*[ Rumus Canggih : "Anda + YPIA = Proyek-Proyek Kebaikan yang Nyata" ]*
Tak terasa, sudah 13 tahun Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari (YPIA) bergerak di bidang dakwah publik dan pembinaan generasi muda khususnya mahasiswa dan umat Islam pada umumnya.
Atas pertolongan Allah Ta'ala, Alhamdulillah telah banyak terlihat perubahan positif pada ummat, dari dakwah perbaikan yang diusung oleh YPIA dengan tagline "Memurnikan Aqidah, Menebarkan Sunnah".
Semua proyek kebaikan yang diselenggarakan YPIA, tidak lain tidak bukan ialah buah manis dari kepedulian segenap pejuang-pejuang dakwah YPIA dan juga segenap donatur sekalian, biidznillah.
Kemudian daripada itu, untuk semakin melancarkan dan menggencarkan program-program dakwah, maka dirasa perlu untuk menyediakan sebuah "MARKAS DAKWAH".
*Ada 10 Manfaat Point tentang Markas Dakwah :*
1. Pengelolaan website dakwah www.muslimah.or.id dan www.muslim.or.id, yang kini menempati peringkat 3 sebagai situs web islami berbahasa Indonesia dengan jumlah viewer 50.000 lebih
2. Pengelolaan Radio Dakwah "Radio Muslim", yang dengan live streamingnya www.radiomuslim.com telah mendapat tempat di hati kaum muslimin di berbagai macam negara.
3. Pengelolaan program pembelajaran bahasa Arab melalui Ma’had ‘Umar bin Khatthab, yang menerima santri-santriwati 700 orang lebih tiap tahunnya. Tidak hanya mahasiswa yang mengikutinya, bahkan dosen, ibu rumah tangga dan seorang kakek pensiunan pernah mencicipi indahnya belajar bahasa arab.
4. Pengelolaan Pesantren Mahasiswa Ma’had ‘Ilmi, yang telah melahirkan pegiat-pegiat dakwah yang terus konsen memberi perbaikan pada ummat. Lulusan Ma'had Ilmi ini nantinya akan dimaksimalkan untuk berdakwah di kampus dan masjid se-Yogyakarta untuk mengisi kultum, khotbah dan kajian-kajian tematik.
5. Program penghafalan Al-Qur'an mahasiswa melalui Kampus Tahfidz, yang diantara lulusannya kini menjadi imam tetap di masjid sekitar UGM Yogyakarta
6. Pengelolaan Wisma Mahasiswa Muslim & Muslimah, yang kini sudah sebanyak 8 wisma. YPIA memang menaruh atensi yang tinggi dalam dakwah terhadap mahasiswa. Oleh karenanya, YPIA menyediakan sebuah tempat tinggal untuk mahasiswa yang nyaman dan kondusif bagi mahasiswa yang ingin mendalami agama dan berkontribusi dalam dakwah.
7. Penerbitan Buletin Jum'at At Tauhid, yang dicetak 17.500 eksemplar tiap pekannya, telah memberikan edukasi kepada masyarakat di Yogyakarta dan kota lainnya.
8. Pengordinasian kajian keislaman umum & Kajian Mahasiswa, yang kini bisa kita rasakan betapa maraknya kajian-kajian sunnah di bumi Yogyakarta. Bahkan ada yang sampai mengatakan jika "Yogyakarta adalah 'surga' bagi mahasiswa dalam emncari ilmu agama."
9. Pengelolaan SDIT Yaa Bunayya,yang baru-baru ini siswa-siswinya meraih prestasi lomba tahfizh tingkat provinsi. Rata-rata siswa-siswi kelas 5 SD sudah hafal 5 juz.
10. Pusat koordinasi tim Peduli Muslim dalam program layanan kesehatan, tanggap darurat bencana alam, penyaluran zakat mal, pengiriman da'i ke penjuru tanah air, santunan kemanusiaan dll
---
YUK, BANTU PERJUANGAN DAKWAH YPIA
Donasi untuk Markas Dakwah akan kembali dibuka dalam momentum 10 hari terakhir Ramadhan ini.
Donasi dapat Anda salurkan melalui rekening YPIA berikut ini,
1. Bank BNI Syariah Yogyakarta
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari.
Nomor rekening: 0241913801.
2. Bank Muamalat
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari Yogyakarta.
Nomor rekening: 5350002594
3. Bank Syariah Mandiri
atas nama: YPIA Yogyakarta.
Nomor rekening: 7031571329.
4. CIMB Niaga Syariah
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari.
Nomor rekening: 508.01.00028.00.0.
Konfirmasi donasi :
Setiap donatur mohon memberikan konfirmasi ke nomor HP: 0857-4722-3366 (SMS/Whatsapp)
Format konfirmasi :
Nama # Alamat # email # BesarDonasi # TanggalTransfer # Rekening # Markas Dakwah #
Contoh :
Seno Panji Hanafi # Jogjakarta # abdullah@gmail.com # 2 Juta # 10/06/2016 # BNI Syariah # Markas Dakwah
---
Mari sama-sama kita menjadi agen-agen kebaikan yang berkontribusi menghasilkan proyek-proyek kebaikan yang nyata...!
Bersama YPIA Y
Doa Di Malam Lailatul Qadar
Di antara amalan yang dianjurkan ketika seseorang bertemu dengan lailatul qadar adalah memperbanyak do’a ampunan.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى »
Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdo’alah:
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni
(Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku)”
(HR. Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Hadits ini dibawakan oleh Imam Tirmidzi dalam bab “Keutamaan meminta maaf dan ampunan pada Allah”. Maksud dari “innaka ‘afuwwun” adalah yang banyak memberi maaf. Demikian kata penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi.
Para ulama menyimpulkan dari hadits di atas tentang anjuran memperbanyak do’a “Allahumma innaka ‘afuwwun …” pada malam yang diharap terdapat lailatul qadar. Do’a di atas begitu jaami’ (komplit dan syarat makna) walau terlihat singkat. Do’a tersebut mengandung ketundukan hamba pada Allah dan pernyataan bahwa dia tidak bisa luput dari dosa. Namun sekali lagi meminta ampunan seperti ini tidaklah terbatas pada bulan Ramadhan saja.
Al Baihaqi rahimahullah berkata, “Meminta maaf atas kesalahan dianjurkan setiap waktu dan tidak khusus di malam lailatul qadar saja.” (Fadho-ilul Awqot, hal. 258).
Ibnu Rajab rahimahullah juga memberi penjelasan menarik, “Dianjurkan banyak meminta maaf atau ampunan pada Allah di malam lailatul qadar setelah sebelumnya giat beramal di malam-malam Ramadhan dan juga di sepuluh malam terakhir. Karena orang yang arif adalah yang bersungguh-sungguh dalam beramal, namun dia masih menganggap bahwa amalan yang ia lakukan bukanlah amalan, keadaan atau ucapan yang baik (sholih). Oleh karenanya, ia banyak meminta ampun pada Allah seperti orang yang penuh kekurangan karena dosa.”
Yahya bin Mu’adz pernah berkata, “Bukanlah orang yang arif jika ia tidak pernah mengharap ampunan Allah.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 362-363).
Hadits ‘Aisyah di atas juga menunjukkan bahwa do’a di malam lailatul qadar adalah do’a yang mustajab sehingga dia bertanya pada Rasul mengenai do’a apa yang mesti dipanjatkan di malam tersebut.
Semoga Allah memberi kita taufik untuk terus beramal sholih di hari-hari terakhir Ramadhan.
Selengkapnya: https://muslim.or.id/17657-kajian-ramadhan-18-doa-di-malam-lailatul-qadar.html
Bersemangatlah di Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan
Para pembaca -yang semoga dimudahkan Allah untuk melakukan ketaatan-. Perlu diketahui bahwa sepertiga terakhir bulan Ramadhan adalah saat-saat yang penuh dengan kebaikan dan keutamaan serta pahala yang melimpah. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu suri tauladan kita -Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam– dahulu bersungguh-sungguh untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir tersebut dengan berbagai amalan melebihi waktu-waktu lainnya.
Sebagaimana istri beliau -Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha– berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’, pen), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Maka perhatikanlah apa yang dilakukan oleh suri tauladan kita! Lihatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah malah mengisi hari-hari terakir Ramadhan dengan berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan untuk persiapan lebaran (hari raya). Yang beliau lakukan adalah bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah seperti shalat, membaca Al Qur’an, dzikir, sedekah dan lain sebagainya. Renungkanlah hal ini!
Selengkapnya: https://muslim.or.id/356-lailatul-qadar-dan-itikaf.html
[ Dokumentasi kegiatan Semarak Ramadhan YPIA 1437 H ]
---
Diantara kegiatan - kegiatan Semarak Ramadhan ialah sebagai berikut :
*1. Penyaluran buka puasa bersama*
(Disebarkan ke 28 titik yg tersebar tidak hanya di Yogyakarta, akan tetapi pula di daerah-daerah Jawa Tengah, Garut dan Bangka Belitung)
*2. Penerbitan buku panduan Ramadhan*
(Diterbitkan 10.000 eksemplar dan dibagikan GRATIS ke seluruh Indonesia, bahkan sampai Uni Emirat Arab)
*3. Kajian bedah buku Panduan Ramadhan*
(Dikaji bersama penulisnya langsung, Ust Abduh Tuasikal M.Sc. dan dihadiri ratusan peserta kajian)
*4. Kajian intensif Ramadhan*
(Dengan Narasumber Ust Aris Munandar SS., M.PI., tiap pagi hari membahas kitab "Shifatus Sholah" karya Syaikh Utsaimin)
*5. Bahasa arab dasar Ramadhan*
(Diselenggarakan salah satu divisi pendidikan oleh Mahad Umar Bin Khattab, pertemuan 1-20 Ramadhan)
*6. Kajian menjelang buka puasa*
(Diselenggarakan 1-20 Ramadhan, bersama Ust Aris Munandar SS., MPI, membahas kitab "Sittu Duror")
*7. Tahsin al quran*
(Diselenggarakan oleh Kampus Tahfizh mulai dari 1-20 Ramadhan di Masjid Pogung Raya)
*8. SMS Taushiyah*
(Dakwah singkat melalui SMS selama bulan Ramadhan)
*9. Pelayanan kultum dan ceramah*
(YPIA dengan sumber daya lulusan Mahad Ilmi dan Mahad Umar Bin Khattab, siap membantu masjid-masjid di Yogyakarta)
*10. Penyebaran CD video kajian singkat*
(Disebar ke instansi-instansi dan tempat umum)
*11. Pengumpulan dan penyaluran zakat mal*
(Bekerjasama dengan Peduli Muslim)
*12. Bingkisan hari raya untuk penggiat dakwah dan tokoh masyarakat*
(Saling memberi hadiah, agar tumbuh keterikatan dan saling mencintai)
*13. Pemeriksaan kesehatan warga*
(YPIA peduli warga Pogung)
---
Alhamdulillah diberikan kelancaran dan kemudahan oleh Allah untuk menjalankan semua program sampai dengan saat ini.
Bagi yang ingin berkontribusi dalam kegiatan semarak ini, kami masih membuka kesemapatan bagi anda.
1.Bank BNI Syariah Yogyakarta atas nama Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari. Nomor rekening: 024 1913 801.
2.Bank Muamalat atas nama Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari Yogyakarta. Nomor rekening: 5350002594.
3.Bank Syariah Mandiri atas nama YPIA Yogyakarta. Nomor rekening: 703 157 1329.
4.CIMB Niaga Syariah atasn ama Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari. Nomor rekening: 508.01.00028.00.0.
format konfirmasi : Nama # Domisili # Jumlah Donasi # Rekening Tujuan # Tanggal Donasi # Semarak Ramadhan
---
Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366
Keutamaan menghafal Al Qur’an
1. Penghafal Qur’an adalah Shahibul Qur’an
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله
“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah”
maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).
2. Al Qur’an akan menjadi syafa’at bagi shahibul Qur’an
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
اقرأوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه
“bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa’at bagi shahibul Qur’an” (HR. Muslim 804)
3. Derajat di surga tergantung pada hafalan Qur’an
Semakin banyak hafalannya, akan semakin tinggi kedudukan yang didapatkan di surga kelak. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يقال لصاحب القرآن اقرأ وارتقِ، ورتل كما كنت ترتل في الدنيا، فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها
“akan dikatakan kepada shahibul qur’an (di akhirat) : bacalah dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia. karena kedudukanmu tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca” (HR. Abu Daud 2240, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).
4. Termasuk sebaik-baik manusia
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خيركم من تعلم القرآن وعلَّمه
“sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 4639).
5. Allah mengangkat derajat shahibul Qur’an di dunia
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواماً ويضع به آخرين
“sesungguhnya Allah mengangkat beberapa kaum dengan Al Qur’an ini dan menghinakan yang lain dengannya” (HR. Muslim 817)
6. Penghafal Al Qur’an lebih diutamakan untuk menjadi imam
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله
“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah” (HR. Abu Daud 582, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
Selengkapnya: https://muslimah.or.id/6222-mengapa-perlu-menghafal-al-quran-1.html
Aplikasi Android Gratis Muslim.Or.Id
Bismillah
Alhamdulillah, aplikasi android dari Muslim.Or.Id telah resmi dirilis di Playstore dengan nama muslim.or.id Official App (atau search dengan nama muslimorid).
Aplikasi ini berisi konten Islami yang sama seperti versi websitenya. Ada 36 kategori artikel, di antaranya:
Aqidah,
Akhlak,
Fiqih & Muamalah,
Manhaj,
Sejarah Islam,
Al Qur’an,
Hadits,
Keluarga,
Muslimah,
Biografi Ulama,
Doa & Dzikir,
Info Kajian,
dan lain-lain.
Semoga dengan adanya aplikasi gratis ini, dapat memudahkan pembaca sekalian untuk mendapatkan artikel Islami yang bisa diakses di manapun pembaca berada.
LINK DOWNLOAD
>> https://goo.gl/pffoKW <<
Selengkapnya tentang Muslim.Or.Id
https://muslim.or.id/tentang-kami
"Memurnikan Aqidah, Menebarkan Sunnah"
Hati-hati.. Nikmat dunia bisa jadi tanda Allah menghinakan kita.. Dan musibah dunia bisa jadi tanda Allah menyayangi dan memperhatikan kita.
Ibnul Qoyyim -rohimahulloh-:
"Allah akan memberi pelajaran (hukuman) kepada hamba-Nya yg beriman yg dicintainya, yg mulia di sisi-Nya, dengan kesalahan atau kelalaian kecil, agar dia selalu terjaga dan waspada.
Adapun orang yg sudah jatuh di mata-Nya dan hina, maka Allah akan biarkan dia bergumul dg kemaksiatan-kemaksiatannya. Setiapkali melakukan dosa, Dia tambah kenikmatan untuknya.
Orang yg terkecoh akan mengira bahwa itu adalah kemuliaan yg diberikan Allah kepadanya, dia tidak tahu bahwa sebenarnya itu adalah kehinaan yg nyata baginya, dan bahwa dengan itu Allah menginginkan azab yg keras baginya, hukuman yg tiada akhirnya".
[Zadul Ma'ad 3/506].
---------
Oleh karenanya, perdalam terus Islam yg sesuai sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam, lalu sesuaikan hidup Anda dg sunnah itu.. Dan berjalanlah tenang di atasnya.
-----
Ustadz Musyaffa Ad Dariny, Lc., MA
Puasanya wanita yang tidak menutup aurat dengan sempurna
Syaikh Muhammad Hamud An Najdi hafizhahullah ditanya, “Syaikh, apakah wanita yang tabarruj (menampakan aurat, atau perhiasan atau kecantikannya kepada lelaki yang bukan mahram) di tengah hari bulan Ramadhan itu mempengaruhi puasanya?”.
Beliau menjelaskan:
Tabarruj adalah termasuk maksiat dan termasuk dosa besar. Dan yang di maksud tabarruj adalah seorang wanita perhiasan (aurat dan kecantikannya) atau hal-hal yang tidak boleh ia tampakkan lainnya di luar rumah. Dan tabarruj itu memiliki banyak bentuk, misalnya menggunakan kosmetik di wajah atau menggunakan perhiasan di tangan, atau menggunakan parfum ketika keluar rumah, dll. Ini semua diharamkan, tiap muslimah tidak boleh melakukannya.
Dan ada hadits shahih dalam Shahih Al Bukhari, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن لَم يدَع قَولَ الزُّورِ والعمَلَ بِه والجَهلَ ، فليسَ للَّهِ حاجَةٌ أن يدَعَ طعامَه وشرابَهُ
“barangsiapa yang tidak meninggalkan qauluz zuur atau mengamalkannya dan kejahilan, maka Allah tidak butuh kepada amalannya meninggalkan makan dan minum” (HR. Al Bukhari 6057)
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan bahwa qauluz zuur adalah dusta, fitnah, persaksian palsu, demikian juga kejahilan, demikian juga mengamalkannya berupa berdusta, mencurangi orang, dan semua perbuatan haram lainnya (termasuk tabarruj, pent.) maka Allah Ta’ala tidak butuh pada puasanya.
Karena Allah Ta’ala menginginkan anda ketika anda berpuasa dari makan dan minum, anda juga mempuasakan pendengaran anda dari mendengarkan musik, mendengarkan ghibah, namimah, dan juga mempuasakan penglihatan anda dari melihat yang tidak halal untuk dilihat, juga mempuasakan lisan dari mencela, melaknat, menuduh secara dusta, menghina, dll.
Dan terkadang orang yang melakukan ini (termasuk wanita yang ber-tabarruj) tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari puasanya. Namun tidak kita katakan kepada orang yang bermaksiat ketika puasa, “ya sudah silakan berbuka saja..”. Atau kita mengatakan kepada pelaku maksiat, “kamu ini sudah batal (karena maksiatmu), dan wajib bagimu untuk meng-qadha di hari lain“, tidak kita katakan demikian.
Sumber: https://muslimah.or.id/6166-puasanya-wanita-yang-ber-tabarruj.html
Adh-dhohak bin Muzaahim, tatkala ia menjumpai sore hari... Maka ia menangis...
Ketika ditanyakan padanya,
"Apa gerangan yang membuatmu menangis...?"
Lantas ia menjawab,
"Aku tidak mengetahui pada hari ini, apakah diantara amalku ada yang terangkat naik?"
(Shifatus Shofwah 4/150, dinukil dari kitab Aina Nahnu Min Akhlaqis Salaf)
---
Lalu bagaimana dengan amal kita hari ini? Tidakkah kita menggabungkan rasa takut dan harap?
Semoga Allah senantiasa menerima segenap amal dan memudahkan kita dalam setiap kebaikan...
Rabbanal Taqabbal Minnaa...
Selamat beramal di bulan Ramadhan...
---
Daftarkan nomor anda untuk dapatkan broadcast islami...
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
085747223366
Ramadhan Adalah Bulan Kesabaran
Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah madrasah yang agung dan bangunan (keimanan) yang tinggi, yang para hamba mengambil darinya banyak ibroh dan pelajaran bermanfaat yang mendidik jiwa dan meluruskannya pada bulan Ramadhan ini dan di sisa umurnya. Dan salah satu (pelajaran besar) yang diambil oleh orang-orang yang berpuasa di bulan yang agung dan musim yang diberkahi ini adalah membiasakan diri dan membawanya kepada kesabaran, oleh karena itu , terdapat dalam beberapa Hadits , (bahwa) Nabi yang sangat penyayang –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mensifati bulan Ramadhan dengan “bulan kesabaran”.
Diantaranya adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Muslim dari Hadits Abu Qotadah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صَوْمُ الدَّهْرِ))
“Puasa bulan kesabaran dan puasa tiga hari di setiap bulan adalah puasa sepanjang tahun”.
وأخرج الإمام أحمد عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ عَنِ الْأَعْرَابِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وذكر الحديث أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (( صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ يُذْهِبْنَ وَحَرَ الصَّدْرِ ))
Dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Yazid bin Abdullah bin Asy-Syikhkhir, dari Al-A’rabii berkata saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dan beliau menyebutkan Hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
(( صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ يُذْهِبْنَ وَحَرَ الصَّدْرِ ))
“Puasa bulan Kesabaran dan puasa tiga hari di setiap bulan menghilangkan wahar[4] dada”. [5]
An-Nasa`i meriwayatkan dari Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((صمْ شهرَ الصبرِ وثلاثةَ أيامٍ من كلِّ شهر…))
“Puasa bulan Kesabaran dan puasa tiga hari di setiap bulan…”
Dalam ketiga Hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mensifati bulan Ramadhan sedbagai bulan kesabaran, hal itu dikarenakan terkumpul dalam bulan Ramadhan seluruh jenis kesabaran; sabar melaksanakan ketaatan kepada Allah, sabar meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya dan sabar dalam menghadapi takdir Allah yang berat (yang dirasakan oleh seorang hamba)
Selengkapnya:
https://muslim.or.id/25997-ramadhan-adalah-bulan-kesabaran-1.html
Lurusnya hati dan lisan adalah ciri yang paling jelas dan bukti paling nyata yang menunjukkan sempurnanya puasa seseorang. Dan dahulu para salaf, mereka menganggap orang yang paling utama di kalangan mereka adalah orang yang paling lurus hati dan lisannya. Iyas bin Mu’awiyah bin Qurrah mengatakan:
كان أفضلهم عندهم – أي السلف – أسلمَهم صدوراً وأقلهم غيبة
“orang yang paling utama di antara mereka (salaf) adalah yang paling lurus hatinya dan yang paling sedikit ghibah-nya” (Diriwayatkan Ath Thabrani dalam Makarimul Akhlak).
Sufyan bin Dinar mengatakan:
قلت لأبي بشير – وكان من أصحاب علي – : أخبرني عن أعمال من كان قبلنا ، قال : كانوا يعملون يسيراً ويؤجرون كثيراً ، قال قلت : ولم ذلك ؟ قال : لسلامة صدورهم
“aku berkata kepada Abu Basyir (ia adalah salah satu murid Ali bin Abi Thalib) : ‘kabarkan kepada saya amalan apa yang biasa diamalkan orang-orang sebelum kita (para salaf)’. Ia berkata: ‘mereka beramal sedikit namun mendapatkan banyak pahala’. Aku bertanya: ‘bagaimana bisa begitu?’. Ia berkata: ‘karena lurusnya hati mereka'” (Diriwayatkan oleh Ibnus Sirri dalam Az Zuhd).
Ramadhan adalah kesempatan emas dan hadiah dari Allah untuk meluruskan hati dan lisan kita dari berbagai macam kotoran dan penyakit.
Selengkapnya:
https://muslim.or.id/28219-puasa-yang-sempurna-menghasilkan-hati-dan-lisan-yang-lurus.html
Rahasia Infaq Di Bulan Ramadhan
Dalam hadits Ibnu Abbas disebutkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau bertambah kedermawanannya di bulan Ramadlan ketika bertemu dengan malaikat Jibril, dan Jibril menemui beliau di setiap malam bulan Ramadlan untuk mudarosah (mempelajari) Al Qur’an” (HR Al Bukhari).
Hadits tersebut memberikan faidah kepada kita bahwa kedermawanan hendaknya lebih di tingkatkan lagi di bulan Ramadlan. Mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih meningkatkan kedemawanan di bulan Ramadlan secara khusus? Al Hafidz Ibnu Rajab menyebutkan banyak faidah mengapa demikian.
Beliau berkata, “Meningkatnya kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadlan secara khusus memberikan faidah yang banyak, diantaranya:
Pertama: Bertepatan dengan waktu yang mulia dimana amalan dilipatkan gandakan pahalanya bila bertepatan dengan waktu yang mulia.
Kedua: Membantu orang-orang yang berpuasa, sholat malam, dan berdzikir dalam ketaatan mereka, sehingga orang yang membantu itu mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang dibantu. Sebagaimana orang yang memberikan persiapan perang kepada orang lain mendapat pahala seperti orang yang berperang.
Ketiga: Allah amat dermawan kepada hamba-hamabNya di bulan Ramadlan dengan memberikan kepada mereka rahmat, ampunan dan kemerdekaan dari api Neraka, terutama di malam lailatul qodar. Allah merahmati hamba-hambaNya yang kasih sayang, sebagaimana Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
“Sesungguhnya Allah hanyalah menyayangi hamba-hambaNya yang penyayang” (HR Bukhari dan Muslim).
Barang siapa yang dermawan kepada hamba-hamba Allah, maka Allahpun akan dermawan kepadanya dengan karuniaNya, dan balasan itu sesuai dengan jenis amalan.
Keempat: Menggabungkan puasa dan sedekah adalah sebab yang memasukkan ke dalam surga, sebagaimana dalam hadits Ali Radliyallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَام
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat kamar-kamar yang luarnya terlihat dari dalamnya, dan dalamnya terlihat dari luarnya.” Seorang arab badui berdiri dan berkata, “Untuk siapa wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “Untuk orang yang membaguskan perkatannya, memberi makan, senantiasa berpuasa, dan shalat malam karena Allah sementara manusia sedang terlelap tidur” (HR At Tirmidzi).
Amalan-amalan yang disebutkan dalam hadits ini semuanya ada dalam bulan Ramadlan, maka terkumpul pada seorang mukmin puasa, qiyamullail, shodaqoh, dan berbicara baik karena orang yang sedaang berpuasa dilarang melakukan perbuatan sia-sia dan kotor.
Kelima: Menggabungkan antara puasa dan sedekah lebih memberikan kekuatan yang lebih untuk menghapus dosa dan menjauhi api Neraka, terlebih bila ditambah sholat malam. Dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa puasa adalah perisai. Beliau juga mengabarkan bahwa shodaqoh itu dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air dapat memadamkan api.
Keenam: Orang yang berpuasa tentunya tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, maka shodaqoh dapat menutupi kekurangan dan kesalahan tersebut, oleh karena itu diwajibkan zakat fithr di akhir Ramadlan sebagai pensuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan kata-kata yang kotor.
***
Penulis: Ust. Abu Yahya Badrusalam, Lc.
Sebuah Renungan Dari Penantian Waktu Berbuka Puasa
Sobat! Di bulan Ramadhan ini, setiap muslim memiliki tradisi baru yaitu menantikan detik-detik matahari terbenam yang menandai datangnya malam dan kepergian siang. Ada satu alasan anda menantikan terbenamnya matahari, yaitu pada waktu itu anda diizinkan untuk berbuka puasa.
Dan biasanya pula, untuk menyambut terbenamnya matahari ini, istri atau ibu anda menyiapkan menu makanan dan minuman yang lezaat. Terlebih lagi anda menyantap hidangan dan minuman itu setelah sesiangan menahan rasa lapar dan dahaga. Padahal sepenuhnya anda menyadari, tanpa anda nantikan matahari pasti terbenam, dan tanpa istri atau ibunda mempersiapkan hidangan atau minuman, mentari pasti terbenam.
Anda bisa bayangkan, bagaimana perasaan anda bila setelah penantian yang cukup melelahkan, anda membuka tutup saji hidangan yang terletak di meja makan, ternyata anda tidak menemukan secuil makanan dan setetes air minuman. Kira kira, apa dan bagaimana perasaan anda? Kecewa, konyol, marah dan duka yang mendalam. Bukankah demikian?
Sobat! Kondisi di atas sejatinya adalah ilustrasi sederhana tentang ajal yang saat ini tidak anda nantikan namun pasti datang menjemput anda. Saat ini, selama anda menjalani kehidupan di dunia, sejatinya anda sedang berpuasa, menahan diri dari berbagai kenikmatan yang menanti anda di surga kelak. Kehidupan dunia ini bagaikan puasa yang saat ini anda jalankan, dan tidak lama lagi mentari kehidupan anda pastilah berakhir dan terbenam. Namun sudahkah anda menyiapkan hidangan lezat dan minuman segar yang akan anda santap setelah anda memejamkan mata kehidupan di dunia dan membuka mata di kehidupan di akhirat?
Bila ibadah puasa dengan menahan diri dari kenikmatan dunia menjadikan anda dan keluarga anda sadar untuk menyiapkan sajian berbuka, maka mengapa selama ini perintah Allah kepada anda untuk menahan diri dari syahwat dan kenikmatan haram seakan belum menggugah anda dari kelalaian panjang dari menyiapkan sajian untuk berbuka di akhirat kelak? Mungkinkah anda lebih siap untuk menahan rasa kecewa dan duka yang akan menimpa anda ketika kelak membuka mata di alam kubur, melebihi kesiapan anda untuk menahan kecewa dan duka karena setelah mentari dunia terbenam anda tidak menemukan secuil hidangan atau setetes minuman? Renungkan baik baik sobat! Dan simak firman Allah Ta’ala berikut, semoga anda segera terjaga dari kelalaian anda yang telah berkepanjangan:
)أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ(
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al Hadid 16).
***
Penulis: Ust. Dr. Muhammad Arifin Baderi, Lc., MA.
@muslimorid
Boleh jadi kebaikan dan kenikmatan yang kita rasakan hingga detik ini, diantaranya merupakan buah kebaikan yang telah kita tanam.
Mungkin saja, berupa balasan dari buah kebaikan yang telah kita kerjakan semisal;
# Anak-anak TPA; yang telah kita ajarkan alif ba ta kepadanya...
# Pengendara mobil; yang kita persilahkan lebih dulu, agar bisa berjalan terlebih dahulu di suatu persimpangan jalan...
# Tetangga rumah; yang kita tunaikan haknya. Senantiasa menebarkan senyum dan salam...
# Seorang Musafir; yang tengah tersesat dan bertanya alamat, kemudian kita beri tahu arah jalannya...
# Seorang nenek lansia; yang kita persilahkan duduk menempati tempat duduk di bis ataupun kereta...
# Atau pula, sekumpulan orang berpuasa; yang kemudian dengan sebagian harta berkelebihan, kita sisihkan untuk mereka berbuka..
---
Sungguh benar sabda rasulNya shallallahu ‘alaihi wasallam ,
صنائع المعروف تقي مصارع السوء
“ Perbuatan baik itu dapat menghindarkan seseorang dari keburukan ” (HR. Thabrani, Syaikh Albani menilai hadits ini hasan lighairihi)
---
Kami membuka peluang kebaikan bagi saudara-saudara sekalian...
*"Donasi Buka Puasa"*
Donasi dapat dikirimkan ke rekening berikut:
1. Bank BNI Syariah Yogyakarta atas nama Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari. Nomor rekening: 024 1913 801
2. Bank Syariah Mandiri atas nama YPIA Yogyakarta. Nomor rekening: 703 157 1329.
Format Konfirmasi Donasi:
Tanggal Donasi # Nama # Domisili # Jumlah Donasi # Rekening Bank Tujuan # BUKA PUASA #
Konfirmasi dapat dikirim ke nomor Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta,
085747223366 (SMS/WA)
---
Sungguh benar sabda rasulNya shallallahu ‘alaihi wasallam ,
صنائع المعروف تقي مصارع السوء
“Perbuatan baik itu dapat menghindarkan seseorang dari keburukan”
*MARI BERLOMBA DALAM KEBAIKAN*
*...IHRISH...*
Diantara ciri lelaki terbaik adalah baik akhlaknya kepada keluarganya
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
«خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى»
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik (dalam bergaul) dengan keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik (dalam bergaul) dengan keluargaku” (HR at-Tirmidzi (no. 3895) dan Ibnu Hibban (no. 4177), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani).
Hanya Ingin I'tikaf Di Malam Ganjil Saja
Beberapa orang tidak bisa i’tikaf penuh selama 10 hari terakhir atau 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Baik karena berbagai kesibukan yang memang tidak bisa ditinggal misalnya petugas medis, petugas keamanan dan petugas komunikasi. Sehingga mereka ketika memilih jadwal, lebih memfokuskan pada malam ganjil saja. Yang kemungkinan lailatul qadar turun pada malam ganjil tersebut sebagaimana hadits, Dari A’isyah radhiallahu ‘anha berkata, “Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf disepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda,
تحروا (و في روية: التمسوا) ليلة لقدر في (الوتر من) العشر الأواخر من رمضان
“Carilah malam lailatul qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari IV/220, Muslim no. 1169)
Malam tersebut bisa jadi malam ganjil atau malam genap
Dalam hadits dinyatakan bahwa agar kita mencari di malam ganjil. Akan tetapi bisa jadi itu jika dihitung dari awal bulan. Sedangkan ada hadits yang menyatakan bahwa kita mencarinya di sisa akhir bulan Ramadahan. Artinya kita menghitung dari belakang. Dan bulan Ramadhan bisa 30 hari dan bisa 29 hari sehingga jika kita menghitung mundur maka bisa berubah-ubah. Jadi bisa jadi malam ke-27 adalam malam ganjil jika bulan Ramadhan 30 hari dan bisa jadi malam genap jika bulan Ramadhan 29 hari.
Hitungan mundur didasarkan pada hadits berikut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لِتَاسِعَةٍ تَبْقَى لِسَابِعَةٍ تَبْقَى لِخَامِسَةٍ تَبْقَى لِثَالِثَةٍ تَبْقَى
“Lailatul qadar ada pada sembilan hari yang tersisa, bisa jadi ada pada tujuh hari yang tersisa, bisa jadi pula pada lima hari yang tersisa, bisa juga pada tiga hari yang tersisa” (HR. Al Bukhari)
Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
فان كان الشهر تسعا وعشرين فأول العشر الاواخر بلا شك ليلة عشرين منه، فهى إما ليلة عشرين، وإما ليلة اثنين وعشرين، وإما ليلة أربع وعشرين، واما ليلة ست وعشرين، واما ليلة ثمان وعشرين، لان هذه هي الاوتار من العشر الاواخر، وان كان الشهر ثلاثين فأول الشعر الاواخر بلا شك ليلة احدى وعشرين، فهى إما ليلة احدى وعشرين، واما ليلة ثلاث وعشرين، واما ليلة خمس وعشرين، واما ليلة سبع وعشرين، واما ليلة تسع وعشرين، لان هذه هي أوتار العشر بلاشك
“Apabila Bulan Ramadhan itu ada 29 hari, maka tidak diragukan lagi bahwa awal dari sepuluh malam terakhir adalah malam ke-20. Sehingga, lailatul qadar dimungkinkan jatuh pada malam ke-20, atau ke-22, atau ke-24, atau ke-26, atau ke-28. Karena inilah malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir.apabila bulan Ramadhan itu 30 hari, maka tidak diragukan lagi bahwa awal dari sepuluh malam terakhir adalah malam ke-21. Sehingga, lailatul qadar dimungkinkan jatuh pada malam ke-21, atau ke-23, atau ke-25, atau ke-27, atau ke-29. Karena inilah malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir.” (Al Muhalla 4/457, Darul Fikr, Beirut, syamilah).
Selengkapnya: https://muslim.or.id/22156-hanya-ingin-itikaf-di-malam-ganjil-saja.html
___
Like fanspage https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam
Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
Soal:
Apakah cabut gigi membatalkan puasa karena keluarnya darah ketika gigi dicabut?
Jawab:
Keluarnya darah ketika cabut gigi tidak mempengaruhi puasa sedikit pun. Namun wajib bagi orang yang berpuasa tersebut untuk berusaha menjaga agar tidak menelan darah. Karena keluarnya darah di sini adalah perkara yang insidental dan bukan hal yang biasa terjadi, sehingga jika tertelan akan dapat membatalkan puasa. Berbeda dengan menelan ludah, itu tidak membatalkan puasa. Maka wajib bagi orang yang berpuasa tersebut untuk menjaga agar darah tidak sampai masuk ke perutnya. Namun jika darah masuk tanpa sengaja maka itu tidak mengapa, karena ia tidak melakukannya dengan sengaja.
Landasan berpikir yang digunakan banyak orang dalam masalah ini, yaitu masalah cabut gigi, atau keluarnya luka darah, adalah batalnya puasa karena hijamah (bekam). Karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أفطر الحاجم والمحجوم
“orang yang membekam dan yang dibekam batal puasanya”
Sebagian orang awam menyangka bahwa darah yang keluar dari cabut gigi atau dari luka dan semisalnya itu membatalkan puasa dianalogikan dengan hijamah (bekam). Padahal tidak demikian. Karena hijamah itu mengeluarkan banyak darah yang bisa mempengaruhi kondisi orang yang berpuasa, sehingga ia bisa menjadi malas dan lemas. Sehingga ia membutuhkan sesuatu yang bisa menguatkan dirinya kembali dan menghilangkan kelemasan yang disebabkan oleh hijamah (maksudnya ia bisa tergoda untuk makan, red). Adapun darah yang keluar dari cabut gigi dan semisalnya, ini tidak memberi pengaruh yang sama seperti pengaruh yang ditimbulkan oleh hijamah. Sehingga ia tidak membatalkan puasa sama sekali. Demikian juga, puasa seseorang tidak batal karena mengeluarkan darah untuk cek darah. Karena dokter terkadang butuh untuk mengambil darah dari pasien untuk mengecek darah tersebut. Ini tidak membatalkan puasa, karena darah yang diambil tersebut sedikit. Tidak mempengaruhi badan sebagaimana pengaruh dari hijamah. Sehingga tidak membatalkan puasa.
Selain itu, hukum asalnya puasa seseorang itu sah. Maka tidak mungkin kita mengatakan batal kecuali dengan dalil syar’i. Dan dalam masalah ini tidak ada dalil yang menunjukkan batalnya puasa seseorang karena keluarnya darah yang sedikit. Adapun mengeluarkan darah yang banyak dari badan sebagaimana dalam praktek hijamah, atau untuk donor darah yang akan diberikan kepada orang lain yang membutuhkan, ini membatalkan puasa. Maka jika seseorang sedang mengerjakan puasa wajib, tidak boleh ia mendonorkan darahnya dalam jumlah banyak kepada seseorang. Kecuali jika orang yang membutuhkan darah ini dalam keadaan yang sangat kritis, tidak bisa ditunda hingga terbenam matahari, dan para dokter telah menetapkan bahwa darah si Fulan yang sedang puasa inilah yang bisa memberi manfaaat kepadanya sehingga hilang bahaya dari orang tersebut, maka dalam keadaan ini tidak mengapa mendonorkan darah, lalu membatalkan puasa, kemudian makan dan minum hingga ia kuat kembali. Dan ia wajib meng-qadha puasanya yang ia batalkan tersebut. Wallahu a’lam.
Selengkapnya: https://muslim.or.id/28296-fatwa-ulama-cabut-gigi-ketika-puasa-apakah-puasa-batal.html
Perbuatan bid’ah tidak hanya tertolak namun juga mendapat dosa, karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)
Ramadhan.. Di situlah saatnya engkau bersimpuh di hadapan Allah, meminta ampun padaNya, dan mengoreksi diri dari segala kelalaian dan dosa.
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
"Celakalah seseorang yang kedatangan bulan ramadhan kemudian bulan ramadhan selesai sedangkan dosa-dosanya belum diampunkan" [HR. Tirmidzi]
Ustadz Syafiq Riza Basalamah
Budi Santoso:
*Progress Report Donasi Buka Puasa*
_SEMARAK RAMADHAN YPIA 1437 H_
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.” (HR. Tirmidzi, No.807)
---
Segala puji bagi Allah yang telah memudahkan kita dalam mengerjakan segenap amal-amal kebaikan. Semoga kita senantiasa dimudahkan dan diterima amal-amal kebaikannya.
Alhamdulillah, program Penyaluran Buka Puasa dalam Semarak Ramadhan YPIA 1437 H tengah berlangsung. Sekitar 8300 porsi santapan berbuka puasa telah disebar sampai dengan hari ke-15 di bulan Ramadhan ini.
Program ini tidak hanya penyaluran buka puasa semata, akan tetapi ada nilai-nilai dakwah yang dibawa. Sebanyak 28 tempat yang dijadikan sebagai titik penyaluran buka puasa dan masih terdapat 17 tempat lagi yang siap dijadikan target distribusi santapan buka puasa yang berikutnya.
Program ini tidak hanya berfokus di Yogyakarta saja, akan tetapi juga menjangkau daerah lainnya semisal : Garut, Purworejo, Petungkriyono, Garut, Klaten, Karanganyar, Kepulau Anambas-Bangka Belitung dan lain-lain.
---
Kami masih membuka program Donasi Buka Puasa sampai dengan hari ke-20 Ramadhan. Bagi yang ingin berdonasi dalam program ini dapat disalurkan dalam rekening berikut ini :
1.Bank BNI Syariah Yogyakarta atas nama Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari. Nomor rekening: 024 1913 801.
2.Bank Muamalat atas nama Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari Yogyakarta. Nomor rekening: 5350002594.
3.Bank Syariah Mandiri atas nama YPIA Yogyakarta. Nomor rekening: 703 157 1329.
4.CIMB Niaga Syariah atasn ama Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari. Nomor rekening: 508.01.00028.00.0.
Agar dapat disalurkan sesuai amanah, kami harapkan setelah berdonasi agar bisa mengonfirmasi ke nomor Tim Donasi Dakwah YPIA : 0857-4722-3366, dengan format konfirmasi : Nama # Domisili # Jumlah Donasi # Rekening Tujuan # Tanggal Donasi # Buka Puasa SR-YPIA1437H.
---
Jazaakumullahu khayran, kami ucapkan kepada donatur sekalian yang telah membersamai YPIA Yogyakarta dalam banyak proyek kebaikan.
---
Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366
Penghasilan terbaik
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya,
أيُّ الكسبِ أطيبُ ؟ قال : كسبُ الرَّجلِ بيدِه ، وكلُّ بيعٍ مبرورٍ
“Penghasilan apakah yang terbaik?” Beliau menjawab: “Penghasilan seseorang dari hasil jerih payah tangannya dan setiap jual-beli yang mabrur” (HR. Al Baihaqi dalam Ash Shaghir 2/237, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib 1688).
Jika kita memang tak bisa merubah suramnya kisah masa lalu...
Jika kita memang tak bisa memastikan baiknya masa depan....
Maka....
Kita punya hari ini untuk berbuat baik yang terbaik...
---
Jika kita menengok ke belakang, ternyata dibayangi dengan masa lalu yang kelam...
Jika kita menatap ke depan, ternyata diliputi dengan kecemasan dan ketidakpastian masa depan...
Maka....
Lihat-lah ke atas dan berdoalah... Sebab kita punya Allah Yang Maha Penyayang, yang sayangnya tiada berbilang...
Zat yang mengijabah setiap pinta... yang amat mustahil bila Dia menelantarkan hambaNya...
Maka....
Mari Banyak berdoa dan berbuat baik yang terbaik, hari ini....
---
Mari berdonasi dalam seabrek program kegiatan dakwah :
Semarak Ramadhan YPIA 1437 H.
Berikut ini proposal Semarak Ramadhan YPIA Yogyakarta 1437H / 2016M bisa langsung Anda lihat pada website kami.
Klik https://muslim.or.id/28034-semarak-ramadhan-ypia-yogyakarta…
---
Rekening donasi :
1. BSM : 703 157 1329.
Atas nama: YPIA Yogyakarta.
2. BNI Syariah : 0241913801
Atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari.
Konfirmasi Donasi :
Nama # Alamat # Email # BesarDonasi # TanggalTransfer # Rekening Tujuan # Semarak Ramadhan #
Dikirim ke Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366 (SMS/WA)
---
Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid
Soal:
Bagaimana kemaksiatan bisa terjadi pada bulan Ramadhan, padahal setan-setan dibelenggu dengan rantai-rantai? Saya telah mendengar dari seorang imam (shalat) bahwa setan itu tidak ada pada bulan Ramadhan, jika ucapannya itu benar, maka mengapa kaum muslimin sulit meninggalkan kemaksiatan pada bulan Ramadhan?
Jawab:
Segala puji bagi Allah,
Pertama:
Ucapan bahwa setan tidak ada di bulan Ramadhan, itu ucapan yang tidak benar. Riwayat yang ada dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa setan-setan di belenggu dan diikat pada bulan Ramadhan. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (1899), Muslim (1079), dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ ، وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ).
“Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu Surga dibuka dan pintu-pintu Neraka ditutup serta setan-setan dibelenggu.”
Lihatlah kembali pertanyaan no. 39736.
Kedua:
Al-Qurthubi mengatakan, “Jika ditanyakan bagaimana kok bisa kami melihat keburukan dan kemaksiatan banyak terjadi pada bulan Ramadhan, (padahal) kalau seandainya setan-setan itu dibelenggu (yaitu: dirantai) tentulah keburukan dan kemaksiatan itu tidak terjadi?
Maka jawabannya adalah:
Bahwa kemampuan setan menggoda orang-orang yang berpuasa -jika puasanya terpenuhi syarat-syaratnya dan terjaga adab-adabnya- menjadi berkurang.
Atau kemungkinan makna lain bahwa yang diikat hanyalah sebagian setan-setan saja, yaitu setan-setan pembangkang, bukan semuanya, sebagaimana disebutkan dalam sebagian riwayat.
Atau yang dimaksud adalah berkurangnya keburukan di bulan tersebut, dan ini adalah perkara yang dapat dirasakan, karena terjadinya keburukan (kemaksiatan) menjadi berkurang di bulan ini dibandingkan dengan di bulan selainnya.
“Di samping itu, seandainya semua setan diikat pun, hal itu bukan berarti tidak akan terjadi keburukan dan kemaksiatan sama sekali, karena semua itu dapat terjadi karena sebab selain (godaan) setan, seperti jiwa yang buruk, kebiasaan yang jelek atau karena (godaan) setan jenis manusia” (Sumber: Fathul Bari).
Selengkapnya: https://muslim.or.id/25858-mengapa-kemaksiatan-tetap-ada-di-bulan-ramadhan.html
Kesempatan Dakwah Di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah kesempatan terbaik untuk berdakwah. Orang-orang lebih gemar melakukan kebaikan dan mau mendengar dakwah di bulan Ramadhan. Moment ini semestinya digunakan oleh para dai untuk memberikan nasehat dan wejangan. Kesempatan saat kultum Shubuh maupun Tarawih, atau ba’da Zhuhur bisa dimanfaatkan untuk hal tersebut.
Ketahuilah bahwa para da’i adalah seorang yang memiliki perkataan yang baik dan mendapat sanjungan dari Allah Ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33).
Yang dimaksud dalam ayat ini kata Ibnu Katsir rahimahullah bukanlah orang yang hanya sekedar berdakwah atau mengajak orang lain untuk baik. Namun mereka yang mengajak juga termasuk orang yang mendapat petunjuk, lalu mengajak mengajak yang lain. Ia mengajak kepada kebaikan, namun ia pun mengamalkannya. Begitu pula ia melarang dari suatu kemungkaran, ia pun menjauhinya. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12: 240)
Tanda umat terbaik adalah gemar mengajak pada kebaikan (ma’ruf) dan mencegah kemungkaran (munkar) disertai beriman kepada Allah. Dalam suatu ayat disebutkan,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).
Selengkapnya:
https://muslim.or.id/22140-kajian-ramadhan-36-kesempatan-dakwah-di-bulan-ramadhan.html
___
Kunjungi http://muslim.or.id
Like page Muslim.Or.Id
Follow twitter @muslimorid
Join telegram @muslimorid
Follow instagram @muslimorid
*💿Penyebaran CD Video Kajian Singkat📀*
Diantara khidmat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA) Yogyakarta untuk kaum muslimin adalah usaha untuk menyebarkan CD Video Kajian Singkat. CD tersebut berisikan beberapa kajian-kajian singkat yang membahas mengenai tema-tema seputar ramadhan.
Dalam proses pengerjaannya, YPIA bekerja sama dengan Yufid TV sebagai supplier utama video-video kajian, yang juga video-video tersebut bisa didownload bebas di situs resmi Yufid TV.
InsyaAllah, panitia siap menyebar dan mengirimkan CD-CD tersebut ke 69 alamat berupa instansi-instansi pemerintahan, kesehatan, transportasi, dan selainnya dari kantor-kantor sipil yang tersebar di Yogyakarta dan sekitarnya.
Yuk Donasi di Kegiatan :
Semarak_Ramadhan_YPIA_1437H
-----
*Tim Donasi Dakwah YPIA*
085747223366
# hamaam vs hammaam #
Antara "Baarid" dengan "Bariid"
Kebanyakan orang Indonesia ketika berbahasa Arab susah membedakan dua kata yang serupa tapi tak sama. Masalahnya dalam bahasa Arab, banyak mufradat (kosakata) yang model kayak begini (serupa tapi tak sama). Oleh karena itu, hendaknya lebih teliti di dalam mengucapkan sebuah kata dalam bahasa arab. Dengan kata lain, perhatikan panjang pendeknya. Barangkali ini salah satu sebab orang kita sering salah mengucapkan kata-kata yang seperti ini, karena di dalam bahasa Indonesia gak ada panjang pendek.
"Baarid" artinya: dingin
"Bariid" artinya: kantor pos.
Supaya gak keliru, ya harus dibiasakan mengucapkan kata-kata ini dengan memperhatikan intonasi, panjang pendeknya.
Sebagai latihan untuk membedakan kata-kata seperti ini, tidak harus menggunakan bahasa arab complete. Boleh menggunakan bahasa Indonesia.
"Berenang yuk... di kolam renang ust Fulan... airnya baaaaaarid lho..."
"Ah mau kirim surat ni buat bokap.... ntar ke bariiiiiiiid akh...insyaAllah"
Dan seterusnya... selamat berlatih.
via ustadz Abu Yazid Nurdin
----------
FP : Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta
web : mahadumar.id
twitter, instagram, dan telegram : @mubk_jogja
BBM : 595F4CAC
*Tim Donasi Dakwah YPIA*
085747223366
[ Progress Report Program "Penerbitan Buku Gratis Panduan Ramadhan" ]
Alhamdulillah...
Pada tahun 1437 Hijriyah ini, -Atas izin Allah- YPIA kembali menerbitkan Buku Panduan Ramadhan karya Ust. M. Abduh Tuasikal, Msc...
Sebanyak 10 ribu eksemplar buku gratis ini, dibagikan untuk kaum muslimin yang membutuhkan...
---
Alhamdulillah...
Begitu bahagia rasanya; melihat banyak sekali para donatur yang turut serta berkontribusi dalam penerbitan buku ini...
Begitu bahagia rasanya; melihat banyak orang tercerahkan setelah membaca buku ini...
Begitu bahagia rasanya; melihat sms atau chat wa yang mengonfirmasikan bahwa kiriman buku telah sampai di genggaman...
Begitu bahagia rasanya; banyak sekali alamat yang dituju, tercatat 1500 lebih alamat tujuan paket pengiriman. Bahkan, pengiriman pun dikirim sampai ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
---
Alhamdulillah...
Sekarang, sudah masuk tahap pengiriman akhir. Dan, masih membuka kesempatan berdonasi untuk alokasi biaya pengiriman dan distribusi...
Satu rupiah yang kita keluarkan, bernilai sama dengan pencerahan bagi banyak orang. Mari Berkhidmat dan Berbagi..!
---
Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366
Kajian Ramadhan: Tinggalkan Dusta!
Dalam berpuasa, kita dilarang keras berkata dusta. Walau dusta terlarang sepanjang waktu bukan hanya ketika puasa saja. Dusta pun tidak pernah membawa kebaikan, yang ada hanyalah keburukan.
Perintah meninggalkan dusta saat berpuasa telah disebutkan dalam hadits berikut ini,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)
Zuur yang dimaksud dalam hadits di atas adalah dusta. Berdusta dianggap jelek setiap waktu. Namun semakin teranggap jelek jika dilakukan di bulan Ramadhan. Hadits di atas menunjukkan tercelanya dusta. Seorang muslim tentu saja harus menjauhi hal itu.
Dusta merupakan tanda kemunafikan. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Ada tiga tanda munafik: jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanat, ia khianat.” (HR. Bukhari no. 33)
Al Hasan Al Bashri berkata,
الكَذِبُ جِمَاعُ النِّفَاقُ
“Dusta dapat mengumpulkan sifat kemunafikan.” (Romadhon Durus, hal. 39).
Dusta juga merupakan cabang kekafiran. Dusta menunjukkan rendahnya diri seseorang dan jauh dari sifat terpuji. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
Selengkapnya:
https://muslim.or.id/21935-kajian-ramadhan-24-tinggalkanlah-dusta.html
Kesempatan Untuk Bertaubat
Kita sudah ketahui bahwa bulan Ramadhan penuh dengan berbagai kebaikan. Pada bulan tersebut kita diperintahkan untuk saling berlomba dalam kebaikan. Begitu pula bulan Ramadhan adalah kesempatan kembali untuk taat pada Allah. Kembali pada Allah yang dimaksud di sini adalah dengan bertaubat.
Taubat Wajib dan Taubat Sunnah
Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan bahwa taubat itu ada dua macam, ada yang wajib dan ada yang sunnah.
Taubat yang wajib adalah taubat karena meninggalkan suatu perintah atau melakukan suatu larangan. Taubat yang wajib di sini dibebankan bagi seluruh mukallaf (yang telah dibebani syariat) sebagaimana yang Allah perintahkan dalam Al Qur’an dan sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sedangkan taubat yang sunnah adalah taubat karena meninggalkan perkara yang sunnah dan melakukan yang makruh.
Barangsiapa yang hanya mencukupkan diri dengan taubat pertama (yang wajib), maka dia merupakan bagian dari golongan pertengahan, disebut al abror al muqtashidin.
Barangsiapa yang melakukan dua taubat di atas sekaligus, maka ia termasuk golongan terdepan, disebut as saabiqin al muqorribin. (Lihat Mawa’izh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 40).
Taubatan Nashuha
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)
Dijelaskan oleh Ibnu Katsir rahimahullah bahwa makna taubat yang tulus (taubatan nashuhah) sebagaimana kata para ulama adalah, “Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 323).
Selengkapnya:
https://muslim.or.id/17568-kajian-ramadhan-12-kesempatan-untuk-bertaubat.html
Umat Islam Yang Diusir Oleh Nabi Kelak Di Hari Kiamat
Sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengisahkan: pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kuburan, lalu beliau mengucapkan salam:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ
“Semoga keselamatan senantiasa menyertai kalian wahai penghuni kuburan dari kaum mukminin, dan kami insya Allah pasti akan menyusul kalian“.
Selanjutnya beliau bersabda: “aku sangat berharap untuk dapat melihat saudara-saudaraku“.
Mendengar ucapan ini, para sahabat keheranan, sehingga mereka bertanya: “bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?”. Rasulullah menjawab :
أَنْتُمْ أَصْحَابِي وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ
“Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah ummatku yang akan datang kelak“.
Kembali para sahabat bertanya: “wahai rasulullah, bagaimana engkau dapat mengenali ummatmu yang sampai saat ini belum terlahir?“. Beliau menjawab:
أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ
“Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?”
Para sahabat menjawab : “tentu saja orang itu dengan mudah mengenali kudanya“. Maka Rasulullah menimpali jawaban mereka dengan bersabda:
فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنَ الْوُضُوءِ، وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ
“Sejatinya ummatku pada hari qiyamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudlu semasa hidupnya di dunia“.
Aku akan menanti ummatku di pinggir telagaku di alam mahsyar. Dan ketahuilah bahwa akan ada dari ummatku yang diusir oleh Malaikat, sebagaimana seekor onta yang tersesat dari pemiliknya dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga iapun diusir. Melihat sebagian orang yang memiliki tanda-tanda pernah berwudlu, maka aku memanggil mereka: “kemarilah“. Namun para Malaikat yang mengusir mereka berkata:
فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ
“sejatinya mereka sepeninggalmu telah merubah-rubah ajaranmu“.
Mendapat penjelasan semacam ini, maka aku (Rasulullah) berkata :
سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِي
“menjauhlah, menjauhlah wahai orang-orang yang sepeninggalku merubah-rubah ajaranku” (diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim).
Anda tidak ingin bernasib seperti mereka? Tentu jawabannya: tidak.
Karena itu, mari kita menjaga kemurnian ajaran beliau dan mengamalkannya dengan seutuhnya tanpa ditambah atau dikurangi. Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang mendapat syafaat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pada hari kiyamat kelak. Amiin.
—
Penulis: Ustadz DR. Muhammad Arifin Baderi, Lc., MA.
@muslimorid