muslimorid | Неотсортированное

Telegram-канал muslimorid - Muslim.or.id

43075

Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Подписаться на канал

Muslim.or.id

Hadits-Hadits Lemah Dan Palsu Seputar Keutamaan Hari Asyuro

Syaikh DR. Aqil bin Salim Asy-Syamari ḥafiẓahullāh menjelaskan bahwa terdapat banyak hadis lemah tentang (keutamaan hari ke-10 bulan Muharram) yang saya kumpulkan dari perkataan ulama -semoga Allah merahmati mereka dengan rahmat yang luas-, di antaranya yaitu:

Pertama:

إن الله خلق السماوات والأرض يوم عاشوراء

“Sesungguhnya Allah menciptakan langit-langit dan bumi pada hari ke-10 bulan Muharram” (Mauḍū‘ [Hadits palsu]).

Kedua:

من اكتحل يوم عاشوراء بالإثمد لم ترمد عينه أبداً

“Barangsiapa yang bercelak dengan serbuk celak itsmid pada hari ke-10 bulan Muharram, maka matanya tidak akan terkena penyakit mata selamanya” (HR. Al-Hakim dan beliau menjelaskan bahwa hadis ini munkar. Ibnul Jauzi menyebutkannya dalam kitab Al-Mauḍū‘āt [kumpulan hadits-hadits palsu]).

Ketiga:

من صام يوم عاشوراء كتب الله له عبادة ستين سنة

“Barangsiapa yang berpuasa pada hari ke-10 bulan Muharram, niscaya Allah akan mencatat baginya (pahala) ibadah 60 tahun” (hadis ini batil, diriwayatkan oleh Habib bin Abi Habib, Al-Haitsami menyatakan bahwa Habib bin Abi Habib adalah seorang yang ditinggalkan periwayatannya [matrūk] dan pendusta [każżāb]).

Keempat:

من وسع على عياله يوم عاشوراء وسع الله عليه في سنته كلها

“Barangsiapa yang melapangkan orang yang menjadi tanggungan nafkahnya pada hari ke-10 bulan Muharram, maka Allah pun akan melapangkan (urusan)nya dalam satu tahun penuh” (Al-Haitsami bin Syaddakh menyendiri [dalam meriwayatkannya], sedangkan ia adalah perawi yang ḍa‘īf dengan kesepakatan para ulama. Imam Ahmad pun menyatakan bahwa hadis ini tidak ada asalnya. Ibnul Rajab menerangkan bahwa sanandnya lemah dan Ibnul Zauji pun menyebutkannya dalam Al-Mauḍū’).

Kelima:

إن آدم تاب الله عليه يوم عاشوراء ، ونوحاً نجاه الله يوم عاشوراء وإبراهيم نجاه الله من النار يوم عاشوراء ويونس أخرجه الله من بطن الحوت يوم عاشوراء ويعقوب اجتمع بيوسف يوم عاشوراء والتوراة نزلت يوم عاشوراء

“Sesungguhnya Allah menerima taubat Nabi Adam pada hari ke-10 bulan Muharram, Allah menyelamatkan Nabi Nuh pada hari ke-10 bulan Muharram, Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim dari api pada hari ke-10 bulan Muharram, Allah mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan besar pada hari ke-10 bulan Muharram, Nabi Ya’qub berkumpul dengan Nabi Yusuf pada hari ke-10 bulan Muharram, serta At-Taurah diturunkan pada hari ke-10 bulan Muharram.”

Dan beberapa hadis semisalnya, maka seluruhnya dusta, tidak ada asalnya, serta derajatnya lemah kecuali riwayat tentang selamatnya Nabi Musa ‘alaihis salām dan kaumnya dari musibah tenggelam.

Sumber: http://muslim.or.id/28779-hadis-hadis-lemah-dan-palsu-tentang-keutamaan-hari-ke-10-muharram-1.html

Join juga @muslimahorid dan @mubk_jogja

Читать полностью…

Muslim.or.id

Jauhilah kemaksiatan dan permusuhan. Kenapa?

Читать полностью…

Muslim.or.id

*Tidak setiap orang yang memiliki kemampuan luar biasa adalah wali*

Setiap orang yang menyelisihi salah satu ajaran Rasul karena bertaklid pada seorang yang dianggapnya wali Allah, maka yang menjadi alasan dari tindakannya tersebut adalah anggapan bahwa orang yang diikuti adalah wali Allah dan yang namanya wali tidak boleh dibantah. *Padahal, meskipun orang tersebut adalah salah satu di antara wali Allah yang termulia, seperti para sahabat yang senior dan tabi’in yang mengikuti jejak mereka dengan baik, tentu tindakan mereka yang menyelisihi al-Quran dan as-Sunnah sama sekali tidak dapat ditolerir. Bagaimana bisa kita menolerir apabila tindakan tersebut dilakukan oleh orang yang kedudukannya tidak seperti mereka?!*

Anda akan menjumpai bahwa mayoritas masyarakat dalam meyakini seseorang itu wali Allah berbekal pada apa yang muncul pada diri orang tersebut seperti al-mukasyafah pada beberapa perkara dan kemampuan-kemampuan luar biasa seperti orang tersebut mampu:

berisyarat pada orang lain yang kemudian orang tersebut mati,

terbang di udara menuju Mekkah atau tempat lain,

berjalan di atas air,

mengisi tempat air dari udara,

menghabiskan sebagian waktu di lokasi lain atau menyembunyikan diri dari pandangan manusia,

sebagian manusia dapat meminta tolong kepadanya ketika dia tidak berada di hadapan mereka atau ketika dia telah mati, kemudian mereka melihatnya datang dan memenuhi permintaan mereka,

memberitakan kepada manusia perihal barang mereka yang tleh dicuri, kondisi gaib, tentang orang yang sakit di antara mereka atau perkara yang semisal.

Tidak satupun perkara di atas yang dapat menjadi bukti kewalian seseorang, karena para ulama yang menjadi wali Allah telah bersepakat bahwa setiap orang meski dia mampu terbang di atas udara atau berjalan di atas air tidak serta-merta dianggap wali Allah hingga dilihat apakah dia benar-benar mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tindak-tanduknya selaras dengan perintah dan larangan beliau.

*Karamah para wali Allah sebenarnya lebih agung dari perkara-perkara yang disebutkan di atas, mengingat kemampuan-kemampuan luar biasa tersebut tidak terbatas dimiliki oleh wali Allah, boleh jadi berbagai kemampuan tersebut juga dimiliki oleh musuh Allah. Dapat dilihat bahwa kemampuan tersebut juga dimiliki oleh banyak orang kafir, musyrik, ahli kitab, munafik, dan ahli bid’ah yang semuanya bersumber dari setan.*

Dengan demikian, jangan beranggapan bahwa setiap orang yang memiliki kemampuan tersebut adalah wali Allah, karena seseorang dapat dinilai sebagai wali Allah dengan memperhatikan sifat, tindak-tanduk, perbuatan, dan kondisinya berdasarkan informasi yang terkandung dalam al-Quran dan as-Sunnah. Mereka dapat dikenali dengan cahaya iman dan pengakuan terhadap hakikat iman yang terdapat dalam hati dan implementasi terhadap syari’at-syari’at Islam yang nampak oleh mata.

- Ibnu Taimiyah dalam al-Furqan baina Auliya ar-Rahman wa Auliya asy-Syaithan -

___

Ust. Muhammad Nur Ichwan Muslim

Читать полностью…

Muslim.or.id

Tahukah Anda, Apa Yang Paling Dibenci Orang Kafir?

Ya, ada satu hal yang sangat mereka benci, yaitu bila anda menjadi seorang muslim yang benar-benar paham agama anda dan loyal kepada agama anda.

Karena itu untuk melawan kebencian orang kafir bukan dengan cara berteriak, atau membuat huru-hara, namun sujudlah dengan khusyu‘ kepada Allah Ta’ala, atau lantunkanlah ayat-ayat al Qur’an dengan penuh penghayatan, atau hadirilah kajian-kajian yang mengajak anda memurnikan Islam anda, atau tutuplah aurat istri dan anak anak anda, dan demikian seterusnya.

Walau anda diam seribu bahasa, namun anda tekun mempelajari dan mengamalkan Islam yang murni, bukan Islam yang masuk angin karena telah dibawa ka alam JIN, niscaya orang-orang kafir murka dan sekaligus gentar.

Sobat, sadarilah sejatinya mereka bukan benci kepada wajah anda yang tampan atau cantik jelita, tidak pula benci kepada rasa anda sebagai orang jawa atau sunda atau lainnya, tidak pula karena anda kaya atau pandai.

Satu hal yang menjadikan mereka murka dan benci kepada anda ialaha karena anda hanya sudi mengabdi kepada Allah Ta’ala semata, dan hanya mau meneladani sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam semata, jauh dari budaya yang menyimpang atau rekayasa tangan manusia. SImak dan camkan firman Allah Ta’ala berikut:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ هَلْ تَنقِمُونَ مِنَّا إِلاَّ أَنْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلُ وَأَنَّ أَكْثَرَكُمْ فَاسِقُونَ

“Katakanlah: “Hai Ahli kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?”” (QS. Al Maidah: 59).

Dahulu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya dimusuhi, dibenci, diusir dan diperangi juga karena alasan yang sama, enggan mengakui sesembahan selain Allah Ta’ala, baik yang berupa manusia semisal nabi Isa alaihissalam, atau bebatauan atau pepohonan atau hewan atau lainnya.

الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَن يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ

“Orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”” (QS. Al Hajj: 40).

Jadi, kalau anda ingin membalas kejahatan dan melawan mereka, maka hanya ada satu cara yaitu murnikan ibadah anda hanya kepada Allah Ta’ala dan satukan panutan anda hanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan hanya dengan ini pula anda akan berjaya.

Sobat! Mari dengan pekikkan takbir ALLAHU AKBAR kita kobarkan tauhid dan singkirkan syirik.

***

Penulis: Ust. Dr. Muhammad Arifin Baderi

Sumber: http://muslim.or.id/28771-tahukah-anda-apa-yang-paling-dibenci-orang-kafir.html

Join juga channel @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

BAHAGIAKAN ANAK YATIM DI HARI ASYURA?

Mengkhususkan waktu untuk menyantuni anak yatim harus butuh dalil. Karena kita diperintahkan menyantuni dan membahagiakan anak yatim setiap saat, bukan hanya pada moment tertentu. Jika ada yang mengkhususkannya pada hari Asyura (10 Muharram), maka datangkanlah dalilnya. Jika tidak ada, maka ia telah membuat amalan yang mengada-ada, alias bid’ah. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

شَرْعُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِلْعَمَلِ بِوَصْفِ الْعُمُومِ وَالْإِطْلَاقِ لَا يَقْتَضِي أَنْ يَكُونَ مَشْرُوعًا بِوَصْفِ الْخُصُوصِ وَالتَّقْيِيدِ

“Jika Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu amalan dengan maksud umum dan mutlak, maka itu tidak menunjukkan mesti dikhususkan dengan cara dan aturan tertentu.” (Majmu’ Al Fatawa, 20: 196).

Ketika Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak untuk menyantuni anak yatim secara mutlak, maka jangan dikhususkan pada moment tertentu seperti pada hari Asyura.

Adapun dalil yang membicarakan masalah ini adalah hadits yang bermasalah. Haditsnya adalah,

من مسح يده على رأس يتيم يوم عاشوراء رفع الله تعالى بكل شعرة درجة

“Siapa yg mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim, di hari Asyuro’ (tgl 10 Muharram), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yg diusap satu derajat“. Dalam jalur sanad hadis ini terdapat seorang perawi yg bernama Habib bin Abi Habib. Para ulama hadits menyatakan bahwa perawi ini matruk (ditinggalkan). Sehingga mengkhususkan menyantuni dan mengasihi anak yatim pada hari Asyura dengan dalil ini tidaklah tepat.

Bahagiakanlah anak yatim setiap saat, tidak perlu mengkhususkan waktu tertentu. Senangkan dan hilangkan kesusahan mereka agar mendapat keutamaan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga kelak.

___

Ust. Muhammad Abduh Tuasikal

Читать полностью…

Muslim.or.id

Kaidah Fiqih: Hukum Asal Ibadah Adalah Terlarang Kecuali Yang Terdapat Dalilnya

Diantara kaidah fiqih yang agung dalam agama ini adalah:

الأصل في العبادة الحظر, فلا يشرع منها إلا ما شرعه الله و رسوله

"Hukum asal dalam ibadah adalah terlarang, maka suatu ibadah tidak disyariatkan kecuali ibadah yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya"[1. Al Qawaid Wal Ushul Al Jami'ah, 72].

Dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Husain Al Jizani mengenai makna kaidah ini, beliau mengatakan: "hukum mustas-hab (hukum asal) yang ada pada aktifitas taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah adalah terlarang dan haram, tertolak dan batil, kecuali ibadah yang datang dalilnya dari syariat dan diizinkan oleh syariat maka ia tidak terlarang".

Beliau juga mengatakan: "mendekatkan diri kepada Allah tidak mungkin kecuali dengan apa yang Allah syariatkan. Ini adalah konsekuensi tauhid dan iman kepada Allah. Yaitu tauhid ittiba', yang merupakan salah syarat dari amalan agar bisa disebut amalan shalih. Karena amalan itu tidak diterima kecuali memenuhi dua syarat: ikhlas dan mutaba'ah (mengikuti tuntunan syariat). Maka kaidah ini terkait dengan syarat ke dua yaitu mutaba'ah. Barang siapa yang mengklaim suatu aktifitas itu adalah ibadah, maka ia dituntut untuk mendatangkan dalil yang bisa mengesahkan ibadah tersebut, yang berupa nash dari Al Qur'an dan As Sunnah"(Dirasah wat Tahqiq Qaidah Al Ashl fil Ibadah Al Man'u, 35).

Diantara penerapan dari kaidah ini adalah dilarangnya membuat-buat tata cara dan metode baru dalam ibadah dan wajib mutaba’ah (mengikuti tuntunan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam). Syaikh Sami Asy Shuqair hafizhahullah menjelaskan:

“mengikuti tuntunan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam ibadah adalah dengan menyesuaikan sifat-sifat ibadah tersebut sebagaimana yang diizinkan oleh syariat. Suatu ibadah tidak teranggap kecuali jika diizinkan oleh syariat dalam enam sifat: (1) sebab pelaksanaannya (2) jenisnya (3) kadar bilangannya (4) tata caranya (5) waktunya (6) tempatnya”9.

Contohnya:

* Mengumandangkan adzan ketika hendak shalat sunnah dhuha. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal sebab pelaksanaannya dan juga waktunya.
* Mengerjakan shalat shubuh sebanyak 3 rakaat. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal kadar bilangan raka’at.
* Berqurban di hari Idul Adha dengan ayam. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal jenis.
* Berwudhu dengan dimulai dari muka dahulu. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal tata cara.
* Menyembelih qurban sebelum shalat Id, atau membayar zakat fitri setelah shalat Id. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal waktu.
* Berhaji bukan ke Mekkah. Ini tidak diperbolehkan karena tidak mengikuti tuntunan syariat dalam hal tempat.

Selengkapnya: http://muslim.or.id/28752-kaidah-fiqih-hukum-asal-ibadah-adalah-haram.html

___

Join juga channel @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Menurut Syiah, Melukai Diri Di Hari Asyura Termasuk Ibadah

Syiah menganggap bahwa melukai diri, melakukan niyahah, berpakaian hitam, adalah suatu ibadah mulia. Itulah yang didapati pada mereka di hari Asyura (10 Muharram).

Syiah Menganggap itu Sebagai Ibadah
Dalam kitab Syiah sendiri disebutkan,

إن اللطم والتطبير ولبس السواد في عاشوراء والنياحة من أعظم القربات للحسين بل هذه الأفعال من الأعمال الممدوحة

“Sesungguhnya menampar, memainkan pisau ke badan, dan mengenakan pakaian hitam di hari Asyura, juga bentuk niyahah bersedih hati saat itu merupakan di antara bentuk ibadah –pendekatan diri- dalam rangka mengenang Husain. Bahkan amalan seperti ini termasuk amalan terpuji.” (Lihat: Fatawa Muhammad Kasyif Al Ghitho war Ruhaani wat Tibriziy wa Ghoirihim min Maroji’il Imamiyah)

Syiah Kecewa atas Pembunuhan di Hari Asyura
Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

“Setiap muslim seharusnya bersedih atas terbunuhnya Husain radhiyallahu ‘anhu karena ia adalah sayyid-nya (penghulunya) kaum muslimin, ulamanya para sahabat dan anak dari putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Fathimah yang merupakan puteri terbaik beliau. Husain adalah seorang ahli ibadah, pemberani dan orang yang murah hati. Akan tetapi kesedihan yang ada janganlah dipertontokan seperti yang dilakukan oleh Syi’ah dengan tidak sabar dan bersedih yang semata-mata dibuat-buat dan dengan tujuan riya’ (cari pujian, tidak ikhlas). Padahal ‘Ali bin Abi Tholib lebih utama dari Husain. ‘Ali pun mati terbunuh, namun ia tidak diperlakukan dengan dibuatkan ma’tam (hari duka) sebagaimana hari kematian Husain. ‘Ali terbenuh pada hari Jum’at ketika akan pergi shalat Shubuh pada hari ke-17 Ramadhan tahun 40 H.

Begitu pula ‘Utsman, ia lebih utama daripada ‘Ali bin Abi Tholib menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah. ‘Utsman terbunuh ketika ia dikepung di rumahnya pada hari tasyriq dari bulan Dzulhijjah pada tahun 36 H. Walaupun demikian, kematian ‘Utsman tidak dijadikan ma’tam (hari duka). Begitu pula ‘Umar bin Al Khottob, ia lebih utama daripada ‘Utsman dan ‘Ali. Ia mati terbunuh ketika ia sedang shalat Shubuh di mihrab ketika sedang membaca Al Qur’an. Namun, tidak ada yang mengenang hari kematian beliau dengan ma’tam (hari duka). Begitu pula Abu Bakar Ash Shiddiq, ia lebih utama daripada ‘Umar. Kematiannya tidaklah dijadikan ma’tam (hari duka).

Lebih daripada itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau adalah sayyid (penghulu) cucu Adam di dunia dan akhirat. Allah telah mencabut nyawa beliau sebagaimana para nabi sebelumnya juga mati. Namun tidak ada pun yang menjadikan hari kematian beliau sebagai ma’tam (hari kesedihan). Kematian beliau tidaklah pernah dirayakan sebagaimana yang dirayakan pada kematin Husain seperti yang dilakukan oleh Rafidhah (baca: Syi’ah) yang jahil. Yang terbaik diucapkan ketika terjadi musibah semacam ini adalah sebagaimana diriwayatkan dari ‘Ali bin Al Husain, dari kakeknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda,

ما من مسلم يصاب بمصيبة فيتذكرها وإن تقادم عهدها فيحدث لها استرجاعا إلا أعطاه الله من الأجر مثل يوم أصيب بها

“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah, lalu ia mengenangnya dan mengucapkan kalimat istirja’ (innalillahi wa inna ilaihi rooji’un) melainkan Allah akan memberinya pahala semisal hari ia tertimpa musibah” Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah. Demikian nukilan dari Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, 8: 221.

Hadits berikut pun menjelaskan bahwa yang dilakukan orang Syiah di hari Asyura termasuk kesesatan. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّة

“Tidak termasuk golongan kami siapa saja yang menampar pipi (wajah), merobek saku, dan melakukan amalan Jahiliyah.” (HR. Bukhari no. 1294 dan Muslim no. 103).

Selengkapnya: http://muslim.or.id/23321-syiah-melukai-diri-hari-asyura-ibadah.html

__

Join juga @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

👆 Bagaimana meraih derajat tinggi dengan akhlak kita? oleh Syaikh Abdurrazzaq al Badr hafizhahullahu ta’ala.

Читать полностью…

Muslim.or.id

Pentingnya mempelajari tauhid

Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawabnya. Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau pemain sepakbola saja begitu hafal dengan nama, hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya. Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia tidak mentauhidkan Allah dengan benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Wal’iyyadzubillah. Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling utama.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya” (Syarh Ushulil Iman, 4).

__

Status FB Al Akh Yulian Purnama

Join juga channel @mubkjogja

Читать полностью…

Muslim.or.id

Jawaban Telak Untuk Quburiyyun (Pemuja Kuburan)

Ketahuilah! Semoga Allah merahmati kita semua bahwa jalan menuju ridho Allah memiliki musuh-musuh yang pandai bersilat lidah, berilmu dan memiliki argumen. Oleh karena itu kita wajib mempelajari agama Allah yang bisa menjadi senjata bagi kita untuk memerangi syaitan-syaitan ini, yang pemimpin dan pendahulu mereka (baca: iblis) berkata kepada Robb-mu ‘azza wa jalla:

لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لاَتِيَنَّهُم مِّنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ وَلاَتَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau akan mendapati mereka kebanyakan tidak bersyukur (ta’at).” (QS. Al A’raaf: 16-17)

Ketahuilah, sesungguhnya tentara Allah akan senantiasa menang dalam argumen dan perdebatan sebagaimana mereka menang dengan pedang dan senjata. Seorang muwahhid (orang yang bertauhid) yang menempuh jalan (Allah) namun tanpa senjata (ilmu untuk membela diri) amatlah mengkhawatirkan.

Allah ta’ala telah memberi nikmat kepada kita dengan menurunkan kitab-Nya yang Dia jadikan:

تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

“Sebagai penjelas atas segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin.” (QS. An Nahl: 89)

Tidak ada seorang pun pembawa kebatilan datang dengan membawakan hujjah (demi membela kebatilannya) melainkan di dalam Al Quran terdapat dalil yang membantahnya dan menjelaskan kebatilannya, sebagaimana firman Allah ta’ala,

وَلاَيَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلاَّجِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا

“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang (ganjil), melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (QS. Al Furqon: 33)

Termasuk ahlul bathil adalah ahlul bid’ah dan para quburiyyin yang sesat mereka tinggalkan kewajiban ikhlas dalam beribadah kepada Allah dan menyekutukan Allah dengan selain-Nya yaitu para nabi dan wali. Mereka memiliki dalih-dalih. Untuk menjawabnya dapat ditempuh dua metode, secara global dan rinci.

Jawaban Global

Allah ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتُُ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتُُ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغُُ فَيَتَّبِعُونَ مَاتَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَآءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِ وَمَايَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ اللهُ

“Dialah yang menurunkan Al Quran kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok Al Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihaat. Adapun orang-orang yang di dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutsyabihaat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya. Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah.” (QS. Ali Imron: 7)

(Ayat muhkamat adalah Ayat yang jelas dan tegas maksudnya dapat dipahami dengan mudah. Sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat yang pengertiannya hanya diketahui oleh Allah. Termasuk pengertian ayat mutasyaabih adalah ayat yang sukar untuk dipahami walaupun tidak menutup kemungkinan ada yang dapat memahami karena ilmunya lebih mumpuni -pent).

Selengkapnya: http://muslim.or.id/107-jawaban-telak-untuk-quburiyyun-1.html

___

Join juga @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Makna Tahun Baru Bagi Seorang Muslim

Di dalam berjalannya waktu, silih bergantinya hari dan berlalunya bulan dan tahun, terdapat pelajaran yang berharga bagi orang yang mau merenungkannya.

Tidak ada satu tahun pun berlalu dan tidak pula satu bulan pun menyingkir melainkan dia menutup lembaran-lembaran peristiwanya saat itu, pergi dan tidak kembali, jika baik amal insan pada masa tersebut, maka baik pula balasannya, namun jika buruk, penyesalanlah yang mengikutinya

Setiap masuk tahun baru (Hijriyyah), manusia menitipkan lembaran-lembaran tahun yang telah dilewatinya, sedangkan dihadapannya ada tahun baru yang menjelang

Bukanlah inti masalah ada pada kapan tahun baru usai dan menjelang, akan tetapi yang menjadi inti masalah adalah dengan apa kita dahulu mengisi tahun yang telah berlalu itu dan bagaimana kita akan hiasi tahun yang akan datang.

Dalam menyongsong tahun baru (Hijriyyah), seorang mukmin adalah sosok insan yang suka tafakkur (berpikir) dan tadzakkur (merenung)”

Tafakkur (berpikir) yang pertama, yaitu tafakkur hisab (intropeksi)
Dia memikirkan dan menghitung-hitung amalannya di tahun yang telah silam, lalu dia teringat (tadzakkur) akan dosa-dosanya, hingga hatinya menyesal, lisannya pun beristighfar memohon ampun kepada Rabbnya.

Tafakkur yang kedua, yaitu tafakkur isti’daad (persiapan)
Dia mempersiapkan ketaatan pada hari-harinya yang menjelang, sembari memohon pertolongan kepada Tuhannya,agar bisa mempersembahkan ibadah yang terindah kepada Sang Penciptanya, terdorong mengamalkan prinsip hidupnya yang terdapat dalam ayat,

{إياك نعبد وإياك نستعين }

“Hanya kepada-Mulah, kami beribadah dan hanya kepada-Mulah kami menyembah”.

(Olah artikel Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili, dalam halaman web http://www.al-rehaili.net/rehaili/index.php?page=article&action=article&article=23).

Bukankah hidup ini hakikatnya adalah perjalanan?
Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كلّ الناسِ يغدو؛ فبائعٌ نَفسَه فمُعتِقها أو موبِقها

“Setiap hari, semua orang melanjutkan perjalanan hidupnya, keluar mempertaruhkan dirinya. Ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang mencelakakannya” (Hadits Riwayat Imam Muslim).

Tujuan hidup seorang Muslim
Sesungguhnya seorang Muslim, ketika meniti perjalanan hidupnya memiliki tujuan. Ia melakukan perjalanan hidupnya agar dapat mengenal siapa Allah. Dengan mengetahui nama, sifat, dan perbuatan-Nya. Inilah tujuan perjalanan hidup yang pertama ma’rifatullah (dalilnya: QS.Ath-Thalaaq: 12). Kemudian dia iringi ma’rifatullah itu dengan ‘Ibadatullah (beribadah dan ta’at kepada Allah). Dan inilah tujuan perjalanan hidup yang kedua bagi seorang Muslim, yaitu agar dia bisa beribadah hanya kepada-Nya saja dengan benar (dalilnya QS.Adz-Dzaariyaat : 56), ia persembahkan jiwa raganya untuk Allah.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

(162) “Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

(163) “Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)” (QS. Al-An’aam:162-163).


Selengkapnya: http://muslim.or.id/24096-memaknai-tahun-baru-bagi-seorang-muslim.html

__

Join juga @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Bimbingan Islam Untuk Si Kaya

Adapun bagi si kaya, Islam mengatur dan memperhatikan beberapa hal berikut ini.

Pertama: Islam mewajibkan zakat bagi si kaya. As Sa’di rahimahullah menjelaskan,

ثم أوجب في أموال الأغنياء فرضا الزكاة , بحسب ما جاء في تفاصيلها الشرعية . وجعل مصرفها دفع حاجات المحتاجين , وحصول المصالح الدينية المقيمة لأمور الدنيا والدين

“Kemudian Allah wajibkan si kaya untuk menunaikan zakat dari hartanya, sesuai kadar apa yang telah dirinci oleh syariat. Allah juga telah menjadikan harta zakat tersalurkan kepada yang membutuhkan, maka dengan demikian tercapailah kemaslahatan dalam perkara agama dan juga dunia”.

Allah Ta’ala berfirman,

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” (QS. Adz Dzariyat : 19).

Kedua: anjuran bagi si kaya untuk berbuat ihsan di tiap situasi dan kondisi.

Ketiga: wajibnya mencegah bahaya, memberi makan yang kelaparan, memberi pakaian orang yang telanjang. Beliau rahimahullah menjelaskan,

وحث على الإحسان في كل وقت وفي كل مناسبة , وأوجب دفع ضرورة المضطرين , وإطعام الجائعين , وكسوة العارين , ودفع الضرورات عن المضطرين

“Kemudian Allah menganjurkan si kaya untuk berbuat ihsan di segala situasi dan kondisi. Juga wajib baginya untuk mencegah berbagai bahaya dengan memberi makan orang yang lapar, memberi pakaian bagi orang yang telanjang, dan bahaya lainnya.”

Keempat: Wajibnya memberi nafkah khususnya kepada istri dan anak.

وكذلك أوجب النفقات الخاصة للأهل والأولاد , وما يتصل بهم

“Begitu pula wajib untuk memberi nafkah khususnya bagi istri dan anak-anak, dan wajib pula melakukan segala hal demi tercapainya nafkah tersebut (bisa melalui bisnis, bekerja, menjual jasa, dan sebagainya)”.

Allah Ta’ala berfirman,

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya” (QS. At Thalaq : 7).

Kelima: hendaknya si kaya menyadari hakikat hartanya.

Seorang yang telah dikaruniai oleh Allah Ta’ala kelebihan rizki berupa harta, tidak selayaknya menyandarkan sepenuhnya pada hasil kecerdasannya, kerja kerasnya, atau bahkan mengira bahwa semua hartanya adalah warisan turun temurun dari nenek moyangnya. Beliau rahimahullah menjelaskan,

وأمرهم مع ذلك أن لا يتكلوا في كسب الدنيا على حولهم وقوتهم , ولا ينظروا نظر استقرار وطمأنينة إلى ما عندهم . بل يكون نظرهم على الدوام إلى الله وإلى فضله , وتيسيره والاستعانة به . وأن يشكروه على ما تفضل به عليهم وميزهم به من الغنى والثروة

“Allah juga memerintahkan si kaya untuk tidak menyandarkan apa yang telah ia peroleh dari hasil usahanya di dunia dan kekuatannya semata, juga hendaknya tidak memandang harta di dunia dengan penuh ketenangan. Bahkan hendaklah si kaya selalu menyandarkan hasil usahanya pada Allah Ta’ala beserta seluruh keutamaannya, kemudahan dariNya, dan pertolonganNya semata. Hendaklah ia bersyukur atas keutamaan yang Allah Ta’ala berikan berupa kecukupan dan bahkan kelebihan harta”.

Allah Ta’ala berfirman,

يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ

“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir” (QS. An Nahl : 83).

Selengkapnya: https://muslim.or.id/28715-bimbingan-islam-untuk-si-kaya-dan-si-miskin-2.html

___

Join juga channel @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Ritual Akhir Tahun Hijriyah

Detik-detik pergantian tahun adalah saat-saat yang sangat bersejarah dalam lembaran umat manusia, sehingga menjadikan sebagian orang membuat ritual-ritual dan amalan yang keabsahan dalilnya dipertanyakan.

Diantara hadits yang dijadikan sandaran adalah:

مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ، فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ بِصَوْمٍ وَافْتَتَحَ السَّنَةَ الْمُسْتَقْبَلَةَ بِصَوْمٍ، جَعَلَ اللَّهُ لَهُ كَفَّارَةً خَمْسِيْنَ سَنَةً

“Barang siapa berpuasa akhir hari bulan Dzulhijjah dan awal Muharram, maka dia telah menutup tahun lalunya dengan puasa dan membuka tahun barunya dengan puasa, Allah menjadikan baginya kaffarah lima puluh tahun”.

Hadits ini maudhu’. Dibawakan Ibnul Jauzi dalam al-Maudhū’āt 2/566 dengan sanadnya sampai kepada Ibnu Abbas, lalu katanya, “Al-Harawi adalah al-Juwaibari dan Wahb, kedunya adalah pendusta dan pemalsu hadits”. Dan disetujui As-Suyuthi, Ibnu Arraq, dan Asy-Syaukani.

Dengan demikian, maka pengkhususan akhir tahun dan awal tahun dengan puasa termasuk kebid’ahan dalam agama. Demikian juga ritual-ritual serupa yang tidak ada dalilnya, seperti do’a awal dan akhir tahun.

Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid berkata dalam Tashihud Dua: “Tidak ada dalam syari’at ini sedikit pun do’a atau dzikir untuk awal tahun. Manusia zaman sekarang banyak membuat bid’ah berupa do’a, dzikir, demikian pula puasa awal tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan shalat, dzikir atau do’a, puasa akhir tahun, dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali!!”.

***

Penulis: Ust. Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi


Sumber: https://muslim.or.id/28725-ritual-akhir-tahun-hijriyah.html

Join channel @muslimorid dan @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Benarkah tidak boleh menarik biaya dalam pengajaran agama?

Seorang penanya menyatakan, “minta upah dari murid dan mensyaratkannya dalam mengajar, ini menyelisihi dakwah para Nabi. Allah memerintah Nabi-Nya, ‘Katakanlah (wahai Muhammad), Aku tidak minta upah sedikit pun pada kalian atas dakwahku’ (QS. Shad: 86-88). Juga QS. Hud: 29, 109, 127, 145, 164, 180, QS. Asy Syu’ara: 109, 126, 145, 164, 180. Ishaq bin Rahawaih ditanya tentang ahli hadits yang mengajar dan minta upah, beliau menjawab: Jangan tulis hadits dari mereka (Siyar A’lamin Nubala). Termasuk dalam bab ini apa yang dikenal dengan istilah SPP, uang pendaftaran, uang bangunan, dll. yang sejenis dengannya”.

Jawab:

Alhamdulillah, shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Apa yang diutarakan pada pertanyaan ini kurang tepat, dan pendalilannya juga tidak pada tempatnya.

1. Bolehnya meminta upah dari pengajaran Al Qur’an
Ditemukan dalam banyak dalil yang menunjukkan bolehnya memungut upah dari pengajaran Al Qur’an, di antaranya sahabat Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma meriwayatkan dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ أحقَّ ما أخَذْتُمْ عليهِ أجرًا كتابُ اللهِ

“Sesungguhnya hal yang paling layak untuk engkau pungut upahnya karenanya ialah Kitabullah” (Muttafaqun ‘alaih).

Hadits ini dengan jelas membolehkan Anda memungut upah karena membacakan Al Qur’an dalam pengobatan atau mengajarkan bacaan atau hafalan Al Qur’an. Padahal anda menyadari bahwa jerih payah yang Anda curahkan untuk itu lebih sedikit dibanding mengajarkan berbagai kandungan ilmu yang tersurat dan tersirat padanya. Baik pengajaran tersebut Anda lakukan secara lisan atau melalui tulisan, format atau non formal.

Hadits berikut juga menguatkan kesimpulan di atas. Sahabat Sahl bin Sa’ad mengisahkan,

أتت النبي صلى الله عليه وسلم امرأة فقالت : إنها قد وهبت نفسها لله ولرسوله صلى الله عليه وسلم ، فقال : ( ما لي في النساء من حاجة ) . فقال رجل : زوجنيها ، قال : ( أعطيها ثوبا ) . قال : لا أجد ، قال : ( أعطها ولو خاتما من حديد ) . فاعتل له ، فقال : ( ما معك من القرآن ) . قال : كذا وكذا ، قال : ( فقد زوجتكها بما معك من القرآن )

“Ada seorang wanita yang datang menjumpai Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu wanita itu berkata: ‘Sesungguhnya aku telah menghibahkan diriku kepada Allah dan Rasul-Nya’. Mendengar ucapan itu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: ‘Aku tidak berhasrat untuk menikahi seorang wanita lagi‘. Spontan ada seorang lelaki berkata: ‘Bila demikian, nikahkanlah aku dengannya’. Menanggapi permintaan sahabatnya itu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Berilah ia mas kawin berupa pakaian‘. Lelaki itu menjawab: ‘Aku tidak memilikinya’. Kembali Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Bila demikian, berilah ia mas kawin walaupun hanya cincin besi (walau sedikit)‘. Kembali sahabat itu pun mengutarakan alasan yang sama. Sehingga Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bertanya kepadanya, ‘Surat apa saja yang telah engkau hafal?’. Lelaki itu pun menjawab, ‘Surat ini dan itu’. Akhirnya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Aku telah menikahkanmu dengan mas kawin surat-surat Al Qur’an yang telah engkau hafal‘” (Muttafaqun ‘alaih).

Dan pada riwayat Muslim disebutkan, “pergilah sungguh aku telah menikahkanmu dengannya, maka ajarilah ia (surat-surat) Al Qur’an (yang telah engkau hafal)”.

Pada hadits ini, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengizinkan sahabat tersebut untuk menjadikan pengajaran Al Qur’an sebagai mas kawin. Ini membuktikan bahwa pengajaran Al Qur’an, bacaannya, menghafalkannya, dan juga kandungan ilmunya memiliki nilai ekonomis. Andai itu semua tidak bernilai ekonomis, niscaya tidak boleh dijadikan sebagai mas kawin. Karena ulama telah sepakat bahwa pernikahan yang tidak dilengkapi dengan mas kawin adalah haram alias tidak sah. Ini tentu cukup sebagai dalil bahwa mengajarkan ilmu-ilmu kandungan Al Qur’an juga memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, tidak mengapa anda memungut upah dari pekerjaan mengajarkan ilmu-ilmu tersebut.

Читать полностью…

Muslim.or.id

Benarkah Bulan Suro adalah bulan keramat?

Sebagian masyarakat masih meyakini bila bulan Muharram tiba, maka pertanda telah datang bulan yang penuh keramat. Di antara mereka sampai takut jika menikahkan putrinya pada bulan ini karena sugesti keyakinan tersebut. Perkara ini kelihatannya sepele namun kenyataannya tidak demikian, lantaran sudah masuk dalam wilayah syirik, sedangkan syirik adalah dosa yang terbesar.

Bulan Muharram atau dalam istilah jawa dikenal dengan nama bulan Suro adalah bulan Allah yang sangat agung. Dia adalah bulan pertama dalam kalender Islam, termasuk bulan-bulan harom. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah: 36).

Dari Abu Bakroh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda,

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ: ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Satu tahun itu dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan harom. Tiga bulan berturut-turut; Dzul qo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. Satunya lagi adalah bulan Rajab yang terleletak antara bulan Jumada Tsani dan Sya’ban”

Hasan al-Bashri berkata, “Sesungguhnya Allah membuka awal tahun dengan bulan harom, dan menutup akhir tahun dengan bulan harom pula. Tidak ada bulan yang lebih agung di sisi Allah setelah Ramadhan dibandingkan bulan Muharram”

Keangungan bulan ini bertambah mulia dengan penyandaran bulan ini kepada Allah. Nabi menyebutkan bulan Muharram dengan nama Syahrulloh (bulan Allah). Rasulullah bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

“Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada Syahrulloh al-Muharram.”

Al-Hafizh Ibnu Rajab mengatakan, “Nabi memberi nama Muharram dengan Syahrullah. Penyandaran bulan ini kepada Allah menunjukkan kemuliaan dan keutamaannya. Karena Allah tidak akan menyandarkan sesuatu kepada dirinya kecuali pada makhluknya yang khusus”.

Demikianlah kemuliaan dan keagungan bulan Muharram menurut pandangan Islam. Lantas, atas dasar apakah keyakinan sebagian orang bahwa Muharram adalah bulan keramat? Ataukah hal ini hanya sebuah khurafat ala jahiliyyah yang masih mengurat dalam hati??!

Selengkapnya: https://muslim.or.id/23062-bulan-suro-benarkah-bulan-keramat.html

___

Join juga channel @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Mau urusannya dimudahkan oleh Allah? Baca ini!

Читать полностью…

Muslim.or.id

Tata Cara Wudhu secara Global

Adapun tata cara wudhu secara ringkas berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dari Humroon budak sahabat Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu[5],

عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ إِنَائِهِ ، فَغَسَلَهُمَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِى الْوَضُوءِ ، ثُمَّ تَمَضْمَضَ ، وَاسْتَنْشَقَ ، وَاسْتَنْثَرَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلاَثًا ، ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ، ثُمَّ غَسَلَ كُلَّ رِجْلٍ ثَلاَثًا ، ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَتَوَضَّأُ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا وَقَالَ « مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، لاَ يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ ، غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Humroon -bekas budak Utsman bin Affan–, suatu ketika ‘Utsman memintanya untuk membawakan air wudhu (dengan wadahpent.), kemudian ia tuangkan air dari wadah tersebut ke kedua tangannya. Maka ia membasuh kedua tangannya sebanyak tiga kali, lalu ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudhu kemudian berkumur-kumur, lalu beristinsyaq dan beristintsar. Lalu beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, (kemudian) membasuh kedua tangannya sampai siku sebanyak tiga kali kemudian menyapu kepalanya (sekali sajapent.) kemudian membasuh kedua kakinya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengatakan, “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu dengan wudhu yang semisal ini dan beliau shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan, “Barangsiapa yang berwudhu dengan wudhu semisal ini kemudian sholat 2 roka’at (dengan khusyuked.)dan ia tidak berbicara di antara wudhu dan sholatnya maka Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.

Dari hadits yang mulia ini dan beberapa hadits yang lain dapat kita simpulkan tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam secara ringkas sebagai berikut[8],

1. Berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.
2. Mengucapkan basmalah (bacaan bismillah).
3. Membasuh dua telapak tangan sebanyak 3 kali.
4. Mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke dalam mulut dan hidung untuk berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung). Kemudian beristintsar (mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan kiri sebanyak 3 kali.
5. Membasuh seluruh wajah dan menyela-nyelai jenggot sebanyak 3 kali.
6. Membasuh tangan kanan hingga siku bersamaan dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan yang kiri.
7. Menyapu seluruh kepala dengan cara mengusap dari depan ditarik ke belakang, lalu ditarik lagi ke depan, dilakukan sebanyak 1 kali, dilanjutkan menyapu bagian luar dan dalam telinga sebanyak 1 kali.
8. Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri.

Adapun tata cara wudhu secara rinci, simak: http://muslim.or.id/1810-panduan-praktis-tata-cara-wudhu.html

__

Join juga @muslimahorid dan @mubk_jogja

Читать полностью…

Muslim.or.id

Larangan Loyal Kepada Orang Kafir

Allah Ta’ala berfirman tentang bapak para nabi, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,

دْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Kami ingkar kepadamu, dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah semata” (QS. Al Mumtahanah : 4)

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, prinsip al wala’ wal baro’, loyalitas kepada kaum muslimin dan kebencian kepada orang kafir, sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam seperti termaktub dalam ayat di atas pada masa-masa ini seolah-olah telah redup di hati-hati kaum muslimin. Padahal prinsip al wala’ wal baro’adalah salah satu prinsip dalam agama Islam dan sebab tegaknya kemuliaan agama Islam di atas seluruh agama di dunia ini.

Larangan Bersikap Loyal kepada Orang Kafir
Di dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala melarang kaum muslimin untuk memberikan sikap wala’, loyalitas kepada orang kafir, dan menjadikan mereka sebagai teman setia. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia” (QS. Al Mumtahanah : 1)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al Ma-idah : 51)

Bentuk Loyalitas pada Orang Kafir
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, setelah membawakan dalil terlarangnya memberikan loyalitas kepada orang kafir, berikut ini kami bawakan beberapa contoh bentuk loyalitas kepada orang kafir –dengan memohon taufik dari Allah- agar kita tidak terjatuh ke dalamnya.

1. Ridho terhadap kekafiran orang kafir, tidak mengkafirkan mereka, meragukan kafirnya mereka, atau bahkan sampai membenarkan madzhab (ajaran) mereka

Ini merupakan perkara yang sangat berbahaya yang dapat mengeluarkan seorang muslim dari agamanya. Para ulama sepakat bahwa siapa saja yang mencintai orang kafir karena kekafirannya (artinya: cinta akan kekafiran mereka, ed), maka dia keluar dari Islam. Lihat Al Wala’ wal Bara’ fil Islam, hal. 232.

2. Meyakini sebagian akidah kafir yang mereka anut atau berhukum dengan kitab suci mereka

Allah Ta’ala berfirman,

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلَاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آَمَنُوا سَبِيلًا

“Tidakkah kamu lihat orang-orang yang Allah berikan mereka bagian dari kitab?Mereka beriman dengan setan dan thoghut, dan mereka berkata kepada orang-orang kafir : ‘Mereka adalah orang-orang yang lebih lurus jalannya daripada orang-orang yang beriman’” (QS. An Nisaa’ : 51)

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, bukankah dapat kita saksikan saat ini sebagian dari orang yang ber-KTP Islam, bahkan dianggap ‘cendikiawan muslim’, tapi meyakini akidah-akidah sesat yang dimiliki orang kafir seperti komunisme, sekulerisme, dan liberalisme? Wallahul musta’aan.

Selengkapnya: http://muslim.or.id/11054-larangan-loyal-pada-orang-kafir.html

___

Join juga channel @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Wajib kembali kepada sunnah Nabi ketika terjadi perselisihan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”).

____

Channel TG @silsilahsahihah

Читать полностью…

Muslim.or.id

*🌾Mencintai Sahabat Nabi dan Konsekuensinya🌾*

---

Diantara para sahabat yang secara khusus dipuji Nabi,

*Abu Bakar, Umar dan Utsman,* _“Tenanglah wahai Uhud, karena sesungguhnya di atasmu ini ada seorang Nabi, seorang Ash-shiddiq dan dua orang Syahid.” (HR. Bukhari)_

*Ali bin Abi Thalib,*
_“Tidakkah kamu rela kalau posisimu dariku seperti posisi Nabi Harun pada Nabi Musa?” (HR. Bukhari)_

*Zubair bin Awwam,*
_“Sesungguhnya setiap nabi itu mempunyai hawari (pengawal setia), dan sesungguhnya pengawal setiaku adalah Zubair bin Awwam.” (HR. Bukhari)_

*Fathimah,*
_“Fathimah ini adalah penghulu kaum wanita di surga.” (HR. Bukhari)_

*Hasan dan Husen,*
_“Ya Allah, cintailah mereka berdua karena sesungguhnya aku mencintai mereka berdua.” (HR. Bukhari)_

*Ja’far bin Abi Thalib,*
_“Kamu benar-benar sangat mirip dengan fisikku dan perangaiku.” (HR. Bukhari)_

*Aisyah,*
_“Keutamaan Aisyah atas segenap kaum wanita adalah bagaikan ats-tsarib (makanan paling baik di kala itu, red) dibandingkan seluruh makanan lainnya.” (HR. Bukhari)_

*Bilal bin Rabah,*
_“Aku telah mendengar suara sandalmu di hadapanku di surga.” (HR. Bukhari)_

*Abdullah bin Umar,*
_“Sesungguhnya Abdullah ini adalah seorang lelaki yang shalih.” (HR. Bukhari)_

*Sa’ad bin Muadz,*
_“Arsy bergoncang karena wafatnya Sa’ad bin Mu’adz.” (HR. Bukhari)_

*Khalid bin Walid,*
_“Adalah salah satu pedang diantara pedang-pedang Allah.” (HR. Bukhari)_

*Abu Ubaidah,*
_“Setiap ummat memiliki seorang kepercayaan, dan sesungguhnya orang kepercayaan kita wahai ummat Islam, adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Bukhari)_

---

Sahabat Nabi _shallallahu alaihi wa sallam_ adalah generasi terbaik ummat ini. Allah dan Rasul-Nya pun, memuji mereka _radhiyallahu 'anhum jamii'an._

Mencintai Sahabat Nabi dan mengamalkan konsekuensinya adalah sebuah keharusan.

Simak buletin _At Tauhid_ hari ini, *"Mencintai Sahabat Nabi dan Konsekuensinya"*

---

Partisipasi anda dapat disalurkan melalui
*🏧Bank BNI Syariah*, atas nama:
*Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari*.
Nomor rekening: *024 1913 801.*

📝 Format konfirmasi :
Nama # Alamat # email # BesarDonasi # TanggalTransfer # Rekening (BNI) # Buletin

✅Konfirmasi dikirim ke nomor tim donasi.

===
..::🔊Broadcasted by::..
*Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta*
_(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)_
*✉/📱085747223366*

Читать полностью…

Muslim.or.id

Beratnya Menjaga Rahasia

Читать полностью…

Muslim.or.id

💐🌻🌹🌷 DIANTARA TANDA KEMULIAAN JIWA SESEORANG

✍🏻 Al-Imam asy-Syafi'iy rahimahullah berkata:

ﺟﻮﻫﺮ ﺍﻟﻤـــــــﺮﺀ ﻓﻲ ﺛﻼﺙ:
ﻛﺘﻤﺎﻥ ﺍﻟﻔـــــﻘـﺮ ﺣﺘﻰ ﻳﻈﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﻋﻔﺘﻚ ﺃﻧﻚ ﻏﻨﻲ،
ﻭﻛﺘﻤﺎﻥ ﺍﻟﻐﻀـﺐ ﺣﺘﻰ ﻳﻈﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻧﻚ ﺭﺍﺽ،
ﻭﻛﺘﻤﺎﻥ ﺍﻟﺸﺪﺓ ﺣﺘﻰ ﻳﻈﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻧﻚ ﻣﺘﻨﻌﻢ.

"Kemuliaan jiwa seseorang ada pada 3 perkara:

• Menyembunyikan kefaqiran hingga orang lain menyangka bahwa engkau berkecukupan.
• Menyembunyikan kemarahan hingga orang lain menyangka bahwa engkau ridha.
• Menyembunyikan penderitaan hingga orang lain menyangka bahwa engkau hidup enak."

📚 Manaqib asy-Syafi'iy, jilid 2 hlm. 188

via Ust. Saleh Bajrey

Читать полностью…

Muslim.or.id

Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah?

Apakah anda mengira, memperingatkan ummat dari bid’ah itu demi kepentingan sebuah organisasi?
Apakah anda mengira, memperingatkan ummat tentang bahaya bid’ah itu demi kepentingan sebuah partai politik?
Apakah anda mengira, memperingatkan ummat tentang amalan-amalan bid’ah itu demi mendapatkan secuil harta dunia?
Apakah anda mengira, memperingatkan ummat tentang jeleknya bid’ah itu demi mempertahankan tradisi nenek moyang?
Apakah anda mengira, memperingatkan ummat tentang kerugian pelaku bid’ah itu agar dikenal sebagai orang alim yang paling pandai?
Apakah anda mengira, memperingatkan ummat agar meninggalkan bid’ah itu demi membela tokoh Fulan dan Allan?

Demi Allah, sama sekali tidak. Bahkan nyatanya para pelaris kebid’ahan lah yang memiliki tendensi-tendensi demikian. Dan sungguh, kita hendaknya enggan dan takut berbuat bid’ah karena takut kepada Allah Ta’ala.

Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah? Padahal Allah Ta’ala menyatakan bahwa ajaran Islam sudah sempurna, tidak butuh penambahan. Membuat amalan-amalan ibadah baru sama saja dengan memberikan ‘catatan kaki’ pada firman Allah Ta’ala:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Maidah: 3)

Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah? Padahal Allah Ta’ala melarang kita berselisih ketika Qur’an dan sunnah sudah sangat jelas dalam menjelaskan ajaran agama ini secara sempurna, dari masalah tauhid hingga adab buang air besar, sama sekali tidak perlu penambahan lagi. Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” (QS. Al Imran: 105)

Ash Shabuni berkata: “Maksud ayat ini adalah, janganlah berlaku seperti orang Yahudi dan Nasrani yang mereka berpecah-belah dalam masalah agama karena mengikuti hawa nafsu mereka padahal ayat-ayat yang datang kepada mereka sudah sangat jelas” (Shafwatut Tafasir, 202).

Apakah anda tidak takut berbuat bid’ah? Padahal Allah Ta’ala mengancam orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya dan sunnah Nabi-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Allah itu takut akan ditimpa fitnah (cobaan) atau ditimpa azab yang pedih” (QS. An Nuur: 63)

Ketika Imam Malik ditanya tentang orang yang merasa bahwa ber-ihram sebelum miqat itu lebih bagus, padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah mensyari’atkan bahwa ihram dimulai dari miqat, maka Imam Malik pun berkata: “Ini menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya, dan aku khawatir orang itu akan tertimpa fitnah di dunia dan adzab yang pedih sebagaimana dalam ayat.. (beliau menyebutkan ayat di atas)” (Al I’tisham, 174). Menjelaskan perkataan Imam Malik ini, Asy Syathibi berkata: “Fitnah yang dimaksud Imam Malik dalam menafsirkan ayat ini berhubungan dengan kebiasaan dan kaidah ahlul bid’ah, yaitu karena mengedepankan akal, mereka tidak menjadikan firman Allah dan sunnah Rasulullah sebagai petunjuk bagi mereka” (Al I’tisham, 174).

Selengkapnya: https://muslim.or.id/6717-apakah-anda-tidak-takut-berbuat-bidah.html

___

Join juga @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Carilah udzur untuk saudaramu!

Читать полностью…

Muslim.or.id

👆 Apakah wali Allah itu harus sakti? Simak penjelasan Ustadz Dr. Firanda Andirja hafizhahullahu ta'ala.

Читать полностью…

Muslim.or.id

Awal mula kemaksiatan itu terjadi karena _____________?

Читать полностью…

Muslim.or.id

📝 Dengan *niat*, pahala Anda bisa seperti orang kaya raya yg beramal dg hartanya.

=====

Bagi Anda yg tidak mampu beramal dengan harta, Islam yg agung dan penuh rahmat ini masih memberikan *niat* yg dengannya Anda bisa menyamai orang kaya yg menginfakkan hartanya di jalan Allah.

Renungkanlah potongan sabda Nabi -shollallohu alaihi wasallam- berikut ini:

"Dunia ini, hanya untuk empat orang... (yg kedua:) seorang hamba yg ِAllah beri rezeki ilmu (agama), Dia tidak memberinya harta, namun orang tersebut baik niatnya, ia mengatakan: *'seandainya aku memiliki harta, tentu aku akan beramal seperti amalnya si fulan'*, maka dia (diberi pahala) dengan sebab niatnya, dan *pahala keduanya sama*". [HR. Attirmidzi: 2325, dishahihkan oleh Sy. Albani].

Dari sini, kita bisa mengambil 3 pelajaran berharga:

1. Jangan terkecoh dg harta... dan jangan bersedih karena kurang harta.. karena sebenarnya tanpa harta pun Anda juga bisa mendapatkan pahala seperti pahalanya orang kaya yg menginfakkan hartanya di jalan Allah... Inilah bukti Mahapemurah-nya Allah kepada para hamba-Nya.

2. Tidak perlu iri dengan orang kaya, karena belum tentu kita akan kuat menghadapi fitnah harta, bila ia benar-benar ada di tangan kita.. padahal di sisi lain, tanpa harta pun kita bisa mengimbangi pahala orang kaya itu dari hartanya... bahkan dg niat ini, Allah memberikan Anda pahala dengan lebih mudah dan tanpa resiko.

3. Niat adalah sumber pahala yg sangat agung, mudah, dan tanpa modal untuk mendapatkannya... sudah seharusnya kita benar-benar memperhatikannya... sayangnya, kebanyakan orang malah melalaikannya.

Semoga Allah memberikan taufiqNya kepada kita dalam menata hati dan niat kita, amin.

____

Ustadz Musyaffa Ad Dariny, Lc. MA.

Читать полностью…

Muslim.or.id

Namun demikian, apa yang saya utarakan di sini belum menjadi kesepakatan para ulama. Perselisihan ulama dalam masalah ini telah masyhur, walaupun pendapat yang saya utarakan ini lebih kuat dari tinjauan dalilnya.

Dan kisah berikut dapat menjadi bukti nyata bahwa sikap Ishaq Ibnu Rahuyah (Rahawaih) ternyata bukan kata sepakat ulama. Dikisahkan bahwa Ibnu Futhais bertanya kepada Muhammad bin Abdullah bin Abdil Hakim (wafat 268H) perihal Ahmad bin Abdurrahman bin Wahb yang tidak sudi membacakan hadits-hadits riwayatnya kecuali bila diberi upah. Mendengar pertanyaan itu, Muhammad bin Abdullah bin Abdil Hakim berkata, “Semoga Allah mengampunimu, apa salahku bila aku tidak sudi membacakan riwayat-riwayatku sebanyak satu halaman kecuali bila kalian membayarku satu dirham? Siapakah yang mengharuskan aku untuk bersabar duduk sesiangan bersama kalian, sehingga aku menelantarkan pekerjaan dan keluargaku?” (Siyar A’lamin Nubala, oleh Adz Dzahabi, 12/322).

Sumber: https://muslim.or.id/28083-benarkah-tidak-boleh-menarik-biaya-dalam-pendidikan-islam.html

___

Join juga @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Adakah amalan khusus di bulan Muharram?

Mendapati bulan Muharram merupakan kenikmatan tersendiri bagi seorang mukmin. Karena bulan ini sarat dengan pahala dan ladang beramal bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan hari esoknya. Memulai awal tahun dengan ketaatan, agar pasti dalam melangkah dan menatap masa depan dengan optimis.

Abu Utsman an-Nahdi mengatakan: “Adalah para salaf mengagungkan tiga waktu dari sepuluh hari yang utama: Sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan sepuluh hari pertama bulan Muharram”.

Berikut ini amalan-amalan sunnah yang dianjurkan pada bulan ini:

Pertama: Puasa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharram.

Hadits ini sangat jelas sekali bahwa puasa sunnah yang paling afdhol setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram. Maksud puasa disini adalah puasa secara mutlak. Memperbanyak puasa sunnah pada bulan ini, utamanya ketika hari ‘Asyura (10 Muharram).

Akan tetapi perlu diingat tidak boleh berpuasa pada seluruh hari bulan Muharram, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada Ramadhan saja.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Ini adalah puasa yang paling afdhol bagi orang yang hanya berpuasa pada bulan ini saja, sedangkan bagi yang terbiasa berpuasa terus pada bulan lainnya yang afdhol adalah puasa Daud”.

Kedua: Memperbanyak amalan shalih
Sebagaimana perbuatan dosa pada bulan ini akan dibalas dengan dosa yang besar maka begitu pula perbuatan baik. Bagi yang beramal shalih pada bulan ini ia akan menuai pahala yang besar sebagai kasih sayang dan kemurahan Allah kepada para hambanya.

Ini adalah keutamaan yang besar, kebaikan yang banyak, tidak bisa dikiaskan. Sesungguhnya Allah adalah pemberi nikmat, pemberi keutamaan sesuai kehendaknya dan kepada siapa saja yang dikehendaki. Tidak ada yang dapat menentang hukumnya dan tidak ada yang yang dapat menolak keutamaanNya.

Ketiga: Taubat
Taubat adalah kembali kepada Allah dari perkara yang Dia benci secara lahir dan batin menuju kepada perkara yang Dia senangi. Menyesali atas dosa yang telah lalu, meninggalkan seketika itu juga dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Taubat adalah tugas seumur hidup.

Maka kewajiban bagi seorang muslim apabila terjatuh dalam dosa dan maksiat untuk segera bertaubat, tidak menunda-nundanya, karena dia tidak tahu kapan kematian akan menjemput. Dan juga perbuatan jelek biasanya akan mendorong untuk mengerjakan perbuatan jelek yang lain. Apabila berbuat maksiat pada hari dan waktu yang penuh keutamaan, maka dosanya akan besar pula, sesuai dengan keutamaan waktu dan tempatnya. Maka bersegeralah bertaubat kepada Allah.

Masih berlanjut pada pembahasan puasa Asyura, puasa yang istimewa di bulan Muharram. Semoga Allah mudahkan.

Sumber: https://muslim.or.id/23078-amalan-di-bulan-muharram.html

__

Like juga channel @muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Biografi Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad [2/2]

Semangat beliau dalam menuntut ilmu
Beliau termasuk sosok yang dikaruniai semangat dalam menuntut ilmu oleh Allah sejak usia dini. Beliau selalu mencatat ilmu-ilmu yang beliau dapatkan dalam buku-buku catatan beliau selama menempuh seluruh jenjang pendidikan. Dan saat ini, beliau masih menyimpan catatan-catatan itu yang terhitung sejak tahun ketiga jenjang Madrasah Ibtidaiyah.

Beliau juga masih menyimpan manuskrip kitab Bulughul Maram karya al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani yang beliau dapatkan sebelum masuk ke Madrasah Ibtidaiyyah. Dan ini merupakan kitab pertama yang ada di perpustakaan pribadi beliau. Dalam kitab tersebut terdapat tulisan tangan beliau yang bertanggalkan 6 Muharram 1368 H.

Prestasi Beliau
Meraih peringkat pertama pada ujian kelulusan tingkat Tsanawiyyah (di Indonesia setingkat SMA) di Ma’had Ar-Riyaadh Al-‘Ilmi.
Menduduki peringkat pertama pada setiap ujian kenaikan kelas selama belajar di Kuliah Syari’ah Riyadh.
Masuk nominasi 4 besar dari 80 alumnus pada ujian akhir di Kuliah Syari’ah Riyadh, dan menduduki peringkat pertamanya.
Dengan pertolongan Allah, kemudian dengan kesungguhan dan bantuan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, beliau berhasil membuka program beasiswa untuk tingkat Magister dan Doktoral serta beberapa Fakultas baru di Universitas Islam Madinah saat beliau menjabat sebagai Rektor di Universitas tersebut. Di antaranya adalah Fakultas Al-Qur’anul Karim, Fakultas Al-Hadits Asy-Syarif, dan Fakultas Bahasa Arab.
Selama itu juga, beliau berhasil mendirikan percetakan-percetakan kampus.
Guru-guru beliau
A. Para guru beliau di Kuttab:

Syaikh ‘Abdullah bin Ahmad al-Mani’
Syaikh Zaid bin Muhammad al-Manifi
Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman al-Ghaits. Bersama beliau inilah Syaikh ‘Abdul Muhsin menyempurnakan bacaan Al-Qur’an-nya.
Syaikh Falih ar-Ruumi.
B. Di antara guru beliau ketika di Madrasah Ibtidaiyyah adalah Syaikh Hamdan bin Ahmad Al-Batil. Kepada beliau, syaikh ‘Abdul Muhsin mempelajari kitab “Ar-Rahbiyyah” tentang faraaidh atau ilmu tentang warisan dan kitab “Al-Ajurumiyyah” di bidang nahwu.

C. Para guru beliau di Ma’had Ar-Riyadh dan Kuliah Syari’ah:

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz
Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-syinqithi
Syaikh ‘Abdur Razzaq ‘Afifi
Syaikh ‘Abdurrahman Al-Afriqiy
Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Khulaifi

Pujian ulama terhadap beliau
Syaikh ‘Abdurrahman Al-Afriqi berkata tentang beliau, “Beliau adalah seorang pengajar yang gemar memberi nasihat, ulama besar, pengayom, pembimbing, serta panutan dalam kebaikan. Semoga Allah Ta’ala merahmati beliau.”

Syaikh Hammaad Al-Anshari bercerita tentang beliau, “Saya pernah pergi ke kampus (Universitas Islam Madinah) pada waktu Ashar saat Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-‘Abbad menjabat sebagai rektornya. Saat itu, tidak ada seorang pun di kampus kecuali saya dan beliau. Lantas saya berkata kepada beliau, ‘Kenapa Anda tidak datang bersama orang yang bisa membantu Anda membuka kampus untuk Anda sebelum Anda datang?’ Kemudian beliau menjawab, ‘Saya tidak akan memperkerjakan seorang pun pada waktu seperti ini, karena ini waktu istirahat.’ Saat itu adalah waktu ashar.”

Beliau juga berkomentar tentang Syaikh ‘Abdul Muhsin, “Adapun Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-‘Abbad, sungguh kedua mataku ini tidak pernah melihat yang seperti beliau dalam ke-wara’-an (berhati-hati terhadap perkara-perkara yang haram).”


Selengkapnya: https://muslim.or.id/19528-biografi-syaikh-abdul-muhsin-al-abbad-al-badr.html

__

Channel TG @muslimorid

Читать полностью…
Подписаться на канал