“Seyogyanya bagi seorang hamba agar berdoa dengan lafaz yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah karena hal tersebut tidak diragukan lagi keutamaannya dan kebaikannya. Dan doa-doa tersebut adalah shiratal mustaqim (jalan yang lurus). Ulama-ulama Islam dan imam-imam mereka berdoa dengan lafaz yang ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan berpaling dari lafaz doa yang bid’ah. Maka sepatutnya untuk meneladani hal tersebut”
Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah
Majmu’ Al Fatawa, 1/346-348
Fikih Transaksi Gadai (Bag. 4): Jenis-Jenis Gadai yang Diperbolehkan (2)
Apakah boleh menjadikan utang sebagai sesuatu yang digadaikan atas utang lainnya? Terkait boleh atau tidaknya menggadaikan utang, secara umum setidaknya ada dua pendapat.
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/96043-fikih-transaksi-gadai-bag-4-jenis-jenis-gadai-yang-diperbolehkan-2.html
“Barangsiapa yang mengklaim dirinya mencintai Allah, Akan tetapi ia tidak mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, maka ia telah berdusta”
Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah
Majmu’ Fatawa, 8/360
IPAR ITU MAUT!
Kita pernah mendengar hadis yang menyebutkan bahwa ipar itu maut. Apa yang dimaksud dengan hadis tersebut?
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ . قَالَ الْحَمْوُ الْمَوْتُ
“Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.” Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?” Beliau menjawab, “Hamwu (ipar) adalah maut.” (HR. Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172)
Apa yang dimaksud hamwu adalah maut?
Hamwu yang dimaksud dalam hadis tersebut bukan hanya ipar saja, namun setiap kerabat dekat istri yang bukan mahram. Yang masih mahram bagi suami dari keluarga istri adalah seperti ayah dan anaknya.
Al-Laits berkata bahwa al hamwu adalah ipar (saudara laki-laki dari suami) dan keluarga dekat suami.
Sehingga apa yang dikatakan oleh Al-Laits menunjukkan bahwa ipar itu bukan mahram bagi istri.
Yang dimaksud dengan “maut” di sini yaitu berhubungan dengan keluarga dekat istri yang bukan mahram perlu ekstra hati-hati dibanding dengan yang lain. Karena seringkali bertemu dengan mereka dan tidak ada yang bisa menyangka bahwa perbuatan yang mengantarkan pada zina atau zina yang keji itu sendiri bisa terjadi. Kita pun pernah mendapatkan berita-berita semacam itu.
Lanjut baca: https://muslim.or.id/21385-ipar-itu-maut.html
Ust. Muhammad Abduh Tuasikal
“Di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin, dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya. Bahkan, perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zalim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zalim.”
Ibnul Qayyim rahimahullah
Miftah Daaris Sa’adah, 2: 177-178
Ingin Safar? Lakukan 5 Hal Ini Agar Lebih Berkah
Berikut ini kami paparkan secara ringkas beberapa hal yang dapat kita lakukan sebelum dan saat safar, agar safar kita semakin berkah dan berpahala.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95964-ingin-safar-lakukan-5-hal-ini-agar-lebih-berkah.html
Sebab-Sebab Rezeki yang Ada di Dalam Al-Qur’an
Kunci-kunci rezeki memiliki dua sebab, yaitu sebab kauni dan sebab syar’i. Sebab kauni, yaitu sebab-sebab yang berkaitan dengan hukum sebab-akibat, misal kunci rezeki pada sebab ini seperti berdagang, berkebun, dan bekerja. Adapun sebab syar’i, yaitu sebab yang ditentukan oleh syariat, mengapa sesuatu itu terjadi, meskipun itu bukan sebab yang kauni.
Berikut sebab syar’i dari sebab-sebab rezeki yang ada di dalam Al-Qur’an
https://muslim.or.id/95917-sebab-sebab-rezeki-yang-ada-di-dalam-al-quran.html
Tantangan Dakwah Tauhid
Salah satu perkara yang membuat banyak orang mundur dari perjuangan dakwah adalah karena melihat begitu besar hambatan dan tantangan yang harus ia hadapi. Ada yang takut kehilangan penggemar. Ada yang khawatir berkurang rezekinya. Ada yang takut kehilangan jabatan dan kedudukannya di masyarakat.
Apakah tantangan dan hambatan yang dihadapi manusia masa kini tidak ada di masa lalu? Saudaraku yang dirahmati Allah, apabila kita mencermati ayat-ayat Al-Qur’an, akan kita temukan bahwa para nabi dan rasul adalah barisan terdepan pejuang dakwah yang harus berbenturan dengan tantangan dan hambatan. Hidup mereka tidak pernah sepi dari ujian dan cobaan. Ada nabi yang dibunuh, sebagaimana nabi-nabi bani Israil. Ada nabi yang dicemooh dan dimusuhi oleh seluruh kaumnya sebagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Bahkan, tidak ada seorang pun rasul, melainkan kaumnya menjulukinya dengan tukang sihir atau orang gila (gendheng, dalam bahasa Jawa).
Allah berfirman,
كَذَٰلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ
“Demikianlah, tidaklah datang kepada orang-orang sebelum mereka seorang rasul, melainkan mereka berkata, ‘Dia adalah tukang sihir, atau orang gila.’” (QS. Adz-Dzariyat: 52)
Ini merupakan bentuk hiburan yang Allah berikan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahwa keberadaan beliau yang diganggu dan disakiti tidaklah sendirian, bahkan para nabi terdahulu pun demikian. Mereka dicela, dicemooh, disakiti, dan dimusuhi oleh kaumnya.
Tidak jauh dari hal itu, apa yang dapat kita jumpai di tengah medan dakwah hari ini. Orang-orang yang gencar mengajak kepada tauhid dan pemurnian akidah kerapkali dijuluki dan digelari dengan segudang cemoohan. Ada yang menyebutnya sebagai radikal, wahabi, ultra-konservatif, kaku, kaki tangan Amerika, penjilat penguasa, dan sebagainya.
Imam Ahmad rahimahullah telah menggambarkan keadaan ini dengan berkata,
فما أحسن أثرهم على الناس، وأقبح أثر الناس عليهم
“Betapa indah pengaruh yang mereka (para ulama) berikan bagi manusia, tetapi sangat buruk pengaruh/tanggapan dari manusia terhadap mereka.” (Lihat Mukadimah kitab Ar-Radd ‘alal Jahmiyah, hal. 55, Syamilah.)
Lihatlah dakwah Nabi Nuh ‘alaihis salam, bertahun-tahun lamanya, bahkan ratusan tahun, tetapi tidak ada yang memenuhi seruannya, selain sedikit manusia. Mereka pun mengejeknya atas apa yang ia lakukan atas perintah Allah kepadanya. Lihatlah dakwah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang harus diusir dari rumahnya, dimusuhi oleh masyarakat pemuja berhala, hingga dibakar dengan api yang menyala-nyala. Akan tetapi, mereka gagal karena Allah menyelamatkan Nabi dan kekasih-Nya.
Demikianlah, keadaan perjuangan dakwah keimanan di sepanjang perjalanan sejarah. Tidak sedikit tantangan dan hambatan yang harus mereka jumpai. Akan tetapi, hal itu tidaklah membuat mereka mundur, patah semangat, mengubah haluan, atau meninggalkan medan pertempuran.
Allah berfirman,
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوْا عَلٰى مَا كُذِّبُوْا وَاُوْذُوْا حَتّٰٓى اَتٰىهُمْ نَصْرُنَا
“Sungguh, para rasul sebelum kamu telah didustakan, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan yang mereka alami, dan mereka pun disakiti sampai datanglah kepada mereka pertolongan Kami.” (QS. Al-An’am: 34)
Selengkapnya: https://muslim.or.id/92924-tantangan-dakwah-tauhid.html
Ust. Abu Mushlih Ari Wahyudi
Nasihat untuk Penuntut Ilmu Pemula
Dari mana seorang penuntut ilmu pemula harus memulai dan buku-buku apa saja yang harus dibaca?
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/95845-nasihat-untuk-penuntut-ilmu-pemula.html
Jangan Dekati Perusak Agama
Dalam bahasa agama kita, perusak agama sering disebut sebagai fitnah. Ada dua fitnah yang bisa merusak agama kita, yaitu:
1. Fitnah syahwat
2. Fitnah syubhat.
Fitnah syubhat adalah yang bisa merusak akidah seorang. Yang dulunya cinta Sunnah dan tauhid, menjadi benci Sunnah dan tauhid. Ini terjadi karena pengaruh fitnah syubhat.
Syubhat akan membuat seseorang berada dalam lingkaran setan, sementara dia tidak sadar. Bahkan bisa sampai dia menyangka berada dalam kebenaran, padahal dia sedang tenggelam dalam kesesatan.
Fitnah inilah yang disinggung dalam firman Allah Ta’ala,
أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ كَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُم
“Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (setan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (QS. Muhammad: 14)
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّـهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّـهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
“Orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah beralasan, “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.” (QS. Az-Zumar: 3)
Sebabnya apa? Bermudah-mudahan dengan buku-buku dan ceramah-ceramah para penyebar kesesatan atau kebid’ahan.
Lanjut baca: https://muslim.or.id/61786-jangan-dekati-perusak-agama.html
Ust. Ahmad Anshori, Lc.
ALASAN UNTUK BANTU DAUROH PENGGERAK DAKWAH SEASON 6
Kebutuhan: Rp14.582.000
Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari (YPIA) Yogyakarta insyaAllah akan melaksanakan Dauroh Penggerak Dakwah Season 6 pada tanggal 10 Juli 2024.
Setelah di season sebelumnya kegiatan ini membahas berbagai tantangan dalam dakwah, kali ini kita akan membahas materi Sirah Nabawiyah "Perjalanan Hidup Manusia Terbaik".
Daurah ini juga dilaksanakan untuk memperkuat ukhuwah di antara para penggerak dakwah karena kami mengundang kurang lebih 40 lembaga dakwah dari Jogja dan sekitarnya serta para ustadz dan aktivis dakwah yang telah aktif berkontribusi di masyarakat.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi forum untuk berbagi motivasi dan inspirasi, karena setiap penggerak dakwah pasti menghadapi tantangan di lapangan yang memerlukan dukungan dan semangat dari sesama.
Untuk menyelenggarakan kegiatan ini, kami membuka kesempatan bagi kaum muslimin yang ingin mendermakan hartanya.
Dukungan dari kaum muslimin akan dialokasikan untuk menyewa tempat, memenuhi kebutuhan konsumsi, dan akomodasi bagi ratusan penggerak dakwah yang hadir dalam kegiatan yang mulia ini.
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan (kepada) Allah pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka dan baginya (diberikan) ganjaran yang sangat mulia (surga)." (QS. Al-Hadid[57]:18)
SIAP JADI BAGIAN DARI PENGGERAK DAKWAH?
Salurkan donasi terbaik ANDA melalui https://ypia.or.id/campaign/dauroh-penggerak-dakwah-season-6/
ATAU TRANSFER KE:
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode trf. 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
WAJIB KONFIRMASI
Konfirmasi via WhatsApp ke nomor 082225979555
Mengenal Tauhid dan Syirik Lebih Dekat
Pengertian tauhid adalah sebagai berikut,
إفراد الله سبحانه بما يَخْتَصُ به من الربوبية، والألوهية و الأسماء و الصفات
“Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kekhususan-Nya, yaitu perbuatan (rububiyyah) Allah, hak Allah untuk diibadahi (uluhiyyah), serta nama dan sifat Allah (al-asma` was-shifat).”
Maksudnya adalah meyakini hal itu dan melaksanakan tuntutannya, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Jadi, “mengesakan Allah” cakupannya adalah dengan hati dan anggota tubuh zahir (dengan keyakinan, ucapan, maupun perbuatan).
Cakupan tauhid
Pertama: Tauhid rububiyyah
إفراد الله بأفعاله
“Mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya.”
Maksudnya adalah meyakini dan melaksanakan tuntutannya bahwa hanya Allahlah yang bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang merupakan kekhususan-Nya, seperti menciptakan makhluk, mengatur makhluk, memberi rezeki, memberi manfaat, menimpakan musibah/ keburukan, menghidupkan, mematikan, dan lainnya yang merupakan kekhususan Allah.
Dalil:
Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala,
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
“Segala pujian (kesempurnaan) hanya bagi Allah, Tuhan (Rabb) seluruh alam.” (QS. Al-Fatihah: 2)
Kedua: Tauhid uluhiyyah
إفراد الله بالعبادة
“Mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya.”
Maksudnya adalah meyakini dan melaksanakan tuntutannya bahwa hanya Allahlah yang berhak diibadahi, tidak boleh mempersembahkan peribadahan kepada selain-Nya dalam bentuk ibadah lahiriah maupun yang batin, ucapan maupun perbuatan.
Dalil:
Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul pada setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah saja, dan jauhilah sesembahan selain Allah.” (QS. An-Nahl: 36)
Ketiga: Tauhid al-asma` was-shifat
إفراد الله بأسمائه الحسنى وصفاته العلى
“Mengesakan Allah dalam nama-nama-Nya yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang termulia, (yaitu dengan menetapkan seluruh nama dan sifat Allah dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah dan tuntutannya, serta meniadakan kesamaan Allah dengan makhluk dalam nama dan sifat-Nya.”
Maksudnya adalah meyakini dan melaksanakan tuntutannya bahwa hanya Allahlah yang berhak bernama dengan nama-nama-Nya yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang termulia (paling sempurna) dan meyakini selain Allah itu tidaklah berhak bernama dan bersifat dengannya.
Dalil:
Di antaranya adalah Allah berfirman,
وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى
“Dan hanya milik Allahlah Al-Asma’ul Husna (nama-nama yang terbaik).” (QS. Al-A’raf: 180)
Apakah syirik itu?
Syirik ada dua macam:
Lanjut baca: https://muslim.or.id/77952-mengenal-tauhid-dan-syirik-lebih-dekat.html
Ust. Sa'id Abu Ukasyah
✨ Sudah tahunan ngaji tapi merasa ilmunya masih newbie?
✨ Sudah lama hijrah tapi belum termotivasi belajar Bahasa Arab?
Kok Bisa?
CARI JAWABAN DAN SOLUSINYA DENGAN DAFTAR WEBINAR YG BERTEMA...
| Muslim High Quality Musti Upgrade Ilmu Syar'i |
ONLINE 📡 via aplikasi Zoom dan YouTube
Narasumber dan Topik Diskusi:
Sesi 1
🎙 K.H. Dr. Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc.
| Alumni Ma'had Al-'Ilmi Yogyakarta dan Owner Rumaysho.com
📙 Pentingnya Belajar Agama Secara Terstruktur & Sistematis
Sesi 2
🎙 K.H. Nur Fajri Ramadhon
| Ketua Yayasan BISA dan Anggota Komisi Fatwa MUI DKI Jakarta
📙 Urgensi Penguasaan Bahasa Arab Terhadap Studi Agama Islam
🗓 Hari, tanggal:
Ahad, 1 Al-Muharram 1446 H/ 7 Juli 2024
🕗 Terdiri dari Dua Sesi
Sesi 1 | 09.00 - 10.00 WIB
Sesi 2 | 10.15 - 11.15 WIB
🎁 Fasilitas bagi yang Mendaftar:
* Ilmu yang bermanfaat
* Tanya Jawab
👥 Peserta
Terbuka untuk umum, Putra & Putri
Free, tidak ada syarat harus follow atau share ke medsos
📝 Wajib mendaftar melalui:
- Ikhwan: https://bit.ly/daftar_webinarMiPa
- Akhawat: https://bit.ly/daftar_webinarMiPi
▪ Batas akhir pendaftaran :
Hari Sabtu, 6 Juli 2024 pukul 12.00 WIB
⤵ ALUR PENDAFTARAN
(1) Mengisi formulir pendaftaran
(2) Bergabung ke grup WhatsApp
(3) Link Zoom akan dishare melalui grup WA
⚠ Pendaftaran bisa ditutup sewaktu-waktu jika batas kuota terpenuhi
📡 Media:
▪ Teleconference Meeting dg Aplikasi ZOOM
▪ Live Streaming via Youtube YPIA Academy | Link: bit.ly/yt_ypiaacademy
💡 Informasi
📱 Narahubung YPIA Academy: 0813-9265-8080
=====
✒ Diselenggarakan oleh:
| Ma’had Al-'Ilmi dan Ma'had Umar bin Khattab Yogyakarta
| YPIA Academy
| Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
📣 Media Partner:
| FKIM | FKKA | Muslim.or.id | Muslimah.or.id | Wisma Muslim | Wisma Muslimah
Fatwa Ulama: Jabat Tangan dan Berduaan dengan Saudara Ipar
Bersalaman dengan istri dari saudara kandung (baca: saudara ipar) haram atau halal? Dan bolehkah berdua-duaan dengannya? Apa hukumnya?
Jawaban Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta' :
Istri dari saudara kandung bukanlah termasuk mahram bagi saudara si suami. Maka tidak boleh berjabat tangan dengannya dan tidak boleh berdua-duaan dengannya. Yang menjadi dasar atas hal ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua imam, yaitu Imam Ahmad dan Imam Al Bukhari dari sahabat ‘Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إياكم والدخول على النساء، فقال رجل من الأنصار: يا رسول الله: أفرأيت الحمو؟ قال: الحمو: الموت
“Jauhilah masuk ke rumah-rumah para wanita.” Maka seorang lelaki Anshar bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan ipar?” Beliau bersabda, “Ipar adalah maut.”
Makna dari الحمو di sini adalah saudara kandung suami.
Selengkapnya: https://muslim.or.id/21184-fatwa-ulama-jabat-tangan-dan-berduaan-dengan-saudara-ipar.html
Silakan share...
Keutamaan Menasihati Kaum Muslimin (Bag. 6)
Wajib bagi seseorang yang Allah berikan kepadanya rezeki berupa ilmu, untuk jujur dalam menasihati umat. Baik dalam bentuk kelompok atau individu. Menunjukkan kepada mereka jalan-jalan kebaikan sesuai dengan (ilmu) yang dia ketahui serta memperingatkan mereka dari jalan-jalan keburukan dan fitnah sesuai kapasitas yang diketahuinya.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95966-keutamaan-menasihati-kaum-muslimin-bag-6.html
Memaknai Tahun Hijriyah Baru Bagi Seorang Muslim
Segala puji bagi Allah yang menjadikan malam dan siang silih berganti sebagai ‘ibrah (pelajaran) bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, hamba-Nya yang paling bersyukur, dan utusan-Nya yang mengajarkan bagaimana bersyukur dengan sebaik-baiknya kepada umatnya, amma ba’du.
“Di dalam berjalannya waktu, silih bergantinya hari dan berlalunya bulan dan tahun, terdapat pelajaran yang berharga bagi orang yang mau merenungkannya.
Tidak ada satu tahun pun berlalu dan tidak pula satu bulan pun menyingkir melainkan dia menutup lembaran-lembaran peristiwanya saat itu, pergi dan tidak kembali, jika baik amal insan pada masa tersebut, maka baik pula balasannya, namun jika buruk, penyesalanlah yang mengikutinya
Setiap masuk tahun baru (Hijriyyah), manusia menitipkan lembaran-lembaran tahun yang telah dilewatinya, sedangkan dihadapannya ada tahun baru yang menjelang
Bukanlah inti masalah ada pada kapan tahun baru usai dan menjelang, akan tetapi yang menjadi inti masalah adalah dengan apa kita dahulu mengisi tahun yang telah berlalu itu dan bagaimana kita akan hiasi tahun yang akan datang.
Dalam menyongsong tahun baru (Hijriyyah), seorang mukmin adalah sosok insan yang suka tafakkur (berpikir) dan tadzakkur (merenung)”
Tafakkur (berpikir) yang pertama, yaitu tafakkur hisab (intropeksi)
Dia memikirkan dan menghitung-hitung amalannya di tahun yang telah silam, lalu dia teringat (tadzakkur) akan dosa-dosanya, hingga hatinya menyesal, lisannya pun beristighfar memohon ampun kepada Rabbnya.
Tafakkur yang kedua, yaitu tafakkur isti’daad (persiapan)
Dia mempersiapkan ketaatan pada hari-harinya yang menjelang, sembari memohon pertolongan kepada Tuhannya,agar bisa mempersembahkan ibadah yang terindah kepada Sang Penciptanya, terdorong mengamalkan prinsip hidupnya yang terdapat dalam ayat,
{إياك نعبد وإياك نستعين }
“Hanya kepada-Mulah, kami beribadah dan hanya kepada-Mulah kami menyembah”.
Bukankah hidup ini hakikatnya adalah perjalanan?
Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كلّ الناسِ يغدو؛ فبائعٌ نَفسَه فمُعتِقها أو موبِقها
“Setiap hari, semua orang melanjutkan perjalanan hidupnya, keluar mempertaruhkan dirinya. Ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang mencelakakannya” (Hadits Riwayat Imam Muslim).
Lanjut baca: https://muslim.or.id/24096-memaknai-tahun-baru-bagi-seorang-muslim.html
Ust. Sa'id Abu Ukasyah
3 Hikmah Diselamatkannya Nabi Musa dari Kejaran Firaun pada Bulan Muharam
https://youtu.be/Npo-UosmuaI
“Takwa adalah engkau mengamalkan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah dengan mengharap pahala Allah dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah dengan perasaan takut dari azab Allah.”
Thalq bin Habib rahimahullah
Siyar A’lamin Nubala’, 4: 601
Datangnya Ujian dan Pertolongan dari Allah
Dalam kondisi ekonomi hari-hari ini, banyak yang sepakat bahwa kondisi ini memang tidak mudah. Dan bagi sebagian orang, kondisi akhir-akhir ini justru semakin memburuk dan tidak kunjung membaik. Dalam kondisi semacam ini, ada hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang hendaknya menjadi pegangan dalam hidup kita. Hadis yang hendaknya kita camkan dan perhatikan di tengah-tengah kondisi sulit, kondisi tidak normal, kondisi yang berat, atau kondisi yang penuh dengan ujian dan masalah.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/96037-datangnya-ujian-dan-petolongan-dari-allah.html
“Maka, berbahagialah bagi orang yang menyibukkan dirinya (dengan mengintrospeksi diri) dari aibnya sendiri daripada ia sibuk mencari aib orang lain.”
Ibnu Qayyim rahimahullah
Miftah Darussaadah wa Mansyur Wilayatil Alam wal Iradh, hal. 344
Kisah Thalhah bin Ubaidillah: Awal Kehidupan dan Kisah Thalhah di Perang Uhud (Bag. 1)
Ini adalah kisah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia, seorang syahid yang meletakan kakinya di muka bumi dalam keadaan ia telah mengetahui bahwasanya ia adalah penghuni surga. Dialah Thalhah bin Ubaidillah Al-Qurasyi At-Taimi Abu Muhammad radhiyallahu ’anhu.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95934-kisah-thalhah-bin-ubaidillah-awal-kehidupan-dan-kisah-thalhah-di-perang-uhud-bag-1.html
“Manakala sifat qana’ah senantiasa ada pada dirimu, maka engkau dan raja dunia, sama saja.”
Imam Syafi’i rahimahullah
Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i, hal. 10
Tauhid adalah prioritas dakwah, ia yang pertama dan utama
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika mengutus Mu’adz bin Jabal ke negeri Yaman beliau bersabda:
إنك تأتي قوما من أهل الكتاب ، فادعهم إلى شهادة أن لا إله إلا الله وأني رسول الله ، فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة ، فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد في فقرائهم فإن هم أطاعوا لذلك فإياك وكرائم أموالهم
“Engkau akan mendatangi sebuah kaum ahli kitab. Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwasanya Aku adalah utusan Allah. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, ajarilah mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu setiap sehari semalam. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, ajarilah mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka membayar zakat yang diambil dari orang kaya mereka lalu dibagikan kepada orang-orang faqir di antara mereka. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, jauhilah harta-harta mereka” (HR. Muslim no. 19).
@muslimorid
“Aku tidak pernah melihat kekurangan atau aib pada manusia kecuali orang yang mampu untuk berbuat lebih besar, namun dia tidak melakukannya dan menyerah pada keadaan.”
Al-Mutanabbi
An Faidhi Al-Qadhir 3/488
Fikih Badal Haji (Bag. 2)
Pembahasan terakhir dalam artikel ini adalah fatwa-fatwa dari para ulama terkait dengan badal haji. Semoga Allah merahmati mereka dan membalas kebaikan mereka dengan balasan yang paling baik.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95862-fikih-badal-haji-bag-2.html
“Barangsiapa yang lebih dahulu datang dari orang lain (dalam rangka salat berjemaah di masjid -pen.) kemudian berdiri bukan di saf pertama, maka ia telah menyelisihi syariat.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
Majmu Fatawa
Fikih Badal Haji (Bag. 1)
Berikut ini pembahasan-pembahasan ringan, namun mencakup semua pembahasan-pembahasan paling penting, insyaAllah, terkait dengan badal haji.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/95860-fikih-badal-haji-bag-1.html