Kesalahan dalam Membaca Surah Al-Fatihah dan Konsekuensi Hukumnya
Al-Fatihah termasuk Al-Qur’an Al-Karim, sehingga keutamaan membacanya juga tercakup dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُو ماهِرٌ بِهِ معَ السَّفَرةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يقرَأُ القُرْآنَ ويَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُو عليهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْران
“Seorang yang lancar membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia lagi senantiasa taat kepada Allah. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan kesulitan, maka ia mendapatkan dua pahala.”
Apa pentingnya mempelajari cara baca Al-Fatihah yang benar?
Pentingnya mempelajari cara baca Al-Fatihah itu bisa diketahui dari konsekuensi hukum jika seseorang salah baca Al-Fatihah dalam salat dan dari status membaca Al-Fatihah itu sebagai rukun salat.
Jumhur ulama menyatakan bahwa hukum membaca Al-Fatihah dalam salat adalah rukun salat. Salat menjadi tidak sah tanpa membaca surah Al-Fatihah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak sah salat orang yang tidak membaca Al-Fatihah.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Baca Juga: 20 Mutiara Keindahan Bahasa dalam Al-Fatihah
Kesalahan membaca Al-fatihah dan konsekuensi hukumnya
Membaca Al-Fatihah adalah rukun salat bagi imam dan orang yang salat sendirian, maka ada konsekuensi hukumnya jika salah dalam membacanya. Kesalahan imam salat atau selainnya dalam membaca Al-Fatihah itu ada dua, yaitu:
Kesalahan yang membatalkan salat
Yaitu kesalahan yang mengubah makna ayat, atau tidak urut membacanya, atau tidak membaca suatu hurufnya, atau meninggalkan tasydid, atau mengganti huruf dengan huruf lainnya yang bukan penggantinya, padahal mampu membacanya dengan benar. Dalam hal ini, salat imam atau selainnya menjadi batal jika melakukan dengan sengaja dan orang lain tidak sah bermakmum di belakangnya. Ini adalah pendapat mazhab Syafi’iyyah, Hanbaliyyah, dan salah satu pendapat Malikiyyah. Namun, jika dilakukan dengan tidak sengaja, maka wajib mengulang.
Kesalahan jenis ini misalnya:
Pertama, mendamahkan/mengasrahkan huruf ت pada
صراط الذين أنعمت عليهم
Kedua, mengasrah huruf ك pada إياك atau tidak menasydidkan huruf ي padanya.
Ketiga, mengganti huruf م dengan ن pada الصراط المستقيم
Kesalahan yang tidak membatalkan salat
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa kesalahan membaca Al-Fatihah yang tidak mengubah makna ayat, maka hukumnya makruh, namun jika disengaja menjadi haram, tetapi tidak membatalkan salatnya.
Adapun jika ia seorang imam, maka tidak membatalkan salat makmumnya, namun makruh bermakmum di belakangnya.
Tidak membatalkan salat ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama, jika ada orang yang lebih baik bacaannya, maka ia lebih utama menjadi imam.
Selengkapnya: https://muslim.or.id/79914-kesalahan-dalam-membaca-surah-al-fatihah-dan-konsekuensi-hukumnya.html
Ust. Sa'id Abu Ukasyah
Fikih Niat & Menghadap Kiblat
Dari kitab Umdah at-Thalib karya Al Buhuti
Bersama Ust. Yulian Purnama hafizhahullah
https://youtu.be/6hRsy_VSItc
Jangan lupa like & subscribe Channel Atsar
Salah Paham Tentang Tauhid
Syaikhul Islam rahimahullah mengatakan, “Tauhid yang diajarkan oleh para rasul sesungguhnya mengandung penetapan uluhiyah/peribadahan semata-mata kepada Allah. Hal itu terwujud dengan mempersaksikan bahwa tiada yang berhak disembah, kecuali Allah. Tidak boleh dipuja, kecuali Dia. Tidak boleh dijadikan tempat menggantungkan hati (tawakal), kecuali Dia. Tidak boleh menegakkan loyalitas, kecuali karena-Nya. Tidaklah boleh bermusuhan, kecuali karena-Nya. Dan tidak boleh beramal, kecuali apabila tegak di atas ajaran agama-Nya. Dan tauhid ini juga mengandung kewajiban untuk menetapkan nama-nama dan sifat-sifat (kesempurnaan) yang ditetapkan-Nya bagi diri-Nya sendiri.”
Beliau rahimahullah melanjutkan, “Dan bukanlah yang dimaksud dengan tauhid itu sekedar mencakup tauhid rububiyah saja, yaitu keyakinan bahwa Allah semata yang menciptakan alam, sebagaimana sangkaan sebagian orang dari kalangan ahli kalam/filsafat dan penganut ajaran tasawuf. Mereka mengira apabila telah berhasil menetapkan tauhid rububiyah itu dengan membawakan dalil atau bukti yang kuat maka mereka telah berhasil menetapkan puncak hakikat ketauhidan.” (lihat Fathul Majid, hal. 15 dan 16)
Oleh sebab itu, jangan heran apabila terdengar komentar dari sebagian orang, “Tauhid sudah diyakini orang” dan semacamnya. Hal itu terjadi karena mereka mengira tauhid itu cukup dengan pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Penguasa, dan Pengatur alam semesta. Padahal, sebenarnya bukan sekedar ketauhidan semacam itu yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala kepada mereka.
Syaikhul Islam rahimahullah mengatakan, “Tidaklah setiap orang yang meyakini bahwa Allah adalah Rabb dan pencipta segala sesuatu secara otomatis layak menyandang gelar sebagai hamba (penyembah) Allah.” Kenapa demikian? Beliau menjelaskan buktinya, “Karena sesungguhnya kaum musyrikin Arab telah mengakui bahwa Allah semata sebagai pencipta segala sesuatu. Meskipun demikian, mereka tetap dianggap sebagai orang-orang musyrik.” (lihat Fathul Majid, hal. 16)
Syekh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan, “Dan tauhid jenis ini (yaitu tauhid rububiyah) telah diakui oleh orang-orang musyrik penyembah berhala. Meskipun kebanyakan dari mereka juga menentang adanya hari kebangkitan dan dikumpulkannya manusia (kelak di hari kiamat). Dan pengakuan ini belumlah memasukkan mereka ke dalam agama Islam karena kesyirikan mereka (dalam beribadah kepada-Nya) dengan menyembah arca dan berhala (di samping menyembah Allah) dan juga karena mereka tidak mau beriman terhadap Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.” (lihat Syarah ‘Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 18-19. cet Darul ‘Aqidah)
Selengkapnya: https://muslim.or.id/79823-salah-paham-tentang-tauhid.html
Ust. Ari Wahyudi, S.Si.
@muslimorid
Tapi aku bukan santri...
Karena dari masjid kita bangkit maka YPIA senantiasa bergandengan dengan masjid-masjid di kampung hijrah dalam melaksanakan berbagai program dakwah yang mulia ini
Kebersamaan, kehangatan, dan persahabatan terjalin rapi dalam satu simpul semangat yang sama untuk menebarkan kebaikan di tengah masyarakat melalui dakwah yang bersumber dari Alquran dan Sunnah sesuai dengan pemahaman para salafus shalih
Lembaga dakwah, sekolah sunnah, masjid-masjid, komunitas-komunitas dakwah hanyalah wasilah karena kita semua sejatinya hanyalah insan insan perindu surga di kampung akhirat yang masih menjejakkan kaki di kampung hijrah
Salah satu masjid yang senantiasa dihiasi dengan taman-taman surga tersebut adalah Masjid Al Ashri Pogung Rejo, masjid ini cukup sering bekerja sama dengan YPIA untuk melaksanakan berbagai kajian-kajian dan halaqah para santri
Dengan dilaksanakannya berbagai program dakwah YPIA di masjid-masjid kampung hijrah dan sekitarnya maka hal ini juga bertujuan untuk membuka kesempatan kepada masyarakat umum untuk bisa duduk bersama dengan para santri menyelami samudra ilmu syar'i
Karena taman-taman surga di dunia tidak hanya milik para santri, Anda yang saat ini berprofesi sebagai guru, pedagang, pelajar, abang ojol, kuli bangunan, penjahit, buruh pabrik, pegawai negeri atau apapun itu mari duduk bersama kami duduk bersimpuh mendulang sebanyak mungkin warisan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
Sebab yang terpenting bukan siapa kita saat ini tapi bagaimana keadaan akhir hidup kita nanti
PROGRAM MAHASISWA NGAJI BERSAMA YPIA
Kamu bisa belajar bahasa Arab dari dasar, memperbaiki bacaan Alquran, menghafalkan Alquran, menghafal hadis, dan bahkan bisa menjadi santri ala pondok pesantren untuk mempelajari Islam secara intensif tanpa harus mengorbankan waktu kuliah
KAMU JUGA BISA MENDUKUNG BERBAGAI PROGRAM DAKWAH DI YPIA
Berapapun donasi Anda insya Allah itu sangat bermanfaat untuk operasional dan perkembangan dakwah di kampung hijrah
Salurkan donasi anda melalui website ypia.or.id
Atau transfer ke:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555
Apa Itu Wahabi?
Karena hari demi hari dakwah tauhid semakin tersebar mereka para musuh dakwah tidak mampu lagi untuk melawan dengan kekuatan, maka mereka berpindah arah dengan memfitnah dan menyebarkan isu-isu bohong supaya mendapat dukungan dari pihak lain untuk menghambat laju dakwah tauhid tersebut. Diantar fitnah yang tersebar adalah sebutan wahabi untuk orang yang mengajak kepada tauhid. Sebagaimana lazimnya setiap penyeru kepada kebenaran pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan onak duri dalam menelapaki perjalanan dakwah.
Sebagaimana telah dijelaskan pula oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab beliau Kasyfus Syubuhaat: “Ketahuilah olehmu, bahwa sesungguhnya di antara hikmah Allah subhaanahu wa ta’ala, tidak diutus seorang nabi pun dengan tauhid ini, melainkan Allah menjadikan baginya musuh-musuh, sebagaimana firman Allah:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh (yaitu) setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada bagian yang lain perkataan indah sebagai tipuan.” (QS. al-An-‘am: 112)
Bila kita membaca sejarah para nabi tidak seorang pun di antara mereka yang tidak menghadapi tantangan dari kaumnya, bahkan di antara mereka ada yang dibunuh, termasuk Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam diusir dari tanah kelahirannya, beliau dituduh sebagai orang gila, sebagai tukang sihir dan penyair, begitu pula pera ulama yang mengajak kepada ajarannya dalam sepanjang masa. Ada yang dibunuh, dipenjarakan, disiksa, dan sebagainya. Atau dituduh dengan tuduhan yang bukan-bukan untuk memojokkan mereka di hadapan manusia, supaya orang lari dari kebenaran yang mereka serukan.
Hal ini pula yang dihadapi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam lanjutan surat beliau kepada penduduk Qashim: “Kemudian tidak tersembunyi lagi atas kalian, saya mendengar bahwa surat Sulaiman bin Suhaim (seorang penentang dakwah tauhid) telah sampai kepada kalian, lalu sebagian di antara kalian ada yang percaya terhadap tuduhan-tuduhan bohong yang ia tulis, yang mana saya sendiri tidak pernah mengucapkannya, bahkan tidak pernah terlintas dalam ingatanku, seperti tuduhannya:
Bahwa saya mengingkari kitab-kitab mazhab yang empat.
Bahwa saya mengatakan bahwa manusia semenjak enam ratus tahun lalu sudah tidak lagi memiliki ilmu.
Bahwa saya mengaku sebagai mujtahid.
Bahwa saya mengatakan bahwa perbedaan pendapat antara ulama adalah bencana.
Bahwa saya mengkafirkan orang yang bertawassul dengan orang-orang saleh (yang masih hidup -ed).
Bahwa saya pernah berkata; jika saya mampu saya akan runtuhkan kubah yang ada di atas kuburan Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bahwa saya pernah berkata, jika saya mampu saya akan ganti pancuran ka’bah dengan pancuran kayu.
Bahwa saya mengharamkan ziarah kubur.
Bahwa saya mengkafirkan orang bersumpah dengan selain Allah.
Jawaban saya untuk tuduhan-tuduhan ini adalah: sesungguhnya ini semua adalah suatu kebohongan yang nyata. Lalu beliau tutup dengan firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman jika orang fasik datang kepada kamu membawa sebuah berita maka telitilah, agar kalian tidak mencela suatu kaum dengan kebodohan.” (QS. al-Hujuraat: 6) (baca jawaban untuk berbagai tuduhan di atas dalam kitab-kitab berikut, 1. Mas’ud an-Nadawy, Muhammad bin Abdul Wahab Muslih Mazlum, 2. Abdul Aziz Abdul Lathif, Da’awy Munaawi-iin li Dakwah Muhammad bin Abdil Wahab, 3. Sholeh Fauzan, Min A’laam Al Mujaddidiin, dan kitab lainnya)
Selengkapnya: https://muslim.or.id/10-apa-itu-wahabi.html
Ust. Dr. Ali Musri Semjan Putra
Biografi Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr
Sejak dulu hingga sekarang Allah selalu mengutus dan membangkitkan manusia-manusia pilihan yang akan menyebarkan agama-Nya. Mulai dari Nabi Adam dan seluruh nabi, sampai para ulama rabbani. Untuk itu, pada kesempatan kali ini, kami menyajikan biografi salah satu dari mereka, para ulama rabbani yang hidup pada zaman ini. Beliau adalah Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-Badr.
Nama dan nasab beliau
Beliau bernama ‘Abdul Muhsin bin Hamd bin ‘Abdil Muhsin bin ‘Abdillah bin Hamd bin ‘Utsman keluarga Badr, sedangkan keluarga Badr berasal dari keluarga Jalaas dari suku ‘Anazah, salah satu suku ‘Adnan.
Sementara ibu beliau adalah keponakan paman bapak beliau, yaitu Sulaiman bin ‘Abdillah bin Hamd bin ‘Utsman keluarga Badr.
Kakek kedua beliau yang bernama ‘Abdullah diberi julukan ‘Abbaad. Dan julukan tersebut juga disandarkan kepada sebagian anak keturunan beliau.
Kelahiran beliau
Beliau dilahirkan usai sholat ‘Isya malam Ahad, yang bertepatan dengan tanggal 3 Ramadhan 1353 H di sebuah kota bernama Zulfa, yang terletak di sebelah utara kota Riyadh.
Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu dan mengajar
Beliau mengawali riwayat pendidikannya dengan belajar baca tulis di sebuah ‘kuttab’ (semacam TPA kalau di Indonesia) bersama para guru yang mulia.
Selesai mengenyam pendidikan di kuttab, beliau melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Ibtidaiyah di Zulfa pada tahun 1368 H dan lulus pada tahun 1371 H. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikannya ke Ma’had Ar-Riyaadh Al-‘Ilmi, kemudian ke Kuliah Syari’ah di Riyadh.
Pada tahun terakhir kuliahnya, beliau ditunjuk sebagai pengajar di Ma’had Buraidah Al-‘Ilmi, yaitu pada tanggal 13 Jumadal Ula 1379 H, dan kembali ke Riyadh saat ujian akhir di Kuliah Syari’ah Riyadh.
Pada tahun 1380 H, beliau ditunjuk kembali sebagai pengajar. Namun, kali ini di Ma’had Ar-Riyaadh Al-‘Ilmi.
Ketika Universitas Islam Madinah didirikan, beliau dipilih oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh sebagai pengajar di sana. Dan fakultas pertama yang dibuka di Universitas tersebut adalah Fakultas Syari’ah yang mengawali proses perkuliahannya pada hari Ahad, 2 Jumaada Tsani 1381 H. Sedangkan syaikh adalah orang yang pertama menyampaikan pelajaran pada hari itu, dan masih terus berlanjut sampai saat ini.
Pada tanggal 30 Rajab 1381 H, beliau ditunjuk sebagai Wakil Rektor Universitas Islam Madinah, atas pilihan Raja Faishol untuk menduduki posisi ini. Dalam pemilihan tersebut, beliau termasuk salah satu dari tiga orang yang dicalonkan oleh Syaikh Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz selaku Rektor Universitas saat itu.
Selama dua tahun, beliau menjabat sebagai Wakil Rektor di Universitas Islam Madinah. Selanjutnya, setelah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz diangkat sebagai Ketua di Pusat Penelitian Ilmiah dan Pemberian Fatwa, beliau diangkat menjadi Rektor di Universitas. Beliau tetap menduduki posisi ini hingga 26 Syawwal 1399 H setelah sebelumnya beliau terus mendesak untuk mengundurkan diri.
Lanjut baca: https://muslim.or.id/19528-biografi-syaikh-abdul-muhsin-al-abbad-al-badr.html
***
Dukung operasional kajian baca kitab online via Youtube:
https://ypia.or.id/campaign/operasional-kajian-baca-kitab-online/
Teruslah menuntut ilmu karena ilmu dalam hati itu seperti cahaya lampu. Silakan di-share.
Читать полностью…FIR’AUN MENDUSTAKAN ALLAH BERADA DI ATAS LANGIT
Firaun adalah salah satu manusia yang paling keji dan paling dilaknat di muka bumi. Manusia yang pernah mengaku-ngaku sebagai Rabb yang maha tinggi. Fir’aun berkata sebagaimana dalam Al-Quran,
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى
Fir’aun berkata, “Aku adalah rabb kalian yang paling tinggi”. (QS : An Nazi’at: 24).
Fir’aun termasuk manusia yang binasa karena perbuatannya ini dengan tenggelam di lautan. Allah berfirman,
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا
Musa mengatakan, “Sesungguhnya kamu (Fir’aum) telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Sesungguhnya aku memiliki persangkaan kuat kamu, hai Fir’aun, merupakan seorang yang akan binasa. (QS : Al Isra’: 102).
Bahkan Fir’aun mendapat hukuman khusus di alam kubur, yaitu ditampakkan neraka baginya sebagai tempat ia disiksa setiap pagi dan sore hari.
Allah berfirman,
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوّاً وَعَشِيّاً وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat (dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (QS Al Mu’min: 46)
Fir’aun mendustakan Rabb Nabi Musa ’alahissalam berada di langit. Simak disini. Klik https://muslim.or.id/36086-firaun-mendustakan-allah-berada-di-atas-langit.html
Penyusun: Raehanul Bahraen
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
Makan Berlebihan Sumber Utama Penyakit
Di zaman modern ini, pola makan bisa jadi tidak terkendali. Banyaknya makanan dan minuman siap saji dengan kalori dan gula yang tinggi menyebabkan munculnya penyakit. Kemudahan mendapatkan makanan dan minuman siap saji, jajan dan kue sebagai cemilan setiap saat juga menjadi pola hidup zaman modern. Tentunya manusia yang sangat minim bergerak karena dimanjakan oleh teknologi juga mendukung berbagai penyakit muncul dengan mudah.
Dalam ajaran Islam yang mulia, manusia diperintahkan oleh Allah agar makan secukupnya saja dan tidak berlebihan.. Simak disini. Klik https://muslim.or.id/35855-makan-berlebihan-sumber-utama-penyakit.html
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
INILAH POTRET KEJAHATAN SYI'AH DALAM SEJARAH
Berangkat dari akidah yang rusak dan absurd, sekte Syi’ah kerap menebar kekejian dan kebiadaban kepada kaum muslimin. Sejarah mencatat lembaran demi lembaran kelam kejahatan mereka dan tidak ada seorang pun yang dapat mengingkarinya.
Berikut adalah diantara sebagian ‘kecil’ catatan sejarah kejahatan mereka yang digoreskan oleh para ahli sejarah Islam. Mudah-mudahan kita dapat mengambil pelajaran dan berhati-hati, karena sejarah seringkali terulang.
Simak disini. Klik https://muslim.or.id/9139-potret-kejahatan-syiah-dalam-sejarah.html
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
Senantiasalah dengan tulus untuk beristighfar dan bertaubat kepada Allah. Silakan di-share.
Читать полностью…Jauhilah perdebatan karena itu bisa menjadi sebab terhalangnya anda dari keberkahan ilmu. Silakan di-share.
Читать полностью…LAPORAN BULANAN YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-ATSARI (YPIA) SEPTEMBER 2022
DOWNLOAD FILE LAPORAN https://archive.org/download/laporan-ypia-september/Laporan%20YPIA%20September.pdf
Alhamdulillah, YPIA Yogyakarta telah menjalankan kegiatan pendidikan dan dakwah.
Kami ingin mengucapkan terimakasih sebanyak banyaknya kepada pihak yang terkait dalam terjadinya kegiatan ini, jazakumullahu khairan. Karena tanpa Allah yang menggerakan hati semua pihak yang berkonstribusi, maka kegiatan ini tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Semoga YPIA dan kita semua istiqomah terlibat dalam kegiatan-kegiatan islami yang menebarkan kebaikan duniawi maupun ukhrawi kepada masyarakat luas, dengan tetap berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
_Jazaakumullahu khairan wa barakallahu fiikum_
➖➖➖
Yuk jadi bagian dari kebaikan dakwah bersama YPIA
💳 (konfirmasi otomatis!)
>>> ypia.or.id/operasionaldakwah
Atau transfer rekening (konfirmasi manual) :
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555
➖➖➖
🔊 *Disiarkan oleh*
| (Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari)
| 📱 085747223366 | 082225979555 (Info Donasi)
| 📱 082233644038 (Info Kegiatan)
| 💻 IG | FB | TG : @ypiaorid
| 🌐 ypia.or.id
Anti Islam Berkedok Anti Arab
Belakangan ini memang ada oknum yang menyebarkan paham anti-Arab atau seolah-olah budaya Arab yang dibawa ke Indonesia ini bertentangan dengan pancasila dan kesatuan NKRI. Setelah ditinjau lebih dalam, sebenarnya tujuan utama mereka adalah anti-Islam yang berkedok anti-Arab.
Ada beberapa cara oknum tersebut:
1. Menyebarkan bahwa budaya Arab itu tidak sesuai dengan hak asasi manusia, seperti budaya jilbab dan cadar.
Misalnya, mereka menuduh jilbab dan cadar akan mengekang para wanita dan merampas hak asasi mereka.
Jawaban: Jilbab dan cadar tidak pernah mengekang para wanita, justru mereka bahagia dan merasa terhormat dengan pakaian sesuai syariat tersebut.
2. Menyebarkan bahwa budaya Arab itu akan mengancam kebudayaan Indonesia dan nusantara.
Jawaban: Sebenarnya budaya Arab dan ajaran Islam sudah sejak lama mewarnai budaya nusantara kita dan tidak akan merusak kebhinekaan Indonesia. Kalau mau jujur, budaya Barat dan budaya Korea juga banyak masuk ke Indonesia, seperti memakai celana jeans ketat, hot-pants, dan lain-lain. Akan tetapi, mereka tidak mempermasalahkan hal ini, mereka hanya mempermasalahkan budaya Arab saja.
3. Mempopulerkan istilah-istilah yang menyudutkan bahkan menjelekkan Arab atau yang berbau Arab.
Misalnya:
“Kadrun (kadal gurun)”;
“Pulang sana ke Arab”;
“Jilbab kan budaya Arab”.
Jawaban: Julukan ini mereka populerkan dan menunjukkan justru mereka yang tidak toleransi. Ketika seseorang memilih berpakaian ala Korea lalu mempopulerkannya, mereka tidak mempermasalahkan. Coba saja ada yang berkata:
“Pulang sana ke China”
“Ini kan budaya China?”
Tentu kalimat ini adalah kalimat “rasis” dan tidak toleransi.
Selengkapnya: https://muslim.or.id/68402-anti-islam-berkedok-anti-arab.html
Ust. dr. Raehanul Bahraen
@muslimorid
Hadits “Allah Menghalangi Tobat Pelaku Bid’ah”
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (4202), beliau berkata,
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْفَرْغَانِيُّ قَالَ: نا هَارُونُ بْنُ مُوسَى الْفَرْوِيُّ قَالَ: نا أَبُو ضَمْرَةَ أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللَّهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ صَاحِبِ كُلِّ بِدْعَةٍ»
Ali bin Abdullah Al-Farghani menuturkan kepadaku, ia berkata, Harun bin Musa Al-Farwi telah menuturkan kepadaku, Abu Dhamrah Anas bin ‘Iyadh telah menuturkan kepadaku, dari Humaid bin Ath-Thawil, dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Allah menghalangi tobat dari setiap pelaku bid’ah.”
Demikian juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (9011) dan Al-Harawi dalam Dzammul Kalam (5/153) dengan sanad yang berporos pada Harun bin Musa.
Adapun rincian kualitas perawi hadis di atas adalah sebagai berikut:
Pertama: Harun bin Musa Al-Farwi.
Dikatakan oleh Ad-Daruquthni, ”Ia tsiqah, dan ayahnya juga tsiqah.” Abu Hatim mengatakan, “Ia adalah Syekh.” Ibnu Hibban menyebutkannya dalam Ats-Tsiqat. Adz-Dzahabi mengatakan, “Ia shaduq.” Ibnu Hajar mengatakan, “Laa ba’sa bihi.” Dari sini bisa disimpulkan bahwa Harun bin Musa adalah perawi yang tsiqah.
Kedua: Abu Dhamrah Anas bin ‘Iyadh.
Ibnu Hajar mengatakan, “Ia tsiqah.” Yahya bin Ma’in mengatakan, “Ia tsiqah.” Adz-Dzahabi mengatakan, “Ia tsiqah dan sangat pemurah dengan ilmunya.” Ali bin Madini mengatakan, “Ia penduduk Madinah, dan menurut kami ia tsiqah.”
Ketiga: Humaid bin Abi Humaid Ath-Thawil.
Ibnu Hajar berkata, “Ia masyhur dikenal sebagai perawi tsiqah yang digunakan sebagai hujjah, namun terkadang melakukan tadlis terhadap hadisnya Anas.” Adz-Dzahabi mengatakan, “Ia tsiqah, namun melakukan tadlis dari Anas.” Al-Bukhari mengatakan, “Terkadang ia melakukan tadlis.” Yahya bin Ma’in berkata, “Ia tsiqah.”
Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawa’id mengatakan, “Hadis ini diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Al-Ausath, dan para perawinya adalah perawi Ash-Shahih, kecuali Harun bin Musa. Namun, ia adalah perawi yang tsiqah.” (Majma’ Az-Zawaid, 10/189). Semua perawi hadis ini tsiqah, hanya saja yang menjadi masalah dalam riwayat ini, Humaid dikenal melakukan tadlis terhadap hadisnya Anas. Dan hadis ini diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’ anhu.
Terdapat syahid untuk hadis ini, yaitu dari hadis Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah (50),
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مَنْصُورٍ الْحَنَّاطُ، عَنْ أَبِي زَيْدٍ، عَنْ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَبَى اللَّهُ أَنْ يَقْبَلَ عَمَلَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ»
Abdullah bin Sa’id menuturkan kepada kami, ia berkata, Bisyr bin Manshur Al-Hannath menuturkan kepada kami, dari Abu Zaid, dari Abul Mughirah, dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’ anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah Ta’ala enggan menerima amalan dari pelaku bid’ah sampai ia bertobat.”
Bisyr bin Manshur dan Abu Zaid adalah perawi yang majhul. Adapun Abul Mughirah Al-Qawwas di-tsiqah-kan oleh Ibnu Ma’in. Sehingga riwayat ini bisa menjadi syahid untuk riwayat dari Anas bin Malik di atas.
Sehingga hadis ini minimalnya hasan.
Al-Mundziri dalam At-Targhib wat-Tarhib, menyebutkan hadis ini,
وَعَن أنس بن مَالك رَضِي الله عَنهُ قَالَ قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم إِن الله حجب التَّوْبَة عَن كل صَاحب بِدعَة حَتَّى يدع بدعته
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Allah menghalangi tobat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya.”
Apa makna hadits ini?
Simak di: https://muslim.or.id/79889-hadits-allah-menghalangi-taubat-pelaku-bidah.html
@muslimorid
Berkorban untuk “Konten” demi Mengejar Popularitas
Banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi orang terkenal. Berbagai cara pun dilakukannya. Mulai dari mempertontonkan kemampuannya, memposting rutinitas kesehariannya, hingga membuat konten adegan berbahaya. Ada yang sampai mengorbankan nyawanya. Sebagai contoh, pernah ada dua remaja melompat ke tengah jalan. Satu dari sisi kanan, satu lagi dari sisi kiri. Secara bersamaan, sebuah truk melintas dan tabrakan tak terhindarkan. Satu remaja selamat, sedangkan satunya meninggal tertabrak truk tersebut. Untuk apa itu semua? Hanya untuk konten, supaya terkenal.
Berkorban untuk “konten”
Tak jarang orang melakukan adegan berbahaya untuk dijadikan konten di media sosial miliknya. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk menarik perhatian netizen sehingga ia menjadi viral. Ya, rasa takut dengan resiko dari perbuatannya itu telah terkalahkan dengan keinganannya untuk menjadi viral. Tak jarang yang menjadikan nyawa sebagai taruhannya. Padahal dalam Islam diajarkan untuk tidak melakukan perbuatan yang membahayakan.
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَعْدِ بْنِ مَالِكِ بْنِ سِنَانٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺقَالَ: لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ)حَدِيْثٌ حَسَنٌ. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالدَّارَقُطْنِيُّ وَغَيْرُهُمَا مُسْنَدًا، وَرَوَاهُ مَالِكٌ فِي المُوَطَّأِ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺفَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ، وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضًا(
Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak boleh berbuat dharar dan tidak boleh dhirar.” (Hadis hasan riwayat Ibnu Majah, Ad-Daraquthni dan yang lain. Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ dari Amr bin Yahya, dari ayahnya, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tanpa menyebutkan Abu Sa’id, tetapi hadis ini memiliki jalur-jalur yang saling menguatkan)
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan dharar dan dhirar. Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa dharar adalah kemudaratan yang terjadi tanpa niat, sedangkan dhirar adalah kemudaratan yang terjadi dengan niat (dalam keadaan mengetahui). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menafikan keduanya (baik “dharar” ataupun “dhirar”), dan dhirar lebih parah karena kemudaratan tersebut terjadi dengan niat. (Ta’liqat ‘Ala Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hal. 107)
Beratnya menjadi orang terkenal
Tanpa disadari, sebenarnya menjadi orang terkenal itu berat. Orang yang dikenal banyak manusia akan lebih susah menjaga keikhlasannya dibandingkan dengan orang yang biasa-biasa saja di mata manusia. Ketenaran seringkali membuai seseorang sehingga terlena dari mengingat Allah Ta’ala. Ibadah dan amal saleh yang dikerjakannya pun terkadang menjadi tidak ikhlas untuk Allah Ta’ala semata, melainkan supaya diketahui orang-orang yang mengenalnya. Sedangkan menjaga keikhlasan itu sangatlah berat. Sufyan Ats-Tsauri berkata,
مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَّتِي؛ لِأَنَّهَا تَنْقَلِبُ عَلَيَّ
“Tidaklah aku berusaha untuk membenahi sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak balik.” (Jami’ul ‘Ulum Wal-Hikam, 1: 70)
Basyr bin Al-Harits Al-Hafiy mengatakan,
لا أعلم رجلا أحب أن يعرف إلا ذهب دينه فافتضح. مااتقى الله من أحب الشهرة. لا يجد حلاوة الاخرة رجل يحب أن يعرفه الناس
“Aku tidak mengetahui ada seseorang yang ingin tenar, kecuali berangsur-angsur agamanya pun akan hilang. Silakan jika ketenaran yang dicari. Orang yang ingin mencari ketenaran sungguh ia kurang bertakwa pada Allah. Orang yang ingin tenar tidak akan mendapatkan kelezatan di akhirat.” (Ta’thirul Anfas, hal. 284)
Selengkapnya:
https://muslim.or.id/79820-berkorban-untuk-konten-demi-mengejar-popularitas.html
Ust. Pridianto
@muslimorid
REPORTASE Daurah 101 Adab Penuntut Ilmu
PLAY VIDEO https://youtu.be/81tICKodAVA
Reporter: Muhammad Muhyiddin
PROGRAM MAHASISWA NGAJI BERSAMA YPIA
Kamu bisa belajar bahasa Arab dari dasar, memperbaiki bacaan Alquran, menghafalkan Alquran, menghafal hadis, dan bahkan bisa menjadi santri ala pondok pesantren untuk mempelajari Islam secara intensif tanpa harus mengorbankan waktu kuliah
KAMU JUGA BISA MENDUKUNG BERBAGAI PROGRAM DAKWAH DI YPIA
Berapapun donasi Anda insya Allah itu sangat bermanfaat untuk operasional dan perkembangan dakwah di kampung hijrah
Salurkan donasi anda melalui website ypia.or.id
Atau transfer ke:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555
MASUK SURGA BERSAMA KELUARGA
Berkumpul bersama keluarga adalah salah satu dari kenikmatan dunia. Siapa yang tidak bahagia dan gembira ketika berkumpul bersama keluarga. Momen bahagia yang tidak bisa digambarkan dan tidak bisa tergantikan dengan kawan atau pun sahabat.
Kita lihat contoh fenomena di Indonesia, ketika momen lebaran idul fithri, kaum muslimin berusaha dan sangat mengusahakan agar berkumpul bersama keluarga. Segala upaya diusahakan agar bisa berkumpul bersama keluarga. Misalnya menebus harga tiket yang mahal, perjalanan yang jauh, macet dan melelahkan serta halangan dan rintangan ketika safar untuk pulang kampung. Hal ini semuanya dilakukan untuk bisa berkumpul bersama keluarga dan berbahagia bersama.
Perlu diketahui bahwa semua kebahagiaan dan kesenangan yang ada di dunia, akan ada pula dan disediakan oleh Allah di surga. Semua kenikmataan dan kebahagiaan yang diinginkan oleh manusia di dunia, akan ada di surga kelak.
Allah berfirman,
ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺸْﺘَﻬِﻲ ﺃَﻧْﻔُﺴُﻜُﻢْ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺪَّﻋُﻮﻥ
“Di dalam surga kamu memperoleh apa (segala kenikmatan) yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa (segala kenikmatan) yang kamu minta.” (Fushshilat: 31)
Hanya saja hakikat namanya bisa jadi sama akan tetapi kenikmatannya tentu berbeda, jauh lebih nikmat di surga.
Tentunya kenikmatan di dunia berupa berkumpul dan masuk surga bersama keluarga, juga telah Allah sediakan.
Allah berfirman,
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ
“( yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du: 23).
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksud ayat ini bahwa Allah akan mengumpulkan seseorang bersama keluarganya, orang tua, istri dan anak-cucunya di surga. Ini adalah dalil satu keluarga bisa masuk surga bersama. Beliau berkata,
يجمع بينهم وبين أحبابهم فيها من الآباء والأهلين والأبناء ، ممن هو صالح لدخول الجنة من المؤمنين; لتقر أعينهم بهم ، حتى إنه ترفع درجة الأدنى إلى درجة الأعلى ، من غير تنقيص لذلك الأعلى عن درجته
“Allah mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cinrtai di dalam surga yaitu orang tua, istri dan anak keturunan mereka yang mukmin dan layak masuk surga. Sampai-sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi tanpa mengurangi derajat keluarga yang tinggi (agar berkumpul di dalam surga yang sama derajatnya, pent).”[1]
Tahukah anda bahwa orang tua dan anak saling tarik-menarik ke surga dengan memberi syafaat? Yuk simak disini. Klik https://muslim.or.id/35908-masuk-surga-bersama-keluarga.html
Penulis: dr. Raehanul Bahraen
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
Seorang yang berjalan dan berjuang demi menuntut ilmu akan mendapatkan hasil yang baik. Silakan di-share.
Читать полностью…Beristighfarlah karena ini adalah obat atas dosa-dosa yang anda lakukan. Silakan di-share.
Читать полностью…Melihat dan mendengar banyaknya kasus rumah tangga yg berakhir dgn perceraian, jadi teringat sebuah petuah yg mengatakan :
.
افتح عينيك جيدا قبل الزواج, و أغمضهما جيدا بعد الزواج
.
"Bukalah kedua matamu baik-baik sebelum menikah, dan tutuplah keduanya dgn baik setelah menikah"
.
Hendaknya petuah ini menjadi nasehat bagi yang akan memasuki bahtera pernikahan agar betul-betul mencari calon suami/istri dan calon bapak/ibu bagi anak-anaknya kelak. Buka kedua matamu, perhatikan dengan seksama. Carilah pasangan yg terbaik buat dirimu.
.
Jika engkau sudah menikah, maka tutuplah kedua matamu tersebut. Jangan suka mencari-cari kesalahan dari pasanganmu.
.
Kebanyakan kita terkadang tidak menggubris nasehat ini atau terbalik menerapkannya. Ketika mau menikah, matanya hanya tertuju dan terfokus pada tampilan fisik belaka.
.
Konsentrasinya hanya terpusat pada kecakepan si fulaan atau kecantikan si fulaanah saja. Mereka lupa membuka matanya lebih lebar lagi. Mereka lalai melihat agama dan akhlak calon pasangannya.
.
Akhirnya apa yg terjadi?
Setelah menikah malah membuka matanya dengan sangat lebar. Kesalahan kecil dari pasangannya dibesar-besarkan seakan-akan di matanya ada kaca pembesar.
.
Tiada hari tanpa mencari dan menemukan kesalahan pasangannya. Walhasil, angka perceraian semakin tinggi, jumlah wanita-wanita tak bersuami lagi makin banyak, problema sosial kemasyarakatan makin ruwet.
.
Oleh karena itu, petuah ini semestinya ditanggapi oleh semua kalangan, baik yg belum menikah maupun yg sudah menikah.
.
Buka mata lebar-lebar, cari dan telitilah orang yg akan menjadi pasangan hidupmu. Di saat engkau menjalani hidup dengannya, tutuplah kedua matamu dari melihat kesalahan dan kekurangannya. Ingatlah kebaikan-kebaikan dan kelebihan-kelebihannya.
.
Sungguh orang yg paling baik terhadap pasangannya telah memberikan kita peringatan. Beliau ﷺ bersabda:
.
"Janganlah seorang mukmin itu membenci istrinya. Jika ia tidak senang terhadap salah satu tabi'atnya, maka ia ridha terhadap tabi'atnya yg lain." (HR. Muslim)
.
Penulis:
Ust. Abu Yazid Teuku Muhammad Nurdin
(Pimred Website www.muslim.or.id)
.
=====
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
📱 085747223366 | @ypiaorid
🌐 www.ypia.or.id
ISLAM MENJAGA DAN MEMULIAKAN WANITA
Di antara stigma negatif yang dialamatkan oleh Barat terhadap ajaran Islam adalah, bahwa Islam tidak menghargai kedudukan wanita, memasung kebebasannya, tidak adil dan menjadikannya sebagai manusia kelas dua yang terkungkung dalam penguasaan kaum laki-laki serta hidup dalam kehinaan. Wanita Islam pun dicitrakan sebagai wanita terbelakang dan tersisihkan dari dinamika kehidupan tanpa peran nyata di masyarakat. Oleh karena itu, mereka menganggap, bahwa Islam adalah hambatan utama bagi perjuangan kesetaraan gender.
Anehnya, sebagian kaum muslimin yang telah kehilangan jati dirinya malah terpengaruh dengan pandangan-pandangan itu. Alih-alih membantah, mereka malah menjadi bagian dari penyebar pemikiran mereka. Dibawah kampanye emansipasi wanita dan kesetaraan gender, mereka ingin agar kaum muslimah melepaskan nilai-nilai harga diri mereka yang selama ini dijaga oleh Islam.
Sahabat muslim, yuk simak pembahasannya disini. Klik https://muslim.or.id/9166-islam-menjaga-dan-memuliakan-wanita.html
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
INILAH 7 KERUSAKAN DARI SIFAT DENGKI (HASAD)
Tidak jarang, manusia dihinggapi perasaan hasad (dengki), tatkala melihat orang lain mendapat kenikmatan, meraih kesuksesan dan dikaruniai kebaikan. Baik berupa harta, ilmu, kedudukan, dan lain-lain. Padahal, hasad memiliki banyak kerusakan, diantaranya.
Sahabat muslim silakan simak disini. Klik https://muslim.or.id/22041-kerusakan-dari-sifat-dengki-hasad.html
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
KUTUNGGU ENGKAU DI TELAGAKU (BAG. 2)
Pembahasan tentang telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam termasuk dalam ilmu ghaib, sehingga ketika membahas karakteristik atau gambaran telaga Nabi, hanya boleh didasarkan atas riwayat yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tidak boleh memakai dasar pendapat atau logika manusia semata. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini kami menyebutkan beberapa hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang gambaran telaga beliau.
Seperti apa karakteristik atau gambaran telaga Nabi berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang shahih? Sahabat muslim, yuk simak disini. Klik https://muslim.or.id/35819-kutunggu-engkau-di-telagaku-02.html
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
KUTUNGGU ENGKAU DI TELAGA (BAG. 1)
Di antara pokok keimanan seorang muslim adalah beriman kepada “al-haudh” (الحوض). Dari sisi bahasa Arab, “al-haudh” adalah tempat berkumpulnya air [1], sehingga dalam bahasa kita (bahasa Indonesia) bisa dimaknai dengan danau, telaga, atau yang sejenis dengan itu. Al-haudh adalah telaga yang Allah Ta’ala siapkan untuk Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat, sehingga umatnya dapat mendatangi dan meminum air telaga tersebut. Pada hari kiamat yang amat mengerikan kelak, manusia dibangkitkan dalam keadaan susah payah, matahari didekatkan dalam jarak satu mil, kondisi sangat terik, sehingga kita berada dalam kondisi kehausan dan sangat butuh air untuk minum.
Dan di antara kasih sayang dan rahmat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah beliau telah menunggu umatnya di telaga beliau pada hari yang sangat mengerikan tersebut. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الحَوْضِ
“Aku menunggu kalian di telaga” (HR. Bukhari no. 6576).
Semoga Allah Ta’ala memudahkan jalan kita untuk bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di telaga beliau dan minum dari telaga tersebut. Sehingga dalam tulisan serial kali ini, kami ingin memaparkan beberapa pembahasan penting terkait keimanan terhadap al-haudh [2].
Sahabat muslim, beriman kepada Al-Haudh termasuk dalam Pokok Keimanan. Yuk simak disini. https://muslim.or.id/35817-kutunggu-engkau-di-telagaku-01.html
Penulis: Muhammad Saifudin Hakim
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
IMAM SYAFI’I MEYAKINI BAHWA ALLAH BERADA DI ATAS ARSY
Imam Syafi’i (wafat 204 H) dan guru senior beliau Imam Malik (wafat 179 H), meyakini bahwa Allah berada di atas Arsy.
Begitu pula Imam Abu Hanifah (wafat 150 H), Imam Ahmad (wafat 241 H), dan para Imam Ahlussunnah lainnya, semoga Allah merahmati mereka semua.
Inilah fakta sejarah yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun yang jujur dan obyektif. Simak disini sahabat muslim. 👇 dan silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan.
Klik https://muslim.or.id/35542-imam-syafii-meyakini-bahwa-allah-berada-di-atas-arsy.html