Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita:
“Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu bertanya:
“Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik?”,
Beliau menjawab: “Yang paling baik akhlaknya”,
Orang ini bertanya lagi: “Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?”,
Beliau menjawab: “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang berakal”.
(HR. Ibnu Majah dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Ibnu Majah)
Semakin Ingat Allah dalam Kondisi Lapang dan Nyaman
Di antara nasihat indah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sampaikan adalah,
“Kenalilah Allah di saat senang (lapang), niscaya Allah akan mengenalmu di saat susah.” (HR. Tirmidzi no. 2516; Ahmad, 1: 293; Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 14: 408. Syekh Syu’aib Al-Arnauth dalam tahqiq beliau terhadap Musnad Imam Ahmad menyatakan bahwa sanad hadis ini kuat)
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/96049-semakin-ingat-allah-dalam-kondisi-lapang-dan-nyaman.html
Hukum Salat Jenazah di Pemakaman setelah Jenazah Dimakamkan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
“Bahwasanya seorang laki-laki atau wanita yang paling hitam kulitnya dahulu menjadi tukang sapu masjid. Kemudian dia meninggal dunia dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengetahui tentang kamatiannya. Suatu hari, beliau teringat tentang orang tersebut. Maka, beliau bersabda, ‘Apa yang telah terjadi dengan orang itu?’ Mereka (para sahabat) menjawab, ‘Dia telah meninggal, wahai Rasulullah.’ Lalu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Mengapa kalian tidak memberitahu aku?’ Mereka menjawab, “Kejadiannya begini, begini … “ Lalu, mereka menjelaskan. Kemudian beliau bersabda, ‘Tunjukkan kepadaku makamnya.’ Maka, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi makam orang itu, kemudian menyalatinya.” (HR. Bukhari no. 1337 dan Muslim no. 956)
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/86332-hukum-salat-jenazah-di-pemakaman.html
“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal: “Bersegera tobat, puas hati dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; menunda tobat, tidak rida dengan keadaan dan malas ibadah”
Ad Daqqaq rahimahullah
At Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah
Penjelasan Kitab Ta’jilun Nada (Bag. 10): Fi’il Mudhari (3)
Fi’il mudhari’ تَقُوْمُوْنَ adalah fi’il marfu’ dengan tanda tsubutu an-nun (tetapnya huruf nun) karena bersambung dengan wawu jama’ah (yang menunjukkan orang ketiga laki-laki banyak). Apabila bersambung dengan nun taukid, contohnya adalah هَلْ تَقُوْمُنَّ بِوَاجِبِكُمْ ؟.
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/96088-penjelasan-kitab-tajilun-nada-bag-10-fiil-mudhari-3.html
Mengamalkan Sunah Nabi ketika Banyak yang Meninggalkannya
https://youtu.be/baxF2n8ozEg
Langkah Menyederhanakan Hati (Bag. 2)
Banyak nikmat yang berlalu tanpa dirasa, seperti: nafas ringan, pencernaan lancar, negeri aman, dan terlalu banyak hal ‘sepele’ lainnya yang belum benar-benar kita nikmati dan syukuri selama ini. Padahal, ribuan tahun lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah bersabda mewanti-wanti,
“Siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, tidak akan mensyukuri yang banyak.” [HR. Ahmad, dinilai hasan oleh Al-Albani]
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/96031-langkah-menyederhanakan-hati-bag-2.html
Hukum Menikahi Saudara Sepupu
Para ulama sepakat bahwa pernikahan hanya sah antara pasangan yang bebas dari halangan-halangan secara syariat. Halangan-halangan syariat adalah hubungan yang ditetapkan oleh syariat sebagai sebab diharamkannya pernikahan antara laki-laki dan perempuan, baik secara permanen maupun sementara. Para ulama membahas hal ini dalam bab Al-Muharramat fin Nikah.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/96204-hukum-menikahi-saudara-sepupu.html
Berdakwah, Tapi Tidak Mendakwahkan Tauhid
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan ditanya, “Fadhilatus syaikh, bagaimana pandangan anda mengenai sebagian da’i yang tidak mendakwahkan tauhid. Namun mereka hanya mendakwahkan akhlak mulia dalam mayoritas ceramah dan khutbah mereka”.
Beliau menjawab:
“Dakwah yang demikian tidaklah bermanfaat sama sekali. Ini sebagaimana badan yang tidak ada kepalanya, maka ia menjadi mayit. Badan jika tidak ada kepalanya, maka bagian badan lainnya tidak bermanfaat. Dakwah yang tidak mendakwahkan tauhid, itu semisal dengan badan yang tidak ada kepalanya. Melelahkan namun tidak ada faidahnya.
Kalau ada orang yang baik akhlaknya, suka bersedekah, mengerjakan shalat, namun ia berbuat kesyirikan, tidak akan diterima semua amalannya. Karena yang membuat amalan menjadi sah adalah tauhid. Dan yang membatalkan amalan-amalan ialah syirik. Maka wajib kita memberikan perhatian pada dakwah tauhid ini.
Berdakwah tanpa dakwah tauhid, sama saja tidak berdakwah. Bahkan berdakwah tanpa dakwah tauhid, tidak adanya lebih baik daripada adanya. Karena ini memperdaya manusia, orang-orang mengira dakwah demikianlah yang benar.
Tidak ada Rasul yang tidak memulai dakwahnya dengan tauhid. Silakan anda perhatikan dakwah para Rasul, dari yang terdahulu hingga yang terakhir yaitu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, mereka demikian (mendakwahkan tauhid)”.
Selengkapnya: https://muslim.or.id/26222-berdakwah-tapi-tidak-mendakwahkan-tauhid.html
Silakan share...
Bagaimanakah cara melakukan puasa Asyura?
Puasa ‘Asyura ada tiga tingkatan[1] yang bisa dikerjakan;
Pertama: Berpuasa sebelum dan sesudahnya. Yaitu tanggal 9-10-11 Muharrom. Dan inilah yang paling sempurna.
Kedua: Berpuasa pada tanggal 9 dan 10, dan inilah yang paling banyak ditunjukkan dalam hadits.
Ketiga: Berpuasa pada tanggal 10 saja[2].
Adapun berpuasa hanya tanggal 9 saja tidak ada asalnya. Keliru dan kurang teliti dalam memahami hadits-hadits yang ada.[3]
Berkaitan dengan cara pertama, yaitu berpuasa tiga hari (9-10-11) para ulama melemahkan hadits Ibnu Abbas[4] yang menjadi sandarannya.[5] Namun demikian, pengamalannya tetap dibenarkan oleh para ulama[6], dengan alasan sebagai berikut[7];
Pertama: Sebagai kehati-hatian. Karena bulan Dzulhijjah bisa 29 atau 30 hari. Apabila tidak diketahui penetapan awal bulan dengan tepat, maka berpuasa pada tanggal 11-nya akan dapat memastikan bahwa seseorang mendapati puasa Tasu’a (tanggal 9) dan puasa ‘Asyura (tanggal 10).
Kedua: Dia akan mendapat pahala puasa tiga hari dalam sebulan, sehingga baginya pahala puasa sebulan penuh.[8]
Ketiga: Dia akan berpuasa tiga hari pada bulan Muharrom yang mana nabi telah mengatakan;
Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Alloh al-Muharrom.[9]
Keempat: Tercapai tujuan dalam menyelisihi orang Yahudi, tidak hanya puasa ‘Asyura, akan tetapi menyertakan hari lainnya juga[10]. Allohu A’lam.
Lanjut baca: https://muslim.or.id/23267-cara-melakukan-puasa-asyura.html
Ust. Syahrul Fatwa
🎙️ [ PENERIMAAN SANTRI BARU MA’HAD AL-‘ILMI YOGYAKARTA ]
* Tahun Ajaran 1446/1447 H – 2024/2025
* Program 1 tahun (2 semester)
* Kelas offline dan online
* Terbuka untuk umum
* Mahasiswa dan non mahasiswa
* Putra/putri (ikhwan/akhowat)
💡 Menimba ilmu syar’i sembari kuliah/bekerja, mengapa tidak?
Info selengkapnya:
https://mahadilmi.id/psb1446h/
Barakallahu fiikum
Di Antara Keutamaan Tauhid
Di antara keutamaan tauhid yang tidak bisa disamai oleh amal apapun adalah jika tauhid itu sempurna di dalam hati serta terwujud secara utuh dalam bentuk keikhlasan yang murni, maka ia akan mengubah amal yang sedikit menjadi besar nilainya, amal dan ucapannya pun menumbuhkan pahala yang berlipat ganda tanpa batasan dan perhitungan.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95971-di-antara-keutamaan-tauhid.html
Menjadi Ayah Teladan
Siapa pun kita, sebagai seorang Ayah, tak ada kata terlambat untuk memulai dari awal. Menjadi seorang teladan dalam rumah tangga, menjadikan role model Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai tolok ukur sikap dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan rumah tangga. Sehingga, ikhtiar kita untuk mempertanggungjawabkan ketakwaan keluarga kita kepada Allah Ta’ala telah maksimal kita tunaikan.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95899-menjadi-ayah-teladan.html
Nasihat untuk Pemuda Muslim dari Ulama Zaman Ini
Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sesungguhnya sebab-sebab (yang mendukung terjadinya) penyimpangan dan (banyak) masalah (di kalangan) para pemuda sangat banyak dan bermacam-macam. Karena manusia di masa remaja akan mengalami pertumbuhan pada fisik, pikiran, dan akalnya. Karena masa remaja adalah masa pertumbuhan, sehingga timbullah perubahan yang sangat cepat (pada dirinya). Oleh karena itu, dalam masa ini sangat dibutuhkan tersedianya sarana-sarana untuk membatasi diri, mengekang nafsu, dan pengarahan yang bijaksana untuk menuntun ke jalan yang lurus.” (Min Musykilatisy Syabab, hal. 12)
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/96055-nasihat-untuk-pemuda-muslim-dari-ulama.html
Waspada Oknum “Ustaz/Khatib” Tak Berilmu di Youtube
Hendaknya kita berhati-hati dengan “oknum ustaz atau khatib yang tidak berilmu” di Youtube. Sebagian kaum muslimin mengira mereka adalah ustaz yang berilmu, padahal tidak demikian halnya. Mereka bukan ustaz yang memahami agama yang baik, seperti memahami akidah, tauhid, ilmu-ilmu ushul, Bahasa Arab dan sebagainya, atau tidak jelas dari mana mereka menuntut ilmu dan guru-gurunya. Oknum ini mudah menjadi terkenal di zaman ini dengan cara:
Sering muncul di Youtube
Membahas perkara-perkara yang menghebohkan dan menimbulkan kontroversi
Berpenampilan dengan penampilan seolah-olah orang berilmu, misalnya gamis dan jubah
Mewaspadai Bahaya Oknum Ustaz
Karena terlanjur dianggap berilmu oleh masyarakat, akhirnya oknum ini sering berfatwa tanpa ilmu. Inilah yang dimaksud dengan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa kelak nanti akan BANYAK “khatib/ustaz” akan tetapi tidak berilmu (maaf, sebagian menyebutnya tukang khutbah) dan kaum muslimin menyangka dia adalah orang yang berilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila tidak tersisa lagi seorang ulama, maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka memberi fatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” [HR. Bukhari]
Lanjut baca: https://muslim.or.id/51348-waspada-oknum-tak-berilmu-di-youtube.html
Ustadz dr. Raehanul Bahraen
Buat teman-teman yang butuh kalender 1446 hijriah, silakan download file kalender siap cetak berikut ini
Klik >> https://store.muslim.or.id/produk/merchandise/kalender-1446-hijriah/
---
READY STOCK!!!
Kaos Official Muslim.or.id >> https://store.muslim.or.id/produk/kaos/kaos-official-muslimorid/
Kaos Palestina >> https://store.muslim.or.id/produk/kaos/kaos-palestina/
Barakallahu fiikum
“Wahai manusia, sesungguhnya kalian mengucapkan: “Kiamat, kiamat…” maka ketahuilah, siapa yang mati mulai saat itulah dibangkitkan kiamat dia.”
Al Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu
Al Mustadrak ‘Ala majmu’ al Fatawa, 1/88
Faedah dan Kandungan Doa Keluar Rumah
Doa keluar rumah, redaksi dan bacaannya sangat beragam. Maka, yang akan kita bahas pada artikel kali ini adalah salah satu doa yang tidak pernah dilupakan dan ditinggalkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi, sayangnya banyak dari kita yang belum tahu dan mengamalkan doa tersebut.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/96394-faedah-dan-kandungan-doa-keluar-rumah.html
“Renungkanlah wahai manusia, (sebenarnya) kamu akan dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian tidak ada batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang manusia keluar dari rumahnya dan tidak kembali kepadanya (karena mati), terkadang manusia duduk di atas kursi kantornya dan tidak bisa bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat pemandian mayatnya (karena mati).
Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan umur, dengan tobat kepada Allah Azza wa Jalla. Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa dirinya bertobat, kembali, menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan.”
Ibnu Utsaimin rahimahullah
Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474
“Dan ini adalah bukti yang paling besar akan kemuliaan dan keutamaan ilmu serta keagungan hasilnya, karena sesungguhnya pahalanya akan sampai kepada seseorang (yang mengajarkan ilmu) setelah kematiannya selama ilmu tersebut diambil manfaatnya, seakan-akan dia hidup, tidak terputus amalnya bahkan dibarengi dengan ingatan dan pujian selalu untuknya, mengalirnya pahala kepadanya di saat seluruh manusia terputus dari mereka, amalan mereka adalah merupakan KEHIDUPAN KEDUA."
Ibnul Qayyim rahimahullah
Miftah Dar As Sa’adah
Fikih Memperbanyak Doa ketika Sujud
Berikut ini pembahasan-pembahasan ringan, namun menyeluruh (insyaAllah Ta’ala) tentang fikih memperbanyak doa ketika sujud.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/96202-fikih-memperbanyak-doa-ketika-sujud.html
“Tanda orang ikhlas itu adalah apabila diingatkan kesalahannya ia tidak merasa panas hatinya tidak juga ngeyel. Justru ia mengakui kesalahannya dan mendo’akannya, 'Semoga Allah merahmati orang yg mengingatkan kesalahanku.'”
Adz-Dzahabi rahimahullah
Siyar Adz-Dzahabi, 13/439
Biografi Thalhah bin Ubaidillah
Nama beliau adalah Thalhah bin Ubaidillah bin ‘Utsman bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik.
Nasab Thalhah bin Ubaidillah bertemu dengan nasab Abu Bakar Ash Shiddiq di Taim bin Murrah dan bertemu dengan nasab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Murrah bin Ka’ab.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95969-biografi-thalhah-bin-ubaidillah.html
“Apabila seorang guru atau ustaz menyuruh untuk menjauhi seseorang atau menghajrnya atau semisalnya, hendaknya dilihat, bila orang tersebut telah melakukan dosa secara syariat maka ia diberi sanksi sebatas dosanya saja dan tidak boleh lebih. Dan bila ia tidak melakukan dosa secara syariat, maka tidak boleh memberinya sanksi hanya karena mengikuti keinginan guru”
Syekhul Islam ibnu Taimiyah
Majmu Fatawa, jilid 28
Nasihat ketika Konflik Rumah Tangga di Ujung Tanduk
Kehidupan rumah tangga memang tidak terlepas dari konflik, yang bisa jadi semakin membesar dan semakin sulit diurai. Suasana menjadi dingin, komunikasi semakin sulit, hingga kondisi tersebut menjadi di ujung tanduk, dan mulai berpikir ke arah perceraian. Lalu, bagaimana menyikapi hal ini?
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/96129-nasihat-ketika-konflik-rumah-tangga-di-ujung-tanduk.html
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.“ [HR. Bukhari]
“Siapa yang mendatangi penguasa dan ber-mudahanah (menjilat) maka ia pasti jatuh kepada fitnah. Adapun jika ia tidak ber-mudahanah, ia memberi nasihat dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar maka kedatangannya termasuk jihad yang paling utama”
Al Mudzhir
Tuhfatul Ahwadzi, 6/533