI BERSAMA YPIA

Kamu bisa belajar bahasa Arab dari dasar, memperbaiki bacaan Alquran, menghafalkan Alquran, menghafal hadis, dan bahkan bisa menjadi santri ala pondok pesantren untuk mempelajari Islam secara intensif tanpa harus mengorbankan waktu kuliah

KAMU JUGA BISA MENDUKUNG BERBAGAI PROGRAM DAKWAH DI YPIA

Berapapun donasi Anda insya Allah itu sangat bermanfaat untuk operasional dan perkembangan dakwah di kampung hijrah

Salurkan donasi anda melalui website ypia.or.id

Atau transfer ke:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555

Читать полностью…

Muslim.or.id

MASUK SURGA BERSAMA KELUARGA

Berkumpul bersama keluarga adalah salah satu dari kenikmatan dunia. Siapa yang tidak bahagia dan gembira ketika berkumpul bersama keluarga. Momen bahagia yang tidak bisa digambarkan dan tidak bisa tergantikan dengan kawan atau pun sahabat.

Kita lihat contoh fenomena di Indonesia, ketika momen lebaran idul fithri, kaum muslimin berusaha dan sangat mengusahakan agar berkumpul bersama keluarga. Segala upaya diusahakan agar bisa berkumpul bersama keluarga. Misalnya menebus harga tiket yang mahal, perjalanan yang jauh, macet dan melelahkan serta halangan dan rintangan ketika safar untuk pulang kampung. Hal ini semuanya dilakukan untuk bisa berkumpul bersama keluarga dan berbahagia bersama.

Perlu diketahui bahwa semua kebahagiaan dan kesenangan yang ada di dunia, akan ada pula dan disediakan oleh Allah di surga. Semua kenikmataan dan kebahagiaan yang diinginkan oleh manusia di dunia, akan ada di surga kelak.

Allah berfirman,

ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺸْﺘَﻬِﻲ ﺃَﻧْﻔُﺴُﻜُﻢْ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺪَّﻋُﻮﻥ

“Di dalam surga kamu memperoleh apa (segala kenikmatan) yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa (segala kenikmatan) yang kamu minta.” (Fushshilat: 31)

Hanya saja hakikat namanya bisa jadi sama akan tetapi kenikmatannya tentu berbeda, jauh lebih nikmat di surga.

Tentunya kenikmatan di dunia berupa berkumpul dan masuk surga bersama keluarga, juga telah Allah sediakan.

Allah berfirman,

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ

“( yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du: 23).

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksud ayat ini bahwa Allah akan mengumpulkan seseorang bersama keluarganya, orang tua, istri dan anak-cucunya di surga. Ini adalah dalil satu keluarga bisa masuk surga bersama. Beliau berkata,

يجمع بينهم وبين أحبابهم فيها من الآباء والأهلين والأبناء ، ممن هو صالح لدخول الجنة من المؤمنين; لتقر أعينهم بهم ، حتى إنه ترفع درجة الأدنى إلى درجة الأعلى ، من غير تنقيص لذلك الأعلى عن درجته

“Allah mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cinrtai di dalam surga yaitu orang tua, istri dan anak keturunan mereka yang mukmin dan layak masuk surga. Sampai-sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi tanpa mengurangi derajat keluarga yang tinggi (agar berkumpul di dalam surga yang sama derajatnya, pent).”[1]

Tahukah anda bahwa orang tua dan anak saling tarik-menarik ke surga dengan memberi syafaat? Yuk simak disini. Klik https://muslim.or.id/35908-masuk-surga-bersama-keluarga.html

Penulis: dr. Raehanul Bahraen

NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.

Читать полностью…

Muslim.or.id

Wajib Menutup Aurat Wanita

Allah Ta’ala berfirman:

يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلاَبِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Ahzab: 59).

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَلاَ يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَايُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ

“Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.” (QS. An Nur: 31).

Ulama Hambali dan Syafi’i berpendapat dari ayat di atas bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh. Sedangkan ulama Maliki dan Hanafi berpendapat bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu‘anha, beliau berkata,

أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ

Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, “Wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya. (HR. Abu Daud 4140, dalam Al Irwa [6/203] Al Albani berkata: “hasan dengan keseluruhan jalannya”).

Sehingga dari sini kita ketahui bahwa:

* Kaki juga termasuk aurat

* Lengan juga termasuk aurat

* Leher juga termasuk aurat

* Rambut juga termasuk aurat

Maka tidak boleh ditampakkan.
Dan menampakkan aurat dengan sengaja termasuk tabarruj, sehingga ia merupakan dosa besar. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda kepada Umaimah bintu Ruqayyah radhiyallahu ‘anha:

أُبَايِعُكِ عَلَى أَنْ لَا تُشْرِكِي بِاللَّهِ شَيْئًا، وَلَا تَسْرِقِي، وَلَا تَزْنِي، وَلَا تَقْتُلِي وَلَدَكِ، وَلَا تَأْتِي بِبُهْتَانٍ تَفْتَرِينَهُ بَيْنَ يَدَيْكِ وَرِجْلَيْكِ، وَلَا تَنُوحِي، وَلَا تَبَرَّجِي تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“Aku membai’atmu untuk tidak berbuat syirik kepada Allah, tidak mencuri, tidak membunuh anakmu, tidak membuat fitnah (tuduhan palsu), tidak meratap, tidak ber-tabarruj seperti wanita Jahiliyah terdahulu” (HR. Ahmad 6850, dihasankan oleh Al Albani dalam Jilbab Mar’ah Muslimah hal. 121).

Syaikh Sa’id bin Ali al Qahthani mengatakan: “renungkanlah, dalam hadits ini tabarruj digandengkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dengan dosa-dosa yang besar” (Izh-harul Haq wa Shawab fii Hukmil Hijab, 1/315).

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ

“Dan jika mereka melakukan fahisyah (perbuatan nista), mereka mengatakan: kami mendapati dahulu kakek-moyang kami melakukannya, dan Allah pun memerintahkannya. Maka katakanlah: sesungguhnya Allah tidak pernah memerintahkan perbuatan nista” (QS. Al A’raf: 28).

Syaikh Shalih Al Fauzan mengatakan: “Allah Ta’ala menamai perbuatan membuka aurat sebagai fahisyah (perbuatan nista). [kemudian beliau menukil ayat di atas]. Ayat ini menceritakan tentang orang Jahiliyah dahulu thawaf dalam keadaan membuka aurat mereka dan mereka menganggap itu bagian dari agama” (Al Mulakhas Al Fiqhi, 1/108).

Selengkapnya: https://muslim.or.id/47057-adab-adab-berpakaian-bagi-muslim-dan-muslimah.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

LARANGAN BUNUH DIRI!

Seringkali kita melihat suatu fenomena ketika seseorang yang memiliki suatu masalah atau problematika kehidupan yang berat, menjadikan bunuh diri sebagai sebuah solusi. Dia mengira bahwa bunuh diri adalah solusi atas permasalahan yang dia hadapi. Padahal, bunuh diri termasuk salah satu dosa besar yang paling besar. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيماً وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَاناً وَظُلْماً فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَاراً وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللّهِ يَسِيراً

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Mahapenyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An-Nisa: 29-30)

Larangan dari Allah Ta’ala “janganlah kamu membunuh dirimu” ditafsirkan oleh para ulama dengan dua penjelasan. Penjelasan pertama, seorang muslim dilarang membunuh dirinya sendiri (larangan bunuh diri). Penjelasan kedua, seorang muslim dilarang membunuh sesama muslim yang lain. Membunuh muslim yang lain termasuk dalam istilah “bunuh diri” karena pada asalnya, semua muslim adalah bersaudara dan bagaikan satu jasad. Jika seorang muslim membunuh muslim yang lain, hal itu mengakibatkan dirinya berhak untuk mendapatkan hukuman bunuh dari penguasa. Sehingga seorang muslim yang membunuh muslim yang lain, pada hakikatnya dia telah melakukan usaha untuk membunuh dirinya sendiri.

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنفِقُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوَاْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

”Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)

Dalam menjelaskan ayat ini, Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa kata التَّهْلُكَةِ (kebinasaan) dapat ditafsikan dengan dua makna. Pertama, ”kebinasaan” tersebut dimaknai sebagai perbuatan-perbuatan maksiat. Kedua, ”kebinasaan” diartikan sebagai segala bentuk perbuatan yang dapat membinasakan diri sendiri dengan memberikan bahaya dan menyusahkan diri sendiri.

Bunuh diri merupakan perbuatan membunuh dan menghilangkan jiwa seorang manusia dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syariat. Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa seseorang tidak boleh membunuh dirinya sendiri. Karena pada hakikatnya, badan dan jiwanya itu bukan murni milik dirinya sendiri. Mengapa demikian? Karena manusia itu dimiliki oleh Allah Ta’ala dan manusia hanya mempunyai hak untuk menggunakan badan dan jasad yang telah dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepadanya. Manusia tidak boleh menggunakan dan mengeksploitasi jasadnya dengan seenaknya sendiri tanpa ada batasan. Termasuk di dalamnya adalah tidak boleh membunuh dirinya sendiri.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً

“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).” (QS. Al-Furqan: 68)

SELENGKAPNYA:
https://muslim.or.id/80244-larangan-bunuh-diri.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

REPORTASE Dauroh Tauhid Intensif Ma'had Al Ilmi di Masjid Al-Hidayah Purwosari

PLAY VIDEO https://youtu.be/s35fukDe9pc

Reporter: Muhammad Muhyiddin

MASIH TERBUKA LEBAR KESEMPATAN MENJADI BAGIAN DARI PENGGERAK DAKWAH SUNNAH

Semakin berkembangnya program-program dakwah di YPIA tentu akan membutuhkan support yang lebih dari kaum muslimin sekalian

Donasi bisa disalurkan melalui website resmi https://ypia.or.id/campaign/bantu-para-pejuang-dakwah-islam-ypia/

Atau transfer ke:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555

Читать полностью…

Muslim.or.id

Minta Izin Ketika Bertamu dan Adabnya

Islam mengajarkan adab dalam setiap aspek kehidupan manusia, termasuk adab dalam bertamu. Di antara adab dalam bertamu adalah meminta izin terlebih dahulu untuk bertemu dengan pemilik rumah.

Para ulama mengatakan, “Wajib hukumnya untuk meminta izin ketika masuk ke rumah orang lain.” Sebagaimana dalam firman Allah ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا على أهلها

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nur: 27)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini, “Ini adalah adab yang syar’i. Allah Ta’ala mengajarkan adab ini kepada orang-orang yang beriman. Yaitu minta izin sebelum masuk ke rumah orang lain. Allah Ta’ala memerintahkan orang-orang beriman agar tidak masuk ke rumah orang lain hingga mereka meminta izin terlebih dahulu. Yaitu, meminta izin sebelum masuk, kemudian setelah itu mengucapkan salam. Dan hendaknya meminta izin itu sebanyak tiga kali. Jika diizinkan untuk masuk, maka silakan masuk. Jika tidak diizinkan, maka hendaknya kembali pulang. Sebagaimana disebutkan di dalam hadis yang sahih, bahwa Abu Musa ketika meminta izin kepada Umar bin Khathab sebanyak tiga kali, Umar tidak mengizinkannya. Lalu Abu Musa pulang.” (Tafsir Al-Qur’anil Azhim, 10: 204)

Yang dimaksud oleh Ibnu Katsir adalah hadis berikut ini. Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الاستئذانُ ثَلاثٌ ، فإن أذنَ لَكَ وإلَّا فارجِعْ

“Meminta izin (untuk masuk rumah) itu tiga kali. Jika diizinkan, maka itu yang diinginkan. Jika tidak diizinkan, maka pulanglah.” (HR. Muslim no. 2153).

Lanjut baca: https://muslim.or.id/80065-minta-izin-ketika-bertamu-dan-adabnya.html

Ust. Yulian Purnama

Читать полностью…

Muslim.or.id

Bantu Tulis Testimoni Kamu Tentang YPIA

LINK https://maps.app.goo.gl/UFrf2twtd2J7HpzJ9

Klik link di atas kemudian pada halaman Google map geser ke bawah lalu klik tab "ulasan' kemudian berikan rating bintang dan tulis pesan yang akan ditulis


Apakah kamu pembaca muslim.or.id, muslimah.or.id, buletin at-tauhid?

Atau apakah kamu pendengar Radio Muslim Jogja?

Mungkin kamu juga pernah menjadi santri Ma'had Umar bin Khattab, Ma'had Al Ilmi, Kampus Tahfidz, Ma'had Yaa Abati

Jangan lupa juga jika kamu pernah menjadi santri di Wisma muslim atau Wisma muslimah

Kami mengajak siapapun kamu yang ingin mendukung program-program dakwah sunnah yang dijalankan YPIA untuk menuliskan testimoni, pesan, atau nasehat di link Google map YPIA

Kami ucapkan jazakumullah Khairan

YPIA.or.id

Читать полностью…

Muslim.or.id

Hakikat Manhaj Salaf (Bagian 2)

Manhaj salaf adalah shirathal mustaqim
Allah mewajibkan kita dalam setiap salat kita untuk membaca surah Al-Fatihah yang di akhirnya terdapat ayat,

اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.“ (QS. Al-Fatihah: 6-7)

Yang dimaksud shirathal mustaqim adalah jalan Allah. Maksudnya adalah kita memohon agar diberi petunjuk dan dibimbing serta ditetapkan di atas shirathal mustaqim. Makna ayat (صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ) yaitu mereka yang telah berjalan di atas jalan ini adalah orang-orang yang Allah beri nikmat kepada mereka, baik dari golongan para nabi, shiddiiqiin, syuhadaa, dan shaalihiin. Mereka adalah sebaik-baik teman yang telah menempuh jalan ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً

“Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.“ (QS. An-Nisa’: 69)

Jangan merasa kesepian saat berada di jalan ini, karena sahabat dan teman kalian yang telah menempuh jalan ini adalah manusia-manusia terbaik.

Manhaj salaf menggabungkan ilmu dan amal
Dalam firman Allah (غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ), maksudnya bukanlah jalannya orang-orang yang Allah murkai, yaitu orang yang memiliki ilmu, namun tidak mau mengamalkannya seperti orang Yahudi dan yang semisalnya. Jika tidak diamalkan, ilmu akan menjadi hujah yang mencelakakan bagi pemiliknya di hari kiamat, sebagaimana sebuah ungkapan,

والعلم إن كان أقوالا بلا عمل فإن صاحبه بالجهل منغمِرُ

Ilmu jika hanya berupa ucapan tanpa amalan

Maka, pemiliknya akan tenggelam dalam kebodohan

Ilmu harus disertai dengan amal. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah. Apa faedahnya jika pohon tidak berbuah? Oleh karena itu, Allah murka kepada mereka karena mereka memiliki ilmu, namun tidak mau mengamalkannya. Mereka berhak mendapatkan kemarahan, kemurkaaan, dan kebencian dari Allah.

Lanjut baca: https://muslim.or.id/80014-hakikat-manhaj-salaf-bag-2.html

Ust. dr. Adika Mianoki

Читать полностью…

Muslim.or.id

240 PAKET DUKUNGAN UNTUK SANTRI RUMAH TAHFIDZ ASHABUL KAHFI SELAMA 24 JAM X 30 HARI

1 Paket = Rp 50.000
Sisa 239 Paket

1 PAKET DAN SETUMPUK HARAPAN


Masjid dipowinatan Yogyakarta kelak akan menjadi saksi bahwa di bawah atapnya ada setumpuk harapan dari para perantau muda penghafal Quran

Bukan sebuah gedung besar, megah, dengan berupa-rupa fasilitas pendidikan, namun hanya sebuah rumah yang tak ubahnya kos-kosan biasa di Jogja

Rumah ini spesial, karena di sinilah bijih-bijih harapan itu ditempa menjadi bilah bilah cendekiawan penghafal Quran yang terdidik di atas jalan para salafus shalih

MARI MENJADI SALAH SATU DARI PENDUKUNG PROGRAM INI

Berapapun paket dukungan yang anda berikan 100% akan digunakan untuk operasional dan pengembangan rumah tahfidz Ashabul Kahfi. Semoga Allah Ta'ala melimpahi kita dengan keberkahan DALAM HIDUP INI

CARA MENYALURKAN DUKUNGAN ANDA

Donasi bisa anda salurkan melalui website resmi YPIA https://ypia.or.id/campaign/dukungan-untuk-para-penghafal-quran/



Atau transfer ke:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

DONASI MANUAL TRANSFER WAJIB KONFIRMASI

Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555

Читать полностью…

Muslim.or.id

ADAB BERINTERAKSI DENGAN WANITA DI INTERNET

Syaikh Muhammad Ali Farkus

Berinteraksi, berkomunikasi verbal, berkomunikasi melalui tulisan ataupun verbal dan tulisan sekaligus, terhadap wanita ajnabiyah (non-mahram) itu merupakan bahaya yang besar dan nyata bagi agama dan kehormatan seorang lelaki, jika tidak dibarengi dengan aturan-aturan yang membuatnya aman dari fitnah serta jika dilakukan dengan sering dan terus-menerus. Terdapat dalam hadits:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku, fitnah (godaan) yang lebih besar bagi lelaki melainkan wanita” (HR. Bukhari no. 5096, Muslim no. 6740).

Dan kita ketahui bersama bahwasanya hendaknya seorang lelaki ketika berinteraksi dengan wanita non mahram ia menjaga dirinya dengan adab-adab yang ketat dan hanya sebatas keperluan saja. Agar tidak muncul di hati sang lelaki suatu keterkaitan yang bisa tumbuh di dalam hati yang memiliki penyakit hati.

Oleh karena itu, semua interaksi verbal atau tulisan antara lelaki dan wanita yang mengandung nada yang lembut, gaya bahasa yang gemulai, mendayu-dayu, juga yang penuh kekaguman, melucu, saling tertawa, interaksi yang terlalu akrab, canda ria, dan semacamnya yang menimbulkan bekas di hati dan dapat menimbulkan desiran-desiran syahwat, ini hukumnya terlarang dalam rangka menutup celah keburukan. Tidak termasuk di larangan ini, perkataan yang penuh wibawa dan adab serta perkataan yang ma'ruf. Bahkan nada yang lembut dan gaya bahasa yang gemulai tidak ragu lagi akan menyentuh hati dan memicu syahwat sehingga nantinya akan menimbulkan angan-angan serta munculnya syahwat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Allah Ta'ala berfirman:

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوفًا

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik” (QS. Al Ahzab: 32).

Ketika banyak wanita yang tidak berpegang pada adab-adab ini dan tidak mengindahkan batasan-batasan syariat dalam pembicaraan mereka atau tulisan-tulisan mereka, maka yang lebih selamat bagi para lelaki adalah meninggalkan interaksi dengan para wanita tersebut kecuali pada keperluan-keperluan yang mendesak dengan tetap menjaga aturan-aturan agama dengan syarat aman dari fitnah, serta dalam keperluan yang dibolehkan syariat. Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

“Berhati-hatilah terhadap dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil adalah dari wanita” (HR. Muslim no. 2742).

SELENGKAPNYA:
https://muslim.or.id/31942-adab-berinteraksi-dengan-wanita-di-internet.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Kesalahan dalam Membaca Surah Al-Fatihah dan Konsekuensi Hukumnya

Al-Fatihah termasuk Al-Qur’an Al-Karim, sehingga keutamaan membacanya juga tercakup dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُو ماهِرٌ بِهِ معَ السَّفَرةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يقرَأُ القُرْآنَ ويَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُو عليهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْران

“Seorang yang lancar membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia lagi senantiasa taat kepada Allah. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan kesulitan, maka ia mendapatkan dua pahala.”

Apa pentingnya mempelajari cara baca Al-Fatihah yang benar?
Pentingnya mempelajari cara baca Al-Fatihah itu bisa diketahui dari konsekuensi hukum jika seseorang salah baca Al-Fatihah dalam salat dan dari status membaca Al-Fatihah itu sebagai rukun salat.

Jumhur ulama menyatakan bahwa hukum membaca Al-Fatihah dalam salat adalah rukun salat. Salat menjadi tidak sah tanpa membaca surah Al-Fatihah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

“Tidak sah salat orang yang tidak membaca Al-Fatihah.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Baca Juga: 20 Mutiara Keindahan Bahasa dalam Al-Fatihah

Kesalahan membaca Al-fatihah dan konsekuensi hukumnya
Membaca Al-Fatihah adalah rukun salat bagi imam dan orang yang salat sendirian, maka ada konsekuensi hukumnya jika salah dalam membacanya. Kesalahan imam salat atau selainnya dalam membaca Al-Fatihah itu ada dua, yaitu:

Kesalahan yang membatalkan salat
Yaitu kesalahan yang mengubah makna ayat, atau tidak urut membacanya, atau tidak membaca suatu hurufnya, atau meninggalkan tasydid, atau mengganti huruf dengan huruf lainnya yang bukan penggantinya, padahal mampu membacanya dengan benar. Dalam hal ini, salat imam atau selainnya menjadi batal jika melakukan dengan sengaja dan orang lain tidak sah bermakmum di belakangnya. Ini adalah pendapat mazhab Syafi’iyyah, Hanbaliyyah, dan salah satu pendapat Malikiyyah. Namun, jika dilakukan dengan tidak sengaja, maka wajib mengulang.

Kesalahan jenis ini misalnya:

Pertama, mendamahkan/mengasrahkan huruf ت pada

صراط الذين أنعمت عليهم

Kedua, mengasrah huruf ك pada إياك atau tidak menasydidkan huruf ي padanya.

Ketiga, mengganti huruf م dengan ن pada الصراط المستقيم

Kesalahan yang tidak membatalkan salat
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa kesalahan membaca Al-Fatihah yang tidak mengubah makna ayat, maka hukumnya makruh, namun jika disengaja menjadi haram, tetapi tidak membatalkan salatnya.

Adapun jika ia seorang imam, maka tidak membatalkan salat makmumnya, namun makruh bermakmum di belakangnya.

Tidak membatalkan salat ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama, jika ada orang yang lebih baik bacaannya, maka ia lebih utama menjadi imam.

Selengkapnya: https://muslim.or.id/79914-kesalahan-dalam-membaca-surah-al-fatihah-dan-konsekuensi-hukumnya.html

Ust. Sa'id Abu Ukasyah

Читать полностью…

Muslim.or.id

Fikih Niat & Menghadap Kiblat

Dari kitab Umdah at-Thalib karya Al Buhuti
Bersama Ust. Yulian Purnama hafizhahullah

https://youtu.be/6hRsy_VSItc

Jangan lupa like & subscribe Channel Atsar

Читать полностью…

Muslim.or.id

Salah Paham Tentang Tauhid

Syaikhul Islam rahimahullah mengatakan, “Tauhid yang diajarkan oleh para rasul sesungguhnya mengandung penetapan uluhiyah/peribadahan semata-mata kepada Allah. Hal itu terwujud dengan mempersaksikan bahwa tiada yang berhak disembah, kecuali Allah. Tidak boleh dipuja, kecuali Dia. Tidak boleh dijadikan tempat menggantungkan hati (tawakal), kecuali Dia. Tidak boleh menegakkan loyalitas, kecuali karena-Nya. Tidaklah boleh bermusuhan, kecuali karena-Nya. Dan tidak boleh beramal, kecuali apabila tegak di atas ajaran agama-Nya. Dan tauhid ini juga mengandung kewajiban untuk menetapkan nama-nama dan sifat-sifat (kesempurnaan) yang ditetapkan-Nya bagi diri-Nya sendiri.”

Beliau rahimahullah melanjutkan, “Dan bukanlah yang dimaksud dengan tauhid itu sekedar mencakup tauhid rububiyah saja, yaitu keyakinan bahwa Allah semata yang menciptakan alam, sebagaimana sangkaan sebagian orang dari kalangan ahli kalam/filsafat dan penganut ajaran tasawuf. Mereka mengira apabila telah berhasil menetapkan tauhid rububiyah itu dengan membawakan dalil atau bukti yang kuat maka mereka telah berhasil menetapkan puncak hakikat ketauhidan.” (lihat Fathul Majid, hal. 15 dan 16)

Oleh sebab itu, jangan heran apabila terdengar komentar dari sebagian orang, “Tauhid sudah diyakini orang” dan semacamnya. Hal itu terjadi karena mereka mengira tauhid itu cukup dengan pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Penguasa, dan Pengatur alam semesta. Padahal, sebenarnya bukan sekedar ketauhidan semacam itu yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala kepada mereka.

Syaikhul Islam rahimahullah mengatakan, “Tidaklah setiap orang yang meyakini bahwa Allah adalah Rabb dan pencipta segala sesuatu secara otomatis layak menyandang gelar sebagai hamba (penyembah) Allah.” Kenapa demikian? Beliau menjelaskan buktinya, “Karena sesungguhnya kaum musyrikin Arab telah mengakui bahwa Allah semata sebagai pencipta segala sesuatu. Meskipun demikian, mereka tetap dianggap sebagai orang-orang musyrik.” (lihat Fathul Majid, hal. 16)

Syekh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan, “Dan tauhid jenis ini (yaitu tauhid rububiyah) telah diakui oleh orang-orang musyrik penyembah berhala. Meskipun kebanyakan dari mereka juga menentang adanya hari kebangkitan dan dikumpulkannya manusia (kelak di hari kiamat). Dan pengakuan ini belumlah memasukkan mereka ke dalam agama Islam karena kesyirikan mereka (dalam beribadah kepada-Nya) dengan menyembah arca dan berhala (di samping menyembah Allah) dan juga karena mereka tidak mau beriman terhadap Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.” (lihat Syarah ‘Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 18-19. cet Darul ‘Aqidah)

Selengkapnya: https://muslim.or.id/79823-salah-paham-tentang-tauhid.html

Ust. Ari Wahyudi, S.Si.

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Tapi aku bukan santri...

Karena dari masjid kita bangkit maka YPIA senantiasa bergandengan dengan masjid-masjid di kampung hijrah dalam melaksanakan berbagai program dakwah yang mulia ini

Kebersamaan, kehangatan, dan persahabatan terjalin rapi dalam satu simpul semangat yang sama untuk menebarkan kebaikan di tengah masyarakat melalui dakwah yang bersumber dari Alquran dan Sunnah sesuai dengan pemahaman para salafus shalih

Lembaga dakwah, sekolah sunnah, masjid-masjid, komunitas-komunitas dakwah hanyalah wasilah karena kita semua sejatinya hanyalah insan insan perindu surga di kampung akhirat yang masih menjejakkan kaki di kampung hijrah

Salah satu masjid yang senantiasa dihiasi dengan taman-taman surga tersebut adalah Masjid Al Ashri Pogung Rejo, masjid ini cukup sering bekerja sama dengan YPIA untuk melaksanakan berbagai kajian-kajian dan halaqah para santri

Dengan dilaksanakannya berbagai program dakwah YPIA di masjid-masjid kampung hijrah dan sekitarnya maka hal ini juga bertujuan untuk membuka kesempatan kepada masyarakat umum untuk bisa duduk bersama dengan para santri menyelami samudra ilmu syar'i

Karena taman-taman surga di dunia tidak hanya milik para santri, Anda yang saat ini berprofesi sebagai guru, pedagang, pelajar, abang ojol, kuli bangunan, penjahit, buruh pabrik, pegawai negeri atau apapun itu mari duduk bersama kami duduk bersimpuh mendulang sebanyak mungkin warisan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

Sebab yang terpenting bukan siapa kita saat ini tapi bagaimana keadaan akhir hidup kita nanti

PROGRAM MAHASISWA NGAJI BERSAMA YPIA

Kamu bisa belajar bahasa Arab dari dasar, memperbaiki bacaan Alquran, menghafalkan Alquran, menghafal hadis, dan bahkan bisa menjadi santri ala pondok pesantren untuk mempelajari Islam secara intensif tanpa harus mengorbankan waktu kuliah

KAMU JUGA BISA MENDUKUNG BERBAGAI PROGRAM DAKWAH DI YPIA

Berapapun donasi Anda insya Allah itu sangat bermanfaat untuk operasional dan perkembangan dakwah di kampung hijrah

Salurkan donasi anda melalui website ypia.or.id

Atau transfer ke:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555

Читать полностью…

Muslim.or.id

Apa Itu Wahabi?

Karena hari demi hari dakwah tauhid semakin tersebar mereka para musuh dakwah tidak mampu lagi untuk melawan dengan kekuatan, maka mereka berpindah arah dengan memfitnah dan menyebarkan isu-isu bohong supaya mendapat dukungan dari pihak lain untuk menghambat laju dakwah tauhid tersebut. Diantar fitnah yang tersebar adalah sebutan wahabi untuk orang yang mengajak kepada tauhid. Sebagaimana lazimnya setiap penyeru kepada kebenaran pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan onak duri dalam menelapaki perjalanan dakwah.

Sebagaimana telah dijelaskan pula oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab beliau Kasyfus Syubuhaat: “Ketahuilah olehmu, bahwa sesungguhnya di antara hikmah Allah subhaanahu wa ta’ala, tidak diutus seorang nabi pun dengan tauhid ini, melainkan Allah menjadikan baginya musuh-musuh, sebagaimana firman Allah:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

“Demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh (yaitu) setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada bagian yang lain perkataan indah sebagai tipuan.” (QS. al-An-‘am: 112)

Bila kita membaca sejarah para nabi tidak seorang pun di antara mereka yang tidak menghadapi tantangan dari kaumnya, bahkan di antara mereka ada yang dibunuh, termasuk Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam diusir dari tanah kelahirannya, beliau dituduh sebagai orang gila, sebagai tukang sihir dan penyair, begitu pula pera ulama yang mengajak kepada ajarannya dalam sepanjang masa. Ada yang dibunuh, dipenjarakan, disiksa, dan sebagainya. Atau dituduh dengan tuduhan yang bukan-bukan untuk memojokkan mereka di hadapan manusia, supaya orang lari dari kebenaran yang mereka serukan.

Hal ini pula yang dihadapi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam lanjutan surat beliau kepada penduduk Qashim: “Kemudian tidak tersembunyi lagi atas kalian, saya mendengar bahwa surat Sulaiman bin Suhaim (seorang penentang dakwah tauhid) telah sampai kepada kalian, lalu sebagian di antara kalian ada yang percaya terhadap tuduhan-tuduhan bohong yang ia tulis, yang mana saya sendiri tidak pernah mengucapkannya, bahkan tidak pernah terlintas dalam ingatanku, seperti tuduhannya:

Bahwa saya mengingkari kitab-kitab mazhab yang empat.
Bahwa saya mengatakan bahwa manusia semenjak enam ratus tahun lalu sudah tidak lagi memiliki ilmu.
Bahwa saya mengaku sebagai mujtahid.
Bahwa saya mengatakan bahwa perbedaan pendapat antara ulama adalah bencana.
Bahwa saya mengkafirkan orang yang bertawassul dengan orang-orang saleh (yang masih hidup -ed).
Bahwa saya pernah berkata; jika saya mampu saya akan runtuhkan kubah yang ada di atas kuburan Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bahwa saya pernah berkata, jika saya mampu saya akan ganti pancuran ka’bah dengan pancuran kayu.
Bahwa saya mengharamkan ziarah kubur.
Bahwa saya mengkafirkan orang bersumpah dengan selain Allah.

Jawaban saya untuk tuduhan-tuduhan ini adalah: sesungguhnya ini semua adalah suatu kebohongan yang nyata. Lalu beliau tutup dengan firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman jika orang fasik datang kepada kamu membawa sebuah berita maka telitilah, agar kalian tidak mencela suatu kaum dengan kebodohan.” (QS. al-Hujuraat: 6) (baca jawaban untuk berbagai tuduhan di atas dalam kitab-kitab berikut, 1. Mas’ud an-Nadawy, Muhammad bin Abdul Wahab Muslih Mazlum, 2. Abdul Aziz Abdul Lathif, Da’awy Munaawi-iin li Dakwah Muhammad bin Abdil Wahab, 3. Sholeh Fauzan, Min A’laam Al Mujaddidiin, dan kitab lainnya)

Selengkapnya: https://muslim.or.id/10-apa-itu-wahabi.html

Ust. Dr. Ali Musri Semjan Putra

Читать полностью…

Muslim.or.id

Biografi Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr

Sejak dulu hingga sekarang Allah selalu mengutus dan membangkitkan manusia-manusia pilihan yang akan menyebarkan agama-Nya. Mulai dari Nabi Adam dan seluruh nabi, sampai para ulama rabbani. Untuk itu, pada kesempatan kali ini, kami menyajikan biografi salah satu dari mereka, para ulama rabbani yang hidup pada zaman ini. Beliau adalah Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-Badr.

Nama dan nasab beliau
Beliau bernama ‘Abdul Muhsin bin Hamd bin ‘Abdil Muhsin bin ‘Abdillah bin Hamd bin ‘Utsman keluarga Badr, sedangkan keluarga Badr berasal dari keluarga Jalaas dari suku ‘Anazah, salah satu suku ‘Adnan.

Sementara ibu beliau adalah keponakan paman bapak beliau, yaitu Sulaiman bin ‘Abdillah bin Hamd bin ‘Utsman keluarga Badr.

Kakek kedua beliau yang bernama ‘Abdullah diberi julukan ‘Abbaad. Dan julukan tersebut juga disandarkan kepada sebagian anak keturunan beliau.

Kelahiran beliau
Beliau dilahirkan usai sholat ‘Isya malam Ahad, yang bertepatan dengan tanggal 3 Ramadhan 1353 H di sebuah kota bernama Zulfa, yang terletak di sebelah utara kota Riyadh.

Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu dan mengajar
Beliau mengawali riwayat pendidikannya dengan belajar baca tulis di sebuah ‘kuttab’ (semacam TPA kalau di Indonesia) bersama para guru yang mulia.

Selesai mengenyam pendidikan di kuttab, beliau melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Ibtidaiyah di Zulfa pada tahun 1368 H dan lulus pada tahun 1371 H. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikannya ke Ma’had Ar-Riyaadh Al-‘Ilmi, kemudian ke Kuliah Syari’ah di Riyadh.

Pada tahun terakhir kuliahnya, beliau ditunjuk sebagai pengajar di Ma’had Buraidah Al-‘Ilmi, yaitu pada tanggal 13 Jumadal Ula 1379 H, dan kembali ke Riyadh saat ujian akhir di Kuliah Syari’ah Riyadh.

Pada tahun 1380 H, beliau ditunjuk kembali sebagai pengajar. Namun, kali ini di Ma’had Ar-Riyaadh Al-‘Ilmi.

Ketika Universitas Islam Madinah didirikan, beliau dipilih oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh sebagai pengajar di sana. Dan fakultas pertama yang dibuka di Universitas tersebut adalah Fakultas Syari’ah yang mengawali proses perkuliahannya pada hari Ahad, 2 Jumaada Tsani 1381 H. Sedangkan syaikh adalah orang yang pertama menyampaikan pelajaran pada hari itu, dan masih terus berlanjut sampai saat ini.

Pada tanggal 30 Rajab 1381 H, beliau ditunjuk sebagai Wakil Rektor Universitas Islam Madinah, atas pilihan Raja Faishol untuk menduduki posisi ini. Dalam pemilihan tersebut, beliau termasuk salah satu dari tiga orang yang dicalonkan oleh Syaikh Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz selaku Rektor Universitas saat itu.

Selama dua tahun, beliau menjabat sebagai Wakil Rektor di Universitas Islam Madinah. Selanjutnya, setelah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz diangkat sebagai Ketua di Pusat Penelitian Ilmiah dan Pemberian Fatwa, beliau diangkat menjadi Rektor di Universitas. Beliau tetap menduduki posisi ini hingga 26 Syawwal 1399 H setelah sebelumnya beliau terus mendesak untuk mengundurkan diri.

Lanjut baca: https://muslim.or.id/19528-biografi-syaikh-abdul-muhsin-al-abbad-al-badr.html

***

Dukung operasional kajian baca kitab online via Youtube:
https://ypia.or.id/campaign/operasional-kajian-baca-kitab-online/

Читать полностью…

Muslim.or.id

Teruslah menuntut ilmu karena ilmu dalam hati itu seperti cahaya lampu. Silakan di-share.

Читать полностью…
Подписаться на канал