Bila kesulitan demi kesulitan menerpa diri, hati diujung keputusasaan, berharaplah hanya kepada Allah yang Maha Kaya, Al Ghoniy karena kita sangat butuh kepadaNya.
Читать полностью…SEJARAH PENANGGALAN TAHUN HIJRIYAH
Kalender hijriyah adalah penanggalan rabani yang menjadi acuan dalam hukum-hukum Islam. Seperti haji, puasa, haul zakat, ‘idah thalaq dan lain sebagainya. Dengan menjadikan hilal sebagai acuan awal bulan. Sebagaimana disinggung dalam firman Allah ta’ala,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ َ
“Orang-orang bertanya kepadamu tentang hilal. Wahai Muhammad katakanlah: “Hilal itu adalah tanda waktu untuk kepentingan manusia dan badi haji.”(QS. Al-Baqarah: 189)
Sebelum penanggalan hijriyah ditetapkan, masyarakat Arab dahulu menjadikan peristiwa-peristiwa besar sebagai acuan tahun. Tahun renovasi Ka’bah misalnya, karena pada tahun tersebut, Ka’bah direnovasi ulang akibat banjir. Tahun fijar, karena saat itu terjadi perang fijar. Tahun fiil (gajah), karena saat itu terjadi penyerbuan Ka’bah oleh pasukan bergajah. Oleh karena itu kita mengenal tahun kelahiran Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dengan istilah tahun fiil/tahun gajah. Terkadang mereka juga menggunakan tahun kematian seorang tokoh sebagai patokan, misal 7 tahun sepeninggal Ka’ab bin Luai.” Untuk acuan bulan, mereka menggunakan sistem bulan qomariyah (penetapan awal bulan berdasarkan fase-fase bulan)
Sistem penanggalan seperti ini berlanjut sampai ke masa Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dan khalifah Abu Bakr Ash-Sidiq radhiyallahu’anhu. Barulah di masa khalifah Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu, ditetapkan kalender hijriyah yang menjadi pedoman penanggalan bagi kaum muslimin.
Latar Belakang Penanggalan
Berawal dari surat-surat tak bertanggal, yang diterima Abu Musa Al-Asy-‘Ari radhiyahullahu’anhu; sebagai gubernur Basrah kala itu, dari khalifah Umar bin Khatab. Abu Musa mengeluhkan surat-surat tersebut kepada Sang Khalifah melalui sepucuk surat,
إنه يأتينا منك كتب ليس لها تاريخ
“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Anda, tanpa tanggal.”
Dalam riwayat lain disebutkan,
إنَّه يأتينا مِن أمير المؤمنين كُتبٌ، فلا نَدري على أيٍّ نعمَل، وقد قرأْنا كتابًا محلُّه شعبان، فلا ندري أهو الذي نحن فيه أم الماضي
“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Amirul Mukminin, namun kami tidak tau apa yang harus kami perbuat terhadap surat-surat itu. Kami telah membaca salah satu surat yang dikirim di bulan Sya’ban. Kami tidak tahu apakah Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”
Karena kejadian inilah kemudian Umar bin Khatab mengajak para sahabat untuk bermusyawarah; menentukan kalender yang nantinya menjadi acuan penanggalan bagi kaum muslimin.
Penetapan Patokan Tahun
Dalam musyawarah Khalifah Umar bin Khatab dan para sahabat, muncul beberapa usulan mengenai patokan awal tahun.
Ada yang mengusulkan penanggalan dimulai dari tahun diutus Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Sebagian lagi mengusulkan agar penanggalan dibuat sesuai dengan kalender Romawi, yang mana mereka memulai hitungan penanggalan dari masa raja Iskandar (Alexander). Yang lain mengusulkan, dimulai dari tahun hijrahnya Nabi shallallahu’alaihiwasalam ke kota Madinah. Usulan ini disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Hati Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu ternyata condong kepada usulan ke dua ini,
الهجرة فرقت بين الحق والباطل فأرخوا بها
” Peristiwa Hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang batil. Jadikanlah ia sebagai patokan penanggalan.” Kata Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu mengutarakan alasan.
Akhirnya para sahabatpun sepakat untuk menjadikan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/22962-sejarah-penetapan-penanggalan-tahun-hijriyah.html
@muslimorid
Sudah siap nikah?
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan-pasangan kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang bertakwa” (QS Al Furqan:74)
Mau pesan? Langsung hubungi kontak di bawah ini.
WA/SMS/Telp: +6285290888668
IG: @pustakamuslim
pustaka.muslim.or.id
#souvenirnikah #souvenirmurah #souvenirs #souvenir #wedding #nikah #nikahmuda #muslimah #hadiah #hadiahunik #weddingku #walimah #muslimorid #muslimahorid #ypiayogyakarta
ORANG BODOH ITU DIAJARI. JANGAN MALAH MENJADI BODOH KARENA MENGOLOK-OLOK MEREKA
Oleh: Ustadz Abu Yazid Nurdin
Kalau ada orang yang "bodoh", seharusnya diajari atau dibenarkan...bukan malah dijadikan bahan tertawaan atau olok-olok saja. Jika tidak demikian, maka apa bedanya kita sama orang bodoh yang kita olok-olok tersebut? Karena di antara sifat orang bodoh itu adalah suka mengolok-olok atau mengejek orang lain.
Allah berfirman mengisahkan Nabi Musa bersama kaumnya bani Israa'iil,
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
"Dan ingatlah tatkala Musa berkata kepada kaumnya, "Sesugguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyembelih sapi betina." Mereka berkata, "Apakah engkau menjadikan kami sebagai bahan ejekan?" Musa berkata, "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang- orang yang jahil." (Qs. Al-Baqarah: 67)
Lebih parah lagi, kita menjadi latah untuk meniru-niru perilaku orang yang kita jadikan sebagai bahan tertawaan tersebut dalam status-status kita. Tujuannya paling sekedar untuk mengundang tawa orang yang membacanya atau barangkali dalam rangka menunjukkan dirinya lebih baik dari orang "bodoh" tersebut. Wallaahu a'lam.
Adakalanya memang orang yang bodoh itu tidak merasa dirinya bodoh. Yang model begini lebih banyak. Akan tetapi tidak berarti harus ditanggapi dengan sebuah "kebodohan" pula, yaitu dengan mengejeknya, atau mengolok-oloknya, menjadikannya sebagai bahan tertawaan di mana-mana. Tidakkah kita ingat akan firman Allah yang menjelaskan sifat-sifat "Hamba- hamba Ar-Rahmaan"? Bukankah Allah telah mengajarkan kita bagaimana menghadapi orang-orang yang bodoh?
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
"...dan apabila orang-orang yang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (Qs. Al-Furqaan: 63)
Terkadang kita sering dilupakan dengan hadits nabi yang sering kita dengar. Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau hendaknya dia diam." (HR. Muslim)
Waffaqallaahu -l jamii' li kulli khair.
Artikel: https://muslim.or.id/
TIPS MENGATASI MARAH ALA RASULULLAH
Rasulullah ﷺ senantiasa memberi petunjuk kepada orang yang sedang marah untuk melakukan sebab-sebab yang bisa meredakan kemarahan dan menahannya dengan izin Allah Ta’ala, di antaranya:
1. Berlindung kepada Allah Ta’ala dari godaan setan
Dari Sulaiman bin Shurad beliau berkata: “(Ketika) aku sedang duduk bersama Rasulullah ﷺ, ada dua orang laki-laki yang sedang (bertengkar dan) saling mencela, salah seorang dari keduanya telah memerah wajahnya dan mengembang urat lehernya. Maka Rasulullah ﷺ, “Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat yang seandainya dia mengucapkannya maka niscaya akan hilang kemarahan yang dirasakannya. Seandainya dia mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”, maka akan hilang kemarahan yang dirasakannya”.
2. Diam (tidak berbicara), agar terhindar dari ucapan-ucapan buruk yang sering timbul ketika orang sedang marah.
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika salah seorang dari kalian marah maka hendaknya dia diam”.
3. Duduk atau berbaring, agar kemarahan tertahan dalam dirinya dan akibat buruknya tidak sampai kepada orang lain.
Dari Abu Dzar al-Gifari bahwa ﷺ bersabda, “Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri maka hendaknya dia duduk, kalau kemarahannya belum hilang maka hendaknya dia berbaring”.
Di samping itu, yang paling utama dalam hal ini adalah usaha untuk menundukkan dan mengendalikan diri ketika sedang marah, yang ini akan menutup jalan-jalan setan yang ingin menjerumuskan manusia ke dalam jurang keburukan dan kebinasaan. Allah Ta’ala berfirman,
{إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُون}
“Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat buruk (semua maksiat) dan keji, dan mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui” (QS al-Baqarah:169).
Suatu hari, Khalifah yang mulia, ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz marah, maka putranya (yang bernama) ‘Abdul Malik berkata kepadanya: Engkau wahai Amirul mukminin, dengan karunia dan keutamaan yang Allah berikan kepadamu, engkau marah seperti ini? Maka ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz berkata: Apakah kamu tidak pernah marah, wahai ‘Abdul Malik? Lalu ‘Abdul Malik menjawab: Tidak ada gunanya bagiku lapangnya perutku (dadaku) kalau tidak aku (gunakan untuk) menahan kemarahanku di dalamnya supaya tidak tampak (sehingga tidak mengakibatkan keburukan).
Penulis: Ust. Abdullah bin Taslim, MA
Marah juga ada yang terpuji lo. Simak pembahasannya disini. Klik https://muslim.or.id/6169-atasi-marahmu-gapai-ridho-rabbmu.html
NB: Yuk di share, semoga bisa menjadi jalan kebaikan. Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
Keutamaan menangguhkan waktu orang yang kesulitan dalam membayar hutang atau membebaskannya.
Читать полностью…Bismillah
.
Manusia mana yang mau merugi kalau bisa beruntung?
.
[AYO NGAJI]
.
Alhamdulillah, back it again now Poster Ayo Ngaji, jadwal kajian rutin di sekitar Jogja, edisi Zulhijah 1438 H.
Semoga bermanfaat!
____________
Download versi .PNG :
https://bit.ly/AyoNgajiPNG
____________
Untuk versi .pdf :
https://bit.ly/AyoNgajiPDF
____________
versi .JPG (Hi-Res):
https://bit.ly/AyoNgajiJPG
____________
Dan untuk versi poster bisa menghubungi:
WA 082138002697 atau id line nizar_hr41
____________
Broadcasted dengan hati oleh:
Divisi Media Forum Kajian Islam Mahasiswa
Forum Kajian Islam Mahasiswa Yogyakarta
Platform social media kami:
[Faidah Ilmu]
Line : @wcl4781o https://bit.ly/FaidahIlmu
Instagram Twitter : @FaidahIlmu
Facebook : http://fb.com/FaidahIlmu | http://fb.com/FKIMJogja
____________
#Share is care.
#Share is love.
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِفَاعِلِهِ
"Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan maka baginya pahala seperti pahala pelakunya ”. (HR. Muslim)
#poster #kajian #ayongaji #jogja #ypiayogyakarta
____________
Diinfokan oleh YPIA
Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
Kunjungi situs kami,
www.muslim.or.id
www.muslimah.or.id
www.radiomuslim.com
www.pedulimuslim.com
www.sdityaabunayya.com
Terima kasih telah membersamai YPIA Yogyakarta dalam proyek kebaikan pada bulan Agustus dan Masa-masa Awal Zulhijjah yang lalu...
Semoga Allah senantiasa menerima amal kebaikan kita dan memudahkan kita terus dalam setiap kebaikan,,
Berikut link laporan donasinya: https://muslim.or.id/32094-laporan-donasi-ypia-periode-bulan-agustus-2017.html
Baarakallaahu fiikum
🔹YPIA Yogyakarta🔹
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
Maka di manakah orang-orang yang bertaubat dan menyesali dosanya? Di manakah orang-orang yang kembali taat dan merasa takut siksa? Di manakah orang-orang yang ruku’ dan sujud?
INILAH 13 KEUTAMAAN TAUBAT
Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan. Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan taubat ialah:
Apa saja 13 keutamaan taubat itu? Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/401-keutamaan-taubat.html
Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi
NB: Yuk di-share semoga bisa menjadi jalan kebaikan.
Bagi seorang mukmin musibah itu merupakan tanda kebaikan. Karena ujian dan musibah merupakan tanda Allah cinta kepada hambaNya.
Читать полностью…[ Bulan Muharram; Bulan Penuh Keutamaan #01 ]
—-
Di antara nikmat Allah Ta’ala yang diberikan atas hamba-hamba-Nya, adalah perguliran musim-musim kebaikan yang datang silih berganti, mengikuti gerak perputaran hari dan bulan. Supaya Allah Ta’ala mencukupkan ganjaran atas amal-amal mereka, serta menambahkan limpahan karunia-Nya.
Dan, tidaklah musim haji; bulan dzulhijjah yang diberkahi akan berlalu, melainkan datang sesudahnya bulan yang mulia, yaitu Bulan Muharram; bulan penuh keutamaan didalamnya.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أفضل الصيام بعد شهر رمضان شهر الله الذي تدعونه المحرم، وأفضل الصلاة بعد الفريضة قيام الليل . رواه مسلم في صحيحه
“Puasa yang paling utama setelah puasa bulan ramadhan adalah puasa pada Bulan Allah yang kalian sebut Bulan Muharram, dan sholat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.“ (HR Muslim)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menamai bulan muharam dengan syahrullah; bulan Allah, ini menunjukan akan kemuliaan dan keutamaannya. Sesungguhnya Allah Ta’ala mengkhususkan sebagian makhluk-Nya terhadap sebagian yang lainnya, serta mengutamakannya dari sebagian yang lainnya.
—-
Penasaran dengan serba-serbi keutamaan, kejadian-kejadian, sampai penyimpangan yang kerap terjadi di bulan muharram?
Daftar di Broadcast List Tim Donasi Dakwah YPIA, insyaa Allah akan kami bahas satu persatu.
Ketik : Nama_Domisili_Daftar Broadcast
Kirim ke nomor +6285747223366 (WA)
.
======
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
✉️/📱085747223366
RITUAL AKHIR TAHUN HIJRIYAH
Detik-detik pergantian tahun adalah saat-saat yang sangat bersejarah dalam lembaran umat manusia, sehingga menjadikan sebagian orang membuat ritual-ritual dan amalan yang keabsahan dalilnya dipertanyakan.
Diantara hadits yang dijadikan sandaran adalah:
مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ، فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ بِصَوْمٍ وَافْتَتَحَ السَّنَةَ الْمُسْتَقْبَلَةَ بِصَوْمٍ، جَعَلَ اللَّهُ لَهُ كَفَّارَةً خَمْسِيْنَ سَنَةً
“Barang siapa berpuasa akhir hari bulan Dzulhijjah dan awal Muharram, maka dia telah menutup tahun lalunya dengan puasa dan membuka tahun barunya dengan puasa, Allah menjadikan baginya kaffarah lima puluh tahun”.
Hadits ini maudhu’. Dibawakan Ibnul Jauzi dalam al-Maudhū’āt 2/566 dengan sanadnya sampai kepada Ibnu Abbas, lalu katanya, “Al-Harawi adalah al-Juwaibari dan Wahb, kedunya adalah pendusta dan pemalsu hadits”. Dan disetujui As-Suyuthi, Ibnu Arraq, dan Asy-Syaukani.
Dengan demikian, maka pengkhususan akhir tahun dan awal tahun dengan puasa termasuk kebid’ahan dalam agama. Demikian juga ritual-ritual serupa yang tidak ada dalilnya, seperti do’a awal dan akhir tahun.
Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid berkata dalam Tashihud Dua: “Tidak ada dalam syari’at ini sedikit pun do’a atau dzikir untuk awal tahun. Manusia zaman sekarang banyak membuat bid’ah berupa do’a, dzikir, demikian pula puasa awal tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan shalat, dzikir atau do’a, puasa akhir tahun, dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali!!”.
***
Penulis: Ust. Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi
Sumber: https://muslim.or.id/28725-ritual-akhir-tahun-hijriyah.html
@muslimorid
Semua karena karunia Allah dan rahmat-Nya, karena itu tidaklah patut merasa bangga dan sombong atas ibadah-ibadah yang kita lakukan.
Читать полностью…Mari Bantu Perluasan Masjid Al Ashri Yogyakarta
—-
Masjid Al Ashri merupakan masjid masyarakat yang lokasinya tidak jauh dari Kantor Peduli Muslim. Dengan lokasinya yang juga tidak terlalu jauh dari kampus UGM, masjid ini kerapkali ramai digunakan sebagai tempat ta'lim diniyyah mahasiswa maupun pembelajaran bahasa Arab, di samping juga untuk kegiatan keagamaan masyarakat setempat.
Di momen shalat Jumat, masjid ini tidak lagi bisa menampung keseluruhan jamaah karena saking banyaknya orang yang shalat sehingga terpaksa sebagian jamaah shalat bermakmum di luar masjid.
Selain itu, masjid ini juga mengalami kendala lahan parkir. Ketika dilaksanakan kegiataan keagamaan, kajian Islam, atau pembelajaran bahasa Arab, kerapkali motor-motor pengunjung masjid terpaksa berdesakan memenuhi jalan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut di atas, takmir Masjid Al Ashri berinisiatif memperluas lahan masjid, agar bisa menampung kebutuhan jumlah jamaah, menyediakan lahan parkir, sekaligus semakin mengaktifkan kegiatan kajian-kajian Islam dan bahasa Arab.
Yayasan Peduli Muslim sebagai "tetangga" masjid ini, memiliki tanggung jawab moral untuk membantu proyek perluasan lahan masjid ini. Oleh karena itu, kami mengajak segenap kaum muslimin untuk berpartisipasi dalam pendonasian program perluasan Masjid Al Ashri.
Donasi dapat disalurkan melalui rekening:
BNI Syariah (Kantor Cabang Yogyakarta), no: 430.4444.308 a.n. Peduli Muslim
> Kode transfer bank: 009
> Swift Code untuk transfer dari bank luar negeri: BNINIDJA
> Batas akhir donasi: Sabtu, 30 September 2017 pukul 23.59
> Konfirmasi donasi: 0823.2258.9997
Atas perhatian segenap kaum muslimin, kami ucapkan jazakumullah khaira.
[Tiga HAL yang Menemani Kita -di Alam Barzakh-]
Sejauh apapun kaki melangkah, umur kita akan berakhir jua. Kelak, di suatu waktu yang kita tak pernah tahu kapan datangnya, Allah Ta'ala akan mengirimkan utusan-Nya untuk menemui kita dan mengantarkan ruh kita ke hadapan ilahi Rabbi.
Pada saat itu,
Bisa jadi, ada tangis yang sejadi-jadinya dari orang yang kita tinggalkan, karena merasa kehilangan yang mendalam.
Bisa jadi, ada selipan doa yang dihaturkan dari orang-orang yang mencintai kita; dengan cinta yang amat besar.
Namun, sejadi-jadinya tangis dan sebesar-besarnya cinta; di alam barzakh (kubur) itu semua bukanlah 'teman' yang kekal.
Maka, ketika itu hanyalah tiga hal yang bisa diharapkan untuk menemani kita kelak;
(1) amal jariyah (2) ilmu yang bermanfaat, dan (3) anak shalih yang selalu mendo'akannya
Karena Nabi _shallallahu 'alaihi wa sallam_ bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang selalu mendoakannya” (HR. Muslim)
---
Sudahkah kita miliki ilmu yang bermanfaat?
Yang kiranya dapat menemani kita kelak?
Sudahkah kita beramal jariyah?
Sehingga pahalanya akan terus mengalir kepada kita kelak?
Sudahkah kita memiliki anak-anak yang shalih?
Yang senantiasa menyebut nama kita pada tiap-tiap doanya?
.
.
Mari senantiasa berdoa :
Allahumma inni as-aluka 'ilman naafi'an, wa rizqan thayyiban, wa 'amalan mutaqabbalan
(Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amalan yang diterima)
Rabbi habblii minash shaalihiin.
(Wahai Rabbku, berilah aku keturunan yang shalih)
#ypiayogyakarta #ilmubermanfaat #amaljariyah #anakshalih
======
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
✉/📱085747223366
Imam Syafi’i memberikan nasihat nasihat kepada kita :
janganlah lisanmu menampakkan kekurangan/aib saudaramu !
Dirimu sendiri penuh dengan kekurangan dan orang lain-pun juga memiliki lisan sepertimu !
Pepatah arab mengatakan,
barang siapa rumahnya dari kaca…
janganlah melempar rumah orang lain dengan batu !
Imam Hasan Al-Bashry menceritakan pengalamannya :
aku menjumpai suatu kaum yang sama sekali tidak memiliki kekurangan kemudian mereka mulai berbicara tentang kekurangan orang lain maka Allah menghukum mereka dengan menimpakan kekurangan pada diri mereka !
di lain waktu aku juga menjumpai suatu kaum yang banyak memiliki kekurangan akan tetapi mereka tidak membicarakan kekurangan orang lain ! sebagai balasannya Allah menutupi kekurangannya dan mengapuskannya !
Nabi kita yang mulia Shallallahu’alaihi wassalam telah bersabda :
من ستر عورة أخيه ستر الله عورته يوم القيامة ومن كشف عورة أخيه المسلم كشف الله عورته حتى يفضحه بها في الدنيا
“Barangsiapa menutupi kekurangan saudaranya maka Allah akan menutupi kekurangannya pada waktu hari kiamat ! dan barang siapa menampakkan kekurangan saudaranya muslim maka Allah akan menampakkan kekurangannya dan menghinakannya di dunia”
[Perawi hadist ini adalah Abdullah bin Abbas ( semoga Allah meridoi keduanya) dan hadist ini ditakhrij oleh Imam Al-Mundziry dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib dengan sanad hasan]
—
Penulis: Ustadz Abu Sa’ad Muhammad Nur Huda, MA. -rahimahullah-
Sumber: https://muslim.or.id/19819-lihatlah-kekuranganmu.html
@muslimorid
MAKNA TAUHID
Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.
Pembagian Tauhid
Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat.
Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan dalam Al Qur’an:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1)
Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Az Zukhruf: 87)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Al Ankabut 61)
Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bernama Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentunya belum lahir.
Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Orang-orang komunis tidak mengakui adanya Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyah” (Lihat Minhaj Firqotin Najiyyah)
Pertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum kafirin? Jawabannya, meski orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat.
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/6615-makna-tauhid.html
@muslimorid
[Tiada Celah untuk Tidak Bersyukur]
—-
”Kalaulah bukan karena pertolonganmu, saya tidak tahu bagaimana nasibku ini.”
”Kalaulah anjing di rumah kita tidak menggonggong keras, kita tidak akan tahu kalau ada pencuri yang masuk ke dalam rumah kita.”
—-
Diantara kita mungkin seringkali mengucapkan atau mendengar perkataan tersebut atau yang semisal disekitar kita..
Bisa jadi,
Tanpa sadar, kita anggap hal tersebut sebagai perkara sepele dan biasa.. Toh, memang demikianlah yang terlihat..
—-
Namun,
⁉️Tahukah kita,
Perkataan tersebut sama saja dengan kita menyandarkan kenikmatan kepada selain Allah Ta'ala. Kita justru mengaitkan nikmat tersebut kepada sebabnya, bukan kepada Allah yang menciptakan sebab tersebut.
⁉️Tahukah kita,
Lebih bahayanya lagi, menyandarkan nikmat kepada selain Allah Ta’ala termasuk dalam perbuatan menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah Ta’ala. Naudzubillah min dzaalik..
⁉️Tahukah kita,
Ketika menfasirkan firman Allah Ta'ala :
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 22)
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma mengatakan,
"(Menjadikan) ‘andaad’ [sekutu-sekutu] adalah berbuat syirik, (dosa) yang lebih samar daripada jejak semut yang merayap di atas batu hitam dalam kegelapan malam. Contohnya adalah perkataan, ’Demi Allah dan demi hidupmu, wahai Fulan! Dan demi hidupku.’ Atau ucapan, ’Kalau bukan karena anjing ini, tentu kita akan didatangi pencuri-pencuri itu.’ Atau,’Kalau bukan karena angsa di rumah ini, tentu datanglah pencuri-pencuri itu.’ Atau perkataan seseorang kepada temannya, ’Atas kehendak Allah dan kehendakmu.’ Atau perkataan seseorang, ’Kalaulah bukan karena Allah dan fulan.’ Janganlah Engkau sebutkan di dalamnya,’Fulan’. Semua ini adalah perbuatan syirik terhadap Allah.” [ Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim ]
—-
Catatan Penting
✅ Bersyukur dan berterimakasih kepada makhluk tidaklah mengapa, bahkan sangat dianjurkan.. Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud)
✅ Perkataan-perkataan diatas tidak termasuk syirik, jika :
1) Sebab yang disampaikan adalah sebab riil, bukan mengada-ada; dan
2) Ketika seseorang mengatakan demikian, dia hanya sekedar menyampaikan berita tanpa melupakan Sang Pemberi Nikmat, yaitu Allah Ta’ala.
✅ Mari kita biasakan :
Jika diberi nikmat, mengucap : "Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shaalihaat"
Jika diberi musibah, mengucap : "Alhamdulillah 'ala kulli haal"
—-
♻️ Tak lengkap rasanya, bila tak baca artikel lengkapnya :
https://muslim.or.id/31729-menyandarkan-nikmat-kepada-selain-allah-taala.html
Allahumma inni a'udzubika an usyrika bika wa ana a'lam, wa astaghfiruka limaa laa a' lam
======
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
✉️/📱085747223366
Bismillahirrahmanirrahim...
📢Hadirilah Kajian Rutin Khusus Muslimah KARUMAH📢
📆 Ahad, 10 September 2017
⏰ 16.00 - 17.30 WIB
🏡 Masjid Pogung Dalangan
👤 Ustadz Abul Fatih Ristyan Ragil S.T M.T hafidzahullah ta'ala
(Pengajar Ma'had al Muhandis Bandung)
📝 Sudahkah Aku di Jalan Kebenaran?
❤Mari ajak juga keluarga, saudara,teman,serta tetangga dan rekan muslimah lainnya
💎 Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Barangsiapa menempuh sebuah jalan untuk menuntut ilmu maka akan mudahkan untuknya jalan ke ke Surga"
HR. Muslim No.2699
〰〰〰〰〰〰〰〰〰
[Pengumuman]
🛵 ⚠ Mengingat lahan parkir di MPD terbatas, diharapkan memakirkan kendaraan dengan rapat
⏩ Disiarkan Langsung Oleh:
🔈Radio Muslim Yogyakarta
www.radiomuslim.com
⏩ Penyelenggara:
✏FKKA Yogyakarta
✏YPIA Yogyakarta
⏩ Download Kajian:
https://radiomuslim.com/kajian/rekaman-karumah-kajian-rutin-muslimah-ahad/
Baarakallaahu fiikum
🔁 Silakan disebarkan
INI DIA ALASAN DIHARAMKANNYA ROKOK
Apa alasan dari pendapat yang mengharamkan rokok dalam syariat?
Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjawab:
Alasannya adalah karena ia berbahaya dan terkadang bersifat adiktif, serta terkadang bersifat memabukkan. Namun asalnya ia secara umum berbahaya. Sedangkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لاضرر ولا ضرار
“tidak boleh menimbulkan bahaya dan tidak boleh membahayakan” (HR. Ibnu Majah, Ad Daruquthni, di-hasan-kan An Nawawi dalam Al Ar’bain).
Maknanya, setiap hal yang membahayakan seseorang baik membahayakan agamanya atau dunianya hukumnya haram untuk mengkonsumsinya, baik itu racun, rokok, atau semisalnya yang bisa membahayakan. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
“Dan janganlah jatuhkan dirimu dalam kebinasaan” (QS. Al Baqarah: 195).
Dan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
لاضرر ولا ضرار
“tidak boleh menimbulkan bahaya dan tidak boleh membahayakan”
Oleh karena itulah para ilmuwan dan para ulama mengharamkan rokok. Yaitu karena di dalamnya terdapat bahaya yang besar, yang ini diketahui sendiri oleh para perokok. Serta diketahui oleh para ahli kesehatan dan juga diketahui oleh setiap orang yang bergaul dengan para perokok.
Terkadang rokok itu juga menyebabkan kematian mendadak dan penyakit lainnya, menyebabkan batuk, menyebabkan penyakit yang permanen, semua itu telah kita ketahui bersama. Dan kita telah ketahui bersama berbagai kabar yang banyak akan fakta ini mengenai para perokok atau penghisap sisha dan jenis-jenis rokok yang semisalnya. Semuanya berbahaya, wajib untuk melarangnya dan wajib bagi para ahli kesehatan untuk menasehati para perokok, dan wajib pula bagi para dokter dan para guru untuk meninggalkan rokok, karena para dokter dan guru biasanya diteladani.
SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/32090-ini-dia-alasan-diharamkannya-rokok.html
***
@muslimorid
SEGERALAH BERTAUBAT KEPADA ALLAH !
Hakikat taubat adalah kembali tunduk kepada Allah dari bermaksiat kepada-Nya kepada ketaatan kepada-Nya. Taubat ada dua macam: taubat mutlak dan taubat muqayyad (terikat). Taubat mutlak ialah bertaubat dari segala perbuatan dosa. Sedangkan taubat muqayyad ialah bertaubat dari salah satu dosa tertentu yang pernah dilakukan.
Syarat-syarat taubat meliputi: beragama Islam, berniat ikhlas, mengakui dosa, menyesali dosa, meninggalkan perbuatan dosa, bertekad untuk tidak mengulanginya, mengembalikan hak orang yang dizalimi, bertaubat sebelum nyawa berada di tenggorokan atau matahari terbit dari arah barat. Taubat adalah kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang baru saja berbuat dosa. Karena Allah berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31) (lihat Syarh Ushul min Ilmil Ushul Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah, tentang pembahasan isi khutbatul hajah).
ALLAH MAHA PENGAMPUN, MAHA PENERIMA TAUBAT DAN MAHA PENYAYANG
Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha Penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat kepada hamba-hambaNya di dalam sekian banyak ayat yang mulia. Allah ta’ala berfirman,
وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً
“Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa’: 27)
Allah ta’ala juga berfirman,
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ حَكِيمٌ
“Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana.” (QS. An Nuur: 10)
Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya.” (QS. An Najm: 32)
Allah ta’ala berfirman,
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A’raaf: 156)
Oleh Karenanya, Saudaraku yang Tercinta…
Pintu taubat ada di hadapanmu terbuka lebar, ia menanti kedatanganmu… Jalan orang-orang yang bertaubat telah dihamparkan. Ia merindukan pijakan kakimu… Maka ketuklah pintunya dan tempuhlah jalannya. Mintalah taufik dan pertolongan kepada Tuhanmu… Bersungguh-sungguhlah dalam menaklukkan dirimu, paksalah ia untuk tunduk dan taat kepada Tuhannya. Dan apabila engkau telah benar-benar bertaubat kepada Tuhanmu kemudian sesudah itu engkau terjatuh lagi di dalam maksiat, sehingga memupus taubatmu yang terdahulu, janganlah malu untuk memperbaharui taubatmu untuk kesekian kalinya. Selama maksiat itu masih berulang padamu maka teruslah bertaubat.
Allah ta’ala berfirman,
فَإِنَّهُ كَانَ لِلأَوَّابِينَ غَفُوراً
“Karena sesungguhnya Dia Maha mengampuni kesalahan hamba-hamba yang benar-benar bertaubat kepada-Nya.” (QS. Al Israa’: 25)
Allah ta’ala juga berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ
“Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan.” (QS. Az Zumar: 53-54)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Seandainya kalian berbuat dosa sehingga tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat kalian.” (Shahih Ibnu Majah)