Penjelasan Kitab Ta’jilun Nada (Bag. 12): Definisi Kalam atau Jumlah Mufidah
Ibnu Hisyam mengatakan,
وَالْكَلاَمُ لَفْظٌ مُفِيْدٌ
“Kalam (kalimat) adalah lafaz yang mempunyai makna atau faedah.”
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/97147-penjelasan-kitab-tajilun-nada-bag-12-definisi-kalam-atau-jumlah-mufidah.html
“Tidak ada suatu perkara yang lebih merusak amalan daripada perasaan ujub dan terlalu memandang jasa diri sendiri…”
Ibnul Qayyim rahimahullah
al-Fawa’id, hal. 147
“Ada tiga pokok yang menjadi pondasi kebahagiaan seorang hamba, dan masing-masingnya memiliki lawan. Barangsiapa yang kehilangan pokok tersebut maka dia akan terjerumus ke dalam lawannya.
[1] Tauhid, lawannya syirik.
[2] Sunnah, lawannya bid’ah.
[3] ketaatan, lawannya adalah maksiat.
Sedangkan ketiga hal ini memiliki satu musuh yang sama yaitu kekosongan hati dari rasa harap di jalan [ketaatan kepada] Allah dan keinginan untuk mencapai balasan yang ada di sisi-Nya serta ketiadaan rasa takut terhadap-Nya dan hukuman yang dijanjikan di sisi-Nya.”
Ibnul Qayyim rahimahullah
al-Fawa’id, hal. 104
Hukum-Hukum terkait Persusuan yang Menyebabkan Mahram
Dalam ajaran Islam, terdapat beberapa hubungan kemahraman yang terbentuk melalui ikatan persusuan. Hukum mahram ini memiliki implikasi penting dalam kehidupan seorang muslim, terutama dalam hal pernikahan dan pergaulan sehari-hari.
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/97367-hukum-hukum-terkait-persusuan-yang-menyebabkan-mahram.html
Di dunia, orang musyrik -yang sebelumnya muslim- dihukumi sebagai orang murtad alias halal darahnya.
Sementara di akhirat nanti semua amal kebaikan mereka tidak ada artinya apa-apa.
Oleh sebab itu Allah menafikan keamanan dan hidayah dari orang-orang yang mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (syirik) alias murtad.
(lihat Shahih Bukhari, Kitab Istitabatul Murtadin, hal. 1388)
Fikih Transaksi Gadai (Bag. 7): Jenis-Jenis Gadai yang Diperbolehkan (5)
Masih dalam pembahasan jenis gadai yang diperbolehkan. Secara khusus masih membahas tentang jenis-jenis keadaan yang diperbolehkan untuk menggadaikan suatu barang.
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/97331-fikih-transaksi-gadai-bag-7-jenis-jenis-gadai-yang-dipebolehkan-5.html
Sufyan rahimahullah pernah ditanya, “Menuntut ilmu yang lebih kau sukai ataukah beramal?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya ilmu itu dimaksudkan untuk beramal, maka jangan kau tinggalkan menuntut ilmu dengan alasan beramal, dan jangan kau tinggalkan amal dengan alasan menuntut ilmu.”
(Tsamrat al-’Ilmi al-’Amal, hal. 44-45)
Hukum dan Konskuensi Akad yang Tidak Sah dan Tidak Dibenarkan oleh Syariat
Akad yang tidak sah menurut syariat adalah akad yang rukun-rukun, syarat-syarat, dan sifat-sifatnya bermasalah atau ada kecacatan di dalamnya, baik itu karena salah satu pihak dalam akad bukanlah orang yang memiliki wewenang untuk melakukan akad, atau objek akadnya tidak memiliki kapasitas untuk menerima konskuensi akad, atau karena adanya cacat pada shighah (kata-kata pengikat) akad, atau karena sebab lainnya.
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/97282-serial-fikih-muamalah-bag-20-hukum-dan-konskuensi-akad-yang-tidak-sah-dan-tidak-dibenarkan-oleh-syariat.html
Kisah Jabir bin Abdillah (Bag. 1): Saksi Mukjizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Sehingga, kaum muslimin bisa memiliki teladan yang benar dan bisa menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Kisah Jabir yang pertama yang dapat kita ambil pelajaran adalah tatkala Jabir bin Abdillah menyaksikan secara langsung mukjizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berupa keberkahan yang dimiliki oleh Rasulullah.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/97231-kisah-jabir-bin-abdillah-bag-1-saksi-mukjizat-rasulullah-shallallahu-alaihi-wasallam.html
“Di antara keutamaan tauhid yang paling agung adalah ia merupakan sebab yang menghalangi kekalnya seseorang di dalam neraka, yaitu apabila -minimal- di dalam hatinya masih terdapat tauhid meskipun seberat biji sawi. Kemudian, apabila tauhid itu sempurna di dalam hati maka akan bisa menghalangi masuk neraka secara keseluruhan/tidak masuk neraka sama sekali.”
Syekh as-Sa’di rahimahullah
al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid, hal. 17
“… Seandainya ilmu bisa bermanfaat tanpa amalan niscaya Allah Yang Maha Suci tidak akan mencela para pendeta Ahli Kitab. Dan jika seandainya amalan bisa bermanfaat tanpa adanya keikhlasan niscaya Allah juga tidak akan mencela orang-orang munafik.”
Ibnul Qayyim rahimahulllah
al-Fawa’id, hal. 34
Kelezatan di akhirat yang diperoleh seorang hamba kelak adalah tatkala melihat wajah-Nya. Sementara hal itu tidak akan bisa diperolehnya kecuali setelah merasakan kelezatan paling agung di dunia, yaitu dengan mengenal Allah dan mencintai-Nya, dan inilah yang dimaksud dengan surga dunia yang akan senantiasa menyejukkan hati hamba-hamba-Nya (lihat ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal. 261)
Читать полностью…“(Taubat) itu memiliki tiga rukun: meninggalkannya, menyesal atas perbuatan maksiatnya itu, dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya selama-lamanya.
Apabila maksiat itu berkaitan dengan hak manusia, maka ada rukun keempat yaitu membebaskan diri dari tanggungannya kepada orang yang dilanggar haknya.
Pokok dari taubat adalah penyesalan, dan (penyesalan) itulah rukunnya yang terbesar.”
Imam Nawawi rahimahullah
Syarah Shahih Muslim, 9/12
Mengapa Ada Waktu Mustajab Doa, Padahal Allah Maha Mengabulkan Doa?
Tidakkah cukup bahwa Allah Maha Mengabulkan Doa untuk terkabulnya doa seorang hamba yang berdoa? Apakah doa nyatanya tidak selalu dikabulkan, terlebih dengan munculnya waktu-waktu khusus terkabulnya doa?
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/97068-mengapa-ada-waktu-mustajab-doa-padahal-allah-maha-mengabulkan-doa.html
Selingkuh Adalah Dosa Besar
Perselingkuhan adalah bencana yang menimpa banyak rumah tangga di sekitar kita, wal’iyadzubillah. Karena jauhnya masyarakat kita dari ilmu agama, merebaknya maksiat dan banyak panutan buruk yang dicontoh oleh masyarakat.
Selingkuh yang kami maksud di sini adalah memiliki hubungan asmara dengan orang lain, padahal sudah memiliki pasangan dalam pernikahan yang sah. Adapun selingkuh terhadap pacar, tidak perlu kita dibahas karena pacaran sendiri itu jelas keharamannya. Sedangkan poligami, itu tidak disebut selingkuh. Karena poligami jelas disyariatkan dalam agama.
Selingkuh dalam definisi di atas, adalah dosa besar. Karena di dalamnya terkandung beberapa dosa besar. Di antaranya:
Khianat
Suami atau istri yang selingkuh, ia telah berbuat khianat kepada pasangannya. Makna khianat dijelaskan ar Raghib al Asfahani rahimahullah:
الخيانة مخالفة الحق بنقض العهد في السر
“Khianat adalah melanggar hak dan merusak perjanjian secara sembunyi-sembunyi” (Al Mufradat, 305).
Dan khianat adalah dosa besar. Allah ta’ala berfirman:
وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي كَيْدَ الْخَائِنِينَ
“Allah tidak akan memberi hidayah terhadap tipu daya orang-orang yang berkhianat” (QS. Yusuf: 52).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
آيَةُ المُنافِقِ ثَلاثٌ: إذا حَدَّثَ كَذَبَ، وإذا وعَدَ أخْلَفَ، وإذا اؤْتُمِنَ خانَ
“Tanda orang munafik ada tiga: jika bicara ia berdusta, jika berjanji ia ingkar janji, jika diberi amanah ia berkhianat” (HR. Al Bukhari 6095, Muslim no.59).
Mujahid bin Jabr Al Makki mengatakan:
المكر والخديعة والخيانة في النار، وليس من أخلاق المؤمن المكر ولا الخيانة
“Makar, penipuan dan khianat, pelakunya diancam neraka. Makar dan khianat bukanlah akhlak seorang Mukmin” (Makarimul Akhlak, karya Al Khara’ithi, hal. 72).
Perbuatan khianat juga akan menghilangkan keberkahan dalam keluarga, sehingga rumah tangga akan terasa suram, sesak dan sempit, walaupun perbuatan khianatnya tidak diketahui. Anas bin Malik radhiyallahu’anhu mengatakan:
إذا كانت في البيت خيانة ذهبت منه البركة
“Ketika khianat terjadi di suatu rumah, akan hilanglah keberkahan” (Makarimul Akhlak, karya Al Khara’ithi, hal. 155).
Al Ghisy (Curang)
Makna al ghisy (الغش) secara bahasa adalah:
الغِشُّ: كتم كل ما لو علمه المبتاع كرهه
“al ghisy adalah seorang penjual menyembunyikan sesuatu yang jika diketahui oleh pembeli maka ia akan membencinya” (Adz Dzakhirah lil Qarafi, 5/172).
Dalam bahasa kita, ghisy artinya curang; berlaku tidak jujur; main belakang. Dan orang yang selingkuh pasti akan melakukan ghisy. Karena ia menyembunyikan hubungan gelap dari pasangannya yang jika pasangannya mengetahui, tentu ia akan membencinya. Padahal al ghisy adalah dosa besar. Dari Ma’qal bin Yasar radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
ما مِن عبدٍ يسترعيه اللهُ رعيَّةً يموتُ يومَ يموتُ وهو غاشٌّ لرعيَّتِه إلَّا حرَّم اللهُ عليه الجنَّةَ
“Siapapun yang Allah takdirkan ia menjadi pemimpin bagi rakyatnya, kemudian ia mati dalam keadaan berbuat ghisy (tidak jujur) kepada rakyatnya. Pasti Allah akan haramkan ia surga” (HR. Al Bukhari no.7150, Muslim no.142).
Dan suami adalah pemimpin dan rakyatnya adalah keluarganya. Namun tentu saja bukan hanya suami yang dilarang berbuat ghisy, istri pun dilarang. Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلَاحَ ، فَلَيْسَ مِنَّا ، وَمَنْ غَشَّنَا ، فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa mengacungkan senjata kepada kami (kaum Muslimin), bukan bagian dari kami. Barangsiapa berbuat ghisy (curang) kepada kami (kaum Muslimin), bukan bagian dari kami” (HR. Muslim no. 147).
Lanjut baca: https://muslim.or.id/61570-selingkuh-adalah-dosa-besar.html
Ust. Yulian Purnama
Mengenal Nama Allah “Al-Ghaffar”
Allah menyebutkan nama-Nya “Al-Ghaffar” dalam lima ayat Al-Qur’an, yang ini menunjukkan dengan jelas bahwasanya nama tersebut merupakan nama-Nya Ta’ala. Ayat apa saja yang dimaksud?
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/97024-mengenal-nama-allah-al-ghaffaar.html
Syubhat: Ahlusunah Membela Kezaliman Penguasa?
Tulisan broadcast yang entah siapa penulisnya di bawah ini sering disebar di mana-mana. Beberapa kali pertanyaan masuk menanyakan tentang tulisan ini.
Syubhat
Saya heran mengapa hadis ini jarang dibahas, atau hampir-hampir tak terdengar. Ataukah mungkin kita yang lalai?
Rasulullah ﷺ bersabda,
«اسْمَعُوا، هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ؟ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الحَوْضَ،َ»
“Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin? Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka, dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga.” (HR. Tirmidzi, AN-Nasai, dan Al-Hakim)
Wahai Ulamav…
Wahai Ustazv…
Wahai Muslimv…
Ittaqullah …
Kamu merasa di atas Sunah Rasul ﷺ, padahal beliau tidak akui. Karena kamu selalu membela penguasa zalim. Sadarlah!
Bantahan
Maka kita jawab syubhat dalam tulisan ini dalam beberapa poin:
Pertama, hadis di atas memang sahih, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (2259), An-Nasa’i (4208), Ahmad (18151). Disahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi. Dan lafaz di atas adalah lafaz At-Tirmidzi.
Kedua, siapa yang bilang hadis ini tidak pernah dibahas? Mungkin penulis yang jarang kajian atau kurang serius dan kurang runut menuntut ilmunya. Bagi yang serius dan runut belajar akidah dan manhaj ahlusunah, pasti tidak akan asing dengan hadis seperti ini.
Dengan mudah sekali akan bisa dapati penjelasan tentang hadis di atas dari penjelasan Syekh Ibnu Baz, Syekh Ibnu Al-‘Utsaimin, Syekh Shalih Al-Fauzan, dan para ulama lainnya.
Ketiga, makna dari hadis di atas adalah tidak boleh mendukung kekeliruan dan kezaliman dari pemimpin. Ini makna yang jelas dan gamblang sekali. Tentu saja kekeliruan dan kezaliman dari siapa pun (walaupun bukan dari pemimpin) tidak boleh kita dukung atau setujui.
Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan hadits di atas dengan mengatakan,
فإذا دخل عليهم بالتوجيه والإرشاد وتخفيف الشر؛ هذا هو المطلوب، أما إذا دخل عليهم ليعينهم على الظلم ويصدقهم بالكذب فهذا هو المذموم، نسأل الله العافية
“Ketika seseorang menemui pemimpin untuk memberi nasehat, membimbingnya, dan meminimalkan keburukan, maka inilah yang dituntut. Adapun jika seseorang menemui pemimpin untuk menolong mereka berbuat kezaliman atau membenarkan kedustaan, maka inilah yang dicela. Nas’alullah al-‘afiyah.” (Fatawa Ad-Durus)
Keempat, membenci kekeliruan dan kezaliman pemimpin bukan berarti boleh memberontak dan melepaskan ketaatan. Kekeliruan dan kezalimannya dibenci, namun perkara yang bukan kekeliruan dan bukan kezaliman tetap ditaati dan tidak memberontak.
Bahkan, sikap inilah yang jelas-jelas dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Benci kekeliruannya, tetapi jangan memberontak. Sebagaimana ditunjukkan dalam banyak hadis yang akan sebutkan di poin lima.
Kelima, hadis yang semakna dengan hadis di atas banyak sekali. Bukan perkara yang asing dan aneh. Yaitu tentang adanya pemimpin yang zalim dan Rasulullah menasihati jangan mendukung kezalimannya, namun beliau tetap melarang memberontak.
Lanjut baca:
https://muslim.or.id/74819-syubhat-ahlussunnah-membela-kezaliman-penguasa.html
Ust. Yulian Purnama
Salah Kaprah Kisah Pelacur yang Masuk Surga
Kisah tentang pelacur yang masuk surga karena memberi minum seekor anjing adalah kisah yang masyhur. Yang menjadi masalah, kisah ini digunakan sebagian orang untuk melegitimasi perbuatan maksiat dan juga menjadi alasan untuk tidak perlu menerapkan agama.
Karena menurut mereka: “Pelacur saja masuk surga, maka pelaku maksiat yang lain pun bisa masuk surga. Asalkan baik kepada binatang dan baik kepada orang lain” sehingga mereka terus bermaksiat.
Juga kata mereka: “Selevel pelacur pun bisa masuk surga. Maka tidak perlu terlalu serius dan mendalam mempelajari agama dan menerapkannya. Karena orang yang jauh dari agama saja bisa masuk surga.”
Nah, pemahaman ini adalah gagal paham yang sangat serius. Mari kita simak penjelasan tentang kisah pelacur masuk surga berikut ini.
Lanjut baca:
https://muslim.or.id/59681-salah-kaprah-kisah-pelacur-yang-masuk-surga.html
@muslimorid
“…Salah satu ciri sehatnya hati adalah ia senantiasa merasa rindu dan berhasrat untuk berkhidmat/mengabdi dan taat -kepada Allah- sebagaimana halnya orang yang lapar menginginkan makanan dan minuman.”
Ibnul Qayyim rahimahullah
Ighatsat al-Lahfan, hal. 98
“…Sesungguhnya salah satu ciri hati yang sakit adalah ia berpaling dari mengkonsumsi hal-hal yang bermanfaat dan yang cocok dengannya menuju hal-hal yang justru membahayakan dirinya, serta ia berpaling dari obat yang manjur menuju penyakit yang membahayakan…”
Ibnul Qayyim rahimahullah
Ighatsat al-Lahfan, hal. 96
Perbaiki Penghambaanmu kepada Allah
Orang yang ikhlas akan merasa ringan dalam melakukan berbagai ketaatan (yang pada umumnya terasa memberatkan), karena orang yang ikhlas senantiasa menyimpan harapan pahala dari Allah. Demikian pula, ia akan merasa ringan dalam meninggalkan maksiat, karena rasa takut akan hukuman Rabbnya yang tertanam kuat di dalam hatinya. (Lihat Al-Qaul As-Sadid, hal. 17.)
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/96558-perbaiki-penghambaanmu-kepada-allah.html
Apakah Salafi Aliran Sesat?
Istilah salaf atau salafi sebenarnya adalah istilah yang sudah sangat terkenal dalam pembicaraan para ulama. Mereka itu tidak lain adalah para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Silakan baca penjelasannya di artikel berikut
https://muslim.or.id/96339-apakah-salafi-aliran-sesat.html
Keistimewaan Jabir bin Abdillah
Jabir merupakan salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis. Banyak sekali keutamaan-keutamaan yang dimiliki oleh Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/97072-keistimewaan-jabir-bin-abdillah.html
Umur Terbatas, Namun Ada Pahala Tanpa Batas
Sesungguhnya, di antara karunia besar Allah Ta’ala kepada umat yang berumur pendek ini adalah petunjuk-Nya kepada amalan-amalan yang pahalanya terus mengalir hingga setelah kematian. Oleh karena itu, syariat Islam sangat menganjurkan umat Islam untuk berusaha agar amalannya tidak terputus setelah kematian, dan catatan amal kebaikannya tetap terbuka, sehingga pahalanya berlipat ganda.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/97070-umur-terbatas-namun-ada-pahala-tanpa-batas.html
“Salah satu tanda kebahagiaan dan kesuksesan adalah tatkala seorang hamba semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya.
Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama.
Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.”
Ibnul Qayyim rahimahullah
al-Fawa’id, hal. 149