Beberapa Adab Terhadap Orang Tua
Berikut ini beberapa adab yang baik dan akhlak yang mulia kepada orang tua:
1. Tidak memandang orang tua dengan pandangan yang tajam atau tidak menyenangkan
2. Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan orang tua
3. Tidak mendahului mereka dalam berkata-kata
4. Tidak duduk di depan orang tua sedangkan mereka berdiri
5. Lebih mengutamakan orang tua daripada diri sendiri atau iitsaar dalam perkara duniawi
Selengkapnya:
https://muslim.or.id/27537-beberapa-adab-terhadap-orang-tua.html
___
Like juga fanspage Mutiara Nasihat Islam https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam
"Bila kalian melihat seseorang yang mendoakan pemimpinnya, maka dia adalah ahlussunnah (insyaaAllah), adapun bila kalian melihat seseorang yang mencaci maki dan mencela pemimpinnya, maka ia adalah shohibu hawaa (pengikut hawa nafsu)”
(Syarhus Sunnah, Imam al-Barbahari)
Sa'id bin Jubair berkata:
"Termasuk membuang-buang harta, Allah memberimu rezeki yang HALAL namun engkau malah habiskan untuk MAKSIAT pada Allah"
(Hilyah Al-Auliya', 4: 281)
Sa'id bin Jubair berkata:
Termasuk membuang-buang harta, Allah memberimu rezeki yang HALAL namun engkau malah habiskan untuk MAKSIAT pada Allah.
(Hilyah Al-Auliya', 4: 281)
dan berlarut-larut memikirkan takdir (padahal dia tidak berhak beralasan dengan takdir), lebih baik dia menatap masa depannya, melakukan berbagai upaya memperbaiki diri, memperbanyak merendahkan diri dan merasa hina di hadapan Allah agar Dia membantunya lepas dari maksiat ini. Dan Allah adalah Dzat yang Maha Mengabulkan doa orang yang dalam kesulitan dan Maha Mengangkat bala.
Selengkapnya:
https://muslim.or.id/27509-membenarkan-lgbt-karena-alasan-takdir.html
||| Laporan Khusus Kajian Akbar Mahasiswa 3 FKIM |||
Kajian Mahasiswa
"Agar Cintaku tak Salah Arah"
Alhamdulillah segala puji hanyalah untuk Allah ta'ala, dengan hikmahNya ia sempurnakan segala ni'mat bagi kita semua.
Dengan ijin Allah ta'ala, FKIM telah menyelenggarakan Kajian Akbar Mahasiswa 3, dengan judul "Agar Cintaku tak Salah Arah" pada tanggal 4 jumadil ula 1437H / 13 februari 2016 di Masjid Mujahidin UNY. Pemateri dalam kajian kali ini adalah ustadz Ahmad MZ.
Dalam kajian ini juga terdapat pembagian gratis buku "Jangan Dekati Zina" karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan pembagian poster jadwal kajian rutin di yogyakarta, poster "Ayo Ngaji!"
Kajian ini diikuti oleh sekitar 300 orang dari kalangan mahasiswa dan umum.
Insyaallah FKIM dengan izin Allah ta'ala akan terus mengadakan kajian akbar mahasiswa ini di lain waktu. jadi jangan lewatkan kajian akbar mahasiswa FKIM selanjutnya.
---
Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366
Menikah adalah pilihan sadar setiap laki-laki dan perempuan dalam islam. Seorang laki-laki berhak menentukan pasangan hidup sebagaimana perempuan. Jika kemudian sepasang laki-laki dan perempuan memutuskan untuk saling menerima dan sepakat melangsungkan pernikahan, atas alasan apakah satu pihak merasa terpaksa berada di samping pasangan hidupnya setelah resmi berumah tangga??!! Sebelum terjadinya akad nikah, pilihan masih terbuka lebar, akan tetapi setelah adanya akad nikah, adalah sebuah pengkhianatan terhadap makna akad itu sendiri apabila satu pihak senantiasa mencari-cari keburukan dan kesalahan pasangannya dengan merasa benar dan bersih sendiri. Tentunya hal tersebut merupakan salah satu bentuk penyucian diri, terlebih lagi tindakannya tersebut akan menumbuhkan benih-benih kebencian dalam hati terhadap seseorang yang telah menjadi pilihannya. Allah ta’ala berfirman:
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An Najm: 32).
لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah, karena walaupun dirinya membenci salah satu perangainya, tentulah akan ada perangai lain yang disukainya.” (HR. Muslim nomor 2672)
Imam An Nawawi mengatakan, “Yang benar, hadits ini merupakan larangan bagi seorang suami agar tidak membenci istrinya, karena apabila istrinya memiliki perangai yang tidak disenanginya, tentulah akan ada perangai lain yang disukainya, misalnya istrinya memiliki akhlak yang jelek, akan tetapi mungkin saja dia komitmen terhadap agama, memiliki paras yang cantik, mampu menjaga diri, lembut atau yang semisalnya.” (Syarh Shahih Muslim, 5/209).
Selengkapnya:
https://muslim.or.id/5286-ketika-layar-telah-berkembang.html
# Potensi Kebaikan #
oleh : Ustadz dr. Adika Mianoki (Ketua YPIA Yogyakarta)
-----
Saat kecil dulu, saya sering diminta ibu saya beli terang bulan dan martabak untuk snack konsumsi pengajian rutin. Karena tau akan digunakan untuk konsumsi pengajian, bapak penjual selalu memberikan tambahan gratis beberapa porsi. "Untuk sedekah", kata beliau. Jadilah setiap kali membeli, beliau ikut bersedekah dengan tambahan beberapa porsi gratis.
...............
#Faidah :
Setiap insan punya berbagai potensi kebaikan yg berbeda. Dalam kisah di atas, sang penjual memanfaatkan potensi jualannya untuk sedekah. Tampak sederhana dan sepele, namun bernilai kebaikan.
Demikian pula setiap kita, Allah anugerahkan kepada kita kemampuan untuk bisa berbagi kebaikan. Ada yg Allah lebihkan harta, ada yg punya ilmu, ada yg punya kedudukan, dan lain sebagainya. Apapun posisi dan profesi kita, pasti ada celah pintu kebaikan yg bisa kita lakukan.
Teringat nasihat seorang Ustadz, " Terkadang, Allah Ta'ala membuka bagi kita satu celah pintu kebaikan, yg kemudian dengannya Allah bukakan banyak kebaikan lainnya. Manfaatkanlah ! Jangan lewatkan setiap kali ada pintu kebaikan "
-----
Sekilas info,
Alhamdulillah, perolehan donasi progressif Markas Dakwah Tahap I yang dibuka pada tanggal 8-15 Februari 2016 ialah sebesar 23.228.478 Rupiah...
Artinya, total donasi yang terkumpul untuk pelunasan Markas Dakwah Per 15 Februari 2016 : Rp. 759.839.343 (58,44% dari kebutuhan dana 1,3 Milyar).
Semoga Allah memudahkan dan memberkahi segenap usaha dan amal-amal kita.
-----
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
"Bergerak Tanpa Tapi, Bersegera Tanpa Nanti, Berbagi Tanpa Henti"
Contact : 085747223366 (Telp/SMS/WA)
Kampus Tahfizh #7
Alhamdulillah Kampus Tahfizh Yogyakarta kembali membuka program reguler bagi kita yang ingin mempelajari tentang tatacara membaca Al Qur'an dan hafalan Al Qur'an yang terdiri dari:
1. Kelas Tahsin Dasar
Tujuan : Perbaikan kesalahan yang bersifat fatal saat membaca Al Qur'an
2. Kelas Tahsin Lanjutan
Tujuan : Perbaikan kesalahan yang bersifat ringan, meminimalisirnya serta hafal juz 30
Syarat: Lolos tes seleksi
3. Kelas Tahfizh
Tujuan : Hafal 1 juz baru, serta perbaikan kesalahan saat membaca Al Quran
Syarat: Hafal juz 30 dan lolos tes seleksi
dengan buku panduan Kitab Tajwid Asy Syafii karangan ust. Abu Ya'la Kurnaedi
Adapun masa pendaftaran dimulai:
21 Februari - 5 Maret 2016
Kemudian Placement Test insya Allah akan diadakan:
Sabtu, 5 Maret 2016
(tempat insya Allah menyusul)
Masa belajar : 12 Maret 2016- 5 Juni 2016
Waktu Belajar : Setiap hari Sabtu dan Ahad
Tempat belajar : Masjid-masjid sekitar Pogung
Biaya per program : Rp 110.000,00
Pendaftaran dapat menggunakan format: Nama#pilihan kelas#pekerjaan#alamat
dikirim ke 0856 4393 3383 (putra) dan 0856 0058 6583 (putri)
Pembayaran dilakukan saat pendaftaran ulang setelah lulus placement test
---
Dan bagi anda yang merupakan warga asli Pogung, akan mendapat diskon sebesar 50% dari biaya normal untuk pendaftaran tiap program, dan dibuktikan dengan membawa fotokopi KTP saat Placement test.
---
Broadcasted By :
Tim Donasi Dakwah
085747223366
Syaikh Muhammad bin Shalih bin Ishaq Ash Shai'iry menuturkan....
"Sesungguhnya ketulusan dan keikhlasan dalam menuntut ilmu syar'i, berbanding lurus dengan kekuatan hafalan, kefahaman, dan luasnya pengetahuan keislaman"
(Kaifa Tatahammas Li Thalabil Ilmi Syar'i)
---
Bagaimana ketulusan dan kefahaman kita selama ini?
Mari tanya hati kita...
T.T
----
Nasihat ini ditujukan untuk setiap kita, para penuntut ilmu dan juga penghuni wisma YPIA yang memiliki program setoran hafalan Al Qur'an dan Hadits Arba'in..
----
Semoga Allah Ta'ala menjaga keikhlasan, ketulusan dan semangat kita dalam menuntut ilmu.
----
Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366
[ Kurang Pengorbanan ]
Mungkin ada yang perlu kita renungkan...
Selama ini bisa jadi kita mencari ilmu kurang pengorbanan..
Sehingga melahirkan ilmu kurang melahirkan amalan...
Ilmu jadi ajang bantah-bantahan.
Atau jadi teori ilmiah untuk didiskusikan dan diperdebatkan..
Padahal agama tak akan merasuk ke hati tanpa berkorban..
Semakin banyak pengorbanan agama akan semakin nyaman...
Iman akan semakin deras bagaikan hujan...
Yang menyuburkan hati yang tandus kekeringan...
Rasanya kita harus sama-sama belajar berkorban dalam agama...
Kalau ingin merasakan iman yang manis dalam dada...
Demikianlah para Sahabat yang mulia...
Yang dia pikirkan adalah bagaimana ISLAM jaya...
Berlomba-lomba korban diri dan harta...
Semoga Alloh mengumpulkan kita bersama mereka...
Ust. Fauzan Abdillah, ST., Lc., MA.
(Perintis YPIA YOGYAKARTA)
---
Broadcasted By:
Tim Donasi Dakwah YPIA
( 085747223366 )
Kurang Pengorbanan
Mungkin ada yang perlu kita renungkan...
Selama ini bisa jadi kita mencari ilmu kurang pengorbanan..
Sehingga melahirkan ilmu kurang melahirkan amalan...
Ilmu jadi ajang bantah-bantahan.
Atau jadi teori ilmiah untuk didiskusikan dan diperdebatkan..
Padahal agama tak akan merasuk ke hati tanpa berkorban..
Semakin banyak pengorbanan agama akan semakin nyaman...
Iman akan semakin deras bagaikan hujan...
Yang menyuburkan hati yang tandus kekeringan...
Rasanya kita harus sama-sama belajar korban dalam agama...
Kalau ingin merasakan iman yang manis dalam dada...
Demikianlah para Sahabat yang mulia...
Yang dia pikirkan adalah bagaimana ISLAM jaya...
Berlomba-lomba korban diri dan harta...
Semoga Alloh mengumpulkan kita bersama mereka...
Ust. Fauzan Abdillah, ST., Lc., MA.
Berbuat baiklah...
Kita hidup di zaman orang yang hanya bisa mengeluh dan berkeluh-kesah...
Padahal,
Lebih baik 'menyalakan lilin' daripada sekedar 'mengutuk kegelapan'...
Maka... Berbuat baiklah...
---
Berbuat baiklah...
Sesungguhnya Allah, malaikat dan orang-orang beriman akan menjadi saksinya...
Berbuat baiklah...
Sekecil apapun api lilin yang menyala, pasti akan mencahayai gulita di sekitar kita...
Berbuat baiklah...
Bukan karena ingin dipuji dan dilihat...
Tapi karena ridho-Nya semata dan tulus ingin berbuat...
Berbuat baiklah...
Karena tolak ukur kebermanfaatan bukanlah pada pundi-pundi nominal kekayaan yang beragam, gelar pangkat yang beraneka macam, ataupun paras tampan nan rupawan...
Tapi...
yang jadi tolak ukurnya ialah: keberkahan...
---
NB.
Kabar gembira untuk kita semua... Menjawab pertanyaan saudara sekalian yang kemarin-kemarin terus bertanya-tanya...
Alhamdulillah...
Kini, sudah memasuki tahap II untuk pelunasan Markas Dakwah.. ^^
Donasi Progresif Markas Dakwah Tahap II dimulai tanggal 22 Februari - 29 Februari 2016...
Sampai dengan sekarang (21/02) perolehan donasi Markas Dakwah sebesar Rp 776.738.551 (sekitar 59,74% dari kebutuhan total 1,3 Milyar)
Mari terus berbuat baik bersama Tim Donasi Dakwah YPIA...
085747223366, kontak kami segera yaa...
Yassarallahu lanal khayra haitsuma kunnaa....
📖 Bosenan Termasuk Akhlak yang Buruk
Sebagian orang begitu cepan bosan terhadap sesuatu, begitu cepat bosan terhadap mobilnya, perabot rumah tangganya, bajunya, dll. Bahkan begitu cepat bosan kepada sahabatnya, dan yang lebih parah bosan terhadap istrinya.
Jadilah ia orang yang jika berduit dan berkemampuan maka selalu gonta ganti. Dan jika tidak berduit maka menderitalah dia menjalani kebosanannya.
🔎 'Amr bin al-'Aash radhiallahu 'anhu berkata;
لاَ أَمَلُّ ثَوْبِي مَا وَسِعَنِي وَلاَ أَمَلُّ زَوْجَتِي مَا أَحْسَنَتْ عِشْرَتِي وَلاَ أَمَلُّ دَابَّتِي مَا حَمِلَتْ رَحْلِي ( 4 ) إِنَّ الْمِلاَلَ مِنْ سَيِّئِ الأَخْلاَقِ
"Aku tidaklah bosan kepada bajuku selama masih cocok buatku, dan aku tidaklah bosan kepada istriku selama ia masih baik mempergauliku, dan aku tidaklah bosan terhadap tungganganku selama masih memikulku, sesungguhnya bosenan termasuk akhlak yang buruk"
(Tahdziibul Kamaal 22/81, Siyar A'laam An-Nubalaa 3/57, Taarikh Dimasyq 46/183)
✒️ Ustadz Firanda Andirja, MA
---
Broadcasted by
Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366
Membenarkan LGBT Karena Alasan Takdir?
Sebagaimana Dia menciptakan kebaikan, Dia pulalah yang menciptakan keburukan. Segala sesuatu yang berada di dalam kerajaanNya tidak akan terjadi kecuali dengan izinNya. Sebagaimana difirmankan oleh Allah tabaraka wa ta’ala:
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan sesuai takdirnya.” (QS. Al-Qamar: 49)
Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab Shahih beliau sebuah riwayat dari Thawus bahwasanya beliau mengatakan:
Aku menjumpai sekelompok sahabat Rasulullah dan mereka mengatakan bahwa segala sesuatu itu terjadi berdasarkan takdir. Aku pula mendengar Abdullah bin Amr mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Segala sesuatu itu terjadi berdasarkan takdir hingga orang yang lemah dan orang yang cerdas’.”
Hal ini tidak serta merta bermakna bahwa Allah mencintai keburukan-keburukan yang diciptakanNya, bahkan Allah benci pada keburukan. Oleh karena itu Allah melarang dan mengharamkan melakukan perbuatan keji baik lahir maupun batin. Allah berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui’.” (QS. Al A’raf: 33).
Allah juga berfirman:
وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: ‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya’. Katakanlah: ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji’. Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? (QS. Al A’raf: 28).
Allah ta’ala telah menciptakan manusia dan melengkapkannya dengan berbagai perangkat kepahaman seperti pendengaran, penglihatan, dan hati. Allah berfirman:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78).
Berdasarkan hal ini, manusia memiliki pilihan antara mengerjakan kebaikan atau kejahatan. Allah berfirman:
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al Insan: 3)
FirmanNya yang lain:
لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.” (QS. At Takwir: 28)
Umumnya, musibah-musibah ini dengan mudah menimpa seseorang manakala dia banyak berbuat keji dan mencondongkan hatinya kepada hal-hal tersebut sehingga hatinya menjadi rusak, fitrahnya menjadi merosot, dan selalu menginginkan perbuatan keji. Dengan begitu, dia telah membuka pintu kejahatan bagi dirinya sendiri. Allah berfirman:
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. Ash Shaff: 5)
Allah juga berfirman:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا
“Di dalam hati mereka ada penyakit lalu Allah tambah penyakit mereka.” (QS. Al Baqarah: 10)
Jadi, orang-orang yang terjerumus dalam perilaku homoseks atau pun dalam maksiat apa saja sebenarnya sedang berada dalam musibah. Maka daripada menjadikan dirinya tawanan masa lalu
PANTANG MENCELA DEMAN
.
Seorang sahabat Nabi Muhammad, Jabir radiyallahu ‘anhu berkata,
.
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ (أَوْ: أُمِّ الْمُسَيَّبِ)، فَقَالَ: مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ (أَوْ: يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ) تُزَفْزِفِيْنَ؟ قَالَتْ: اَلْحُمَّى، لاَ بَارَكَ اللهُ فِيْهَا. فَقَالَ: لاَ تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِيْ آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ.
.
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk Ummu as-Saib (atau Ummu al-Musayyib), kemudian beliau bertanya, ‘Apa yang terjadi denganmu wahai Ummu al-Sa’ib (atau wahai Ummu al-Musayyib), kenapa kamu bergetar?’
.
Dia menjawab, ‘Sakit demam yang tidak ada keberkahan Allah padanya.’
.
Maka beliau bersabda, ‘Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu menghilangkan karat’.“
.
(HR. Muslim 4/1993, no. 2575)
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
📣 Telegram Channel : /channel/muslimorid
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat."
[ HR. Bukhari ]
---
Sudahkah shalat kita seperti yang telah dicontohkan?
Simak penjelasan Buletin At Tauhid pada hari ini (19 Februari 2016) yang ditulis oleh Abdul Fattah Akhus Shaleh (Alumnus Ma'had Ilmi).
Simak juga bedah buletin-nya nanti malam Pukul 20.00 WIB, live streaming www.radiomuslim.com.
---
Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366 (SMS/WA/TELP).
Diantara bentuk godaan syaithan kepada orang awam yaitu anggapan bahwa tauhid adalah perkara yang mudah dipelajari, dan kita sudah bertauhid. Maka untuk apa kita menyebarkan dakwah tauhid?
Kita katakan, Subahaanallah.. bagaimana bisa dikatakan demikian, sementara telah tersebar di berbagai negeri Islam dan negeri-negeri lain kegelapan syirik besar yang nyata, sebagaimana akan datang penjelasannya. Kemudian seandainya syirik merupakan sesuatu yang mudah diketahui maka kita tetap butuh agar senantiasa diingatkan (akan bahayanya), dan senantiasa butuh berdoa kepada Allah Ta’ala agar dijauhkan darinya. Sebab kita tidak akan bisa seperti Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam (orang yang sempurna Imannya), walupun demikian beliau tetap memohon kepada Rab-Nya Ta’ala agar (dijauhkan dari kesyirikan).
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala” (Ibrahim : 35).
Ibrahim at-Taimi rahimahullah berkata: “Siapakah yang merasa aman dari musibah ini (terjerumus ke dalam kesyirikan) setelah Ibrahim ‘Alaihissalam” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir At-Thabari).
Ust. Amir As Soronji, Lc., MPdi.
# SEBAB KETERPURUKAN DIRIMU #
Asy-Syaikh Khalid ar-Raddady hafizhahullah berkata dalam akun Twitternya:
إذا كنت مشغولا بهدم غيرك فلن تجد الوقت لبناء نفسك
“Jika engkau sibuk menghancurkan orang lain, engkau tidak akan mendapatkan waktu untuk membangun dirimu."
Penerjemah: dr. Adika Mianoki (Ketua YPIA Yogyakarta)
—---
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
"Bergerak Tanpa Tapi, Bersegera Tanpa Nanti, Berbagi Tanpa Henti"
Contact : 085747223366 (Telp/SMS/WA)
Akhlak Orang Mulia
Diantara akhlak orang yang berjiwa besar adalah, menjaga perasaan orang-orang yang lemah.
@DrAlshoreka (Dr. Abdullah Al Syurikah, Imam dan Khatib Masjid Ad Duwailah, Kuwait)
Penampakana Setan
Setan memiliki rupa yang amat jelek. Bahkan dalam khayalan setiap orang pun sudah tertanam. Kepala setan pun digambarkan dalam Al Qur’an seperti mayang dari pohon yang keluar dari dasar neraka. Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ (64) طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ (65)
“Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dari dasar neraka yang menyala. mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.” (QS. Ash Shaffaat: 64-65).
Orang Nashrani di masa silam menggambarkan setan sebagai laki-laki yang hitam kelam yang memiliki jenggot, alis mata yang runcing ke atas, mulut yang mengeluarkan nyala api, bertanduk, memiliki kuku yang panjang dan berekor.
Setan Memiliki Dua Tanduk
Dalil yang menunjukkan bahwa setan memiliki dua tanduk:
Hadits Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَحَرَّوْا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ غُرُوبَهَا فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بِقَرْنَىْ شَيْطَانٍ
“Janganlah kalian melaksanakan shalat saat matahari terbit dan saat tenggelam karena waktu tersebut adalah waktu munculnya dua tanduk setan” (HR. Muslim no. 828).
Dari Ibnu ‘Umar pula, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا طَلَعَ حَاجِبُ الشَّمْسِ فَدَعُوا الصَّلاَةَ حَتَّى تَبْرُزَ ، وَإِذَا غَابَ حَاجِبُ الشَّمْسِ فَدَعُوا الصَّلاَةَ حَتَّى تَغِيبَ وَلاَ تَحَيَّنُوا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ غُرُوبَهَا ، فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ
“Jika matahari mulai terbit, tinggalkanlah shalat sampai terang (matahari terbit). Jika matahari mulai tenggelam, tinggalkanlah shalat, sampai benar-benar hilang (tenggelam). Janganlah kalian bersengaja mengerjakan shalat ketika matahari terbit dan tenggelam karena matahari terbit pada dua tanduk setan.” (HR. Bukhari no. 3273)
Makna hadits di atas adalah bahwa sekelompok orang musyrik dahulu menyembah matahari. Mereka sujud pada matahari ketika akan terbit dan tenggelam. Ketika itu setan berdiri di arah matahari itu berada supaya orang-orang menyembahnya. Hal ini ditegaskan dalam hadits berikut,
صَلِّ صَلاَةَ الصُّبْحِ ثُمَّ أَقْصِرْ عَنِ الصَّلاَةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَتَّى تَرْتَفِعَ فَإِنَّهَا تَطْلُعُ حِينَ تَطْلُعُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ وَحِينَئِذٍ يَسْجُدُ لَهَا الْكُفَّارُ ثُمَّ صَلِّ فَإِنَّ الصَّلاَةَ مَشْهُودَةٌ مَحْضُورَةٌ
“Laksanakanlah shalat shubuh kemudian berhentilah mengerjakan shalat hingga terbit matahari, hingga pula matahari meninggi karena matahari terbit ketika munculnya dua tanduk setan dan saat itu orang-orang kafir sujud pada matahari. Kemudian setelah itu shalatlah karena shalat ketika itu disaksikan.”
Dan hadits itu disebutkan pula,
حَتَّى تُصَلِّىَ الْعَصْرَ ثُمَّ أَقْصِرْ عَنِ الصَّلاَةِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَإِنَّهَا تَغْرُبُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ وَحِينَئِذٍ يَسْجُدُ لَهَا الْكُفَّارُ
“Hingga engkau shalat ‘Ashar kemudian setelah itu berhentilah shalat hingga matahari tenggelam karena saat itu matahari tenggelam antara dua tanduk setan dan saat itu orang-orang kafir sujud pada matahari.” (HR. Muslim no. 832).
Hadits larangan shalat di atas dipahami untuk shalat yang tidak memiliki sebab seperti shalat sunnah mutlak, yaitu asal shalat sunnah saja dua raka’at. Jika shalat yang memiliki sebab seperti tahiyyatul masjid, shalat gerhana, shalat setelah wudhu, atau qodho’ shalat yang luput, maka dibolehkan meskipun pada waktu terlarang untuk shalat. Karena dalam hadits larangan di atas disebutkan,
وَلاَ تَحَيَّنُوا بِصَلاَتِكُمْ
“Janganlah mengerjakan shalat (yang tidak memiliki sebab) secara sengaja …”
Hanya Allah yang memberi taufik.
Referensi:
‘Alamul Jin wasy Syaithon, Syaikh Prof. Dr. ‘Umar bin Sulaiman bin ‘Abdullah Al Asyqor, terbitan Darun Nafais, cetakan kelimabelas, tahun 1423 H.
—
Penulis: Ust. Muhammad Abduh Tuasikal
https://muslim.or.id/12845-serial-4-alam-jin-rupa-setan.html
Potret Salaf Dalam Birrul Walidain
Suatu hari, Ibnu Umar melihat seorang yang menggendong ibunya sambil thawaf mengelilingi Ka’bah. Orang tersebut lalu berkata kepada Ibnu Umar, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapatmu apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar satu erangan ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberikan balasan yang banyak kepadamu terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.” (Diambil dari kitab al-Kabair, karya adz-Dzahabi)
Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang terkenal sangat berbakti kepada ibunya, sampai-sampai ada orang yang berkata kepadanya, “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibumu, akan tetapi kami tidak pernah melihatmu makan bersama ibumu.” Beliau menjawab, “Aku takut kalau-kalau tanganku mengambil makanan yang sudah dilirik oleh ibuku. Sehingga aku berarti mendurhakainya.” (Diambil dari kitab Uyunul Akhyar, karya Ibnu Qutaibah)
Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu dari sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata sang Ibu sudah ketiduran. Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang wadah berisi air tersebut hingga pagi.” (Diambil dari kitab Birrul walidain, karya Ibnu Jauzi)
Sufyan bin Uyainah mengatakan, “Ada seorang yang pulang dari bepergian, dia sampai di rumahnya bertepatan dengan ibunya berdiri mengerjakan shalat. Orang tersebut enggan duduk padahal ibunya berdiri. Mengetahui hal tersebut sang ibu lantas memanjangkan shalatnya, agar makin besar pahala yang di dapatkan anaknya. (Diambil dari Birrul walidain, karya Ibnu Jauzi)
Itulah 5 potret salaf dalam birrul walidain. Masih banyak lagi kisah-kisah mereka, baca di Web kami.
Klik https://muslim.or.id/103-potret-salaf-dalam-birrul-walidain.html
---
OOT.
Hari ini, hari terakhir progressive donation markas dakwah YPIA tahap I..
---
Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366 (Telp/SMS/WA)