Keyakinan Adanya Hari Sial
Pertanyaan:
Bolehkah meyakini adanya hari sial? Sehingga pada hari yang dianggap sial tersebut pantang diadakan acara-acara seperti pernikahan, peresmian, launching produk, dan semisalnya. Jazakumullah khayran.
Jawaban:
Alhamdulillahi hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi, ash-shalatu was salamu ‘ala alihi wa shahbihi. Amma ba’du.
Tidak ada yang namanya hari sial. Ini adalah bentuk khurafat yang diyakini sebagian masyarakat. Dan keyakinan adanya hari sial ini mengandung beberapa penyimpangan terhadap aqidah Islam. Di antaranya:
Termasuk thiyarah
Thiyarah adalah anggapan sial terhadap sesuatu dengan adanya pertanda-pertanda. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
الطِّيَرَةُ شِركٌ ، الطِّيَرَةُ شِركٌ ، الطِّيَرَةُ شِركٌ ، وما منا إلا ، ولكنَّ اللهَ يُذهِبُه بالتَّوَكُّلِ
“Thiyarah adalah kesyirikan, thiyarah adalah kesyirikan, thiyarah adalah kesyirikan. Dan setiap kita pasti pernah mengalaminya. Namun Allah hilangkan itu dengan memberikan tawakal (dalam hati)” (HR. Abu Daud no. 3910, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).
Thiyarah disebut juga dengan tathayyur. Ibnul Qayyim menjelaskan mengatakan :
التطـيُّر: هو التشاؤم من الشيء المرئي أو المسموع
“At-tathayyur artinya merasa sial karena suatu pertanda yang dilihat atau didengar” (Miftah Daris Sa’adah, 3/311).
Dan menganggap hari-hari tertentu sebagai hari sial dengan pertanda-pertanda tertentu, ini termasuk thiyarah. Thiyarah adalah kesyirikan sebagaimana disebutkan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadis di atas. Orang yang melakukan thiyarah menyandarkan kebaikan dan keburukan, untung dan sial, selamat dan bencana, kepada selain Allah. Padahal itu semua terjadi atas ketetapan Allah. Allah ta’ala berfirman :
فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Jika datang kebaikan pada mereka, mereka berkata: ini karena kami. Jika datang keburukan pada mereka, mereka ber-thiyarah dengan Musa dan kaumnya. Ketahuilah sesungguhnya yang menetapkan ini semua adalah Allah namun kebanyakan mereka tidak mengetahui” (QS. Al-A’raf: 131).
Simak:
https://konsultasisyariah.com/38543-keyakinan-adanya-hari-sial.html
@fawaid_kangaswad
Bolehkah puasa Syawal setelah bulan Syawal?
https://www.youtube.com/watch?v=o1ezpB4iTwM
“Dahulu, jika kami mendengar orang mengatakan ‘Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda’; mata-mata kami langsung tertuju kepadanya, dan telinga-telinga kami juga langsung mendengarkannya dengan seksama.
Lalu ketika orang-orang menaiki tunggangan yang liar dan jinak (yakni: menceburkan diri dalam urusan yang tidak mereka kuasai dengan baik); maka kami pun tidak mengambil dari orang-orang, kecuali ilmu yang kami ketahui (sebelumnya)”
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma
Muqaddimah Shahih Muslim, 1/13
Berlari Menuju Allah
Ibadah “berlari menuju Allah” (الفرار الى الله) adalah berlari menuju Allah untuk mendapatkan keselamatan atau perlindungan dari murka Allah dan dari api neraka. Ibadah ini memiliki kedudukan yang agung. Demikian pula, Allah telah menyiapkan balasan bagi orang-orang yang bersegera berlari menuju Allah Ta’ala.
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/93466-berlari-menuju-allah.html
“Mayoritas para imam salaf, mereka memandang bahwa hati itu lemah dan syubhat itu menyambar-nyambar”
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah
Siyar A’lam an-Nubala, 7/261
"Tidaklah musibah turun, melainkan karena sebab dosa. Dan tidaklah ia diangkat, melainkan dengan taubat"
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu
Jami’ul Masa’il, 1/169
Bantu Radio Muslim Jogja
Radio muslim merupakan radio dakwah yang berada di tengah-tengah kota Yogyakarta. Radio Muslim berkomitmen menyebarkan dakwah Islam yang sesuai dengan Alquran dan Assunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat. Saat ini, radio muslim beralamatkan di jalan C. Simanjuntak No. 72 Terban kota Yogyakarta.
Dengarkan Radio Muslim Yogyakarta di frekuensi 1467 AM.
Radio ini berdiri pada tahun 2009. Awalnya radio muslim masih berpindah pindah tempat, dimulai dari kajian yang disiarkan langsung dari masjid ke masjid melalui jaringan internet sampai akhirnya pada tahun 2011 radio muslim dapat mengudara dengan gelombang fm 107,9 FM berstatus sebagai radio komunitas, akan tetapi di tahun 2012 radio komunitas ini terhenti karena masalah perizinan yang sudah tidak dapat diperpanjang lagi, sehingga radio ini tidak dapat mengudara di gelombang FM, dan hanya streaming internet saja.
Disetiap harinya rata-rata pengunjung yang mengikuti siaran streaming berkisar 100-150/ hari, angka yang begitu besar melihat kontribusi yang kami berikan belum maksimal.
Melihat antusias para pendengar radio muslim tersebut, kami ingin lebih memperluas persebaran dakwah radio muslim ini, tidak hanya melalui internet, namun juga melalui gelombang radio, sehingga radio muslim dapat didengar lebih banyak orang lagi, dari berbagai lapisan masyarakat, baik yang mengenal internet maupun tidak.
Alhamdulillah dengan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa, Radio Muslim dapat mengudara melalui On Air di wilayah Yogyakarta dengan gelombang AM 1467 Khz. Semoga Radio Dakwah Umat Islam ini semakin bermanfaat bagi warga Yogyakarta dan sekitarnya bahkan Indonesia dan seluruh kaum muslimin di seluruh dunia. Aamiin
Berbagai program unggulan diantaranya:
Kajian Aqidah Islam, Kajian Keluarga, Kajian Tahsin Al-Quran, Spesial pendidikan anak, Kisah Sejarah islam untuk anak, kajian bahasa jawa, Konsultasi keluarga, bedah buletin At-Tauhid, HALO Dokter, dan bincang bisnis.
Ayo dukung Radio Muslim Yogyakarta agar terus bisa siaran, melalui link berikut :
Klik »
https://ypia.or.id/campaign/bantu-radio-muslim-jogja
Jazakumullah khayran.
“Sungguh bisa saja setan membukakan 99 pintu kebaikan untuk seorang hamba, dengannya dia menginginkan satu pintu keburukan untuknya”
Hasan bin Sholeh rahimahullah
Talbis Iblis, Ibnul Jauzi, hal. 37
Mutiara Faedah dari Ayat Murtad
Murtad bermakna keluar dari agama Islam. Seseorang ketika sudah berada di dalam agama Islam, di kemudian hari ia keluar dari agama Islam ke agama lainnya, yang seperti ini sering kali di negeri kita diistilahkan dengan murtad.
Di dalam Al-Qur’an Al-Karim terdapat firman Allah Ta’ala tentang masalah murtad, yang tentu banyak mutiara faedah yang bisa dipetik dari ayat tersebut.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/93358-mutiara-faedah-dari-ayat-murtad.html
Apakah Sains Bertentangan dengan Agama? (Bag. 3)
Bagaimana jika dalil agama menyatakan sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara saintifik?
Misalnya, dalam hadis sahih yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
العَيْنُ حَقٌّ
“Pandangan jahat (‘ain) itu benar adanya.” [HR. Bukhari no. 5740]
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/93303-apakah-sains-bertentangan-dengan-agama-bag-3.html
Apakah Sains Bertentangan dengan Agama? (Bag. 2)
Sebagaimana maksud Al-Qur’an dan derajat validitas hadis bertingkat-tingkat kepastiannya, ada yang benar dan ada yang salah, serta ada yang sahih dan ada yang lemah, begitu pula sains. Tidak semua kesimpulan sains mendapat predikat aksiomatik atau dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian.
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/93301-apakah-sains-bertentangan-dengan-agama-bag-2.html
Apakah Sains Bertentangan dengan Agama? (Bag. 1)
“Ayat ini bertentangan dengan Sains! Hadis ini tidak masuk akal!”
Demikianlah, salah satu ucapan yang menggambarkan kesalahpahaman terhadap Islam yang sering ditemukan di kalangan para intelektual dan semisalnya. Miskonsepsi tersebut adalah dugaan adanya pertentangan antara sains dan syariat atau pertentangan antara ilmu pengetahuan dan agama.
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/93297-apakah-sains-bertentangan-dengan-agama-bag-1.html
Mengapa bisa rugi jika ketinggalan puasa Syawal?
https://www.youtube.com/shorts/APcNdcYiihs
Ketenaran yang tercela adalah “minta untuk terkenal”, jika ketenaran itu datang dari sisi Allah tanpa diminta, maka tidak tercela, hanya saja adanya ketenaran itu merupakan ujian bagi yang lemah imannya.
Mukhtasar Minhaj Al Qaasidin, 210
Kesempurnaan Islam dalam Memuliakan Akal (Bag. 1)
Terkadang tidak seluruh produktivitas ilmiah menghasilkan dampak yang baik. Sebagaimana yang terjadi pada beberapa kelompok Islam yang menjadikan filsafat Yunani Kuno sebagai asas akidah mereka. Mereka berargumen panjang lebar untuk menentukan kriteria Tuhan sesuai filosofi yang mereka pelajari, bukan sesuai keterangan yang Allah sampaikan kepada kita mengenai diri-Nya sendiri.
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/93293-kesempurnaan-islam-dalam-memuliakan-akal-bag-1.html
“Dahulu para ulama salaf tidak menanyakan tentang sanad, lalu ketika terjadi fitnah, mereka pun mengatakan: ‘sebutkan kepada kami orang-orang (sumber ilmu) kalian!’, maka jika dilihat orang tersebut ahlussunnah; hadisnya diterima, dan jika dilihat orang tersebut ahli bid’ah; hadisnya tidak diterima”.
Imam Ibnu Sirin rahimahullah
Muqaddimah Shahih Muslim, 1/15
Hukum Menghadap Kiblat ketika Salat di Kapal atau Pesawat
Bolehkah kita salat wajib tanpa menghadap kiblat, yaitu cukup menghadap sebagaimana arah kapal atau pesawat? Apakah hal tersebut boleh dalam seluruh keadaan, atau khusus keadaan-keadaan tertentu saja?
Silakan baca penjelasan lengkapnya di artikel berikut
https://muslim.or.id/93375-hukum-menghadap-kiblat-ketika-salat-di-kapal-atau-pesawat.html
Bisakah Birrul Walidain meski sedang jauh di luar kota?
https://www.youtube.com/watch?v=UpMxfebT1bM
Syubhat-Syubhat Penghalal Musik
Musik telah jelas keharamannya dalam syariat Islam. Karena dalil-dalil dari Al-Qur’an, hadis, serta perkataan para salaf sangat tegas menyatakan keharamannya. Demikian juga, para ulama 4 mazhab sepakat akan keharamannya. Yang tunduk kepada dalil dan tidak mengikuti hawa nafsu dan seleranya, tidak akan ragu akan keharaman musik.
Namun, orang-orang yang menghalalkan musik banyak sekali mengutarakan syubhat (kerancuan) untuk memunculkan keraguan di tengah masyarakat akan keharaman musik. Berikut ini beberapa syubhat tersebut dan jawaban ringkasnya.
Syubhat: “Tidak ada dalil yang melarang musik.”
Dalil yang melarang musik sangat banyak sekali, dari Al-Qur’an, sunnah, dan ijma‘ ulama. Di antaranya, Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Al-Karim,
“Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan lahwal hadis untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman: 6).
Mayoritas ahli tafsir menafsirkan lahwal hadis dalam ayat ini maknanya adalah al-ghina’ (nyanyian). Ini merupakan tafsir Ibnu Abbas, Jabir bin Abdillah, Mujahid, dan Ikrimah. Namun, yang dimaksud nyanyian di sini adalah nyanyian yang diiringi alat musik. Sebagaimana dikatakan oleh Mujahid,
“Dari Mujahid, ia berkata, ‘Yang dimaksud al lahwu di sini adalah gendang.’” (lihat Tafsir At-Thabari).
Selengkapnya >> https://muslim.or.id/68748-syubhat-syubhat-penghalal-musik.html
Silakan share...
Hukum dan Tata Cara Salat dengan Duduk di Atas Kendaraan
Salat wajib tidak sah dilakukan dengan duduk di atas kendaraan, kecuali karena uzur (alasan yang dibenarkan).
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/93373-hukum-dan-tata-cara-salat-dengan-duduk-di-atas-kendaraan.html
Antara Tauhid dan Talbiyah
Di antara perkara yang sangat disayangkan dari sebagian kaum muslimin di masa sekarang adalah keterasingan mereka dengan tauhid yang benar. Banyak di antara saudara semuslim kita yang mengaku beriman kepada Allah Ta’ala, namun masih melakukan perbuatan-perbuatan yang mengandung kesyirikan, perbuatan-perbuatan yang akan mengurangi atau bahkan melunturkan keimanan seorang hamba kepada Allah Ta’ala.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/93421-antara-tauhid-dan-talbiyah.html
Hukum Syair Dalam Islam
Syair merupakan karya sastra yang telah lama dikenal oleh bangsa Arab. Di zaman Islam, pengaruh syair pun juga tidak lepas dari kehidupan kaum muslimin. Di zaman Nabi masih hidup, beliau pernah melarang dan mencela syair. Namun, beliau pun pada kesempatan lain tidak melarang syair, bahkan beliau pun pernah melantunkan syair. Kedua hal yang tampaknya bertentangan ini akan mudah dipahami apabila kita bisa menempatkan dalil-dalil yang ada sesuai dengan kondisi dan keadaannya. Dengan memahami penjelasan masing-masing dalil, maka adanya dalil-dalil yang tampaknya saling bertentangan tersebut dapat dikompromikan dan digunakan sebagaimana mestinya.
Tafsir firman Allah surah Asy-Syu’ara’ ayat 244
Allah Ta’ala berfirman dalam surah Asy-Syu’ara’ ayat 244,
وَٱلشُّعَرَآءُ يَتَّبِعُهُمُ ٱلْغَاوُۥنَ
“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.“ (QS. Asy-Syu’ara’: 244)
Mengenai ayat ini, ‘Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Mereka adalah orang kafir yang diikuti oleh golongan yang sesat dari manusia dan jin.” Demikian pula, yang dikatakan oleh Mujahid dan ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dan ulama salaf yang lainnya. (Tafsir Ibnu Katsir)
Syekh ‘Abdurrahman Nashir As-Sa’di menjelaskan yang dimaksud (ٱلْغَاوُۥنَ) adalah orang yang sesat dari jalan petunjuk, yang menelusuri jalan menuju kesesatan dan kebinasaan. Para penyair sendiri adalah orang-orang yang sesat, dan Anda akan menemukan para pengikutnya adalah setiap orang sesat lagi celaka. (Taisirul Karimir Rahman fi Tafsiril Kalamil Manan)
Imam Ath-Thabary menjelaskan mengenai ayat ini bahwa yang dimaksud adalah para penyair musyrikin. Para penyair musyrikin yang mengikutinya adalah orang-orang sesat dan setan, serta para jin yang durhaka. Oleh karena itu, Allah menyebutkan secara umum keadaan mereka dan tidak mengkhususkan mengenai kesesatan tertentu. Dengan demikian, maka seluruh golongan yang sesat tercakup dalam keumuman ayat ini. (Jami’u Al-Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an)
Imam Al-Qurtuby menambahkan penjelasan bahwa (ٱلْغَاوُۥنَ) adalah orang yang berpaling dari jalan kebenaran. (Al-Jami’ li Ahkami Al-Qur’an.)
Sementara Syekh Abu Bakar Al-Jaza’iriy menyatakan bahwa (ٱلْغَاوُۥنَ) adalah orang yang tersesat dari petunjuk dan memiliki hati dan niat yang rusak. (Aisarut Tafasir li Kalami Al-‘Aliy Al-Kabir)
Namun, tidak semua yang mengikuti para penyair itu sesat. Dalam lanjutan ayat, Allah mengecualikan hal ini dalam firman-Nya,
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيراً وَانتَصَرُوا مِن بَعْدِ مَا ظُلِمُوا
“Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman.” (QS. Asy-Syu’ara’: 247)
Ada di antara sahabat Nabi yang merupakan penyair yang membela Islam dan membela Rasul serta membantah kejelekan musyrikin, seperti sahabat Hasan bin Sabit, ‘Abdullah bin Rawahah, Ka’ab bin Malik, dan sahabat yang lainnya. (Lihat At-Tashil li Ta’wilit Tanziil Tafsir Asy-Syu’ara’ fi Sual wal Jawab karya Syekh Musthofa Al-‘Adawy)
Imam Ath-Thabary meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari ‘Abdurrahaman bin Zaid bahwa ada seseorang yang berkata kepada ayahku, “Wahai Abu Usamah, tidakkah engkau mengetahui firman Allah,
وَالشُّعَرَاء يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ
‘Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?’ (QS. Asy-Syu’ara’: 244-246)”
Lanjut baca: https://muslim.or.id/90879-hukum-syair-dalam-islam.html
Ust. Adika Mianoki
Apa saja yang dilakukan saat dapat undangan nikah di bulan Syawal ini?
https://www.youtube.com/watch?v=ql6wxseo2_M
“Wahai anak kecilku, sungguh musibah itu datang bukan untuk membinasakanmu, namun dia datang untuk menguji kesabaran dan imanmu. Wahai anak kecilku, cobaan itu (ibarat) hewan buas, dan hewan buas itu tidak akan memangsa bangkai”.
Syekh Abdul Qodir Jaelani rahimahullah
Zadul Ma’ad, Ibnul Qoyyim, 4/178
Aku pernah mendengar Imam Syafi’i, bila menyebut kelompok Syiah Rafidhah, beliau mencela mereka dengan celaan yang paling buruk, lalu beliau mengatakan: “mereka itu komplotan yang paling jahat!”
Yunus bin Abdul A’la
Manaqib Syafi’i, karya Imam Baihaqi 1/468
“Barangsiapa mengatakan bahwa iman itu perkataan saja, maka ia seorang Murji’ah. Barangsiapa mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar bukan imam, maka ia seorang Syiah Rafidhah. Barangsiapa menjadikan kehendak untuk dirinya, maka ia seorang Qadariyah”
Imam Syafi’i rahimahullah
Siyar A’lam an-Nubala, karya Imam Dzahabi 10/31
“Maka wajib bagi seorang hamba memahami benar-benar bahwa setiap nikmat adalah berasal dari Allah. Kesempurnaan tauhid tidak mungkin terwujud tanpa sikap penyandaran setiap nikmat kepada Allah. Penyandaran nikmat kepada selain Allah merupakan kekurangan dari kesempurnaan tauhid dan termasuk dalam kesyirikan kepada Allah”
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh
At-Tamhid 2/134
Kesempurnaan Islam dalam Memuliakan Akal (Bag. 2)
Ahlisunah menempatkan akal sesuai dengan derajat yang layak baginya. Penetapan kedudukan tersebut berdasarkan sikap syariat dalam memuliakan, menghormati, dan memelihara akal. Dengan meneliti dalil-dalil, konsep ini dapat dipahami dengan jelas.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/93295-kesempurnaan-islam-dalam-memuliakan-akal-bag-2.html
Apa Tanda Amalan Kita Diterima di Ramadan Kemarin?
https://www.youtube.com/watch?v=NSWyjWqbkjY
“Waspadalah, janganlah engkau mencintai kedudukan, karena zuhud pada kedudukan itu lebih sulit dari pada zuhud pada dunia”
Sufyan Ats-Tsauri
Hilyatul Aulia, 6/387