NASEHAT PARA ULAMA PRIHAL KEIKHLASAN HATI
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Dahulu dikatakan: Bahwa seorang hamba akan senantiasa berada dalam kebaikan, selama jika dia berkata maka dia berkata karena Allah, dan apabila dia beramal maka dia pun beramal karena Allah.” (lihat Ta’thir al-Anfas min Hadits al-Ikhlas, hal. 592)
Seorang lelaki berkata kepada Muhammad bin Nadhr rahimahullah, “Dimanakah aku bisa beribadah kepada Allah?” Maka beliau menjawab, “Perbaikilah hatimu, dan beribadahlah kepada-Nya di mana pun kamu berada.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 594)
Abu Turab rahimahullah mengatakan, “Apabila seorang hamba bersikap tulus/jujur dalam amalannya niscaya dia akan bisa merasakan kelezatan amal itu sebelum melakukannya. Dan apabila seorang hamba ikhlas dalam beramal, niscaya dia akan merasakan kelezatan amal itu di saat sedang melakukannya.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 594)
Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata: Abu Hazim rahimahullah berkata, “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu lebih daripada kesungguhanmu dalam menyembunyikan kejelekan-kejelekanmu.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 231).
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan, ada dua buah pertanyaan yang semestinya diajukan kepada diri kita sebelum mengerjakan suatu amalan. Yaitu: Untuk siapa? dan Bagaimana? Pertanyaan pertama adalah pertanyaan tentang keikhlasan. Pertanyaan kedua adalah pertanyaan tentang kesetiaan terhadap tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab amal tidak akan diterima jika tidak memenuhi kedua-duanya (lihat Ighatsat al-Lahfan, hal. 113).
Simak pembahasan lainnya disini. Klik https://muslim.or.id/11231-ikhlas-karunia-terbesar.html
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du:
Al-Hadi yang berarti : “Yang Memberi Petunjuk” adalah salah satu nama Allah yang maha indah. Nama “Al-Hadi” disebutkan dalam Al-Qur`an di dua ayat, yaitu:
Pertama: dalam surat Al-Hajj:54, Allah Ta’ala berfirman,
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur`an itu haq, dari Tuhan-mu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepada-Nya dan sesungguhnya Allah adalah benar-benar Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”
Kedua : dalam surat Al-Furqan:31, Allah Ta’ala berfirman,
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ ۗ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا
“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong.”
Sekarang mari kita mengenal lebih dekat makna nama Allah “Al-Hadi”. Simak disini. Klik https://muslim.or.id/35399-al-hadi-yang-memberi-petunjuk-bag-1.html
Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
TAKUTNYA SALAFUSSHALIH KETIKA MENGETAHUI MAKANAN PENDUDUK NERAKA
Syu’bah meriwayatkan dari Sa’id bin Ibrahim, beliau mengatakan, “Sahabat Abdurrahman bin Auf datang memenuhi undangan makan malam di hari beliau berpuasa. Lalu beliau membaca sebuah ayat,
إِنَّ لَدَيْنَا أَنكَالًا وَجَحِيمًا ١٢ وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًا ١٣
“Sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala. Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan serta azab yang pedih” (QS. Al-Muzammil: 12-13).
Sai’id bin Ibrahim melanjutkan cerita,
فلم يزل يبكي حتى رفع طعامه وما تعشى وانه لصائم
“Abdurrahman bin Auf terus-menerus menangis sampai hidangan makan diberesi dan beliau tidak sempat makan malam, padahal seharian beliau berpuasa.”
Imam Ahmad bin Hambal pernah mengatakan,
الخوف يمنعني من أكل الطعام والشراب فلا أشتهيه
“Rasa takut menghalangiku untuk makan dan minum, aku tidak nafsu untuk makan.”
(Lihat: At-Takhwif min An-Naar, hal. 155).
Sahabat muslim, yuk simak pembahasan selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/35385-mengerikan-ternyata-ini-menu-makan-penduduk-neraka-part-2.html
Penulis : Ahmad Anshori
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
BANYAK BERDOA AGAR DIBERI KEIKHLASAN HATI
Di antara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah. Lihatlah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa:
« اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ »
“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (Hadits Shahih riwayat Ahmad)
Nabi kita sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan padahal beliau adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan. Inilah dia, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat besar dan utama, sahabat terbaik setelah Abu Bakar, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah, “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.”
Sahabat muslim, masih banyak lo kiat-kiat agar bisa ikhlas dalam beribadah. Yuk simak disini. Klik https://muslim.or.id/267-inginkah-anda-menjadi-orang-yang-ikhlas.html
Disusun oleh: Abu ‘Uzair Boris Tanesia
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
Rasa dengki merupakan akhlak yang tercela, semoga Allah melindungi kita darinya. Silakan di-share.
Читать полностью…AJAKAN TOLERANSI AGAMA YANG “KEBABLASAN”
Toleransi berlebihan ini, ternyata sudah ada ajakannya sejak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperjuangkan agama Islam.
Suatu ketika, beberapa orang kafir Quraisy yaitu Al Walid bin Mughirah, Al ‘Ash bin Wail, Al Aswad Ibnul Muthollib, dan Umayyah bin Khalaf menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menawarkan tolenasi kebablasan kepada beliau, mereka berkata:
يا محمد ، هلم فلنعبد ما تعبد ، وتعبد ما نعبد ، ونشترك نحن وأنت في أمرنا كله ، فإن كان الذي جئت به خيرا مما بأيدينا ، كنا قد شاركناك فيه ، وأخذنا بحظنا منه . وإن كان الذي بأيدينا خيرا مما بيدك ، كنت قد شركتنا في أمرنا ، وأخذت بحظك منه
“Wahai Muhammad, bagaimana jika kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, maka kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.” [Tafsir Al Qurthubi 20: 225, Darul Kutub Al-Mishriyyah, cet. Ke-II, 1386 H]
Kemudian turunlah ayat berikut yang menolak keras toleransi kebablasan semacam ini,
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang kafir), “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. (QS. Al-Kafirun: 1-6).
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Sumber: https://muslim.or.id/23967-bukti-toleransi-islam-terhadap-agama-lainnya.html
DOWNLOAD KITAB DAURAH ANTAR SEMESTER
Bismillah,
Kitab untuk daurah Ma'had Al 'Ilmi yang insyaa Allah akan dilaksanakan mulai Senin, 25 Desember 2017 dapat didownload pada link berikut :
https://www.dropbox.com/sh/ktlii9l71fcatp5/AAAM6B7cwfdl9DwZP6NQ7WKTa?dl=0
Daurah ini terdiri dari 3 pembahasan kitab :
1. Tsalatsatul ushul, karya Syeikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab
2. Aisarut Tafasiir, karya Abu Bakar Jabir Al Jazairi
3. Kun Salafiyyan 'alal Jaddah, karya 'Abdussalam As Suhaimi
Semoga bermanfaat,
Jazakumullah khoir
Berpegang teguhlah di atas sunnah Nabi, gigitlah ia dengan geraham-geraham kalian walau banyak manusia menyelisihinya.
Читать полностью…HARI IBU SETIAP HARI, BUKAN SETAHUN SEKALI
Berbakti kepada orang tua khususnya ibu memang lebih dianjurkan oleh agama Islam. Karena memang ibu sangat besar jasanya bagi anak-anaknya melebihi bapak. Oleh karena itu berbakti kepada Ibu didahulukan daripada berbakti kepada Bapak. Sebagaimana dalam hadits berikut,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu’. Orang tersebut bertanya kembali, ‘kemudian siapa lagi’, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).
Akan tetapi haruskah hari Ibu diperingati setiap setahun sekali? Perlukah memperingati hari ibu? Bagaimana hukum Islam mengenai hal ini?
Hari Ibu Setiap Hari
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “seorang ibu lebih berhak untuk senantiasa dihormati sepanjang tahun, daripada hanya satu hari saja, bahkan seorang ibu mempunyai hak terhadap anak-anaknya untuk dijaga dan dihormati serta ditaati selama bukan dalam kemaksiatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, di setiap waktu dan tempat” (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il no. 535 2/302, Darul wathan, 1413 H, Asy Syamilah).
Pandangan Islam Terhadap Perayaan Hari Ibu
Hari ibu biasanya dirayakan setiap tanggal 22 Desember, berikut fatwa Al-Lajnah Ad- Daimah (semacam MUI di Saudi) mengenai hal ini. Al Lajnah Ad Daimah ditanya, “kapan tanggal yang tepat untuk memperingati hari ibu?”
Mereka menjawab:
“Tidak boleh mengadakan peringatan yang dinamakan dengan peringatan hari ibu, dan tidak boleh juga memperingati perayaan peringatan tahunan yang dibuat-buat (tidak ada tuntunannya dalam al-Qur’an dan As-sunnah, karena perayaan (ied) tahunan yang diperbolehkan dalam Islam hanya Idul Fitri dan Idul Adha, pent).
Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wassalam bersabda,
من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak pernah kami tuntunkan, maka amalan itu tertolak”
Perayaan hari ibu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam, para sahabat radhiallahu anhum dan para imam salafus shalih. Perayaan ini adalah sesuatu yang diada-adakan dan menyerupai orang kafir (tasyabbuh) (Fatawa Komite Tetap Kajian Ilmiah dan Fatwa Arab Saudi, jilid 3 hal.85).
Demikian semoga bermanfaat.
—
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
SUMBER: https://muslim.or.id/19315-hari-ibu-setiap-hari-bukan-setahun-sekali.html
@muslimorid
KENIKMATAN TERBESAR PENDUDUK SURGA: MELIHAT WAJAH ALLAH TA’ALA
Nikmat terbesar yang akan diperoleh penduduk surga adalah ketika mereka melihat Allah Ta’ala secara langsung. Ini adalah salah satu prinsip pokok akidah ahlus sunnah wal jamaah, berbeda dengan akidah sebagian kelompok yang menyimpang dari ahlus sunnah. [1]
Diriwayatkan dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaih wasallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟
“Apabila penduduk surga telah masuk ke dalam surga, Allah Ta’ala berfirman, ‘Apakah kalian ingin sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada kalian?’ Penduduk surga menjawab, ‘Bukankah Engkau telah membuat wajah-wajah kami menjadi putih? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menjauhkan kami dari neraka?’”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ، فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ
“Lalu Allah membukakan pembatas (hijab). Tidak ada satu pun anugerah yang telah diberikan kepada mereka yang lebih mereka cintai daripada anugerah dapat memandang Rabb mereka” (HR. Muslim no. 181).
Sahabat muslim, yuk simak pembahasan lainnya disini. Klik https://muslim.or.id/35309-jalan-jalan-menuju-surga-04.html
Penulis: Muhammad Saifudin Hakim
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
INILAH 5 ALASAN TERLARANGNYA MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL BAGI MUSLIM
Mungkin tidak lama lagi, akan terdengar, akan terpampang tulisan yang dibaca “Merry Christmas”, atau yang artinya Selamat Hari Natal. Dan biasanya, momen ini disandingkan dengan ucapan Selamat Tahun Baru.
Sebagian orang menganggap ucapan semacam itu tidaklah bermasalah, apalagi yang yang berpendapat demikian adalah mereka orang-orang kafir. Namun hal ini menjadi masalah yang besar, ketika seorang muslim mengucapakan ucapan selamat terhadap perayaan orang-orang kafir.
Dan ada juga sebagian di antara kaum muslimin, berpendapat nyeleneh sebagaimana pendapatnya orang-orang kafir. Dengan alasan toleransi dalam beragama!? Toleransi beragama bukanlah seperti kesabaran yang tidak ada batasnya. Namun toleransi beragama dijunjung tinggi oleh syari’at, asal di dalamnya tidak terdapat penyelisihan syari’at. Bentuk toleransi bisa juga bentuknya adalah membiarkan saja mereka berhari raya tanpa turut serta dalam acara mereka, termasuk tidak perlu ada ucapan selamat.
Islam mengajarkan kemuliaan dan akhlak-akhlak terpuji. Tidak hanya perlakuan baik terhadap sesama muslim, namun juga kepada orang kafir. Bahkan seorang muslim dianjurkan berbuat baik kepada orang-orang kafir, selama orang-orang kafir tidak memerangi kaum muslimin.
Allah Ta’ala berfirman,
لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8)
Namun hal ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk menggeneralisir sikap baik yang harus dilakukan oleh seorang muslim kepada orang-orang kafir. Sebagian orang menganggap bahwa mengucapkan ucapan selamat hari natal adalah suatu bentuk perbuatan baik kepada orang-orang nashrani. Namun patut dibedakan antara berbuat baik (ihsan) kepada orang kafir dengan bersikap loyal (wala) kepada orang kafir.
Sahabat muslim, yuk simak kenapa kita dilarang mengucapkan selamat natal. Klik https://muslim.or.id/11051-alasan-terlarangnya-mengucapkan-selamat-natal-bagi-muslim.html
Penulis: Wiwit Hardi Priyanto
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
Inilah 2 hal apabila engkau lakukan, maka engkau akan dapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Silakan di-share.
Читать полностью…JANGANLAH BERBURUK SANGKA KEPADA ALLAH
Para pembaca yang budiman, perlu untuk kita ketahui bersama bahwa Alloh adalah Dzat yang maha sempurna, baik dari Nama, Sifat maupun perbuatan-Nya. Tidak ada satupun aib atau cela yang terdapat pada Alloh.
Sebagai bentuk realisasi tauhid, kita dilarang mengingkari nama dan sifat yang telah ditetapkankan oleh Alloh Ta'ala. Kita wajib percaya dan menerima sesuatu yang telah ditetapkan Alloh kepada para hambaNya.
Sahabat muslim, yuk simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/39-janganlah-berburuk-sangka-kepada-allah.html
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
[ Jika diamalkan, ia akan melunakkan hati ]
---
Betapa nikmatnya,
Setiap ilmu yang telah kita pelajari, kemudian berbondong-bondong akan kita amalkan..
Setiap pertemuan dalam halaqah ilmu, menjadikan kita semakin bersemangat dalam beramal..
---
Betapa berbahagianya,
Setiap ilmu yang kita amalkan, kelak akan menjadi pembela kita di hari akhir..
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
القرآن حجة لك أو عليك
"Sesungguhnya Al Qur'an (ilmu) bisa jadi akan menjadi hujjah (pembela) bagimu atau bisa menjadi bumerang bagimu (tatkala tidak diamalkan)" (HR Muslim)
---
Betapa berbahagianya,
Hati kita yang sekeras batu, apabila ditetesi cucuran ilmu, kemudian kita alirkan dengan beramal, maka akan dapat melunakkan hati..
Pula sebaliknya,
Jika ilmu tersebut mengendap tanpa diamalkan, maka akan melahirkan kesombongan.. Wal iyadzubillah..
إذا تعلم العبد العلم ليعمل به كسره علمه، وإذا تعلم العلم لغير العمل به زاده فخرا.
"Jika seseorang mencari ilmu untuk diamalkan, Ilmunya akan melunakkan hatinya. Jika ia mencari ilmu bukan untuk diamalkan, Ilmunya akan menambah kesombongannya."
- Hilyatul Auliya
@kemuslimahan_ypia
#ypiayogyakarta #ilmu #amal #hati #sombong
=====
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
📱 085747223366 | @ypiaorid
🌐 www.ypia.or.id
Jagalah lisan dan perbuatan karena semua itu ada pertanggungjawabannya. Silakan di-share.
Читать полностью…MENYIKAPI PERAYAAN TAHUN BARU
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap umat beragama memiliki hari-hari besar dan perayaan-perayaannya. Akan tetapi, setiap dari mereka memiliki perbedaan cara dalam merayakannya.
Sebagian di antara umat beragama, ada yang memperingati hari besarnya dengan hiruk-pikuk dan pesta pora seperti berkumpul di malam hari, meniup terompet, membunyikan lonceng atau menghujani langit dengan petasan dan juga kembang api. Mereka sangat gembira ria pada tengah malam.
Akan tetapi ada kelompok kedua yang berbeda dengan kelompok pertama tadi, dimana kelompok kedua ini merayakan hari besarnya dengan sunyi senyap sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Bali.
Apabila datang hari raya Nyepi, mereka melakukan catur brata. Pada hari itu mereka melakukan pati geni (memadamkan cahaya), pati karya (berhenti atau tidak beraktivitas), pati lelungan (tidak bepergian), pati lelanguan (tidak mencari hiburan). Sehingga pada hari Nyepi, mereka hanya diam di rumahnya masing-masing, memadamkan cahaya, tidak beraktivitas, dan tidak bepergian jauh.
Ada juga kelompok ketiga yang lebih aneh lagi dalam merayakan hari besarnya. Mereka memperingati hari besarnya dengan tangisan, ratapan, menjerit-jerit, memukul dada, bahkan merobek-robek baju serta menyakiti diri. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Syiah Rafidhah yang mana mereka melakukan ritual penyesalan diri terhadap kematian Husein –radhiyallahu ‘anhu – .
Sebenarnya di antara perbedaan cara ketiga kelompok tersebut, mereka memiliki satu niat yang sama yaitu taqarrub ilallah (beribadah kepada Allah). Mereka merayakan hari-hari besar tersebut dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada TuhanYang Maha Kuasa.
Akan tetapi ketika mereka menginginkan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka artinya mereka tengah melakukan ibadah. Dan sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam masalah ibadah, Islam telah mengaturnya sebagaimana yang telah dikatakan oleh para ulama:
الأَصْلُ فِي العِبَادَاتِ البُطْلاَنُ حَتىَّ يَقُوْمَ دَلِيْلُ عَلَى الأَمْرِ
“Hukum asal ibadah itu terlarang/batal sampai ada dalil yang memerintahkannya.”
Oleh karena itu, hari raya merupakan ibadah sehingga harus ada aturannya atau dalil yang memerintahkannya. Jika tidak, maka berlaku hukum baginya sebagaimana hadits riwayat Muslim:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak ada dasarnya dalam urusan (agama) kami, maka amal itu tertolak.”
Jadi sebenarnya –dalam Islam–, hari raya itu apa? Hari raya apa saja yang legal dalam Islam?
Dikatakan dalam sebuah riwayat, dari Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu -:
كان لأهل الجاهلية يومان في كل سنة يلعبون فيهما، فلما قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة قال: كان لكم يومان تلعبون فيهما، وقد أبدلكم الله بهما خيرا منهما: يوم الفطر ويوم الأضحى.
“Dahulu, orang Arab Jahiliyyah mempunyai dua hari raya dimana mereka bersenang-senang pada hari raya tersebut. Kemudian ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah dan menjumpai masyarakat Madinah yang ternyata mereka pun merayakan dua hari raya tersebut, yaitu hari raya Jahiliyah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melarangnya, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Mulai detik ini, kita hapuskan semua hari raya kecuali dua hari raya sebagai penggantinya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.”
Oleh karena itu, bisa kita tarik kesimpulan bahwa hari raya yang sesuai dengan Islam hanya dua yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
SELENGKAPNYA: https://muslimah.or.id/8100-menyikapi-perayaan-tahun-baru-masehi.html
Penulis: Ustadzah Pipit Aprilianti
Siapa diantara kita yang tak berbunga hatinya?
Ketika melihat para kawula muda, berkejaran dalam curahan hujan hidayah..
Semakin berbahagia;
Tatkala anak-anak muda yang larut dalam majelis itu, berada disekitar kita..
Masyaa Allah..
—-
[ Reportase Kegiatan Pesantren Liburan ]
Alhamdulillah,
Rangkaian Kegiatan Pesantren Liburan Nasional YPIA telah dilaksanakan pada pekan ini, sejak tanggal 24 Desember 2017 sampai 14 Januari 2018 nanti.
Melihat para kawula muda yang sangat bersemangat mengikuti rangkaian kegiatan tersebut, membuat hati ini meleleh..
Betapa tidak,
Bukan hanya dari mahasiswa di Yogyakarta saja, namun ada yang dari Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan Sumatera..
✅ Peserta Bahasa Arab Intensif sekitar 250-an orang
✅ Peserta Tahsin Al Qur'an sekitar 40-an orang
✅ Peserta Kajian Islam Intensif sekitar 100-an orang
Masyaa Allah,
Barakallahu fiihim...
—-
Berikut ini Reportase Singkat Kegiatan Pesantren Liburan Nasional YPIA oleh Tim Radio Muslim Yogyakarta,
Penasaran kegiatannya seperti apa? Silahkan cek saja videonya :
http://bit.ly/ReportasePesantrenLiburan
—-
Semoga Allah _Ta'ala_ memberkahi acara ini.. Aamiin..
=====
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
📱 085747223366 | @ypiaorid
🌐 www.ypia.or.id
NABI ISA PALING DICINTAI NABI MUHAMMAD
Ternyata Nabi Isa itu paling dicintai oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ada perintah bagi kaum Nashrani untuk mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan nanti akan dijelaskan pula bahwa agama para nabi itu satu, yaitu Islam dan Tauhid.
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam shahihnya :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ حَدَّثَنَا فُلَيْحُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا هِلَالُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
Muhammad bin Sinan menuturkan kepada kami. Dia berkata; Fulaih bin Sulaiman menuturkan kepada kami. Dia berkata; Hilal bin Ali menuturkan kepada kami dari Abdurrahman bin Abi ‘Amrah dari Abu Hurairah –radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku adalah orang yang paling dekat dan paling mencintai Isa bin Maryam di dunia maupun di akhirat. Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu.” (HR. Bukhari dalam Kitab Ahadits al-Anbiya’, lihat Fath al-Bari [6/550]. Diriwayatkan pula oleh Muslim dalam Kitab al-Fadha’il dengan redaksi yang agak berbeda)
Hadits yang agung ini menyimpan pelajaran berharga bagi kita. Yuk simak disini sahabat muslim. Klik https://muslim.or.id/19347-nabi-isa-paling-dicintai-nabi-muhammad.html
Penulis: Ustadz Ari Wahyudi, SSi
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
MENOLAK BALA TETAPI MENGUNDANG MURKA
Semua orang tentu mendambakan keselamatan dan kebahagiaan, sehingga apabila ada bencana yang mengancam mereka pun berusaha menangkalnya. Dan jika bencana sudah menimpa, maka berbagai cara pun ditempuh untuk menghilangkannya. Dalam keadaan seperti ini, orang yang tidak memiliki pemahaman tauhid yang benar sangat rawan terjerumus dalam kesyirikan.
Hanya Allah Sumber Keselamatan
Seorang muslim harus yakin bahwasanya hanya Allah lah yang menguasai seluruh kebaikan dan mudharat, baik yang belum menimpa maupun yang sudah menimpa. Allah ta’ala berfirman, “Katakanlah: Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudhratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah: Cukuplah Allah bagiku, kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri.” (QS. Az Zumar [39]: 38)
Ayat ini dan ayat-ayat yang semacamnya memupus ketergantungan hati kepada selain Allah dalam meraih kebaikan atau menolak madharat, dan menunjukkan bahwasanya ketergantungan hati kepada selain Allah itu termasuk perbuatan mempersekutukan-Nya.
Prinsip Penting Dalam Pengambilan Sebab
Seorang yang ingin meraih manfaat atau menolak mudharat tentunya berusaha menempuh sebab demi tercapainya keinginannya. Dalam menempuh sebab ini ada tiga pedoman yang harus diperhatikan.
Sahabat muslim, yuk simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/601-menolak-bala-tetapi-mengundang-murka.html
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
LARANGAN MENGUCAPKAN “SELAMAT” PADA HARI RAYA NON-MUSLIM
Larangan mengucapkan selamat bagi non-muslim pada hari raya mereka merupakan ijma’ para ulama. Apapun alasannya, tentu tidak dibenarkan, semisal alasan “sekedar formalitas”, ini adalah alasan yang dibuat-buat. Perayaan hari raya orang lain adalah merayakan “Allah disekutukan” dan merayakan “Tuhan lain disembah selain Allah”, tentu dalam hal ini seorang muslim harus kuat aqidahnya.
Salah satu peran ijma’ adalah mencegah munculnya pendapat setelahnya lagi yang menyelisihi, agar umat selalu bersatu.
Al-Qadhi Abu Ya’la rahimahullah berkata,
ﺍﻹﺟﻤﺎﻉ ﺣﺠﺔ ﻣﻘﻄﻮﻉ ﻋﻠﻴﻬﺎ، ﻳﺠﺐ ﺍﻟﻤﺼﻴﺮ ﺇﻟﻴﻬﺎ، ﻭﺗﺤﺮﻡ ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ
“Ijma’ adalah hujjah yang pasti, wajib kembali padanya dan diharamkan menyelisihinya” [Al-‘Uddah 4/1058]
Sahabat muslim, mari simak pembahasannya disini. Klik https://muslim.or.id/35319-ijma-ulama-larangan-mengucapkan-selamat-pada-hari-raya-non-muslim.html
Penyusun: Raehanul Bahraen
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
SIMBOL AGAMA NASHRANI, NABI SURUH LEPAS
‘Adi bin Hatim pernah berkata bahwa beliau pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di lehernya terdapat salib dari emas. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
يَا عَدِىُّ اطْرَحْ عَنْكَ هَذَا الْوَثَنَ
“Wahai ‘Adi buang berhala yang ada di lehermu.” (HR. Tirmidzi no. 3095, hasan menurut Syaikh Al Albani)
Kita tahu bahwa ‘Adi bin Hatim dulunya adalah Nashrani, sehingga masih ada bekas-bekas agamanya yang dulu. Wajar ketika itu beliau masih menggunakan salib. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suruh melepas simbol agama Nashrani tersebut. Tentu hal yang sama akan diberlakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika melihat pegawai, karyawan, pelayan dan pengemudi muslim mengenakan simbol Nashrani berupa topi santa klaus atau sinterklas. Karena kita umat Islam pun setuju, itu bukan simbol perayaan kita.
Sahabat muslim, yuk simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/19156-karyawan-toko-dengan-topi-sinterklas.html
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
NB: Silakan di-share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
MARI BELAJAR ADAB
Imam Abu ‘Amr Ibnu Shalah menceritakan perkataan Imam Abu Muhammad Ibn Abi Zaid, seorang Imam mazhab Maliki di zamannya, Beliau mengatakan, “Inti dan kunci dari adab yang baik terdapat dalam empat hadits Nabi berikut :
Pertama, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
( مَنْ كَانَ يُؤمنُ باللهِ واليومِ الآخر فليَقُلْ خيراً أو ليَصْمُتْ )
“Barangsiapa yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata yang baik atau diam” (H.R Bukhari dan Muslim)
Kedua, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
( مِنْ حُسْنِ إسلامِ المَرءِ تَركُهُ ما لا يَعْنِيهِ )
“Diantara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat” (H.R Tirmidzi, hasan)
Ketiga, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
( لا تَغْضَبْ)
Sabda Nabi kepada seorang yang meminta wasiat kepada beliau, kemudian beliau memberi wasiat singkat, “Jangan marah” Beliau sampai mengulanginya sebanyak tiga kali. (H.R Bukhari)
Keempat, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
( المُؤْمِنُ يُحبُّ لأخيه ما يُحبُّ لنفسه )
“Seorang mukmin itu menginginkan untuk saudaranya apa yang dia inginkan untuk dirinya sendiri” (H.R Bukhari dan Muslim)
Hadits-hadits di atas banyak mengandung faedah tentang adab. Mari kita resapi dan pelajari maknanya, serta diamalkan dalam setiap aktifitas kita. Semoga bermanfaat.
(Sumber: Jami’ul ‘Ulum wal Hikam karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah)
Penulis: Ust. dr. Adika Mianoki
Sumber: https://muslim.or.id/24238-mari-belajar-adab.html
@muslimorlid
SEBAB-SEBAB MENYEBARNYA BID'AH
Tidak diragukan lagi bahwa berpegang kepada Al Qur’an dan As Sunnah adalah jalan yang lurus untuk terhindar dari jalan-jalan menyimpang yang berupa bid’ah dan penyimpangan dalam agama. Allah Ta’ala berfirman:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ
“dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya” (QS. Al An’am: 153)
Karena jatuhnya seseorang ke dalam bid’ah dan penyimpangan sejatinya karena ia enggan berpegang pada Al Qur’an dan As Sunnah. Inilah sebab pokok dari kebid’ahan. Namun jika kita perinci lagi, ada beberapa sebab yang menjadi faktor utama tersebarnya bid’ah di tengah kaum Muslimin:
1. Jahil (tidak paham) terhadap hukum-hukum agama
Semakin jauh dari masa hidupnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ilmu semakin sedikit dan kejahilan semakin tersebar. Hal ini telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :
من يعشْ منكم يرَ اختلافًا كثيرًا
“Barangsiapa yang hidup sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak” (HR. At Tirmidzi 2676, ia berkata: “hasan shahih”)
juga sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
إن اللهَ لا يقبضُ العلمَ انتزاعًا ينتزِعُهُ من العبادِ، ولكن يقبضُ العلمَ بقبضِ العلماءِ، حتى إذا لم يُبْقِ عالمًا، اتخذَ الناسُ رُؤوسًا جُهَّالًا، فسُئِلوا، فأفْتَوا بغيرِ علمٍ، فضلوا وأضلوا
“sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan seketika dari para hamba. Namun Allah mencabutnya dengan wafatnya para ulama. Hingga tidak tersisa satu orang alim pun, manusia lalu mengangkat orang jahil sebagai pemimpin. Ia ditanya, lalu berfatwa tanpa ilmu. Ia sesat dan menyesatkan” (HR. Al Bukhari 100, Muslim 2673).
Karena tidak ada yang bisa meluruskan perbuatan bid’ah kecuali para ulama, yaitu orang-orang yang mengilmui hukum-hukum agama dengan pemahaman yang shahih. Ketika para ulama sedikit jumlahnya atau tidak ada sama sekali maka perbuatan bid’ah merajalela dan menyebar.
2. Mengikuti hawa nafsu
Orang yang enggan untuk mengikuti tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah, maka sebenarnya ia mengikuti hawa nafsunya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ
“Maka jika mereka tidak menjawab seruanmu, maka ketahuilah bahwa mereka itu mengikuti hawa nafsu mereka. dan barangsiapa yang lebih sesat dari orang yang mengikuti hawa nafsu meeka tanpa petunjuk dari Allah” (QS. Al Qashash: 50)
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)” (QS. Al Jatsiyah: 23).
Dan kebid’ahan merupakan bentuk mengikuti hawa nafsu.
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/21916-sebab-sebab-menyebarnya-bidah.html
@muslimorid
Hendaknya setiap kita sebagai seorang muslim berbicara dengan ilmu atau diam karena penuh kehatian-kehatian dalam bersikap. Silakan di-share.
Читать полностью…