BEBERAPA SUNNAH NABI DI WAKTU MAGHRIB
Pertama: Termasuk sunnah, memasukkan anak-anak ke dalam rumah saat masuknya waktu maghrib
Kedua: Termasuk sunnah, menutup pintu-pintu di awal waktu maghrib sambil menyebut nama Allah ta’ala
Mengerjakan dua adab ini merupakan salah satu upaya menjaga diri dari setan dan jin. Menahan anak-anak di rumah ketika awal waktu maghrib merupakan bentuk upaya menjaga anak-anak dari setan yang berkeliaran di waktu tersebut, demikian pula menutup pintu rumah sambil menyebut nama Allah pada saat tersebut. Dan betapa banyak anak-anak dan rumah-rumah yang dihinggapi setan pada waktu maghrib, sedangkan orang tua si anak dan si empunya rumah tidak menyadarinya. Betapa besarnya penjagaan Islam untuk anak-anak dan rumah-rumah kita.
Dalil perbuatan ini adalah hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu ketika beliau menyampaikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ –أَوْ أَمْسـيتُمْ– فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ، فَإنَّ الشيطَانَ يَنْتَشـر حِينَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ، وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللّهِ، فَإنَّ الشيطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَاباً مُغْلَقاً»
“Jika masuk awal malam –atau beliau mengatakan: jika kalian memasuki waktu sore- maka tahanlah anak-anak kalian karena setan sedang berkeliaran pada saat itu. Jika sudah lewat sesaat dari awal malam, bolehlah kalian lepaskan anak-anak kalian. Tutuplah pintu-pintu dan sebutlah nama Allah karena setan tidak bisa membuka pintu yang tertutup” (HR. Al-Bukhari no. 3304 dan Muslim no. 2012).
Kata جُنْحُ اللَّيْلِ (awal malam) maksudnya adalah awal malam setelah terbenamnya matahari. Dalam riwayat Muslim terdapat hadits:
«لاَ تُرْسِلُوا فَوَاشـيكُمْ، وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ، حَتَّى تَذهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ، فَإِنَّ الشـياطِينَ تَنْبَعِثُ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ»
“Jangan lepaskan hewan-hewan ternak dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sampai berlalunya awal isya karena para setan berkeliaran antara waktu terbenamnya matahari sampai berlalunya awal isya.” (HR. Muslim no. 2013).
Imam Nawawi mengatakan, “Maksud ‘tahanlah anak-anak kalian’ adalah larang mereka agar tidak keluar pada waktu itu.”
Sabda Rasulullah “karena sesungguhnya setan sedang berkeliaran” maksudnya adalah bangsa setan dan maknanya: ditakutkan terjadinya gangguan setan pada anak-anak pada waktu tersebut karena banyaknya mereka pada waktu itu, wallahu a’lam.
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/27379-beberapa-sunnah-nabi-di-waktu-maghrib.html
@muslimorid
SUDAHKAN ANDA MENDO'AKAN ORANG TUAMU?
.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata:
.
ولا يزال الولد الصالح يستغفر لأبيه حتي يُغفر له ثم ترفع درجته في الجنة
.
Tidaklah seorang anak yang sholih meminta ampunan kepada Allah untuk orangtuanya, hingga Allah mengampuninya dan menaikkan derajatnya di surga.
.
📚Syarh Al-Washiyah Ash-Sughro (Hal. 131)
.
Follow us: IG: @kemuslimahan_ypia
.
#kemuslimahan #ypia #orangtua #surga #anak #sholih
.
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
.
Ingin Berdonasi? Hubungi : ✉/📱085747223366
Kemuliaan, Hanya dengan Kembali kepada Manhaj Salaf
Saudaraku, semoga Allah menyadarkan hati kita dari kelalaian dan penyimpangan, sesungguhnya kemuliaan yang didambakan oleh kaum muslimin tidak akan pernah diraih kecuali dengan menjunjung tinggi ajaran al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam –yang tidak berbicara dengan hawa nafsunya- telah mengabarkan kepada kita, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat sebagian orang dengan sebab kitab ini dan akan merendahkan sebagian yang lain dengan sebab kitab ini pula.” (HR. Muslim)
Barang siapa yang menyangka kebangkitan dan kemuliaan Islam akan bisa diraih dengan meninggalkan al-Qur’an dan memecah belah kaum muslimin menjadi bergolong-golongan serta membiarkan mereka hanyut dalam kebid’ahan maka sungguh dia telah salah. Sebab Allah jalla wa ‘ala –yang ucapannya adalah ucapan yang paling jujur dan paling sesuai dengan realita- telah berfirman (yang artinya), “Barang siapa yang menentang rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti jalan selain jalan orang-orang yang beriman maka Kami akan membiarkan dia terombang-ambing dalam kesesatannya dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam, dan sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisa’: 115). Maka mengikuti jalan para sahabat –yang mereka itu adalah jajaran terdepan kaum mukminin pengikut Nabi- merupakan sebuah keniscayaan. Inilah jembatan emas yang akan mengantarkan kaum muslimin yang cinta kepada Allah dan rasul-Nya untuk meraih surga di akhirat dan kejayaan di dunia.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya dan Allah sediakan untuk mereka surga-surga, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 100). Inilah ayat yang akan memecahkan telinga para hizbiyyun dan ahli bid’ah. Sebuah ayat yang meleraikan segala pertikaian yang dikobarkan oleh syaitan dari kalangan jin dan manusia di tengah-tengah barisan umat Islam. Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “Ikutilah tuntunan dan jangan kalian mereka-reka ajaran baru. Sebab sesungguhnya kalian telah dicukupkan dengan tuntunan yang ada.”
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul dan juga ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang sesuatu hal maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir…” (QS. an-Nisa’: 58-59). Maka mengikuti pemahaman para sahabat dalam beragama merupakan sebuah keniscayaan. Bagaimana tidak? Sementara mereka adalah orang yang paling paham tentang sebab turunnya ayat-ayat al-Qur’an dan orang-orang yang paling besar pembelaannya kepada perjuangan dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita tidak bisa menemukan solusi semata-mata dengan mencomot ayat dan hadits –untuk membela pendapat kita- tanpa mengikuti metode para sahabat dalam memahami dalil-dalil yang ada. Sebuah generasi yang telah mendapatkan tazkiyah/rekomendasi dari utusan Rabb semesta alam, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian sesudahnya, dan kemudian sesudahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/1864-kemuliaan-hanya-dengan-kembali-kepada-manhaj-salaf.html
***
Kunjungi terus Muslim.or.id
INILAH TATA CARA PUASA SYAWAL
1- Puasa sunnah Syawal dilakukan selama enam hari
Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa puasa Syawal itu dilakukan selama enam hari. Lafazh hadits di atas adalah: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).
Dari hadits tersebut, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata, “Yang disunnahkan adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal.” (Syarhul Mumti’, 6: 464).
2- Lebih utama dilaksanakan sehari setelah Idul Fithri, namun tidak mengapa jika diakhirkan asalkan masih di bulan Syawal.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Para fuqoha berkata bahwa yang lebih utama, enam hari di atas dilakukan setelah Idul Fithri (1 Syawal) secara langsung. Ini menunjukkan bersegera dalam melakukan kebaikan.” (Syarhul Mumti’, 6: 465).
3- Lebih utama dilakukan secara berurutan namun tidak mengapa jika dilakukan tidak berurutan.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin juga berkata, “Lebih utama puasa Syawal dilakukan secara berurutan karena itulah yang umumnya lebih mudah. Itu pun tanda berlomba-lomba dalam hal yang diperintahkan.” (Idem)
4- Usahakan untuk menunaikan qodho’ puasa terlebih dahulu agar mendapatkan ganjaran puasa Syawal yaitu puasa setahun penuh.
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Siapa yang mempunyai kewajiban qodho’ puasa Ramadhan, hendaklah ia memulai puasa qodho’nya di bulan Syawal. Hal itu lebih akan membuat kewajiban seorang muslim menjadi gugur. Bahkan puasa qodho’ itu lebih utama dari puasa enam hari Syawal.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 391).
Begitu pula beliau mengatakan, “Siapa yang memulai qodho’ puasa Ramadhan terlebih dahulu dari puasa Syawal, lalu ia menginginkan puasa enam hari di bulan Syawal setelah qodho’nya sempurna, maka itu lebih baik. Inilah yang dimaksud dalam hadits yaitu bagi yang menjalani ibadah puasa Ramadhan lalu mengikuti puasa enam hari di bulan Syawal. Namun pahala puasa Syawal itu tidak bisa digapai jika menunaikan qodho’ puasanya di bulan Syawal. Karena puasa enam hari di bulan Syawal tetap harus dilakukan setelah qodho’ itu dilakukan.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 392).
5- Boleh melakukan puasa Syawal pada hari Jum’at dan hari Sabtu.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa dimakruhkan berpuasa pada hari Jum’at secara bersendirian. Namun jika diikuti puasa sebelum atau sesudahnya atau bertepatan dengan kebiasaan puasa seperti berpuasa nadzar karena sembuh dari sakit dan bertepatan dengan hari Jum’at, maka tidaklah makruh.” (Al Majmu’ Syarh Al Muhaddzab, 6: 309).
Hal ini menunjukkan masih bolehnya berpuasa Syawal pada hari Jum’at karena bertepatan dengan kebiasaan.
Adapun berpuasa Syawal pada hari Sabtu juga masih dibolehkan sebagaimana puasa lainnya yang memiliki sebab masih dibolehkan dilakukan pada hari Sabtu, misalnya jika melakukan puasa Arafah pada hari Sabtu.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/17782-tata-cara-puasa-syawal.html
Menuntut ilmu adalah sebuah ibadah yang sangat mulia. Keikhlasan dalam menuntut ilmu adalah suatu hal yang harus terus dijaga oleh kita semua agar ibadah yang sangat mulia ini tidak menjadi debu yang berhamburan di sisi Allah Ta’ala.
Читать полностью…DAKWAH TAUHID KEPADA KERABAT DAN KELUARGA
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Allah telah mengutus beliau dengan misi memberi peringatan dari syirik dan untuk mengajak kepada tauhid.” (risalah Tsalatsat al-Ushul)
Dakwah yang mereka serukan adalah ajakan untuk menjadikan Allah -Sang Penguasa langit dan bumi- sebagai satu-satunya sesembahan, satu-satunya tempat bergantung, satu-satunya tumpuan rasa cinta, takut dan harapan. Mereka menolak segala bentuk persekutuan hak-hak Allah dengan pujaan-pujaan selain-Nya, apakah ia berwujud malaikat, nabi, matahari, bulan, bintang, batu, atau pepohonan. Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha Pemberi Rizki dan Pemilik Kekuatan yang maha dahsyat.
Allah ta’ala menceritakan tentang dakwah Ibrahim ‘alaihis salam kepada ayahnya (yang artinya), “Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar dan tidak melihat, bahkan tidak bisa memberikan manfaat kepadamu barang sedikit pun? Wahai ayahku, sesungguhnya telah datang kepadaku suatu ilmu yang belum datang kepadamu, maka ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepadamu jalan yang lurus itu. Wahai ayahku, janganlah engkau memuja setan. Karena sesungguhnya setan itu durhaka kepada ar-Rahman.” (QS. Maryam: 42-44)
Sebuah dialog yang indah. Sebuah dakwah yang tumbuh dan berkembang karena perasaan kasih sayang kepada sesama. Mencintai kebaikan bagi saudaranya sebagaimana seorang mencintai kebaikan itu bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itulah para rasul berusaha untuk mengajak sanak keluarganya untuk bersama-sama menjadi hamba Allah semata, bukan hamba selain-Nya. Inilah yang dicontohkan oleh Ibrahim ‘alaihis salam dan juga Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bahkan segenap para rasul pun memberikan keteladanan yang serupa kepada kita. Adakah seorang anak yang suka ayahnya sendiri menjadi penghuni neraka? Adakah seorang keponakan yang suka apabila pamannya sendiri menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala? Adakah seorang ayah suka apabila anak cucunya menjadi para pelestari tradisi pemujaan terhadap berhala?!
Inilah dakwah yang penuh dengan kasih sayang kepada umat manusia. Dakwah yang mengajak mereka untuk mengentaskan diri dari berlapis-lapis kegelapan menuju cahaya. Dari kegelapan dosa dan maksiat menuju cahaya ketaatan. Dari kegelapan kekafiran menuju cahaya keimanan. Dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid. Dari kegelapan bid’ah menuju cahaya sunnah. Inilah dakwah yang akan mempertemukan nenek moyang dan keturunan mereka di atas jembatan keimanan dan tauhid yang tertanam kuat dalam hati sanubari dan merasuk dalam sendi-sendi kehidupan.
Inilah dakwah yang akan menyelamatkan diri seorang dan sanak kerabatnya dari jilatan api neraka. Inilah dakwah yang mencetak generasi yang berbakti kepada ayah bunda. Inilah dakwah yang mencetak para pemuda yang tumbuh dewasa di atas ketaatan beribadah kepada Rabbnya. Inilah dakwah yang mendidik para wanita beriman yang patuh kepada perintah Allah ta’ala, agar mereka menjulurkan jilbab-jilbab mereka dan tidak bersolek sebagaimana tingkah laku wanita jahiliyah. Inilah dakwah yang akan menundukkan hati-hati manusia kepada hukum Rabb alam semesta.
Oleh sebab itu, sudah semestinya bagi setiap penuntut ilmu untuk memiliki semangat dalam menebarkan cahaya hidayah ini kepada umat manusia, terlebih lagi kepada saudara dan keluarganya. Sungguh, apabila seorang saja yang mendapatkan hidayah dari Allah dengan perantara dirinya maka itu jauh lebih berharga daripada unta-unta yang berwarna merah. Maka bagaimana lagi jika sepuluh orang, seratus orang, atau bahkan jutaan orang mendapatkan hidayah melalui tangannya.
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/9964-dakwah-tauhid-kepada-keluarga.html
Jangan meremehkan dosa. Semakin remeh dosa dalam pandangan kita, akan semakin besar disisi Allah.
Читать полностью…DUA PERKARA YANG DIBENCI ANAK ADAM
.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
.
اثنتان يكرههما ابن آدم: يكره الموت والموت خير للمؤمن من الفتنة ويكره قلة المال وقلة المال أقل للحساب
.
Dua perkara yang dibenci anak Adam (1) ia benci kematian padahal kematian labih baik bagi seorang mukmin daripada fitnah dan (2) dia benci sedikitnya harta padahal sedikitnya harta lebih sedikit hisabnya (HR Ahmad dan dihasankan oleh Al-Albani dalam as-Shahihah no 813).
.
Sungguh benar sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diatas, memang banyak diantara kita yang:
.
1. lebih suka hidup lebih lama meski ia tahu fitnah begitu banyak menggoda dan mengujinya.
.
2. lebih suka memiliki harta yang banyak meski ia tahu bahwa konsekuensinya hisabnya akan lebih panjang.
.
Semoga Allah menjauhkan kita dari fitnah dan memudahkan hisab kita.
.
Oleh: Ustadz DR. FIranda Andirja, MA
ANDA INGIN TINGGAL DI WISMA MUSLIM SEKITAR KAMPUS TERBAIK? INI SOLUSINYA
======================================
Dibuka pendaftaran warga Wisma Muslim Yogyakarta angkatan 2017/2018. Seleksi ini bersifat terbuka bagi mahasiswa yang tertarik menjadi bagian dari warga Wisma Muslim Yogyakarta pada periode 2017/ 2018
Untukmu mahasiswa muslim, tidakkah engkau rindu dengan lingkungan islami yang akan menuntunmu dalam kebaikan? Ayo jangan mau hanya sekedar jadi mahasiswa biasa, jadilah mahasiswa yang tumbuh dalam hatinya keimanan dan ilmu sampai ia kelak lulus dan siap terjun di medan dakwah
Sekilas Pandang Wisma Muslim:
1. Dekat dengan lingkungan kampus UGM (masih dalam lingkungan kampus)
2. Dekat dengan berbagai fasilitas umum
3. Mudah dijangkau oleh moda transportasi publik semisal Ojek dan Taksi online
4. Dekat dengan berbagai kulineran
5. Dekat dengan jalan-jalan utama di Jogja
6. Dekat dengan berbagai masjid yang semarak dengan shalat berjamaahnya
7. Dekat dengan kajian ilmu agama yang bisa ditemukan hampir setiap hari
8. Satu atap dengan teman-teman yang cinta dengan ilmu agama
9. Satu atap dengan generasi muda Islam yang berusaha kuliah sembari menimba ilmu agama
10. Banyak kegiatan positif untuk pengembangan soft skill di dalam organisasi dan masyarakat
11. Ikut berkontribusi dalam dakwah di kalangan mahasiswa
Dan masih banyak lagi keunggulannya
Apa Persyaratan?
1. Mahasiswa Muslim
2. Bersemangat menuntut ilmu agama
3. Siap membantu kegiatan dakwah/ kajian
4. Lulus seleksi
Periode Pendaftaran dan Tes Online:
8 – 18 Juli 2017 di https://goo.gl/forms/2sZomrogXioHTaXO2
Tes Wawancara
Kamis, 20 Juli 2017 di Masjid Pogung Raya pukul 08.00 WIB s.d. selesai
Pengumuman Hasil Seleksi
Sabtu, 22 Juli 2017
Daftar nama peserta yang lulus seleksi penerimaan akan di umumkan di website http://wisma.muslim.or.id pada 22 Juli 2017
Pilihan Wisma
1. Daarul Qur’an (DQ)
Kuota : 1 Kamar
Biaya : Rp 3.200.000,00
2. Ukhuwah (UK)
Kuota : 3 Kamar
Biaya : Rp 2.400.000,00
3. Daarul Falah (DF)
Kuota : 1 Kamar, 2 Orang
Biaya : Rp 3.700.000,00/org
4. Daarussalam (DSLM)*
Kuota : 1 Kamar, 2 Orang
Biaya : Rp 3.200.000,00/org
——————————————
Informasi :
web: www.wisma.muslim.or.id
WA:082280267525
line : kailanisaid
Wisma Muslim Yogyakarta
Lingkungan Baik, Untuk Menjadi Baik
NB: Silahkan di share mungkin ada saudara atau sahabat anda yang membutuhkan informasi ini. Jazakallahu khair
Apa Tujuan Menuntut Ilmu yang Sebenarnya?
.
Perlu kita ingat kembali bahwa ilmu agama bukanlah tujuan paling utama dari belajar agama dan semata-mata hanya ilmu saja. Akan tetapi tujuan kita belajar agama dan menuntut ilmu adalah agar bisa mengamalkan ilmu tersebut.
.
Jika kita sudah berilmu akan tetapi kita tidak bisa mengamalkan ilmu tersebut, inilah yang disebut dengan “ilmu yang tidak berkah.” Tujuan utama ilmu tidak tercapai yaitu diamalkan. Ilmu tersebut bahkan sia-sia karena tidak bisa menjaga orang yang mengetahui ilmu tersebut.
.
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
.
Selengkapnya: https://muslim.or.id/29935-penyebab-tidak-berkahnya-ilmu.htmlx
Banyak Anak, Banyak Masalah?
Oleh: Ust. Abu Ubaidah As Sidawi
Memperoleh anak merupakan tujuan utama sebuah pernikahan. Rasulullah telah menganjurkan kepada umatnya untuk memiliki banyak anak dg menikahi wanita yang subur calon banyak anak dan melarang menikahi wanita yang mandul.
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ فقال : إِنِّيْ أَصَبْتُ امْرَأَةً ذَاتَ حَسَبٍ وَجَمَالٍ, وَإِنَّهَا لاَ تَلِدُ, أَفَأَتَزَوَّجُهَا ؟ قَالَ : لاَ, ثُمَّ أَتَاهُ الثَّانِيَةَ فَنَهَاهُ, ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ, فَقَالَ : تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ, فَإِنِّيْ مُكَاثِرٌ بِكُمْ الأُمَمَ
Dari Ma’qil bin Yasar, ia berkata, “Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah seraya berkata, “Wahai Rasulullah, saya menyenangi seorang wanita berpangkat serta berparas cantik, tetapi dia tidak melahirkan (mandul), apakah saya menikahinya? Jawab Nabi, Tidak. Kemudian datang lagi kedua kalinya, beliau tetap melarangnya. Kemudian datang lagi ketiga kalinya, beliau bersabda, Nikahilah wanita yang penuh kasih dan melahirkan, karena saya berlomba-lomba memperbanyak umat. (HR Abu Dawud: 2052, dishahihkan Al Albany dalam Jami As-Shahih: 5251)
Hadits ini mengandung dua faedah penting kepada kita:
1. Larangan menikahi wanita yang mandul. Misalnya diketahui bahwa wanita tersebut tidak mengeluarkan darah haidh atau pernah dinikahi seorang laki-laki namun tidak melahirkan anak. Imam Nasai membuat bab tentang hadits ini dengan perkataannya Bab Larangan Menikahi Wanita Mandul.
2. Anjuran menikahi wanita yang mempunyai dua sifat di atas, yaitu penuh kasih dan melahirkan.
Dua sifat ini harus terpenuhi. Artinya, wanita yang melahirkan tetapi tidak penuh kasih, belum cukup. Dan wanita yang penuh kasih tetapi tidak melahirkan juga tidak dapat meraih tujuan pernikahan, yaitu memperbanyak umat Islam.
Dua sifat ini dapat diketahui dengan melihat pada kerabat dan keluarganya. Karena secara tabiat, biasanya sifat mereka serupa antara satu sama lain.
Anak adalah anugerah dan permata kita di dunia serta penghibur hati kita, dan yang tidak kalah pentingnya anak adalah ladang pahala bagi kita, yg mendoakan kita tatkala sudah meninggal dunia dan mengangkat derajat kita di surga.
Maka jangan ragu bahwa perintah agamamu pasti membawa kebaikan untukmu. Jangan percaya dengan slogan-slogan semu yang menjauhkanmu dari rambu-rambu agamamu.
Banyak anak, banyak manfaat dan rezeki. Itu slogan yang benar.... He...
Fatwa Ulama: Bolehkah Orang Normal Sengaja Disurupi Jin Sebagai Media Ruqyah?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Munajjid
Pertanyaan:
Ada sebagian peruqyah yang menggunakan metode yang mereka sebut sebagai istihdharul jinn (mengundang jin). Jadi peruqyah tersebut mengundang jin yang dianggap sebagai penyebab penyakit yang diderita seseorang tanpa harus menghadirkan orang yang sakitnya tersebut. Si jin ini dimasukkan kepada diri orang yang lain (yang sehat) lalu disembuhkan. Lalu metode ini ditutup dengan pembacaan surat Al Baqarah ayat 148. Salah seorang peruqyah mengklaim bahwa para ulama kibar dan mufti saudi di Saudi Arabia memfatwakan metode tersebut boleh hukumnya dan bahwasanya itu termasuk ruqyah syar'iyyah. Apakah ini benar?
Jawab:
Alhamdulillah,
Metode semacam ini tidak syar'i, karena beberapa poin:
Pertama:
Metode ini menyimpang dari ruqyah syar'iyyah. Karena ruqyah syar'iyyah harus dilakukan secara langsung kepada orang yang sakit, yaitu orang yang meruqyah membacakan ayat-ayat kepada orang yang sakit sehingga ia mendapatkan manfaat dari bacaan tersebut.
Disebutkan dalam Fatawa Al Lajnah Ad Daimah jilid ke dua (1/92):
" الرقية لا بد أن تكون على المريض مباشرة ، ولا تكون بواسطة مكبر الصوت ، ولا بواسطة الهاتف ؛ لأن هذا يخالف ما فعله رسول الله صلى الله عليه وسلم وأصحابه رضي الله عنهم وأتباعهم بإحسان في الرقية ، وقد قال صلى الله عليه وسلم : ( من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد ) " انتهى .
"Ruqyah harus dilakukan secara langsung kepada orang yang sakit, tidak dilakukan dengan perantara pengeras suara, atau telepon. Karena ini bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan para sahabatnya radhiallahu'anhum serta para tabi'in dalam meruqyah. Sedangkan NabiShallallahu'alaihi Wasallam bersabda: 'barangsiapa yang membuat perkara baru dalam perkara kami (perkara agama), yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka ia tertolak'".
Juga disebutkan dalam Fatawa Al Lajnah Ad Daimah jilid ke dua (1/88-89):
" قد دل على جواز التداوي بالرقى فعل النبي صلى الله عليه وسلم وقوله وتقريره صلى الله عليه وسلم ، وقد أجمع على جوازها المسلمون بثلاثة شروط :
الشرط الأول : أن تكون الرقية بكلام الله تعالى أو كلام رسوله أو الأدعية المشروعة .
الشرط الثاني : أن تكون بلسان عربي أو بما يعرف معناه في الأدعية والأذكار .
الشرط الثالث : أن يعتقد الراقي والمريض أن هذا سبب لا تأثير له إلا بتقدير الله سبحانه وتعالى .
وهي تكون بالقراءة والنفث على المريض ، سواء كان يرقي نفسه أو يرقيه غيره ... تكون على المريض مباشرة ، أو تكون بماء قليل يسقاه المريض " انتهى .
"Dalil-dalil menunjukkan bolehnya berobat dengan ruqyah. Ini dilakukan oleh Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, disabdakan oleh beliau dan disetujui oleh beliau. Para ulama juga ijma bolehnya berobat dengan ruqyah dengan tiga syarat:
* Ruqyah harus dengan kalamullah (Al Qur'an) atau dengan kalam Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dan doa-doa yang disyariatkan
* Harus dengan bahasa Arab atau doa-doa dan dzikir yang dipahami maksudnya
* Peruqyah dan orang yang sakit meyakini bahwa ruqyah hanyalah sebab yang tidak bisa memberi pengaruh kecuali atas takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala
Caranya yaitu dengan membacakan ayat-ayat dan doa, serta meniupkannya kepada orang yang sakit. Baik ia meruqyah diri sendiri atau meruqyah orang lain... dilakukan kepada orang yang sakit secara langsung, atau dengan sedikit air yang diminumkan kepada orang yang sakit".
Kedua:
Jin itu samar bagi kita keadaannya. Ia termasuk bagian dari alam gaib. Maka bagaimana bisa peruqyah merasa yakin bahwa jin yang ia hadirkan tersebut adalah jin yang menyebabkan sakitnya orang tersebut? Darimana ia mengetahui bahwa orang yang sakit tersebut yang tidak ada di hadapannya itu sakit karena diganggu jin bukan karena sebab lain?
Maka perbuatan semacam ini adalah perkaranya para dukun, wajib untuk dijauhi. Barangsiapa ingin meruqyah, maka wajib baginya melakukan ruqyah syar'iyyah yang sesuai dengan sunnah Nabawiyyah.
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/30615-fatwa-ulama-bolehkah-orang-normal-sengaja-disurupi-jin-sebagai-media-ruqyah.html
***
@muslimorid
MOMEN LEBARAN KESEMPATAN MEMPRAKTEKAN AKHLAK KARIMAH
Saling mengunjungi antar-kerabat, antar-tetangga dan teman baik menjadi aktifitas yang rutin dilakukan ketika lebaran. Pada tulisan terdahulu, telah dijelaskan bahwa aktifitas ini dibolehkan dalam syari’at bahkan merupakan perbuatan yang memiliki landasan dalil.
Dengan aktifitas ini, anggota keluarga dan kerabat pun saling bertemu atau bahkan berkumpul di satu tempat. Para tetangga pun saling berjumpa satu sama lain, juga dengan teman-teman yang dikenal. Berangkat dari semua ini, momen lebaran tentunya menjadi kesempatan tersendiri bagi seorang muslim untuk mempraktekan akhlak karimah, tentunya tanpa harus melanggar aturan syari’at.
Terlebih lagi bagi para penuntut ilmu agama dan orang-orang yang berpegang teguh pada sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, momen ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa anda berpegang teguh pada sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bukan hanya dalam aqidah dan ibadah namun juga dalam akhlak, dan akhlak mulia adalah hasil dari pelajaran tauhid yang anda terapkan.
Diantara akhlak mulia yang dapat dipraktekkan antara lain:
Memperbanyak senyum
Wajah yang penuh senyuman adalah akhlak Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sahabat Jarir bin Abdillah Radhiallahu’anhu berkisah:
مَا حَجَبَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ، وَلاَ رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي
“Sejak aku masuk Islam, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah menghindari aku jika aku ingin bertemu dengannya, dan tidak pernah aku melihat beliau kecuali beliau tersenyum padaku” (HR. Bukhari, no.6089).
Beliau juga memerintahkan hal tersebut kepada ummatnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
تبسمك في وجه أخيك لك صدقة
“Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah” (HR. Tirmidzi 1956, ia berkata: “Hasan gharib”. Di-shahih-kan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib)
Bermuka cerah dan ramah
Tidak sepatutnya seorang muslim bermuka masam kepada saudaranya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu terhadap saudaramu” (HR. Muslim, no. 2626)
Berkata-kata yang baik dan sopan
Allah memerintahkan hamba-Nya berkata yang baik. Allah Ta’ala berfirman:
>وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“… dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (QS. Al Baqarah: 83)
Para da’i serta penuntut ilmu agama lebih ditekankan lagi untuk mampu berkata baik dan sopan. Allah Ta’ala juga berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih” (QS. Fushilat: 33)
Jika tidak mampu berkata baik, maka diam itu lebih baik. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah mengganggu tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, muliakanlah tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, katakanlah yang baik atau diam” (HR. Bukhari 6018, Muslim 47)
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/6791-momen-lebaran-kesempatan-mempraktekan-akhlak-karimah.html
HINDARI 5 HAL INI KETIKA HARI RAYA
1️⃣. Menunda-nunda Shalat
Dengan alasan silaturahmi, seseorang kadang menunda-nunda pelaksanaan shalat wajib.
Bersikap lalai dalam shalat telah dinyatakan sebagai dosa besar, berdasarkan firman Allah ta’ala dalam surat Al-Ma’un,
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4–5).
Diantara makna “lalai” dalam ayat di atas mencakup : menunda-nunda shalat hingga baru dikerjakan ketika waktu shalat hampir berakhir.
2️⃣. Makan Berlebihan
Sebagian orang ingin "balas dendam" ketika datang hari raya setelah sebelumnya berpuasa satu bulan.
Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ حَسْبُ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.”
“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al Hakim, Hasan)
3️⃣. Tabarruj
Memang disunnahkan berpakaian rapi di hari raya. Namun sebagian orang berlebihan dalam berpakaian. Sehingga kadang mereka melewati batas syar'i. Mulai dari tidak menutup aurat, berpakaian ketat dan tabarruj (berdandan berlebihan), hal ini biasanya dilakukan oleh para wanita.
Allah ta'ala berfirman:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu." (QS. Al Ahzab : 33)
4️⃣. Bersalaman dengan non mahram
Mengunjungi kerabat biasanya diawali dengan salam-salaman, namun harus selalu diperhatikan jangan sampai bersalaman dengan non mahram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ
“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thabrani, Syaikh Albani mengatakan hadits ini Shahih)
5️⃣. Boros
Banyaknya THR yang mungkin kita terima di hari raya, jangan sampai membuat kita jadi bersikap boros. Menuruti semua keinginan mata bukan berdasarkan prioritas kebutuhan kita.
Allah ta'ala berfirman:
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
"Sesungguhnya orang yang boros (mubadzir) itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya." (QS. Al Isra': 27)
Disarikan dari situs-situs rujukan :
www.muslim.or.id
www.muslimah.or.id
www.almanhaj.or.id
www.rumaysho.com
www.konsultasisyariah.com
======
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
✉️/📱085747223366