DOA NABI ﷺ ADALAH DOA TERBAIK
Sungguh indah apa yang dinyatakan oleh Imam Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr Al Qurthubi rahimahullah, beliau mengatakan,
فَعَلَى الْإِنْسَانِ أَنْ يَسْتَعْمِلَ مَا فِي كِتَابِ اللهِ وَصَحِيْحِ السُّنَّةِ مِنَ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَاهُ وَلاَ يَقُوْلُ أَخْتَارُهُ كَذَا فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدِ اخْتَارَ لِنَبِيِّهِ وَأَوْلِيَائِهِ وَعَلَّمَهُمْ كَيْفَ يَدْعُوْنَ
”Seyogyanya seorang menggunakan do’a-do’a yang tercantum dalam Al Qur-an dan berbagai hadits yang shahih (valid berasal dari nabi-peny) serta meninggalkan berbagai do’a yang tidak bersumber dari keduanya. Janganlah ia mengatakan, “Saya telah memilih do’a[2] sendiri (untuk diriku)”, karena Allah ta’ala telah memilihkan dan mengajarkan berbagai do’a kepada nabi dan para wali-Nya (dalam Al Qur-an dan sunnah nabi-Nya) ”.[3]
Perkataan beliau di atas merupakan wejangan sekaligus kritikan. Merupakan wejangan, karena beliau menasihati kita sebagai kaum muslimin untuk menggunakan berbagai do’a yang bertebaran di dalam Al Quran dan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih, karena berbagai do’a yang tercantum di dalam dua sumber tersebut merupakan wahyu yang nihil dari kesalahan.
Perkataan beliau juga merupakan kritik bagi kita yang terkadang lebih mengedepankan do’a-do’a buatan yang tidak bersumber dari keduanya. Terkadang, dalam meminta kebaikan kepada-Nya, atau memohon agar dihindarkan dari keburukan, kita lebih memprioritaskan penggunaan do’a yang diperoleh dari guru-guru spiritual, mengesampingkan do’a-do’a yang besumber dari Al Quran dan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Al Qadhi ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Allah menginginkan untuk diminta dan Dia telah memberitahukan (berbagai macam) do’a di dalam kitab-Nya kepada makhluk-Nya. Begitu pula dengan nabi, beliau telah mengajar umatnya berbagai bentuk do’a. Do’a-do’a tersebut mengandung tiga hal, yaitu ilmu tauhid, ilmu bahasa, dan nasihat kepada umat ini. Oleh karena itu, seorang tidak boleh berpaling dari do’a yang diajarkan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Sangat disayangkan saat ini), syaithan telah memperdaya manusia dari kedudukan yang agung ini, dia mendatangkan orang-orang jahat yang merekayasa berbagai do’a buatan untuk mereka, sehingga mereka pun sibuk untuk mengerjakan berbagai do’a tersebut dan tidak mengikuti tuntunan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[4]
Ingatlah sahabat muslim, do’a Nabi adalah do’a terbaik. Yuk simak disini. Klik https://muslim.or.id/3909-doa-nabi-doa-terbaik.html
Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
Inilah mental seorang yang yakin akan rezeki dari Allah. Bagaimana dengan kita? | Silakan di-share.
Читать полностью…NASEHAT PARA ULAMA PRIHAL KEIKHLASAN HATI
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Dahulu dikatakan: Bahwa seorang hamba akan senantiasa berada dalam kebaikan, selama jika dia berkata maka dia berkata karena Allah, dan apabila dia beramal maka dia pun beramal karena Allah.” (lihat Ta’thir al-Anfas min Hadits al-Ikhlas, hal. 592)
Seorang lelaki berkata kepada Muhammad bin Nadhr rahimahullah, “Dimanakah aku bisa beribadah kepada Allah?” Maka beliau menjawab, “Perbaikilah hatimu, dan beribadahlah kepada-Nya di mana pun kamu berada.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 594)
Abu Turab rahimahullah mengatakan, “Apabila seorang hamba bersikap tulus/jujur dalam amalannya niscaya dia akan bisa merasakan kelezatan amal itu sebelum melakukannya. Dan apabila seorang hamba ikhlas dalam beramal, niscaya dia akan merasakan kelezatan amal itu di saat sedang melakukannya.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 594)
Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata: Abu Hazim rahimahullah berkata, “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu lebih daripada kesungguhanmu dalam menyembunyikan kejelekan-kejelekanmu.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 231).
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan, ada dua buah pertanyaan yang semestinya diajukan kepada diri kita sebelum mengerjakan suatu amalan. Yaitu: Untuk siapa? dan Bagaimana? Pertanyaan pertama adalah pertanyaan tentang keikhlasan. Pertanyaan kedua adalah pertanyaan tentang kesetiaan terhadap tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab amal tidak akan diterima jika tidak memenuhi kedua-duanya (lihat Ighatsat al-Lahfan, hal. 113).
Simak pembahasan lainnya disini. Klik https://muslim.or.id/11231-ikhlas-karunia-terbesar.html
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du:
Al-Hadi yang berarti : “Yang Memberi Petunjuk” adalah salah satu nama Allah yang maha indah. Nama “Al-Hadi” disebutkan dalam Al-Qur`an di dua ayat, yaitu:
Pertama: dalam surat Al-Hajj:54, Allah Ta’ala berfirman,
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur`an itu haq, dari Tuhan-mu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepada-Nya dan sesungguhnya Allah adalah benar-benar Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”
Kedua : dalam surat Al-Furqan:31, Allah Ta’ala berfirman,
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ ۗ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا
“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong.”
Sekarang mari kita mengenal lebih dekat makna nama Allah “Al-Hadi”. Simak disini. Klik https://muslim.or.id/35399-al-hadi-yang-memberi-petunjuk-bag-1.html
Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
TAKUTNYA SALAFUSSHALIH KETIKA MENGETAHUI MAKANAN PENDUDUK NERAKA
Syu’bah meriwayatkan dari Sa’id bin Ibrahim, beliau mengatakan, “Sahabat Abdurrahman bin Auf datang memenuhi undangan makan malam di hari beliau berpuasa. Lalu beliau membaca sebuah ayat,
إِنَّ لَدَيْنَا أَنكَالًا وَجَحِيمًا ١٢ وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًا ١٣
“Sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala. Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan serta azab yang pedih” (QS. Al-Muzammil: 12-13).
Sai’id bin Ibrahim melanjutkan cerita,
فلم يزل يبكي حتى رفع طعامه وما تعشى وانه لصائم
“Abdurrahman bin Auf terus-menerus menangis sampai hidangan makan diberesi dan beliau tidak sempat makan malam, padahal seharian beliau berpuasa.”
Imam Ahmad bin Hambal pernah mengatakan,
الخوف يمنعني من أكل الطعام والشراب فلا أشتهيه
“Rasa takut menghalangiku untuk makan dan minum, aku tidak nafsu untuk makan.”
(Lihat: At-Takhwif min An-Naar, hal. 155).
Sahabat muslim, yuk simak pembahasan selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/35385-mengerikan-ternyata-ini-menu-makan-penduduk-neraka-part-2.html
Penulis : Ahmad Anshori
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
BANYAK BERDOA AGAR DIBERI KEIKHLASAN HATI
Di antara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah. Lihatlah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa:
« اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ »
“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (Hadits Shahih riwayat Ahmad)
Nabi kita sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan padahal beliau adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan. Inilah dia, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat besar dan utama, sahabat terbaik setelah Abu Bakar, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah, “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.”
Sahabat muslim, masih banyak lo kiat-kiat agar bisa ikhlas dalam beribadah. Yuk simak disini. Klik https://muslim.or.id/267-inginkah-anda-menjadi-orang-yang-ikhlas.html
Disusun oleh: Abu ‘Uzair Boris Tanesia
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
Rasa dengki merupakan akhlak yang tercela, semoga Allah melindungi kita darinya. Silakan di-share.
Читать полностью…AJAKAN TOLERANSI AGAMA YANG “KEBABLASAN”
Toleransi berlebihan ini, ternyata sudah ada ajakannya sejak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperjuangkan agama Islam.
Suatu ketika, beberapa orang kafir Quraisy yaitu Al Walid bin Mughirah, Al ‘Ash bin Wail, Al Aswad Ibnul Muthollib, dan Umayyah bin Khalaf menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menawarkan tolenasi kebablasan kepada beliau, mereka berkata:
يا محمد ، هلم فلنعبد ما تعبد ، وتعبد ما نعبد ، ونشترك نحن وأنت في أمرنا كله ، فإن كان الذي جئت به خيرا مما بأيدينا ، كنا قد شاركناك فيه ، وأخذنا بحظنا منه . وإن كان الذي بأيدينا خيرا مما بيدك ، كنت قد شركتنا في أمرنا ، وأخذت بحظك منه
“Wahai Muhammad, bagaimana jika kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, maka kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.” [Tafsir Al Qurthubi 20: 225, Darul Kutub Al-Mishriyyah, cet. Ke-II, 1386 H]
Kemudian turunlah ayat berikut yang menolak keras toleransi kebablasan semacam ini,
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang kafir), “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. (QS. Al-Kafirun: 1-6).
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Sumber: https://muslim.or.id/23967-bukti-toleransi-islam-terhadap-agama-lainnya.html
DOWNLOAD KITAB DAURAH ANTAR SEMESTER
Bismillah,
Kitab untuk daurah Ma'had Al 'Ilmi yang insyaa Allah akan dilaksanakan mulai Senin, 25 Desember 2017 dapat didownload pada link berikut :
https://www.dropbox.com/sh/ktlii9l71fcatp5/AAAM6B7cwfdl9DwZP6NQ7WKTa?dl=0
Daurah ini terdiri dari 3 pembahasan kitab :
1. Tsalatsatul ushul, karya Syeikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab
2. Aisarut Tafasiir, karya Abu Bakar Jabir Al Jazairi
3. Kun Salafiyyan 'alal Jaddah, karya 'Abdussalam As Suhaimi
Semoga bermanfaat,
Jazakumullah khoir
Berpegang teguhlah di atas sunnah Nabi, gigitlah ia dengan geraham-geraham kalian walau banyak manusia menyelisihinya.
Читать полностью…HARI IBU SETIAP HARI, BUKAN SETAHUN SEKALI
Berbakti kepada orang tua khususnya ibu memang lebih dianjurkan oleh agama Islam. Karena memang ibu sangat besar jasanya bagi anak-anaknya melebihi bapak. Oleh karena itu berbakti kepada Ibu didahulukan daripada berbakti kepada Bapak. Sebagaimana dalam hadits berikut,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu’. Orang tersebut bertanya kembali, ‘kemudian siapa lagi’, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).
Akan tetapi haruskah hari Ibu diperingati setiap setahun sekali? Perlukah memperingati hari ibu? Bagaimana hukum Islam mengenai hal ini?
Hari Ibu Setiap Hari
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “seorang ibu lebih berhak untuk senantiasa dihormati sepanjang tahun, daripada hanya satu hari saja, bahkan seorang ibu mempunyai hak terhadap anak-anaknya untuk dijaga dan dihormati serta ditaati selama bukan dalam kemaksiatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, di setiap waktu dan tempat” (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il no. 535 2/302, Darul wathan, 1413 H, Asy Syamilah).
Pandangan Islam Terhadap Perayaan Hari Ibu
Hari ibu biasanya dirayakan setiap tanggal 22 Desember, berikut fatwa Al-Lajnah Ad- Daimah (semacam MUI di Saudi) mengenai hal ini. Al Lajnah Ad Daimah ditanya, “kapan tanggal yang tepat untuk memperingati hari ibu?”
Mereka menjawab:
“Tidak boleh mengadakan peringatan yang dinamakan dengan peringatan hari ibu, dan tidak boleh juga memperingati perayaan peringatan tahunan yang dibuat-buat (tidak ada tuntunannya dalam al-Qur’an dan As-sunnah, karena perayaan (ied) tahunan yang diperbolehkan dalam Islam hanya Idul Fitri dan Idul Adha, pent).
Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wassalam bersabda,
من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak pernah kami tuntunkan, maka amalan itu tertolak”
Perayaan hari ibu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam, para sahabat radhiallahu anhum dan para imam salafus shalih. Perayaan ini adalah sesuatu yang diada-adakan dan menyerupai orang kafir (tasyabbuh) (Fatawa Komite Tetap Kajian Ilmiah dan Fatwa Arab Saudi, jilid 3 hal.85).
Demikian semoga bermanfaat.
—
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
SUMBER: https://muslim.or.id/19315-hari-ibu-setiap-hari-bukan-setahun-sekali.html
@muslimorid
KENIKMATAN TERBESAR PENDUDUK SURGA: MELIHAT WAJAH ALLAH TA’ALA
Nikmat terbesar yang akan diperoleh penduduk surga adalah ketika mereka melihat Allah Ta’ala secara langsung. Ini adalah salah satu prinsip pokok akidah ahlus sunnah wal jamaah, berbeda dengan akidah sebagian kelompok yang menyimpang dari ahlus sunnah. [1]
Diriwayatkan dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaih wasallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟
“Apabila penduduk surga telah masuk ke dalam surga, Allah Ta’ala berfirman, ‘Apakah kalian ingin sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada kalian?’ Penduduk surga menjawab, ‘Bukankah Engkau telah membuat wajah-wajah kami menjadi putih? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menjauhkan kami dari neraka?’”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ، فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ
“Lalu Allah membukakan pembatas (hijab). Tidak ada satu pun anugerah yang telah diberikan kepada mereka yang lebih mereka cintai daripada anugerah dapat memandang Rabb mereka” (HR. Muslim no. 181).
Sahabat muslim, yuk simak pembahasan lainnya disini. Klik https://muslim.or.id/35309-jalan-jalan-menuju-surga-04.html
Penulis: Muhammad Saifudin Hakim
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
ZIARAH KUBUR BAGI WANITA
Tentang boleh atau tidaknya para wanita berziarah kubur, para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Di antara mereka ada yang mengharamkan, ada yang memakruhkan, dan ada yang membolehkan. Adapun pendapat yang lebih kuat adalah adalah pendapat yang menyatakan bolehnya wanita berziarah kubur, namun tidak terlalu sering, hanya sesekali saja (tidak berlebih-lebihan). Pendapat tersebut didasarkan atas beberapa dalil dan argumentasi berikut ini.
Dalil ke-1
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا
“Aku dahulu pernah melarang kalian ziarah kubur, maka (sekarang) ziarahlah kalian” (HR. Muslim no. 2305 dalam Kitabul Janaiz Bab “Nabi Meminta Izin ke Rabb-nya untuk Menziarahi Kubur Ibunya”).
Keumuman lafadz ”maka (sekarang) ziarahlah kalian”, mencakup para wanita juga. Karena ketika Nabi melarang ziarah kubur pada masa awal Islam, maka hal itu mencakup laki-laki dan wanita. Oleh karena itu, ketika beliau mensabdakan ”maka (sekarang) ziarahlah kalian”, dapat dipastikan bahwa yang dimaksud beliau adalah kedua jenis ini (laki-laki dan wanita) juga. Kalau hanya ditujukan kepada kaum laki-laki saja, niscaya susunan kalimat akan terasa janggal. Hal ini tidak mungkin terjadi bagi seseorang yang telah dianugerahi jawami’ul kalim (kalimat yang ringkas, bagus, dan maknanya padat mencakup).
Dalil ke-2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa ziarah kubur kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan lafadz,
السَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَلاَحِقُونَ
“Assalamu’alaikum (semoga kesejahteraan atas kalian) wahai penghuni kubur, dari kaum mu’minin dan kaum muslimin. Semoga Allah merahmati orang-orang yang datang lebih dahulu maupun yang datang belakangan di antara kalian Sesungguhnya kami, insya Allah akan menyusul kalian. Kami memohon kepada Allah keselamatan untuk kami dan kalian” (HR. Muslim no. 974)
Hadits ini menunjukkan bahwa dispensasi (setelah sebelumnya dilarang) untuk berziarah kubur juga mencakup bagi kaum wanita, karena Nabi mengajarkan doa tersebut kepada ‘Aisyah.
Dalil ke-3
Persetujuan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap perbuatan seorang wanita yang beliau lihat di sisi kubur. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِامْرَأَةٍ تَبْكِى عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ « اتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى » . قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّى ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِى ، وَلَمْ تَعْرِفْهُ . فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – . فَأَتَتْ بَابَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ . فَقَالَ « إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى »
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur. Rasulullah berkata, ’Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah!’ Wanita tersebut berkata, ’Menyingkirlah dariku, karena kamu tidak tertimpa musibah sepertiku’. Wanita tersebut tidak mengetahui bahwa itu adalah Nabi. Lalu dia diberitahu bahwa yang menegurnya adalah Nabi, maka dia kemudian mendatangi rumah beliau. Dia tidak mendapati penjaga di rumah beliau. Dia berkata, ‘Aku tidak mengetahui bahwa itu engkau’. Maka Nabi berkata, ‘Kesabaran itu hanyalah di awal musibah’”. (HR. Bukhari no. 1283 dan Muslim no. 2179. Lafadz hadits ini adalah milik Bukhari).
Jika ziarah kubur bagi wanita tetap dilarang, maka tentu Rasulullah akan melarangnya secara langsung dan menjelaskan hal itu kepadanya, dan tidak cukup hanya dengan memerintahkannya untuk bertakwa secara global.
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/26982-bolehkah-wanita-berziarah-kubur.html
Penulis: Muhammad Saifuddin Hakim
@muslimorid
MEMAKNAI TAHUN BARU BAGI SEORANG MUSLIM
Segala puji bagi Allah yang menjadikan malam dan siang silih berganti sebagai ‘ibrah (pelajaran) bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, hamba-Nya yang paling bersyukur, dan utusan-Nya yang mengajarkan bagaimana bersyukur dengan sebaik-baiknya kepada umatnya, amma ba’du.
“Di dalam berjalannya waktu, silih bergantinya hari dan berlalunya bulan dan tahun, terdapat pelajaran yang berharga bagi orang yang mau merenungkannya.
Tidak ada satu tahun pun berlalu dan tidak pula satu bulan pun menyingkir melainkan dia menutup lembaran-lembaran peristiwanya saat itu, pergi dan tidak kembali, jika baik amal insan pada masa tersebut, maka baik pula balasannya, namun jika buruk, penyesalanlah yang mengikutinya
Setiap masuk tahun baru (Hijriyyah), manusia menitipkan lembaran-lembaran tahun yang telah dilewatinya, sedangkan dihadapannya ada tahun baru yang menjelang
Bukanlah inti masalah ada pada kapan tahun baru usai dan menjelang, akan tetapi yang menjadi inti masalah adalah dengan apa kita dahulu mengisi tahun yang telah berlalu itu dan bagaimana kita akan hiasi tahun yang akan datang.
Dalam menyongsong tahun baru (Hijriyyah), seorang mukmin adalah sosok insan yang suka tafakkur (berpikir) dan tadzakkur (merenung)”
Apa yang perlu dipikirkan dan direnungkan? Sahabat muslim, yuk simak disini. Klik https://muslim.or.id/24096-memaknai-tahun-baru-bagi-seorang-muslim.html
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukkasyah
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
INILAH LARANGAN MERAYAKAN HARI NAIRUZ, HARI TAHUN BARU NON-MUSLIM
Terdapat hadits mengenai larangan merayakan hari raya non-muslim yaitu Nairuz dan Mihrajan yang merupakan hari raya orang kafir saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang di Madinah. Saat itu mereka mempunyai kebiasaan merayakan hari Nairuz dan mihrajan. Nairuz adalah hari di awal tahun baru masehi (syamsiyyah) versi Majusi, sedangkan Mihrajan hari raya 6 bulan setelahnya. Mendapati fenomena ini saat di Madinah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan bahwa umat Islam sudah mempunyai dua hari raya yaitu ‘iedul Fithri dan ‘Iedul Adha, tidak perlu ikut-ikutan merayakan hari raya tersebut.
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata,
لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
“Dahulu orang-orang Jahiliyyah memiliki dua hari di setiap tahun yang malan mereka biasa bersenang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke kota Madinah, beliau bersabda,
“Dahulu kalian memiliki dua hari di mana kalian bersenang-senang ketika itu. Sekarang Allah telah menggantikan untuk kalian dengan dua hari besar yang lebih baik yaitu Idul Fithri dan Idul Adha.” [HR. Abu Daud no. 1134; An-Nasa’i no. 1556. Shahih]
Sahabat muslim, yuk simak pembahasannya disini. Klik https://muslim.or.id/35450-larangan-merayakan-hari-nairuz-hari-tahun-baru-non-muslim.html
Penyusun: Raehanul Bahraen
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
[ Jika diamalkan, ia akan melunakkan hati ]
---
Betapa nikmatnya,
Setiap ilmu yang telah kita pelajari, kemudian berbondong-bondong akan kita amalkan..
Setiap pertemuan dalam halaqah ilmu, menjadikan kita semakin bersemangat dalam beramal..
---
Betapa berbahagianya,
Setiap ilmu yang kita amalkan, kelak akan menjadi pembela kita di hari akhir..
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
القرآن حجة لك أو عليك
"Sesungguhnya Al Qur'an (ilmu) bisa jadi akan menjadi hujjah (pembela) bagimu atau bisa menjadi bumerang bagimu (tatkala tidak diamalkan)" (HR Muslim)
---
Betapa berbahagianya,
Hati kita yang sekeras batu, apabila ditetesi cucuran ilmu, kemudian kita alirkan dengan beramal, maka akan dapat melunakkan hati..
Pula sebaliknya,
Jika ilmu tersebut mengendap tanpa diamalkan, maka akan melahirkan kesombongan.. Wal iyadzubillah..
إذا تعلم العبد العلم ليعمل به كسره علمه، وإذا تعلم العلم لغير العمل به زاده فخرا.
"Jika seseorang mencari ilmu untuk diamalkan, Ilmunya akan melunakkan hatinya. Jika ia mencari ilmu bukan untuk diamalkan, Ilmunya akan menambah kesombongannya."
- Hilyatul Auliya
@kemuslimahan_ypia
#ypiayogyakarta #ilmu #amal #hati #sombong
=====
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
📱 085747223366 | @ypiaorid
🌐 www.ypia.or.id
Jagalah lisan dan perbuatan karena semua itu ada pertanggungjawabannya. Silakan di-share.
Читать полностью…MENYIKAPI PERAYAAN TAHUN BARU
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap umat beragama memiliki hari-hari besar dan perayaan-perayaannya. Akan tetapi, setiap dari mereka memiliki perbedaan cara dalam merayakannya.
Sebagian di antara umat beragama, ada yang memperingati hari besarnya dengan hiruk-pikuk dan pesta pora seperti berkumpul di malam hari, meniup terompet, membunyikan lonceng atau menghujani langit dengan petasan dan juga kembang api. Mereka sangat gembira ria pada tengah malam.
Akan tetapi ada kelompok kedua yang berbeda dengan kelompok pertama tadi, dimana kelompok kedua ini merayakan hari besarnya dengan sunyi senyap sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Bali.
Apabila datang hari raya Nyepi, mereka melakukan catur brata. Pada hari itu mereka melakukan pati geni (memadamkan cahaya), pati karya (berhenti atau tidak beraktivitas), pati lelungan (tidak bepergian), pati lelanguan (tidak mencari hiburan). Sehingga pada hari Nyepi, mereka hanya diam di rumahnya masing-masing, memadamkan cahaya, tidak beraktivitas, dan tidak bepergian jauh.
Ada juga kelompok ketiga yang lebih aneh lagi dalam merayakan hari besarnya. Mereka memperingati hari besarnya dengan tangisan, ratapan, menjerit-jerit, memukul dada, bahkan merobek-robek baju serta menyakiti diri. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Syiah Rafidhah yang mana mereka melakukan ritual penyesalan diri terhadap kematian Husein –radhiyallahu ‘anhu – .
Sebenarnya di antara perbedaan cara ketiga kelompok tersebut, mereka memiliki satu niat yang sama yaitu taqarrub ilallah (beribadah kepada Allah). Mereka merayakan hari-hari besar tersebut dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada TuhanYang Maha Kuasa.
Akan tetapi ketika mereka menginginkan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka artinya mereka tengah melakukan ibadah. Dan sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam masalah ibadah, Islam telah mengaturnya sebagaimana yang telah dikatakan oleh para ulama:
الأَصْلُ فِي العِبَادَاتِ البُطْلاَنُ حَتىَّ يَقُوْمَ دَلِيْلُ عَلَى الأَمْرِ
“Hukum asal ibadah itu terlarang/batal sampai ada dalil yang memerintahkannya.”
Oleh karena itu, hari raya merupakan ibadah sehingga harus ada aturannya atau dalil yang memerintahkannya. Jika tidak, maka berlaku hukum baginya sebagaimana hadits riwayat Muslim:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak ada dasarnya dalam urusan (agama) kami, maka amal itu tertolak.”
Jadi sebenarnya –dalam Islam–, hari raya itu apa? Hari raya apa saja yang legal dalam Islam?
Dikatakan dalam sebuah riwayat, dari Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu -:
كان لأهل الجاهلية يومان في كل سنة يلعبون فيهما، فلما قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة قال: كان لكم يومان تلعبون فيهما، وقد أبدلكم الله بهما خيرا منهما: يوم الفطر ويوم الأضحى.
“Dahulu, orang Arab Jahiliyyah mempunyai dua hari raya dimana mereka bersenang-senang pada hari raya tersebut. Kemudian ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah dan menjumpai masyarakat Madinah yang ternyata mereka pun merayakan dua hari raya tersebut, yaitu hari raya Jahiliyah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melarangnya, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Mulai detik ini, kita hapuskan semua hari raya kecuali dua hari raya sebagai penggantinya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.”
Oleh karena itu, bisa kita tarik kesimpulan bahwa hari raya yang sesuai dengan Islam hanya dua yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
SELENGKAPNYA: https://muslimah.or.id/8100-menyikapi-perayaan-tahun-baru-masehi.html
Penulis: Ustadzah Pipit Aprilianti
Siapa diantara kita yang tak berbunga hatinya?
Ketika melihat para kawula muda, berkejaran dalam curahan hujan hidayah..
Semakin berbahagia;
Tatkala anak-anak muda yang larut dalam majelis itu, berada disekitar kita..
Masyaa Allah..
—-
[ Reportase Kegiatan Pesantren Liburan ]
Alhamdulillah,
Rangkaian Kegiatan Pesantren Liburan Nasional YPIA telah dilaksanakan pada pekan ini, sejak tanggal 24 Desember 2017 sampai 14 Januari 2018 nanti.
Melihat para kawula muda yang sangat bersemangat mengikuti rangkaian kegiatan tersebut, membuat hati ini meleleh..
Betapa tidak,
Bukan hanya dari mahasiswa di Yogyakarta saja, namun ada yang dari Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan Sumatera..
✅ Peserta Bahasa Arab Intensif sekitar 250-an orang
✅ Peserta Tahsin Al Qur'an sekitar 40-an orang
✅ Peserta Kajian Islam Intensif sekitar 100-an orang
Masyaa Allah,
Barakallahu fiihim...
—-
Berikut ini Reportase Singkat Kegiatan Pesantren Liburan Nasional YPIA oleh Tim Radio Muslim Yogyakarta,
Penasaran kegiatannya seperti apa? Silahkan cek saja videonya :
http://bit.ly/ReportasePesantrenLiburan
—-
Semoga Allah _Ta'ala_ memberkahi acara ini.. Aamiin..
=====
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
📱 085747223366 | @ypiaorid
🌐 www.ypia.or.id
NABI ISA PALING DICINTAI NABI MUHAMMAD
Ternyata Nabi Isa itu paling dicintai oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ada perintah bagi kaum Nashrani untuk mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan nanti akan dijelaskan pula bahwa agama para nabi itu satu, yaitu Islam dan Tauhid.
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam shahihnya :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ حَدَّثَنَا فُلَيْحُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا هِلَالُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
Muhammad bin Sinan menuturkan kepada kami. Dia berkata; Fulaih bin Sulaiman menuturkan kepada kami. Dia berkata; Hilal bin Ali menuturkan kepada kami dari Abdurrahman bin Abi ‘Amrah dari Abu Hurairah –radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku adalah orang yang paling dekat dan paling mencintai Isa bin Maryam di dunia maupun di akhirat. Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu.” (HR. Bukhari dalam Kitab Ahadits al-Anbiya’, lihat Fath al-Bari [6/550]. Diriwayatkan pula oleh Muslim dalam Kitab al-Fadha’il dengan redaksi yang agak berbeda)
Hadits yang agung ini menyimpan pelajaran berharga bagi kita. Yuk simak disini sahabat muslim. Klik https://muslim.or.id/19347-nabi-isa-paling-dicintai-nabi-muhammad.html
Penulis: Ustadz Ari Wahyudi, SSi
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
MENOLAK BALA TETAPI MENGUNDANG MURKA
Semua orang tentu mendambakan keselamatan dan kebahagiaan, sehingga apabila ada bencana yang mengancam mereka pun berusaha menangkalnya. Dan jika bencana sudah menimpa, maka berbagai cara pun ditempuh untuk menghilangkannya. Dalam keadaan seperti ini, orang yang tidak memiliki pemahaman tauhid yang benar sangat rawan terjerumus dalam kesyirikan.
Hanya Allah Sumber Keselamatan
Seorang muslim harus yakin bahwasanya hanya Allah lah yang menguasai seluruh kebaikan dan mudharat, baik yang belum menimpa maupun yang sudah menimpa. Allah ta’ala berfirman, “Katakanlah: Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudhratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah: Cukuplah Allah bagiku, kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri.” (QS. Az Zumar [39]: 38)
Ayat ini dan ayat-ayat yang semacamnya memupus ketergantungan hati kepada selain Allah dalam meraih kebaikan atau menolak madharat, dan menunjukkan bahwasanya ketergantungan hati kepada selain Allah itu termasuk perbuatan mempersekutukan-Nya.
Prinsip Penting Dalam Pengambilan Sebab
Seorang yang ingin meraih manfaat atau menolak mudharat tentunya berusaha menempuh sebab demi tercapainya keinginannya. Dalam menempuh sebab ini ada tiga pedoman yang harus diperhatikan.
Sahabat muslim, yuk simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/601-menolak-bala-tetapi-mengundang-murka.html
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
LARANGAN MENGUCAPKAN “SELAMAT” PADA HARI RAYA NON-MUSLIM
Larangan mengucapkan selamat bagi non-muslim pada hari raya mereka merupakan ijma’ para ulama. Apapun alasannya, tentu tidak dibenarkan, semisal alasan “sekedar formalitas”, ini adalah alasan yang dibuat-buat. Perayaan hari raya orang lain adalah merayakan “Allah disekutukan” dan merayakan “Tuhan lain disembah selain Allah”, tentu dalam hal ini seorang muslim harus kuat aqidahnya.
Salah satu peran ijma’ adalah mencegah munculnya pendapat setelahnya lagi yang menyelisihi, agar umat selalu bersatu.
Al-Qadhi Abu Ya’la rahimahullah berkata,
ﺍﻹﺟﻤﺎﻉ ﺣﺠﺔ ﻣﻘﻄﻮﻉ ﻋﻠﻴﻬﺎ، ﻳﺠﺐ ﺍﻟﻤﺼﻴﺮ ﺇﻟﻴﻬﺎ، ﻭﺗﺤﺮﻡ ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ
“Ijma’ adalah hujjah yang pasti, wajib kembali padanya dan diharamkan menyelisihinya” [Al-‘Uddah 4/1058]
Sahabat muslim, mari simak pembahasannya disini. Klik https://muslim.or.id/35319-ijma-ulama-larangan-mengucapkan-selamat-pada-hari-raya-non-muslim.html
Penyusun: Raehanul Bahraen
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
SIMBOL AGAMA NASHRANI, NABI SURUH LEPAS
‘Adi bin Hatim pernah berkata bahwa beliau pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di lehernya terdapat salib dari emas. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
يَا عَدِىُّ اطْرَحْ عَنْكَ هَذَا الْوَثَنَ
“Wahai ‘Adi buang berhala yang ada di lehermu.” (HR. Tirmidzi no. 3095, hasan menurut Syaikh Al Albani)
Kita tahu bahwa ‘Adi bin Hatim dulunya adalah Nashrani, sehingga masih ada bekas-bekas agamanya yang dulu. Wajar ketika itu beliau masih menggunakan salib. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suruh melepas simbol agama Nashrani tersebut. Tentu hal yang sama akan diberlakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika melihat pegawai, karyawan, pelayan dan pengemudi muslim mengenakan simbol Nashrani berupa topi santa klaus atau sinterklas. Karena kita umat Islam pun setuju, itu bukan simbol perayaan kita.
Sahabat muslim, yuk simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/19156-karyawan-toko-dengan-topi-sinterklas.html
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.