Demonstrasi Ditolak Oleh Syari’at
Tidakkah anda ingat kasus pembunuhan khalifah ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu’anhu yang terjadi akibat demonstrasi yang didalangi oleh kaum Khawarij?! Tidakkah anda ingat ‘unjuk rasa’ pertama kali yang dilakukan oleh Dzul Khuwaishirah -sesepuh kaum Khawarij- di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tuduhan perbuatan zalim yang dilemparkannya kepada beliau?!
Tidakkah anda ingat bagaimana kemacetan yang timbul, roda perekonomian yang terhenti, dan kerugian milyaran rupiah yang timbul akibat demonstrasi buruh besar-besaran beberapa waktu yang lalu?! Tidakkah anda melihat kerusuhan yang terjadi dan kerusakan yang timbul akibat demonstrasi menolak kenaikan harga BBM yang baru saja terjadi di sebagian kota di tanah air?!
Sungguh benar ucapan Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, akan tetapi dia tidak mendapatkannya.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Sudah seharusnya cara anda beramar ma’ruf adalah dengan cara yang ma’ruf, demikian pula cara anda dalam melarang kemungkaran bukan berupa kemungkaran.” (lihat al-Amru bil Ma’ruf wa an-Nahyu ‘anil Munkar, hal. 24)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menaatiku maka dia telah taat kepada Allah. Dan barangsiapa yang mendurhakaiku maka dia telah durhaka kepada Allah. Barangsiapa yang menaati amirku maka dia telah menaatiku. Dan barangsiapa yang mendurhakai amirku maka dia telah durhaka kepadaku.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Ahkam)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Di dalam hadits ini terkandung kewajiban untuk taat kepada para penguasa -kaum muslimin- selama itu bukan perintah untuk bermaksiat sebagaimana sudah diterangkan di depan di awal Kitab al-Fitan. Hikmah yang tersimpan dalam perintah untuk taat kepada mereka adalah untuk memelihara kesatuan kalimat (stabilitas masyarakat, pent) karena terjadinya perpecahan akan menimbulkan kerusakan.” (Fath al-Bari [13/131] cet. Dar al-Hadits)
Dari ‘Iyadh bin bin Ghunm radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin menasehati penguasa maka janganlah dia menampak hal itu secara terang-terangan/di muka umum, akan tetapi hendaknya dia memegang tangannya seraya menyendiri bersamanya -lalu menasehatinya secara sembunyi-. Apabila dia menerima nasehatnya maka itulah -yang diharapkan-, dan apabila dia tidak mau maka sesungguhnya dia telah menunaikan kewajiban dirinya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi ‘Ashim dengan sanad sahih, lihat al-Ma’lum Min Wajib al-‘Alaqah baina al-Hakim wa al-Mahkum, hal. 23)
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib atas setiap individu muslim untuk selalu mendengar dan patuh -kepada penguasa- dalam apa yang dia sukai ataupun yang tidak disukainya, kecuali apabila dia diperintahkan untuk melakukan maksiat. Apabila dia diperintahkan untuk melakukan maksiat maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh patuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Tamim bin Aus ad-Dari radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama ini adalah nasehat.” Beliau mengucapkannya tiga kali. Maka kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Untuk mengikhlaskan ibadah kepada Allah ‘azza wa jalla, beriman kepada Kitab-Nya, taat kepada Rasul-Nya, memberikan nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin serta nasehat bagi orang-orang biasa (rakyat) diantara mereka.” (HR. Muslim)
Imam Ibnu ash-Sholah rahimahullah berkata, “Nasehat bagi para pemimpin kaum muslimin adalah dengan membantu mereka dalam kebenaran, mentaati mereka di dalamnya, mengingatkan mereka terhadap kebenaran, memberikan peringatan kepada mereka dengan lembut, menjauhi pemberontakan kepada mereka, mendoakan taufik bagi mereka, dan mendorong orang lain (masyarakat) untuk juga bersikap demikian.” (lihat Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal. 103)
Selengkapnya: https://muslim.or.id/8809-kebiadaban-demonstrasi.html
@muslimorid
*Donasi Intensif Koran Dakwah Mahasiswa "Uleenuha" 19 Juli - 21 Juli 2016*
---
Siapa diantara kita yang tidak berbunga hatinya?
Ketika melihat para kawula muda, berkejaran dalam curahan hujan hidayah..
Semakin berbahagia;
Tatkala anak-anak muda yang larut dalam itu, tersebab perantara kita...
Masya Allah...
---
Diantara aksi cerdas yang berusaha dilakukan YPIA melalui FKIM ialah dengan mendistribusikan ~*Koran*~ _rasa_ ~*Majalah*~ *"Uleenuha"*
Koran ini akan disebar Insyaa Allah pada masa-masa Ospek / penerimaan mahasiswa baru...
Dan...
Anda-kah yang akan turut berkontribusi dalam penerbitan *17.000* eksemplar *Uleenuha* yang akan dibagikan *GRATIS* kepada mahasiswa baru di kampus-kampus Yogyakarta ini...?
---
Saat ini, dana yang sudah terkumpul sebesar 10 Juta, dan masih kurang sekitar 7 Juta lagi...
Insya Allah, akan dibuka kesempatan berdonasi dalam donasi intensif uleenuha (19 Juli - 20 Juli 2016)
---
*Yuk ikut berdonasi untuk penerbitan koran mahasiswa Uleenuha 2016..*
*BNI Syariah Yogyakarta*
atas nama Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari*
Nomor Rekening *024 1913 801*
Konfirmasi ke no. *0857-4722-3366* (SMS-WA) dengan format sebagai berikut :
Nama # Alamat # Besar Donasi # TanggalTransfer # Rekening # Tujuan Donasi
---
Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366
DAKWAH ANTI SYIRIK!!
Dakwah anti syirik seharusnya menjadi prioritas utama daripada pengingkaran maksiat lainnya seperti korupsi, berzina dan pembunuhan. Karena syirik berkaitan dengan hak Allah, juga merupakan larangan dan tindak kezholiman yang paling besar. Sedangkan dosa korupsi masih menempati urutan di bawahnya.
Kita dapat mengambil pelajaran bahwa mendakwahi masyarakat untuk menjauhi syirik lebih diutamakan daripada perkara lainnya dari hadits berikut berikut ini. Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata,
لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ »
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, ia pun berkata padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabari mereka bahwa Allah telah mewajibkan pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah shalat, maka kabari mereka, bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka zakat dari harta mereka, yaitu diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan disalurkan untuk orang-orang fakir di tengah-tengah mereka. Jika mereka menyetujui hal itu, maka ambillah dari harta mereka, namun hati-hati dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19).
Beberapa faedah dalam hadits di atas:
* Disyari’atkan mengutus da’i untuk mendakwahkan tauhid.
* Yang dijadikan prioritas wajib dan utama dalam dakwah adalah mendakwahkan kalimat laa ilaha illallah yang konsekuensinya beribadah pada Allah saja dan menjauhi kesyirikan.
* Makna syahadat laa ilaha illallah adalah mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam ibadah dan meninggalkan peribadahan pada selain Allah.
* Islamnya orang kafir barulah terbukti dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
* Sebagaimana ahli kitab, maka seseorang bisa saja membaca dan mengetahui namun tidak paham akan makna laa ilaha illallah, atau tahu tetapi tidak mau mengamalkannya.
* Mendakwahi orang yang berilmu seperti ahli kitab berbeda dengan mendakwahi orang jahil.
* Seseorang yang berdakwah hendaklah membekali diri dengan ilmu agar selamat dari pemikiran menyimpang.
* Shalat merupakan amalan yang utama setelah dua kalimat syahadat.
* Zakat merupakan amalan yang utama setelah shalat.
* Di antara penerima zakat adalah orang fakir. Dan hadits di atas menjadi dalil bolehnya mencukupkan penyaluran zakat pada orang fakir saja.
* Tidak boleh mengambil zakat dari harta yang berharga -yang dituntut adalah yang pertengahan- kecuali dengan ridho pemiliknya.
Sumber: https://muslim.or.id/14045-dakwah-anti-syirik.html
@muslimorid
Akidah Imam Asy Syafi’i Mengenai Istiwa Allah
Dalam kitab Al Uluww hal 120 karya imam Adz Dzahabi, imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:
القول في السنة التى أنا عليها ورأيت أصحابنا عليها أهل الحديث الذين رأيتهم وأخذت عنهم مثل سفيان ومالك وغيرهما الإقرار بشهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وأن الله تعالى على عرشه في سمائه يقرب من خلقه كيف شاء وأن الله تعالى ينزل إلى سماء الدنيا كيف شاء
“Pendapat dalam sunnah yang aku di atasnya dan aku melihat para shahabat kami juga di atasnya yaitu ahlul hadits yang aku melihat mereka dan mengambil ilmu dari mereka seperti Sufyan, Malik dan lainnya adalah menetapkan syahadat laa ilaaha illallah wa anna muhammadan rosulullah dan bahwanya Allah di atas Arasnya di langit, Dia mendekat kepada makhluknya dengan apa yang ia kehendaki. Dan bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia dengan cara yang Dia kehendaki”.
Itulah keyakinan imam Asy Syafi’i. Amat jauh berbeda dengan keyakinan Asy’ariyah yang tidak mengakui bahwa Allah di atas Arasy.
Keyakinan imam Asy Asyafi’i inilah yang diyakini oleh Syaikh Abdul Qodir Jaelani (yang benar: Jiilaani), beliau berkata dalam kitab Tuhfatul Muttaqin:
والله تعالى بذاته على العرش علمه محيط بكل مكان
“Dan Allah ber-istiwa di atas Arasy dengan DzatNya sedangkan ilmunya meliputi setiap tempat”.
Dalam kitab Al Gunyah, beliau berkata:
ولا يجوز وصفه بأنه في كل مكان بل يقال إنه في السماء على العرش كما قال {الرحمن على العرش استوى }
“Dan tidak boleh menyifatiNya bahwa Dia berada di setiap tempat. Tetapi Dia berada di langit di atas ArasyNya sebagaimana firmanNya: artinya Ar Rahman di atas Arasy ber-istiwa”.
Lalu beliau membawakan ayat ayat dan hadits hadits. Lalu beliau berkata lagi:
وينبغي إطلاق صفة الإستواء من غير تأويل وإنه إستواء الذات على العرش قال وكونه على العرش مذكور في كل كتاب أنزل على كل نبي أرسل بلا كيف
“Dan selayaknya memutlakkan sifat istiwa (bersemayam) dengan tanpa merubah maknanya. Sesungguhnya Dia di atas arasy dengan DzatNya. Keyakinan ini disebutkan pada setiap kitab yang di turunkan kepada Nabi yang diutus tanpa bertanya bagaimana tata caranya”.
Wallahu a’lam.
***
Penulis: Ust. Badrusalam Lc.
Sumber: https://muslim.or.id/28375-akidah-imam-asy-syafii-mengenai-istiwa-allah.html
Diantara ciri lelaki terbaik adalah baik akhlaknya kepada keluarganya
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
«خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى»
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik (dalam bergaul) dengan keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik (dalam bergaul) dengan keluargaku” (HR at-Tirmidzi (no. 3895) dan Ibnu Hibban (no. 4177), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani).
Cara Menangkal Fitnah Syubhat dan Syahwat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhawatirkan fitnah (kesesatan) syahwat dan fitnah syubhat terhadap umatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَ فُرُوجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْفِتَنِ
“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat mengikuti nafsu pada perut kamu dan pada kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang menyesatkan” (H.R Ahmad).
Fitnah syubhat ditangkal dengan keyakinan (di atas ilmu yang benar), adapun fitnah syahwat ditangkal dengan kesabaran. Oleh karena itu Allah Ta’ala menjadikan kepemimpinan agama bergantung kepada dua perkara ini (sabar dan yakin). Allah Ta’ala berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar dan meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah 24).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa dengan sabar dan yakin, kepemimpinan dalam agama akan dapat diraih. Allah Ta’ala menyatukan keduanya juga dalam firman-Nya:
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Dan saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 3).
Maka saling menasehati dalam kebenaran akan dapat melawan syubhat, dan saling menasehati dalam kesabaran akan menghentikan syahwat.
__
Ust. Abu Athifah Adika Mianoki
@muslimorid
Khilafiyah Yang Tidak Dapat Ditolerir
Perselisihan pendapat dilihat dari sisi dapat di tolerir atau tidaknya ada dua macam:
Pertama : Perselisihan yang dapat ditolerir. Yaitu apabila kedua pendapat berdasarkan dalil yang shahih dan diterima pemahamannya secara kaidah kaidah syari’at. Dan tidak ada nash yang sharih dalam masalah tersebut.
Contohnya perselisihan ulama tentang hukum membaca al fatihah bagi makmum; apakah wajib atau tidak? Masing masing pendapat berhujjah dengan hadits hadits yang shahih dan kuat dari sisi kaidah syari’at. Maka kewajiban kita adalah memilih pendapat yang kita lihat paling kuat dengan tanpa menyesatkan yang lain.
Kedua: perselisihan yang tidak dapat ditolerir. Yaitu apabila salah satu pendapat yang berselisih:
1. Menyalahi ijma atau kesepakatan seluruh ulama. Karena ijma adalah hujjah dan orang yang menyelisihinya diancam oleh Allah dengan api Neraka. Allah berfirman:
ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيرا
“Barang siapa yang menyelisihi Rosul setelah menjadi jelas kepadanya petunjuk dan mengikuti selain jalam kaum mukminin, maka Kami biarkan ia leluasa dalam kesesatannya tersebut dan Kami akan membakarnya dengan neraka Jahannam. Dan itu adalah seburuk buruk tempat kembali” (QS. An Nisaa: 115).
2. Menyalahi dalil yang shahih, sharih, tidak mansukh, dan tidak berlawanan dengan hadits lain yang shahih. Hadits yang sharih adalah nash yang maknanya amat jelas dan tidak ada kemungkinan makna lain.
Contohnya hadits: “Setiap yang memabukkan adalah arak, dan setiap arak adalah haram“. HR Muslim.
Hadits ini amat jelas menunjukkan bahwa semua yang memabukkan itu arak. Maka dari itu para ulama mengingkari pendapat Abu Hanifah yang mengatakan bahwa arak itu adalah yang terbuat dari anggur saja.
3. Berdasarkan dalil yang palsu atau sangat lemah. Karena semua ulama bersepakat haramnya mengamalkan hadits palsu atau hadits yang amat lemah dalam semua permasalahan baik aqidah, ibadah, maupun fadlilah amal. Demikian pula para ulama bersepakat haramnya menetapkan hadits lemah yang ringan dalam masalah aqidah.
Yang diperselisihkan adalah hukum mengamalkan hadits lemah yang ringan dalam fadlilah amal. Yang paling kuat adalah pendapat yang tidak memperbolehkannya karena hadits lemah hanya menghasilkan dugaan yang lemah.
4. Hanya berdasarkan hawa nafsu bukan berdasarkan wahyu. Karena agama kita tidak dibangun di atas hawa nafsu manusia. Tapi harus berdasarkan wahyu dari Allah Ta’ala yang disampaikan kepada RasulNya shallallahu alaihi wasallam.
Inilah pendapat yang tidak dapat ditolerir dalam masalah agama, dan hendaknya kita meluruskan dan mengingkari pendapat seperti itu.
Wallahu a’lam.
Selengkapnya: https://muslim.or.id/28304-berikut-ini-khilafiyah-yang-tidak-tidak-dapat-ditolerir.html
__
Join juga @muslimahorid
_Bismillah.._
_Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)_
_Alhamdulillah,_
Penerimaan *Warga Baru Wisma Muslimah YPIA* telah dibuka
🌷 *Program Wisma*🌷
Hafalan qur’an
Hafalan hadits
Hafalan do’a sehari-hari
Kajian islam ilmiah
🌷 *Persyaratan*🌷
Muslimah
Memiliki semangat menuntut ilmu syar’i
Berpakaian syar’i
Bersedia mentaati peraturan wisma
Lolos seleksi
🌷 *Alur Penerimaan*🌷
1⃣Pendaftaran via SMS ke *085-2280-165-97*
dengan format:
W.Muslimah#Nama lengkap#Usia#Kota Asal#Jurusan#
Fakultas#Universitas#Tahun Angkatan
2⃣Mengisi form online di:
http://bit.ly/29rIfYz
3⃣Mengikuti Seleksi pada *17-19 Juli 2016*
di wisma Qanitah
Pogung Dalangan SIA XVI No.39 RT 10 RW 50 Sinduadi, Mlati, Sleman, DI Yogyakarta
_Catatan: Penempatan wisma adalah hak dari tim penyeleksi dan keputusan tidak dapat diganggu gugat_
📱Kontak
HP : 085-2280-165-97
FB : FKKA Yogyakarta
LINE: @QYK6278M
muslimah.or.id
4 Larangan Dalam Memahami Nama dan Sifat Allah Ta’ala
Pertama: Tahrif
Tahrif artinya mengubah, baik mengubah lafaz maupun makna. Namun yang banyak terjadi adalah tahrif makna. Pelaku tahrif disebut muharrif
Kedua: Ta’thil
Ta’thil artinya mengosongkan dan meninggalkan. Maksudnya mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya, baik mengingkari keseluruhan maupun sebagian, baik dengan men-tahrif maknanya maupun menolaknya. Pelaku ta’thil disebut mu’atthil.
Ketiga: Takyif
Takyif artinya menyebutkan tentang kaifiyah (karakteristik) suatu sifat. Takyif merupakan jawaban dari pertanyaan “bagaimana?”.
Keempat: Tamtsil
Yang dimaksud tamtsil dalam asma’ wa shifat adalah menyamakan nama dan sifat Allah dengan makhluk
Penjelasan masing-masingnya dapat dilihat pada artikel berikut;
https://muslim.or.id/24486-larangan-terhadap-sifat-sifat-allah.html
*PENDAFTARAN WISMA MUSLIM GELOMBANG 2*
_Lingkungan Baik Untuk Menjadi Baik_
```Dibuka kesempatan bagi para mahasiswa yang ingin tinggal di lingkungan para penuntut ilmu agama```
*Periode pendaftaran:*
13 Juli s.d. 22 Juli 2016
*Tes tertulis (materi dasar keagamaan) dan wawancara:*
24 JULI 2016
*Pengumuman:*
26 JULI 2016
*Persyaratan:*
Muslim
Berkomitmen
Lulus tes seleksi
*Program-program:*
📚Program Pendidikan: Kajian Rutin dan Bulanan Wisma, Setoran Al-Quran, Setoran Hadits Al-Arba’in An-Nawawiyyah, Setoran Matan Aqidah, Pelajaran bahasa Arab dasar.
📦Program Sosial dan Dakwah: Mengajar TPA, Kerja Bakti di Masjid sekitar wisma, dan Kegiatan sosial dakwah lainnya.
*Prosedur pendaftaran:*
Mendaftar via SMS (only) dengan format:
nama/alamat asal/jurusan+angkatan/universitas/no.hp Kirim ke no. 0857-9992-0530.
```Misal: Amin Abdullah/Makassar/teknik fisika 2016/UGM/089xxxxxx```
Download dan isi formulir pendaftaran di http://bit.ly/29EBcuJ.
Dikumpulkan pada saat tes tertulis dan wawancara
Melakukan tes tertulis materi keagamaan dasar dan wawancara pada tanggal 24 JULI 2016
Pengumuman pada tanggal 26 JULI 2016
🌍 http://wisma.muslim.or.id
4 Pelancar dan Penghambat Rizki
Ada faidah ilmu berharga yang kami peroleh dan disebutkan oleh ulama rabbani, yang moga kita bisa gali ilmu ini. Ilmu tersebut adalah mengenai pelancar dan penghambat rizki.
Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan:
Ada 4 hal pelancar rezeki:
1- shalat malam
2- memperbanyak istighfar di waktu sahur
3- membiasakan sedekah
4- berdzikir di pagi dan petang
Ada 4 hal penghambat rezeki:
1- tidur pagi
2- sedikit shalat
3- malas-malasan
4- sifat khianat
Ini nasehat umum yang beliau sampaikan dalam Zaadul Ma’ad, 4: 378.
PRE-ORDER (Pengiriman tanggal 18 Juli 2016, Edisi Terbatas)
Judul : Pembuka Pintu Rizki
Kode Buku : PPR
Penulis : Muhammad Abduh Tuasikal.
Ukuran : 11,5 x 17 cm.
Halaman : 160 halaman.
Harga : Rp 25.000,00
Pemesanan dapat menghubungi kami melalui email pustaka_muslim@yahoo.com atau melalui nomor 085290888668 (CALL / SMS / WA) PIN BBM: 5D10F8FE | kunjungi situs kami di http://pustaka.muslim.or.id/
Cek koleksi lainnya di @pustakamuslimjogja
*[ Mudik ] ~1*
```Sebagaimana ikan salmon yang mengarungi Samudra Artik.. Mereka selalu pulang ke teluk yang sama untuk berkembang biak dan mati hingga akhir masanya.. Sebagaimana pula kupu-kupu beracun dari Meksiko.. Mereka terlahir untuk berpulang ke Amerika Utara.. Mati dalam mudiknya dan menurunkan mimpi kembali ke Meksiko kepada generasi berikutnya..```
Lalu bilamana dengan manusia..?! Tidakkah kita sadar bahwa selayaknya ikan salmon dan kupu-kupu beracun itu, kita juga akan 'bermigrasi', mati dan berpulang ke sumbernya..?! Sedang kepulangan manusia bukanlah siklus yang bisa dipastikan ‘kapan’ tiba waktunya.. Maka, apabila sudah diketahui kematian itu datangnya tiba-tiba, lantas sudah sesiap apa kita menghadapinya..?! Tidakkah kita mengambil pelajaran..?!
---
*Tidakkah Kita Mengambil Pelajaran…?!*
Tidakkah kita mengambil pelajaran? Setelah begitu banyak orang yang tenggelam dalam gemerlapnya dunia dan disibukkan dengan senda-gurau permainan yang membuat banyak orang berpaling dari persiapan dalam menghadapi kematian. Padahal Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (QS. Al Anbiya’ : 1).
Tidakkah kita mengambil pelajaran? ‘Amar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat dan pelajaran. Cukuplah keyakinan sebagai kekayaan. Dan cukuplah ibadah sebagai kegiatan yang menyibukkan.” (Lihat Aina Nahnu Min Haa-ula-i, Syaikh Abdul Malik Qasim).
Tidakkah kita mengambil pelajaran? Pernyataan dari Tsabit Al Bunani rahimahullah -yang dinukilkan dalam kitab Syu’abul Iman-, “Kami pernah menyaksikan jenazah, maka kami tidak melihatnya kecuali menunduk dalam tangisan.” (Lihat Kaukabah Al Khithbah Al Munifah Min Mimbar Al Ka’bah Asy Syarifah, Syaikh Abdurrahman As-Sudais).
Tidakkah kita mengambil pelajaran? Hasan Al Bashri rahimahullah yang menuturkan, “Tidaklah aku melihat sebuah perkara yang meyakinkan, yang lebih mirip dengan perkara yang meragukan daripada keyakinan manusia terhadap kematian sementara mereka lalai darinya. Dan tidaklah aku melihat, sebuah kejujuran yang lebih mirip dengan kedustaan daripada ucapan mereka yang berbunyi, ‘Kami Mencari Surga’ padahal mereka tidak mampu menggapainya dan tidak serius mencarinya. (Lihat Aina Nahnu Min Haa-ula-i, Syaikh Abdul Malik Qasim).
---
Tidakkah kita mengambil pelajaran? Ikan Salmon dan kupu-kupu beracun dari Meksiko juga mudik dan mati. Begitu pula dengan kita. Sedang kepulangan manusia bukanlah siklus yang bisa dipastikan ‘kapan’ tiba waktunya.. Apabila sudah diketahui kematian itu datangnya tiba-tiba, lantas sudah sesiap apa kita menghadapinya..?!
Dari 'mudik' kita mengambil pelajaran...
---
Daftarkan diri anda untuk saling mengingatkan dalam kontak broadcast-list kami..
Ketik : "[Daftar] [Nasehat] [Domisili] [Kota]" dikirim ke nomor Tim Donasi Dakwah YPIA..
*Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta*
085747223366
📚 Taman Surga Di Dunia
Abu Ubaidah As Sidawi
Sesungguhnya majlis ilmu adalah majlis yg penuh berkah, keutamaan dan taman surga di Dunia.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
"Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah Allah, mereka membacakan kitabullah dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang ada didekatnya. Barangsiapa yang kurang amalannya, maka nasabnya tidak mengangkatnya.(HR. Muslim)
Beliau juga bersabda:
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
"Jika kalian melewati taman surga maka berhentilah. Mereka bertanya,”Apakah taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqoh dzikir (majlis Ilmu). (Riwayat At Tirmidzi)
Maka diantara keutamaan majlis ilmu adalah sebagai berikut:
• Mengamalkan perintah Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mencontoh jalan hidup salaf shalih.
• Meraih ketenangan dan ketentraman hati
• Menggapai rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala
• Dipuji Allah di hadapan para malaikat. Subhanallah, siapakah kita sehingga disebut Allah di hadapan Malaikatnya?
• Menempuh satu jalan tuk meraih warisan para Rasul yg sering dilupakan manusia yaitu ilmu agama
• Meneladani adab dan akhlak dari seorang alim/ustadz.
. Mempererat ukhuwwah dg bertemu saudara2 seiman
. Menjaga iman agar tetap kokoh dan istiqomah
Maka semangatlah menghadiri taman-taman surga di dunia. Janganlah merasa malas karena alasan adanya radio, TV, video dan sebagainya, karena kita tdk tahu barangkali kita akan mendapatkan di majlis suatu faedah yg bisa mengantarkan kita ke surga.
Yuk semangat!
____
Ust. Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi
_Bismillah.._
_Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)_
_Alhamdulillah,_
Penerimaan *Warga Baru Wisma Muslimah YPIA* telah dibuka
🌷 *Program Wisma*🌷
Hafalan qur’an
Hafalan hadits
Hafalan do’a sehari-hari
Kajian islam ilmiah
🌷 *Persyaratan*🌷
Muslimah
Memiliki semangat menuntut ilmu syar’i
Berpakaian syar’i
Bersedia mentaati peraturan wisma
Lolos seleksi
🌷 *Alur Penerimaan*🌷
1⃣Pendaftaran via SMS ke *085-2280-165-97*
dengan format:
W.Muslimah#Nama lengkap#Usia#Kota Asal#Jurusan#
Fakultas#Universitas#Tahun Angkatan
2⃣Mengisi form online di:
http://bit.ly/29rIfYz
3⃣Mengikuti Seleksi pada *17-19 Juli 2016*
di wisma Qanitah
Pogung Dalangan SIA XVI No.39 RT 10 RW 50 Sinduadi, Mlati, Sleman, DI Yogyakarta
_Catatan: Penempatan wisma adalah hak dari tim penyeleksi dan keputusan tidak dapat diganggu gugat_
📱Kontak
HP : 085-2280-165-97
FB : FKKA Yogyakarta
LINE: @QYK6278M
muslimah.or.id
Definisi Syirik
Definisi Syirik Secara Bahasa
جاء في (معجم مقاييس اللغة) لابن فارس: (مادة الشرك المكونة من حرف الشين والراء والكاف أصلان:
أحدهما: يدل على مقارنة وخلاف انفراد
Dalam Mu’jam Maqayisul Lughah Ibnu Faris disebutkan bahwa, “Kata syirik (الشرك) yang tersusun dari huruf syin (ش), ra (ر) dan kaf (ك) memiliki dua makna pokok, salah satunya adalah menunjukkan keikutsertaan dan lawan dari sendirian”
Definisi Syirik Secara Istilah
Syirik Besar
مساواة غير الله بالله فيما هو من خصائص الله
“Menyamakan selain Allah dengan Allah dalam perkara yang menjadi kekhususan-Nya (dalam rububiyyah, uluhiyyah, dan al-asma was shifat)”
أن يَجْعَلَ العبد لله ندا في ربوبيته، أوألوهيته،أوأسمائه وصفاته
“Seseorang mengambil sekutu bagi Allah dalam rububiyyah, uluhiyyah, atau nama dan sifat-Nya”
Definisi di atas berdasarkan hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu ketika bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dosa apakah yang paling besar, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
أن تجعل لله ندا وهو خلقك
“Engkau mengambil sekutu bagi Allah padahal Dia menciptakanmu” (HR. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim).
Syirik besar ini mengeluarkan pelakunya dari Islam. Dinamakan besar karena adanya syirik yang di bawahnya, yang tingkat keburukannya tidak sampai sepertinya, yaitu syirik kecil.
Syirik Kecil
فكل ما نهى عنه الشرع مما هو ذريعة إلى الشرك الأكبر ووسيلة للوقوع فيه، وجاء في النصوص تسميته شركا
“Segala hal yang dilarang dalam syari’at sedangkan dalam nash disebut dengan nama syirik, dan menjadi sarana menghantarkan kepada kesyirikan besar”.
Syirik ini dinamakan kecil karena adanya syirik yang di atasnya, yang tingkat keburukannya lebih besar darinya. Syirik kecil ini tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam karena tidak sampai ada unsur menyamakan selain Allah dengan Allah dalam perkara yang menjadi kekhususan-Nya (dalam rububiyyah, uluhiyyah dan al-asma was shifat).
Contoh:
Bersumpah dengan nama selain Allah dikatakan syirik kecil karena ada dalam dalil penyebutan nama syirik untuknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من حلف بغير الله فقد كفر او اشرك
“Barangsiapa yang bersumpah dengan nama selain Allah, berarti telah menyekutukan Allah” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Al-Hakim dan beliau menshahihkannya serta disepakati oleh Adz-Dzahabi. Juga dishahihkan Al-Albani dalam Irwaul Ghalil). Di samping itu sebagai sarana untuk mengagungkan selain Allah sebagaimana Allah. Riya yang sedikit dalam beribadah dikatakan syirik kecil karena ada dalam dalil penyebutan nama syirik untuknya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ . قَالُوا : وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Mereka (para Sahabat) bertanya : Apakah syirik kecil itu,ya Rasulullah?. Beliau menjawab : Riya” (HR. Imam Ahmad,dishahihkan Al-Albani). Sebagai sarana untuk sampai kepada syirik besar, yaitu sama sekali tidak mau beramal shalih kecuali jika nantinya dipuji.
Selengkapnya: https://muslim.or.id/24316-tujuh-perbedaan-syirik-besar-dan-syirik-kecil.html
Fikih Dakwah: Menunda Hal Yang Dianjurkan Demi Mengikat Hati Masyarakat
Soal:
Saya minta penjelasan mengenai perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah:
إن من المستحب ترك المستحب لتأليف القلوب
“diantara perkara yang dianjurkan adalah meninggalkan perkara yang dianjurkan demi ta’liful qulub (mengikat hati orang lain)”.
Jawab:
Ini adalah perkataan yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang juga disebutkan oleh para ulama yang lain semisal Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi dalam kitab Syarah Aqidah Thahawiyah, dan ulama yang lainnya.
Perkataan ini gamblang. Maksudnya, jika ada suatu perkara yang dianjurkan dalam syariat namun tidak sampai wajib, tidak diwajibkan oleh Allah kepada kita dan tidak pula diwajibkan oleh Rasulullah kepada kita, jika melakukannya di tengah masyarakat beresiko dapat menimbulkan fitnah, maka menunda melaksanakannya hingga tepat waktunya dalam rangka ta’liful qulub kepada masyarakat adalah perkara yang baik.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika ingin mengembalikan pondasi bangunan Ka’bah sebagaimana yang dibuat oleh Nabi Ibrahim, Rasulullah memandang bahwa hal ini akan menimbulkan kehebohan di kalangan kaum Quraisy. Maka beliaupun bersabda kepada ‘Aisyah radhiallahu’anha:
لولا أن قومك حديث عهد بكفر؛ لأسست الكعبة على قواعد إبراهيم
“kalau bukan karena kaummu yang baru saja lepas dari kekufuran, akan aku bangun kembali pondasi Ka’bah sesuai dengan dibuat oleh Ibrahim” (HR. Bukhari – Muslim).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menunda pengembalian pondasi Ka’bah, menunda keinginan dan tidak mengajak orang untuk melakukannya, semata-mata karena khawatir membuat kaum Quraisy atau sebagian dari mereka lari dari berpegang teguh dan mengikuti ajaran Rasulullah, ketika baru saja mereka mendapatkan hidayah kepada al haq. Maka Rasulullah pun menundanya.
Selain itu ada juga beberapa dalil lainnya. Wallahul musta’an.
Sumber: https://muslim.or.id/28386-fikih-dakwah-menunda-hal-yang-dianjurkan-demi-mengikat-hati-masyarakat.html
@muslimorid
Tatkala menanam benih kebaikan, mungkin hari ini kita masih terasa biasa saja.
Sabar saja untuk terus merawat dan memupuk dan menyiramnya,
Sebab boleh jadi besok atau lusa, atau bahkan pada hari-hari yang nyaris kita lupa berapa hitungannya,
Tetiba buah dan bunganya bersemi dan diam-diam pohon kebaikan itu mengakar kuat di ladang pahala...
---
Selamat menjadi orang baik..!
Nantikan info - info kebaikan dari kami...
Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366
Siapakah orang fasiq itu?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjawab:
Para ulama rahimahullah mengatakan bahwa orang fasiq adalah orang yang melakukan dosa besar dan tidak bertaubat darinya, atau orang yang melakukan dosa kecil secara terus menerus. Demikian karena jika orang terus menerus melakukan dosa kecil, maka itu menjadi dosa besar.
https://muslim.or.id/19470-fatwa-ulama-siapa-orang-fasiq-itu.html
___
Join @muslimorid
Follow twitter @muslimorid
Dukung operasional web dakwah:
https://muslim.or.id/20876-mari-dukung-program-pendidikan-dari-ypia-yogyakarta.html
Tidak Taat Rasul, Nasibnya Seperti Fir’aun
Allah tidaklah menciptakan dan memberikan rizki kepada kita begitu saja, tanpa diperintah maupun dilarang. Untuk menegakkan hujjah pada hamba, Allah mengutus seorang Rasul. Barangsiapa yang mentaati Rasul, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang durhaka, ia akan masuk neraka. Lihatlah bagaimana kedurhakaan Fir’aun yang enggan taat pada utusan Allah, yaitu Musa, akhirnya ia pun disiksa dengan siksaan yang pedih. Siapa saja yang punya jejak hidup demikian, maka ia pun akan sengsara seperti Fir’aun.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولًا (15) فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا (16)
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir’aun. Maka Fir’aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” (QS. Al Muzammil: 15-16).
Rasul itu diutus sebagai saksi bahwa hujjah telah ditegakkan dan risalah telah disampaikan. Sehingga tidak boleh seorang pun beralasan bahwa risalah dan peringatan belum sampai padanya. Jika rasul telah diutus berarti hujjah telah ditegakkan. Melalui rasul, hidayah diberikan bagi siapa yang Allah kehendaki. Dan hujjah telah ditegakkan bagi siapa yang menentang. Dan setiap kurun waktu, pasti ada Rasul yang diutus sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan” (QS. Fathir: 24).
Sebagaimana telah diutus Musa sebagai Rasul kepada Fir’aun. Fir’aun adalah raja di Mesir yang sangat kufur sampai ia mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan. Fir’aun di sini adalah gelaran untuk setiap Raja Mesir kala itu. Dan Fir’aun itu mengatakan,
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى
“(Seraya) berkata:”Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.” (QS. An Nazi’at: 24).
Fir’aun telah benar-benar kufur. Ia mendurhakai Musa, yaitu enggan mentaatinya. Akibatnya Allah memberinya siksa yang pedih
Selengkapnya: https://muslim.or.id/15098-tidak-taat-rasul-nasibnya-seperti-firaun.html
___
@muslimorid
🇳🇦🇸🇪🇭🇦🇹 🇺🇱🇦🇲🇦
*PENGARUH NEGATIF BELAJAR KEPADA AHLI BID'AH*
💬 Syaikh Muhammad Amån al-Jåmî _rahimahullåhu_ berkata :
«وأقل ما يصاب به الطالب الذى يطلب العلم على أيدي المبتدعة؛
Dampak minimal yang menimpa seorang penuntut ilmu yang menimba ilmu dari ahli bid'ah adalah :
أن تخرج من قلبه كراهة البدع والمعاصى والمخالفات،
⚠ Akan keluar (hilang) rasa benci terhadap kebid'ahan, kemaksiatan dan penyewengan dari hatinya
ويفقد واجب الحب في الله والبغض في الله، ولا يبالي جالس سنياً أو مبتدعاً،
⚠Dan akan lenyap kewajiban untuk mencintai dan membenci di jalan Allåh, hingga ia tidak peduli lagi mau duduk bermajelis dengan ahli sunnah atau ahli bid'ah...
وإنما الحكم عنده لما يظنهُ مصلحةً للدعوة، يدور معه حيث دار،
والله المستعان،
Dan sesungguhnya hukum menurutnya hanyalah yang dikira sebatas maslahat dakwah saja, berputar begitu saja kemana saja (tanpa arah). Kepada Allåh lah kita meminta pertolongan❗
وذلك من علامات مرض القلب الذى يؤدى إلى نوع من النفاق عياذاً بالله»
Dan inilah diantara tanda² sakitnya hati, yang dapat mengantarkan kepada salah satu bentuk kemunafikan. Semoga Allah melindungi. "
📚 _Majmů' Roså'il al-Jåmî_ hal. 42
✏ Penulis: Ust. Abu Salma Al Atsary
📝 Koreksi : Ustådzunå Mubarak Bamu'alim
Cara Membayar Fidyah
Inti pembayaran fidyah adalah mengganti satu hari puasa yang ditinggalkan dengan memberi makan satu orang miskin. Namun, model pembayarannya dapat diterapkan dengan dua cara,
Memasak atau membuat makanan, kemudian mengundang orang miskin sejumlah hari-hari yang ditinggalkan selama bulan Ramadhan. Sebagaimana hal ini dilakukan oleh Anas bin Malik ketika beliau sudah menginjak usia senja (dan tidak sanggup berpuasa).
Memberikan kepada orang miskin berupa makanan yang belum dimasak. Alangkah lebih sempurna lagi jika juga diberikan sesuatu untuk dijadikan lauk.
Pemberian ini dapat dilakukan sekaligus, misalnya membayar fidyah untuk 20 hari disalurkan kepada 20 orang miskin. Atau dapat pula diberikan hanya kepada 1 orang miskin saja sebanyak 20 hari.[12] Al Mawardi mengatakan, “Boleh saja mengeluarkan fidyah pada satu orang miskin sekaligus. Hal ini tidak ada perselisihan di antara para ulama.”
Selengkapnya: https://muslim.or.id/4272-cara-penunaian-fidyah.html
___
Join juga @muslimahorid
SUDAH TAHU ILMU TENTANG QADHA' PUASA BERIKUT INI?
ADA 5 HAL YANG BIASA DITANYAKAN, INI JAWABANNYA.
1. Qadha' puasa tidak boleh dibatalkan kecuali jika ada uzur yang dibolehkan sebagaimana halnya puasa Ramadhan.
2. Tidak wajib membayar qadha' puasa secara berturut-turut, boleh saja secara terpisah. Karena dalam ayat diperintahkan dengan perintah umum,
فعدة من أيام أخر
"Hendaklah mengqadha' (mengganti puasanya) di hari lainnya." (QS. Al-Baqarah: 184, 185)
3. Jika puasanya batal satu hari, maka qadha'nya juga satu hari, bukan dua hari sebagaimana anggapan sebagian orang.
4. Qadha' puasa tetap wajib berniat di malam hari (sebelum Shubuh) sebagaimana kewajiban dalam puasa Ramadhan. Puasa wajib harus ada niat di malam hari sebelum Shubuh, berbeda dengan puasa sunnah yang boleh berniat di pagi hari.
5. Ketika ada yang melakukan qadha' puasa lalu berhubungan intim di siang harinya, maka tidak ada kewajiban kafarah, yang ada hanyalah qadha' disertai dengan taubat. Kafarah berat (yaitu memerdekakan seorang budak, jika tidak mampu berarti berpuasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu berarti memberi makan pada 60 orang miskin, pen.) hanya berlaku untuk puasa Ramadhan saja.
☘
Faedah dari Syaikh Prof. Dr. 'Umar bin 'Abdullah Al-Muqbil dalam channel telegramnya.
Dialih-bahasakan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal
*Puasa Syawal, Tanda Kesempurnaan Puasa Ramadhan*
Ibadah puasa memang sudah selesai, tapi bukan berarti ibadah juga selesai, karena ibadah itu sampai maut menjemput.
Oleh karenanya, jangan lupa, untuk kesempurnaan puasa Ramadhan kita, semangat lah untuk puasa Sunnah 6 hari Syawal, sebagaimana dalam hadits Abu Ayyub al-Anshori,
عَنْ أبِي أَيُّوْبَ اْلأَنْصَارِيِّ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ – صلى الله عليه و سلّم- قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَ أَْتبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَهْرِ
Dari Abu Ayyub al-Anshari –radhiyallahu ‘anhu- bahwasanya Rasulullah –shallallahu ‘alahi wa sallam– bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa satu tahun penuh” (HR. Imam Muslim dalam Shahihnya 1164).
1. Puasa enam hari Syawal setelah Ramadhan berarti meraih pahala puasa setahun penuh
2. Puasa syawal dan sya’ban seperti shalat sunnah rawatib sebelum dan sesudah shalat fardhu, untuk sebagai penyempurna kekurangan yang terdapat dalam fardhu
3. Puasa syawal setelah ramadhan merupakan tanda bahwa Allah menerima puasa ramadhannya, sebab Allah apabila menerima amal seorang hamba maka Dia akan memberikan taufiq kepadanya untuk melakukan amalan shalih setelahnya
4. Puasa Syawal merupakan ungkapan syukur setelah Allah mengampuni dosanya dengan puasa ramadhan
5. Puasa Syawal merupakan tanda keteguhannya dalam beramal shalih, karena amal shalih tidaklah terputus dengan selesainya ramadhan tetapi terus berlangusng selagi hamba masih hidup.
Sumber: https://muslim.or.id/28337-puasa-syawal-tanda-kesempurnaan-puasa-ramadhan.html
Daftarkan diri anda untuk saling mengingatkan dalam kontak broadcast-list kami..
Ketik : "[Daftar] [Nasehat] [Nama] [Domisili/Kota]" dikirim ke nomor Tim Donasi Dakwah YPIA..
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
085747223366
Makna Salaf dan Benarnya Pemahaman Salaf
Salaf secara bahasa artinya ‘setiap amalan shalih yang telah lalu; segala sesuatu yang terdahulu; setiap orang yang telah mendahuluimu, yaitu nenek moyang atau kerabat’ (Al Qamus Al Muhith, Fairuz Abadi). Secara istilah, yang dimaksud salaf adalah 3 generasi awal umat Islam yang merupakan generasi terbaik, yaitu para sahabat Nabi, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Syaikh Al Albani menyatakan, “As Salaf adalah umat 3 generasi awal umat Islam yang telah mempersaksikan (risalah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kebaikan. Dalam hadits shahih yang mutawatir yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik umat adalah generasiku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya’”. (dalam Silsilah Huda Wan Nuur). Oleh karena itu mereka disebut generasi As Salafus Shalih.
Kebenaran Pemahaman Generasi Salaf
Tidak ada yang meragukan bahwa merekalah orang-orang yang paling memahami Islam yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Para sahabat menyaksikan wahyu turun dan menjadi saksi bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamalkannya. Para tabi’in pun mendapat ilmu langsung dari para sahabat. Demikian juga para tabi’ut tabi’in yang meneladani mereka dengan baik.
Seorang sahabat yang mulia, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu berkata, “Allah Ta’ala memperhatikan hati-hati hambanya, lalu Ia memilih Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengutusnya dengan risalah. Lalu Allah Ta’ala memperhatikan hati-hati manusia, lalu Ia memilih para sahabat Nabi, kemudian menjadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya dan pembela agama-Nya. Maka segala sesuatu yang dipandang baik oleh kaum mu’minin -yaitu Rasulullah dan para sahabatnya-, itulah yang baik di sisi Allah. Maka segala sesuatu yang dipandang buruk oleh kaum mu’minin, itulah yang buruk di sisi Allah” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir no. 8504).
Maka bila kita ingin memahami Islam dengan benar, tentunya kita merujuk pada pemahaman orang-orang yang ada pada 3 generasi tersebut., “Siapa saja yang mencari teladan, teladanilah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena merekalah orang yang paling baik hatinya diantara umat ini, paling mendalam ilmu agamanya, umat yang paling sedikit dalam berlebihan-lebihan, paling lurus bimbingannya, paling baik keadaannya. Allah telah memilih mereka untuk mendampingi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jalan mereka. Karena mereka semua berada pada shiratal mustaqim (jalan yang lurus)” (Tafsir Al Qurthubi, 1/60).
Selengkapnya:
http://buletin.muslim.or.id/manhaj/mengikuti-jejak-generasi-terbaik
Sujud Syukur Setiap Selesai Shalat
Soal:
Saya pernah sujud syukur setiap selesai shalat dalam rangka bersyukur kepada Allah atas nikmat yang Ia berikan kepadaku berupa penglihatan, pendengaran, dan lainnya. Lalu aku tinggalkan kebiasaan itu karena khawatir itu adalah perbuatan bid’ah, sebab Rasul kita Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah melakukan hal tersebut. Apa nasehat anda kepada saya, jazaakumullah khayr.
Syaikh Abdullah Al Faqih hafizhahullah menjawab:
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعـد
Keputusan anda untuk meninggalkan kebiasaan sujud syukur tiap selesai shalat adalah keputusan yang benar. Karena sujud syukur itu disyari’atkan ketika mendapat nikmat yang besar atau ketika terhindar dari bencana. Adapun selain itu, tidak disyariatkan. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu senantiasa melimpahkan nikmat kepada hamb-Nya tanpa bisa terhitung serta terus-menerus tanpa henti.
Imam An Nawawi dalam kitab Al Majmu’, yang merupakan kitab fiqih madzhab Syafi’i, beliau berkata :
قال الشافعي والأصحاب: سجود الشكر سنة عند تجدد نعمة ظاهرة واندفاع نقمة ظاهرة، سواء خصته النعمة والنقمة أو عمت المسلمين… ولا يشرع السجود لاستمرار النعم، لأنها لا تنقطع
“Imam Asy Syafi’i dan murid-murid beliau berkata, sujud syukur hukumnya sunnah dilakukan ketika mendapatkan nikmat yang besar atau ketika terhindar dari musibah yang besar. Baik nikmat dan bencana yang khusus bagi seseorang, maupun yang dialami kaum muslimin pada umumnya. Namun tidak disyariatkan sujud syukur untuk nikmat yang terus-menerus, karena nikmat dari Allah itu tidak pernah putus“.
Wallahu’alam
Sumber: https://muslim.or.id/10603-sujud-syukur-setiap-selesai-shalat.html
Nasehat-Nasehat Imam Asy Syafi’i
Ar-Rabi’ mengatakan: Aku mendengar Syafi’i mengatakan, “Apabila kalian mendapati di dalam kitabku sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ikutilah hal itu dan tinggalkan pendapatku.” [1]
Ar-Rabi’ berkata: Aku mendengar beliau -Imam Syafi’i- mengatakan, “Langit manakah yang akan menaungiku. Bumi manakah yang akan menjadi tempat berpijak bagiku. Jika aku meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian aku tidak berpendapat sebagaimana kandungan hadits tersebut.” [2]
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi Rabbmu, sekali-kali mereka tidaklah beriman, hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim/pemutus perkara atas segala perselisihan yang terjadi diantara mereka, kemudian mereka tidak mendapati kesempitan di dalam hati mereka, dan mereka pasrah kepadanya secara sepenuhnya.” (QS. An-Nisaa’: 65)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah pantas bagi seorang beriman, lelaki atau perempuan, apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan suatu perkara lantas masih ada bagi mereka pilihan lain dalam urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Al-Buwaithi berkata: Aku mendengar Syafi’i mengatakan, “Hendaklah kalian berpegang kepada para ulama hadits, sesungguhnya mereka adalah manusia yang paling banyak kebenarannya.” [3]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan senantiasa ada sekelompok orang diantara umatku ini yang menang -di atas kebenaran- tidaklah membahayakan mereka orang yang menelantarkan mereka hingga tegak hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaih)
Para imam; Imam Abdullah bin al-Mubarak (wafat 181 H), Yazid bin Harun (wafat 206 H), Ali bin al-Madini (wafat 234 H), Ahmad bin Hanbal (wafat 241), dan Imam Bukhari (wafat 256 H) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘kelompok’ di dalam hadits tersebut adalah as-habul hadits (pengikut hadits). Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Seandainya mereka bukan as-habul hadits maka aku tidak tahu lagi siapakah mereka itu?” [4]
Wallahu a’lam. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Catatan Kaki:
[1] Lihat Tarajim al-A’immah al-Kibar, hal. 55
[2] Lihat Tarajim al-A’immah al-Kibar, hal. 56
[3] Lihat Tarajim al-A’immah al-Kibar, hal. 63
[4] Lihat Nasha’ih Manhajiyah Li Thalib ‘Ilmi as-Sunnah an-Nabawiyah, hal. 18
Sumber: https://muslim.or.id/10692-nasehat-imam-asy-syafii.html
IKLAN GRATIS DAKWAH SUNNAH
Alangkah indahnya ucapan penyair:
وَإِذَا أَرَادَ اللهُ نَشْرَ فَضِيْلَةٍ
طُوِيَتْ أَتَاحَ لَهَا لِسَانَ حَسُوْدِ
لَوْلاَ اشْتِعَالُ النَّارِ فِيْمَا جَاوَرَتْ
مَا كَانَ يُعْرَفُ طِيْبُ عَرْفِ الْعُوْدِ
Bila Allah berkehendak menyebarkan keutamaan yang rahasia
Maka Dia memberi kesempatan lidah pendengki untuk menyebarkannya
Seandainya bukan karena nyala api yang merayap
Maka tidak diketahui wanginya bau kayu wangi.
(Diwan Abu Tammam no. 45–46)
____
Ust. Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi
7 KENYATAAN SETELAH RAMADHAN
Kenyataan pertama:
Malas mengerjakan shalat lima waktu, lebih-lebih lagi untuk shalat Shubuh karena ba’da Ramadhan tidak lagi punya kebiasaan makan sahur.
Kenyataan kedua:
Masjid mulai sepi bahkan tidak sedikit yang tidak ada kumandang azan. Parahnya lagi setelah Ramadhan, ada masjid yang hanya menjadi sarang kotoran hewan (cicak, dll)
Kenyataan ketiga:
Shalat malam sudah enggan, padahal di bulan Ramadhan kita menjadi orang yang gemar shalat tarawih.
Kenyataan keempat:
Puasa sunnah sudah tidak mau dikerjakan karena merasa cukup dengan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Kenyataan kelima:
Al-Qur’an ditinggalkan, dengan tidak dibaca, tidak dihafalkan atau tidak direnungkan dan digali maknanya.
Kenyatan keenam:
Lisan, mata, dan pendengaran sulit lagi dijaga.
Kenyataan ketujuh:
Maksiat kembali berulang selepas Ramadhan.
Moga bermanfaat.
---
Ust. Muhammad Abduh Tuasikal (Pimred Muslim.or.id)
Andai Anda Jadi Presiden
Demo lagi demo lagi. Celaan demi celaan, tuntutan demi tuntutan, hingga bermuara pada rencana melengserkan sang presiden. Itulah secuil dari kerusakan yang sangat banyak akibat sistem demokrasi ala barat. Tidakkah kita berpikir sejenak “Andai kita jadi presiden”, mampukah kita menunaikan amanah berat jabatan presiden?
Selengkapnya:
https://muslim.or.id/24049-andai-anda-jadi-presiden.html
Tata Cara Puasa Syawwal
1- Puasa sunnah Syawal dilakukan selama enam hari
Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa puasa Syawal itu dilakukan selama enam hari. Lafazh hadits di atas adalah: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).
Dari hadits tersebut, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata, “Yang disunnahkan adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal.” (Syarhul Mumti’, 6: 464).
2- Lebih utama dilaksanakan sehari setelah Idul Fithri, namun tidak mengapa jika diakhirkan asalkan masih di bulan Syawal.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Para fuqoha berkata bahwa yang lebih utama, enam hari di atas dilakukan setelah Idul Fithri (1 Syawal) secara langsung. Ini menunjukkan bersegera dalam melakukan kebaikan.” (Syarhul Mumti’, 6: 465).
3- Lebih utama dilakukan secara berurutan namun tidak mengapa jika dilakukan tidak berurutan.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin juga berkata, “Lebih utama puasa Syawal dilakukan secara berurutan karena itulah yang umumnya lebih mudah. Itu pun tanda berlomba-lomba dalam hal yang diperintahkan.” (Idem)
4- Usahakan untuk menunaikan qodho’ puasa terlebih dahulu agar mendapatkan ganjaran puasa Syawal yaitu puasa setahun penuh.
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Siapa yang mempunyai kewajiban qodho’ puasa Ramadhan, hendaklah ia memulai puasa qodho’nya di bulan Syawal. Hal itu lebih akan membuat kewajiban seorang muslim menjadi gugur. Bahkan puasa qodho’ itu lebih utama dari puasa enam hari Syawal.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 391).
Begitu pula beliau mengatakan, “Siapa yang memulai qodho’ puasa Ramadhan terlebih dahulu dari puasa Syawal, lalu ia menginginkan puasa enam hari di bulan Syawal setelah qodho’nya sempurna, maka itu lebih baik. Inilah yang dimaksud dalam hadits yaitu bagi yang menjalani ibadah puasa Ramadhan lalu mengikuti puasa enam hari di bulan Syawal. Namun pahala puasa Syawal itu tidak bisa digapai jika menunaikan qodho’ puasanya di bulan Syawal. Karena puasa enam hari di bulan Syawal tetap harus dilakukan setelah qodho’ itu dilakukan.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 392).
5- Boleh melakukan puasa Syawal pada hari Jum’at dan hari Sabtu.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa dimakruhkan berpuasa pada hari Jum’at secara bersendirian. Namun jika diikuti puasa sebelum atau sesudahnya atau bertepatan dengan kebiasaan puasa seperti berpuasa nadzar karena sembuh dari sakit dan bertepatan dengan hari Jum’at, maka tidaklah makruh.” (Al Majmu’ Syarh Al Muhaddzab, 6: 309).
Hal ini menunjukkan masih bolehnya berpuasa Syawal pada hari Jum’at karena bertepatan dengan kebiasaan.
Selengkapnya: https://muslim.or.id/17782-tata-cara-puasa-syawal.html
@muslimorid