muslimorid | Неотсортированное

Telegram-канал muslimorid - Muslim.or.id

43075

Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Подписаться на канал

Muslim.or.id

Mau Allah membuka hati anda? Perhatikanlah nasihat berkesan dari Imam As-Syafi'iy ini. Silahkan di-share.

Читать полностью…

Muslim.or.id

Inilah akibat lupa dengan aib diri sendiri. Silahkan di-share.

Читать полностью…

Muslim.or.id

ISTIQOMAH DI ATAS TAUHID

Kaum muslimin… semoga senantiasa dirahmati Allah…

Istiqomah, sebuah perbendaharaan paling berharga bagi setiap insan… Tidak ada seorang pun di dunia ini melainkan membutuhkannya. Agar kelak di akherat, dirinya bisa berbahagia tatkala berjumpa dengan-Nya…

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya;

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ جَرِيرٍ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ كُلُّهُمْ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ غَيْرَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ

Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Abu Kuraib menuturkan kepada kami. Mereka berdua berkata; Ibnu Numair menuturkan kepada kami [tanda perpindahan sanad] demikian pula Qutaibah bin Sa’id dan Ishaq bin Ibrahim mereka semuanya menuturkan kepada kami dari Jarir [tanda perpindahan sanad] begitu pula Abu Kuraib menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abu Usamah menuturkan kepada kami. Mereka semuanya meriwayatkan dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi, dia berkata; Aku berkata, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepada saya suatu ucapan di dalam Islam yang tidak akan saya tanyakan kepada seorang pun sesudah anda.” Sedangkan dalam penuturan Abu Usamah dengan ungkapan, “orang selain anda”, maka beliau menjawab, “Katakanlah; Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman, lihat Syarh Nawawi [2/91-92])

Istiqomah, sebuah perkara yang sangat agung dan tidak bisa diremehkan, sampai-sampai Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma mengatakan tatkala menjelaskan firman Allah ta’ala,

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ

“Istiqomahlah engkau sebagaimana yang telah diperintahkan kepadamu.” (QS. Huud : 112)

Ibnu Abbas mengatakan, “Tidaklah turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam keseluruhan al-Qur’an suatu ayat yang lebih berat dan lebih sulit bagi beliau daripada ayat ini.” (lihat Syarh Nawawi [2/92]).

Sampai-sampai sebagian ulama -sebagaimana dinukil oleh Abu al-Qasim al-Qusyairi- mengatakan,

الِاسْتِقَامَة لَا يُطِيقهَا إِلَّا الْأَكَابِر

“Tidak ada yang bisa benar-benar istiqomah melainkan orang-orang besar.” (Disebutkan oleh an-Nawawi dalam Syarh Muslim [2/92])

Oleh sebab itu ikhwah sekalian, semoga Allah meneguhkan kita di atas jalan-Nya, marilah kita mengingat besarnya nikmat yang Allah karuniakan kepada Ahlus Sunnah yang tetap tegak di atas kebenaran di antara berbagai golongan yang menyimpang dari jalan-Nya. Inilah nikmat teragung dan anugerah terindah yang menjadi cita-cita setiap mukmin. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُون

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan; Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka istiqomah akan turun kepada mereka para malaikat seraya mengatakan; Janganlah kalian takut dan jangan sedih, dan bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepada kalian.” (QS. Fusshilat : 30).

al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud oleh ayat di atas -QS. Fusshilat : 30- adalah orang-orang yang mentauhidkan Allah dan beriman kepada-Nya lalu istiqomah dan tidak berpaling dari tauhid. Mereka konsisten dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala sampai akhirnya mereka meninggal dalam keadaan itu (lihat Syarh Nawawi [2/92]).

SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/5679-istiqomah-di-atas-tauhid.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Inilah semua pujian dan celaan dalam Al-Qur'an. Silahkan di-share.

Читать полностью…

Muslim.or.id

Jadilah yang terdepan dalam kebaikan...

Читать полностью…

Muslim.or.id

LARANGAN MEMINTA-MINTA KEPADA ORANG LAIN

Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (no. 17508),

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ، وَيَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ حُبْشِيِّ بْنِ جُنَادَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ، فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ»

Yahya bin Adam dan Yahya bin Abi Bukair menuturkan kepada kami, mereka berdua mengatakan, Israil menuturkan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari Hubsyi bin Junadah radhiallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang meminta-minta padahal ia tidak fakir maka seakan-seakan ia memakan bara api”.

Dikeluarkan juga oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya (no. 2446), Ath-Thahawi dalam Syarah Ma’anil Atsar (no. 3021), dan Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir (no. 3506), semuanya dari jalan Israil.

Status hadits ini shahih li ghairihi.

FAIDAH HADITS

1. Meminta-minta hukum asalnya terlarang.

Banyak sekali dalil yang menunjukkan larangan hal ini, diantaranya:
مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ

“Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain dengan tujuan untuk memperbanyak kekayaannya, sesungguhnya ia telah meminta bara api; terserah kepadanya, apakah ia akan mengumpulkan sedikit atau memperbanyaknya” (HR. Muslim no. 1041).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَأَنْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ، فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ، فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِيَ بِهِ مِنَ النَّاسِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا، أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ ذَلِكَ، فَإِنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ

“Jika salah seorang di antara kalian pergi di pagi hari lalu mencari kayu bakar yang di panggul di punggungnya (lalu menjualnya), kemudian bersedekah dengan hasilnya dan merasa cukup dari apa yang ada di tangan orang lain, maka itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi ataupun tidak, karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dan mulailah dengan menafkahi orang yang engkau tanggung” (HR. Bukhari no. 2075, Muslim no. 1042).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ

“Seseorang yang selalu meminta-minta kepada orang lain, di hari kiamat ia akan menghadap Allah dalam keadaan tidak sekerat daging sama sekali di wajahnya” (HR. Bukhari no. 1474, Muslim no. 1040 ).

Dari Auf bin Malik Al-Asyja’i beliau berkata,

قَدْ بَايَعْنَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ، فَعَلَامَ نُبَايِعُكَ؟ قَالَ: «عَلَى أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَالصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، وَتُطِيعُوا – وَأَسَرَّ كَلِمَةً خَفِيَّةً – وَلَا تَسْأَلُوا النَّاسَ شَيْئًا»

“Kami telah berbai’at kepadamu wahai Rasulullah, namun apa saja perjanjian yang wajib kami pegang dalam bai’at ini? Rasulullah bersabda: ‘Wajib bagi kalian untuk menyembah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, mengerjakan shalat lima waktu, taat kepada pemimpin, (lalu beliau melirihkan perkataannya) dan tidak meminta-meminta kepada orang lain sedikit pun‘” (HR. Muslim no. 1043).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنْ الْمَسْأَلَةَ كَدٌّ يَكُدُّ بِهَا الرَّجُلُ وَجْهَهُ إِلَّا أَنْ يَسْأَلَ الرَّجُلُ سُلْطَانًا أَوْ فِي أَمْرٍ لَا بُدَّ مِنْهُ

“Sesungguhnya, meminta-minta itu adalah topeng yang dikenakan seseorang pada dirinya sendiri, kecuali bila seseorang meminta kepada penguasa atau karena keadaan yang sangat memaksa” (HR. At-Tirmidzi no. 681, ia berkata: “hasan shahih”).

2. Dibolehkan seseorang meminta-minta kepada orang lain jika dalam keadaan fakir dan darurat sebagaimana ditegaskan dalam hadits Junadah.

3. Ulama sepakat akan haramnya meminta-minta jika tidak dalam keadaan darurat.

SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/33524-larangan-meminta-minta-kepada-orang-lain.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Keibaikan akan meliputi orang yang bertakwa...

Читать полностью…

Muslim.or.id

[ Terima Kasih Telah Membersamai YPIA ]

Tak ada yang bisa kami ucapkan selain ungkapan :

Jazaakumullah khayran...

---

✍️ Kami begitu terharu dan bersyukur atas berbagai macam kenikmatan...

✍️ Bukan karena hari-hari dimana hampir tibanya masa masa gajian..

✍️ Akan tetapi, sebab trust donatur sekalian + kegiatan-kegiatan dakwah YPIA Yogyakarta yang bertumbuh secara signifikan...

✍️ Kegiatan dakwah YPIA semuanya ialah dalam rangka sebuah misi mulia : _"Memurnikan Aqidah dan Menebarkan Sunnah di bumi Indonesia"_

✍️ Tentu saja, semua ini berkat pertolongan Allah azza wa jalla...

---

Siapa bilang kita miskin kepedulian?

Atas izin Allah, semua kegiatan dakwah YPIA adalah buah manis kepedulian dari segenap pengurus dan para donatur di Indonesia dan negara lainnya.

Jazaakumullahu khayran kami ucapkan kepada kaum muhsinin yang telah membersamai YPIA dalam menebar kebaikan di Program Flash Donasi Akhir Al Muharram.

---

Mari kita kembali bergenggaman tangan untuk menggarap proyek kebaikan...

Semoga saja,
YPIA + Donatur Sekalian = Kebaikan-kebaikan nyata untuk Indonesia.

---
Tim Donasi Dakwah YPIA
HP: 085747223366 (Telp/sms/WA)

Читать полностью…

Muslim.or.id

INILAH 5 CARA MELEMBUTKAN HATI

Tatkala badan merasa enggan untuk beramal, tatkala hati mulai sulit untuk terenyuh, mungkin itu salah satu tanda kerasnya hati, dengan kata lain hati ini sedang sakit. Lantas apa yang akan dilakukan ketika tahu bahwa hati ini sedang sakit? Orang yang sakit pasti akan mencari obat, sebagaimana orang sakit akan pergi ke dokter. Berikut ini penulis berikan obat agar hati menjadi lembut kembali.

1. Perbanyak Baca Al-Quran dengan Mentadabburinya
Di antara sebab lembutnya hati adalah dengan membaca Al Qur’an. Al Qur’an adalah kalamullah, perkataan Allah, Rabb pencipta langit dan bumi, bukan perkataan makhluk. Selain dapat menenangkan hati, membaca Al Qur’an akan diganjar banyak pahala. Bayangkan saja, 1 huruf dari Al Qur’an diganjar 1 pahala, dan 1 pahala akan dibalas dengan 10 kebaikan. Namun syarat untuk menenangkan hati tidaklah hanya sekedar membaca, tapi di-tadabburi, direnungkan maknanya sehingga dapat diamalkan.

2. Perbanyak Dzikir Mengingat Allah
Tidak diragukan lagi, berdzikir dapat melembutkan hati. Karena dengan mengingat Allah, maka hati pun menjadi tenang. Sebagaimana Allah firmankan dalam surah Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya, “Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang.”

Dzikir adalah suatu amalan yang mudah, cukup menggerakkan lisan dan bibir saja. Sehingga tidak bisa dijadikan alasan untuk enggan berdzikir.

Silmak selengkapnya disini sobat muslim. Klik 👉 https://muslim.or.id/24475-5-cara-melembutkan-hati.html

Читать полностью…

Muslim.or.id

HUKUM JUAL-BELI ANJING DAN KUCING

Bolehkah berjual-beli anjing dan kucing? Karena ada sebagian orang memperjual-belikan kedua hewan tersebut. Mohon faidahnya, semoga Allah membalas anda dengan kebaikan.

Jawab:

Tidak boleh menjual anjing dan tidak boleh memakan harta hasil penjualannya. Karena hadits,

نهى عن ثمن الكلب وحلوان الكاهن ومهر البغي

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melarang memakan hasil penjualan anjing, bayaran dukun dan upah pelacur” (HR. Al Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa hasil penjualan anjing itu haram. Karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melarangnya dan menggandengkannya dengan upah dukun dan upah al baghyu yaitu pelacur. Maka semua ini adalah penghasilan yang haram.

Demikian juga kucing, tidak boleh diperjual-belikan*). Namun kucing boleh dipelihara di dalam rumah, tapi tidak boleh diperjual-belikan.

Adapun anjing, tidak boleh dipelihara di dalam rumah, karena Malaikat itu tidak masuk ke dalam rumah yang terdapat anjing dan gambar bernyawa (HR. Muslim). Dan tidak boleh juga memperjual-belikannya.



Sumber: Majmu’ Fatawa Syaikh Shalih Al Fauzan 2/502, Asy Syamilah



*) Diantara dalilnya, hadits Abu Zubair Al Makki:

سألتُ جابرًا عن ثمنِ الكلبِ والسِّنَّوْرِ ؟ قال : زجرَ النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ عن ذلك

“aku bertanya kepada Jabir tentang hasil penjualan anjing dan kucing, beliau berkata bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melarang hal tersebut” (HR. Muslim no. 1569)

Sumber: https://muslim.or.id/24003-fatwa-ulama-hukum-jual-beli-anjing-dan-kucing.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

CARA MEMBERSIHKAN SEMUA NAJIS

Najasah atau najis secara bahasa artinya kotoran. Najasah atau najis dalam istilah syariat adalah segala sesuatu yang dianggap kotor oleh syariat. Dalam Ar Raudhatun Nadiyyah disebutkan,

النجاسات جمع نجاسة, و هي كل شيئ يستقذره أهل الطبائع السليمة و يتحفظون عنه و يغسلون الثياب إذا أصابهم كالعذرة و البول

“Najasat adalah bentuk jamak dari najasah, ia adalah segala sesuatu yang dianggap kotor oleh orang-orang yang memiliki fitrah yang bersih dan mereka akan berusaha menjauhinya dan membersihkan pakaiannya jika terkena olehnya semisal kotoran manusia dan air seni”1.

Dalam Al Fiqhul Muyassar disebutkan,

النجاسة: هي كل عين مستقذرة أمر الشارع باجتنابها

“Najasah adalah setiap hal yang dianggap kotor yang diperintahkan oleh syariat untuk menjauhinya”2.

Dari penyataan “dianggap kotor oleh syariat” dalam definisi-definisi yang disebutkan para ulama menunjukkan bahwa tidak semua yang kotor menurut manusia itu adalah najis dalam istilah syar’i, dan juga menunjukkan bahwa menentukan najis atau tidaknya sesuatu itu harus dilandasi dalil. Jika tidak ada dalil yang menunjukkan najisnya sesuatu tersebut, maka ia suci. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan:

يجب أن يعلم أن الأصل في جميع الأشياء الطهارة فلا تنجس و لا ينجس منها إلا ما دل عليه الشرع

“wajib diketahui bahwa hukum asal dari segala sesuatu itu suci, maka tidak boleh mengatakan ia sesuatu itu najis atau menajiskan kecuali ada dalil dari syariat”3.

Maka najis tidak bisa ditentukan dengan akal atau perasaan seseorang bahwa sesuatu itu najis, melainkan harus berdasarkan dalil. Dan yang dituntut dari kita terhadap najis adalah kita diperintahkan untuk menjauhinya dan membersihkan diri darinya jika terkena najis.

Kemudian, najis berbeda dengan pembatal wudhu. Dan jika seseorang terkena najis, wudhunya tidak menjadi batal, namun ia wajib membersihkan najis tersebut

Perintah membersihkan najis

Syariat memerintahkan kita untuk membersihkan diri dari najis dalam banyak dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah. Diantaranya firman Allah Ta’ala:

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

“dan pakaianmu sucikanlah” (QS. Al Mudatsir: 4).

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

“Dan kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail untuk mensucikan rumah-Ku bagi orang-orang yang ber-thawaf, ber-i’tikaf dan orang-orang yang rukuk dan sujud” (QS. Al Baqarah: 125).

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ أَمَا إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ لا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melewati dua kuburan. Lalu beliau bersabda: “kedua orang ini sedang diadzab, dan mereka diazab bukan karena dosa besar. Orang yang pertama diadzab karena berbuat namimah (adu domba). Adapun yang kedua, ia diadzab karena tidak membersihkan diri dari sisa kencingnya”” (HR. Muslim no. 292).

Dan dalil-dalil yang lainnya.

Cara membersihkan najis

Para ulama membagi najis dibagi menjadi tiga:

1. Najasah mughallazhah (berat) atau najasah tsaqilah
2. Najasah mukhaffafah (ringan)
3. Najasah mutawashitah (pertengahan)


SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/29297-cara-membersihkan-najis.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Flash Donasi Di Akhir Waktu Mulia, Hanya 5 Hari Saja

—-

Kemarin, kita membahas tentang harapan menjadi Orang Yang Terpilih; yang dikehendaki Allah mendapatkan kemudahan dalam beramal.

Sekarang, kita berdoa dengan setulus hati dan sepenuh harap, semoga Allah berikan taufiq pada kita agar bisa beramal.

Sekarang, kita berjuang sekuat tenaga dan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk dimaksimalkan dan dikonversi menjadi amal ketaatan.

Sekarang, kita di akhir bulan Muharram, kita masih berada di bulan harom, waktu mulia untuk beramal, yang nanti balasannya akan dilipatgandakan.



“ Flash Donasi Akhir Al Muharram “
15 Oktober 2017 - 19 Oktober 2017

Peruntukkan Divisi Pendidikan dan Dakwah YPIA. Pilihan Donasi sebagai berikut :

- Dakwah Dunia Maya ( Situs Muslim.or.id dan Muslimah.or.id )
- Buletin at Tauhid dan Zuhairah
- Ma’had Al Ilmi ( Pesantren Mahasiswa )
- Ma’had Umar Bin Khattab ( Lembaga Bahasa Arab )
- Kampus Tahfizh ( Madrasah Belajar Qur’an )
- Kajian Mahasiswa Muslim dan Muslimah ( FKIM dan FKKA )

—-

🏧 Donasi dapat disalurkan melalui rekening YPIA berikut ini,

1. Bank BNI Syariah Yogyakarta
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari.
Nomor rekening: 0241913801.

2. Bank Muamalat
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari Yogyakarta.
Nomor rekening: 5350002594

3. Bank Syariah Mandiri
atas nama: YPIA Yogyakarta.
Nomor rekening: 7031571329.

4. CIMB Niaga Syariah
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari.
Nomor rekening: 508.01.00028.00.0.

✅Konfirmasi donasi :
Setiap donatur mohon memberikan konfirmasi ke nomor HP: 0857-4722-3366 (✉️SMS/📱Whatsapp)

📝Format konfirmasi :
Nama # Alamat # Email # BesarDonasi # TanggalTransfer # Rekening # Pilihan Kegiatan #

—-

🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)_

Ingin Berdonasi?
Hubungi :
✉️/📱085747223366

Читать полностью…

Muslim.or.id

Meninggal di atas Islam dan sunnah...

Читать полностью…

Muslim.or.id

DAKWAH SALAFIYAH, ISTILAH YANG SYAR'I BUKAN HIZBI

Abdul Karim as Sam’ani mengatakan, “Salafi, dengan huruf sin dan lam yang difathah dan diakhiri huruf fa’. Ini merupakan penisbatan kepada kaum Salaf dan metode yang mereka tempuh.”

Imam as Safarini berkata, “Yang dimaksud dengan mazhab Salaf adalah ajaran yang diwariskan oleh para sahabat yang mulia ridhwanullahi ‘anhum dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan setia, para pengikutnya, dan juga para ulama pemimpin agama yang telah dipersaksikan keimamannya dan dikenal kedudukannya yang mulia dalam agama. Kaum muslimin dari generasi ke generasi telah menerima ucapan-ucapan mereka. Mereka bukanlah golongan yang layak dituduh menyebarkan bid’ah atau orang-orang yang dikenal dengan julukan yang tidak diridai, seperti halnya: Khawarij, Rafidhah, Qadariyah, Murji’ah, Jabariyah, Jahmiyah, Mu’tazilah, Karramiyah dan golongan lain seperti mereka.”

Syaikh Abdul ‘Aziz rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya Salaf adalah orang-orang (para sahabat) yang hidup di generasi yang diutamakan (oleh Allah). Barang siapa yang mengikuti jejak mereka dan berjalan di atas manhaj mereka maka dia adalah seorang Salafi. Dan barang siapa yang menyelisihi mereka dalam perkara itu maka dia tergolong kaum Khalaf.”

Syaikh Salim bin ‘Ied al Hilali hafizhahullah mengatakan di dalam kitabnya Limadza ikhtartu al manhaj as salafi, “Dengan demikian tampak jelas bahwa istilah Salaf ketika dilontarkan begitu saja tidaklah merujuk kepada keberdahuluan masa semata. Akan tetapi istilah itu merujuk kepada para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikut setia mereka.”

Beliau juga mengatakan, “Dengan sudut pandang ini maka istilah Salaf telah menjadi sebuah ketetapan umum yang diberikan kepada siapa saja yang menjaga keselamatan akidah dan manhaj yang berpijak pada pemahaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan.”

Beliau mengatakan, “Adapun Salafiyah adalah penyandaran diri kepada generasi Salaf. Ini merupakan penisbatan terhadap manhaj yang lurus dan sesuatu yang terpuji. Ini bukan termasuk tindakan menciptakan mazhab yang baru.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Bukanlah perbuatan yang tercela apabila seseorang berterus terang menampakkan mazhab Salaf, menisbatkan diri dan merasa mulia (tidak minder) dengan hal itu. Bahkan hal itu wajib diterima dengan kesepakatan (para ulama). Karena sesungguhnya (apa yang diyakini) mazhab Salaf itulah kebenaran.”

Syaikh Shalih al Fauzan hafizhahullah mengatakan, “Kaum Salaf dan orang-orang yang mengikuti manhaj mereka senantiasa membedakan antara kelompok pengikut Sunnah dengan kelompok lainnya yaitu ahli bid’ah dan sekte-sekte sesat. Mereka menyebut kelompok orang semacam ini dengan nama Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Ucapan dan karya-karya para ulama pengikut manhaj Salaf dipenuhi dengan pernyataan-pernyataan seperti itu. Mereka berusaha membantah berbagai sekte yang menyempal dari Firqah Ahlus Sunah wal Jama’ah dan pengikut Salaf.”

SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/168-dakwah-salafiyah-istilah-yang-syari-bukan-hizbi.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

JAUHI HIZBIYYAH!

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan: “wajib bagi para penuntut ilmu agar melepaskan diri dari bergolong-golongan dan juga hizbiyyah yaitu mengikat wala dan bara‘ kepada suatu kelompok tertentu atau aliran tertentu. Tidak diragukan lagi bahwa hizbiyyah bertentangan dengan manhaj salaf. Salafus shalih tidak ada beberapa kelompok, melainkan mereka hanya 1 kelompok saja. Di bawah naungan firman Allah ‘azza wa jalla:

هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ

“Allah lah yang menamakan kalian sebagai Muslimin dari dahulu” (QS. Al Hajj: 78)

Tidak ada hizbiyyah dan tidak ada berkelompok-kelompok. Tidak ada loyalitas dan saling mencintai kecuali sesuai dengan apa yang datang dari Al Qur’an dan As Sunnah.

Misalnya sebagian manusia ada yang ber-hizbiyyah pada kelompok tertentu, mereka mengikrarkan pemikiran kelompok tersebut sebagai manhaj mereka dan untuk melegalkan hal itu mereka berdalil dengan dalil-dalil yang justru sebenarnya menentang mereka. Mereka membela orang-orang yang berada dalam kelompok tersebut dan menyesatkan yang di luar kelompok walaupun yang di luar kelompok tersebut lebih dekat kepada kebenaran. Mereka memiliki slogan: “yang tidak bersamaku, maka itu musuhku“. Ini adalah slogan yang hina. Karena sesungguhnya ada penengah yang benar antara kedua sisi tersebut. Jika mereka bertentangan denganmu namun di atas kebenaran, maka pada hakikatnya ia bersamamu. Karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

انصر أخاك ظالمًا أو مظلومًا

“tolonglah saudaramu yang zhalim dan terzalimi”

Menolong orang yang zalim adalah dengan mencegahnya berbuat zalim.

Maka tidak ada hizbiyyah dalam Islam. Oleh karena itu ketika muncul banyak hizb di tengah kaum Muslimin, bermacam-macam manhaj, berpecah-belah umat, jadilah mereka saling menyesatkan satu-sama-lain, saling memakan bangkai saudaranya yang lain, maka mereka akan menemui kelemahan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ

“dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu” (QS. Al Anfal: 46).

Oleh karena itu kita dapati sebagian penuntut ilmu yang belajar kepada salah seorang Syaikh. Kemudian ia membela Syaikh tersebut, baik dalam kebenaran maupun dalam kebatilan. Menentang yang selainnya dan membid’ahkan yang selain mereka. Ia lalu memandang bahwa Syaikh-nya tersebut adalah orang yang alim dan mushlih, sedangkan Syaikh yang lain itu jahil dan mufsid. Ini adalah sebuah kesalahan besar. Bahkan yang wajib adalah mengambil perkataan yang sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah serta pendapat para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam”

(Kitaabul Ilmi, 89-91)

SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/27829-bagaimana-sikap-kita-terhadap-hizbiyyah.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

HARUSKAH MENJADI SEMPURNA UNTUK MENASEHATI?

Sebagian orang enggan melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, karena merasa belum mampu melakukan amalan ma’ruf yang hendak ia perintahkan, atau meninggalkan kemungkaran yang hendak ia larang. Dia khawatir termasuk ke dalam golongan orang yang mengatakan apa yang tidak dia lakukan. Sebagaimana yang disinggung dalam firman Allah ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ(3)

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kemurkaan Allah bila kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. As-Shof: 2-3).

Pertanyaan yang harus kita temukan jawabannya adalah: apakah seorang harus sempurna dulu amalannya, untuk bisa menasehati orang lain? Kemudian apakah setiap orang yang tidak melakukannya apa yang ia perintahkan, dan melanggar sendiri apa yang dia larang, masuk dalam ancaman ayat di atas?

Syaikh Anis Thahir Al-Indunisy, saat kajian membahas kitab Iqtidho’ as-Shirot al-Mustaqiem , di masjid Nabawi malam Senin (20 Rabi’us Tsani 1436 H) menerangkan, bahwa ada dua hal yang perlu dibedakan dalam masalah ini. Beliau mengatakan,

فيه فرق بين أن تنصح غيرك وأنت عاجز عن العفل، وبين أن تنصح غيرك و أنت قادر على الفعل

“Bedakan, antara Anda menasehati seorang, sementara Anda belum ada daya untuk melakukan apa yang Anda nasehatkan. Dengan Anda menasihati seorang, sementara Anda mampu melakukan apa yang Anda nasehatkan.”

Jadi, ada dua jenis orang dalam masalah ini:

Petama, adalah orang yang menasehati orang lain, namun dia belum mampu melakukan amalan ma’ruf yang ia sampaikan, atau meninggalkan kemungkaran yang ia larang.
Yang kedua, adalah orang yang menasehati orang lain sementara sejatinya dia mampu untuk melakukan pesan nasehat yang ia sampaikan. Akan tetapi justru mengabaikan kemampuannya dan ia terjang sendiri nasehatnya, tanpa ada rasa bersalah dan menyesal. Ia merasa nyaman dan biasa-biasa saja dengan tindakan kurang terpuji tersebut.

Orang jenis pertama, dia belum bisa melakukan amalan ma’ruf yang dia perintahkan, karena dia belum memiliki daya untuk melakukannya. Bisa jadi karena hawa nafsunya yang mendominasi, setelah pertarungan batin dalam jiwanya. Sehingga, saat ia melanggar sendiri apa yang dia nasehatkan, dia merasa bersalah dan menyesal atas kekurangannya ini. Serta senantiasa memperbaharui taubatnya.

Saat ia tergelincir pada larangan yang ia larang, ia katakan pada dirinya, “Sampai kapan… sampai kapan kamu seperti ini?! Kamu menasehati orang-orang untuk menjauhi perbuatan ini.. sementara kamu sendiri yang melakukannya?! Tidakkah kamu takut kepada Allah.”

Untuk orang yang seperti ini, hendaknya ia jangan merasa enggan untuk beramar ma’ruf dan nahi munkar. Karena tidak menutup kemungkinan, nasehat yang ia sampaikan, akan membuatnya terpacu untuk melaksanakan amalan ma’ruf yang dia perintahkan, atau meninggalkan kemungkaran yang dia larang. Hal ini sudah menjadi suatu hal yang lumrah dalam pengalaman seorang.

SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/24617-haruskah-menjadi-sempurna-untuk-bisa-menasehati.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Percayalah pasti pilihan Allah itu yang terbaik untuk kita...

Читать полностью…

Muslim.or.id

Para Ulama Sepakat Menolak Pemahaman Syiah Imamiyyah

Syiah Imamiyyah adalah Syiah 12 Imam, disebut juga Syiah Rofidhoh. Inilah paham syiah yang menjadi dasar Negara Iran sekarang ini. Dan paham tersebut merupakan paham syiah paling radikal dan ekstrim dibandingkan dengan paham syiah lainnya.

Sungguh di samping paham mereka berpengaruh buruk pada kerukunan umat Islam, dia juga mengancam kesatuan sebuah Negara, sebagaimana dibuktikan oleh sejarah kelam mereka, semoga Allah menjaga NKRI dari makar mereka, amin.

Oleh karenanya, para ulama Ahlussunnah 4 madzhab menolak keras paham ini, sebagaimana dijelaskan dalam nukilan-nukilan berikut ini:

Pendapat imam pertama, Abu Hanifah (wafat 150 H) :

“Madzhab Imam Abu Hanifah: bahwa orang yang mengingkari kekhilafahan Abu Bakar Ash-Shiddiq –rodhiallohu anhu-; maka dia kafir. Begitu pula orang yang mengingkari kekhilafahan Umar bin Khottob –rodhiallohu anhu-…

Masalah ini telah disebutkan dalam kitab-kitabnya (madzhab hanafi), seperti dalam kitab Al-Ghoyah karya Assaruji, kitab Fatawa Zhohiriyyah dan Badi’iyyah, dan kitab Al-Ashl karya Muhammad bin Hasan.

Dan yangg jelas, mereka mengambil keterangan ini dari imam mereka Abu Hanifah –rodhiallohu anhu-, dan beliau adalah orang yang PALING TAHU tentang kelompok syiah, karena beliau adalah penduduk Kufah yang merupakan tempat munculnya paham Rofidhoh” (Oleh: Imam Taqiyyuddin Assubki, dalam kitabnya: Fatawa Subki, 2/587).

Pendapat imam kedua, Malik bin Anas (wafat 179 H):

Imam Malik –rohimahulloh– mengatakan: “Orang yang mencela para sahabat Nabi -shollallohu alaihi wasallam- tidak memiliki bagian dalam Islam” (Assunnah, karya Abu Bakar bin Khollal, 3/493).

Pendapat imam ketiga, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (wafat 204 H) :

Imam Asy Syafi’i –rohimahulloh– mengatakan: “Siapapun yang mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar bukan seorang imam (kholifah), maka dia adalah seorang yang berpaham Rofidhoh” (Siyaru A’lamin Nubala’, karya: Adz-Dzahabi, 10/31).

Beliau juga mengatakan: “Aku tidak melihat seorang pun dari pengikut paham sesat; lebih pendusta dalam pengakuannya dan lebih pembohong dalam persaksiannya, melebihi kelompok Rofidhoh” (Al Intiqo, karya Ibnu Abdil Bar, hal: 79).

Pendapat imam keempat, Ahmad bin Hambal (wafat 241 H):

Abdulloh putra Imam Ahmad mengatakan: aku pernah bertanya kepada ayahku, siapakah kelompok Rofidhoh itu?, beliau menjawab: “Orang yg mencela dan mengecam Abu Bakar dan Umar”. (Assunnah, karya: Abu Bakar bin Khollal, 3/492).

Abu Bakar al-Marrudzi mengatakan: Aku pernah bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad) tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar, dan Aisyah? Maka beliau menjawab: “Aku menganggapnya tidak berada di atas Islam”. (Assunnah, karya: Abu Bakar bin Khollal, 3/493).

Bahkan Imam As Sam’aani –rohimahulloh– (wafat: 562 H) mengatakan: “Umat Islam telah ber-ijma’ SEPAKAT tentang kafirnya Syiah Imamiyyah, karena mereka meyakini sesatnya para sahabat Nabi, mengingkari ijma’nya mereka, dan menyandarkan kepada mereka hal-hal yg tidak pantas bagi mereka” (Al-Ansab, karya: Assam’aani, 6/365).

Semoga bermanfaat, dan menjadi masukan bagi pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak lain, agar KESATUAN Indonesia tetap utuh, dan kaum muslimin terjaga akidahnya dengan baik.

***

Penulis: Ust. Dr. Musyafa Ad Darini, Lc., MA.

Sumber: https://muslim.or.id/25405-para-ulama-sepakat-menolak-pemahaman-syiah-imamiyyah.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Karakter Jahiliyyah: Percaya Kepada Jimat

Jimat merupakan salah satu budaya jahiliyyah yang masih “terpelihara” sampai saat ini. Pada waktu itu, masyarakat jahiliyyah memakai jimat untuk melindungi diri dan hewan peliharaan mereka dari penyakit, menolak takdir, menolak ‘ain (pandangan mata jahat) dan menolak bahaya-bahaya lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa memakai jimat termasuk dalam kesyirikan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barangsiapa menggantungkan jimat, maka dia telah berbuat syirik.” [1]

Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki memakai gelang yang terbuat dari kuningan, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya,

مَا هَذِهِ ؟ مِنَ الْوَاهِنَةِ ؟ قَالَ : أَمَا إِنَّهَا لاَ تَزِيدُكَ إِلاَّ وَهْنًا انْبِذْهَا عَنْكَ ؛ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا.

“Apakah ini?” Orang itu menjawab, “Penangkal sakit.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Lepaskan itu, karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu. Sebab jika kamu mati, sedangkan gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.” [2]

Para ulama kemudian memberikan perincian tentang hukum memakai jimat. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,

”Memakai jimat dan sejenisnya, apabila orang yang memakainya meyakini bahwa jimat itu berpengaruh dengan sendirinya tanpa (takdir) Allah, maka dia melakukan syirik akbar (syirik besar) dalam tauhid rububiyyah, karena dia meyakini bahwa ada pencipta selain Allah Ta’ala. Apabila pemakainya hanya meyakini jimat itu sebagai sebab, tidak dapat berpengaruh dengan sendirinya (tetap berada di bawah takdir Allah), maka dia melakukan syirik ashghar (syirik kecil). Karena dia telah meyakini sesuatu sebagai sebab, padahal bukan sebab. Maka dia telah menyekutukan Allah dalam menentukan sesuatu sebagai sebab, padahal Allah tidaklah menjadikan sesuatu itu sebagai sebab.” [3]

Lihatlah dalam kasus jimat ini. Seseorang meyakini bahwa jimat merupakan sarana atau sebab untuk menolak mara bahaya. Padahal, jimat tersebut bukanlah sebab yang terbukti baik secara syar’i (dalil syariat) maupun qadari (fakta atau penelitian ilmiah). Tentu tidak ada hubungannya antara menggantungkan jimat di pojok rumah agar aman dari pencuri atau antara menggantungkan jimat di mobil agar terhindar dari kecelakaan.

SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/32964-karakter-jahiliyyah-percaya-kepada-jimat.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Teruslah belajar, jangan malas...

Читать полностью…

Muslim.or.id

Imam As-Syafi'iy rahimahullah berkata :

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَقْضِيَ لَهُ بِالْحُسْنَى, فَلْيُحْسِنْ بِالنَّاسِ الظَّنَّ

"Barangsiapa yang ingin Allah menganugrahkan baginya husnul khatimah maka hendaknya ia berhusnudzan kepada orang-orang." (Mawā'idz Al-Imām As-Syafi'iy)

Seakan-akan Imam Syafi'iy mengingatkan bahwasanya berbaik sangka kepada orang lain akan menjauhkan seseorang dari banyak kedzaliman dan dosa besar yang muncul dari berburuk sangka, seperti ghibah dan namimah, serta praktek pemboikotan/hajr yang keliru dll.

Selain itu orang yang mampu senantiasa untuk berhusnudzan maka akan senantiasa memiliki hati yang lembut, sayang kepada saudaranya, jauh dari hasad, tidak merendahkan orang lain dll.
____
Oleh: Dr. Firanda Andirja, M.A. hafizhahullah

Читать полностью…

Muslim.or.id

Bismillah. Wahai Muslimah.

Adanya perintah Allah kepada kita, sungguh di dalamnya terdapat kebaikan di dunia sebelum kebaikan di akhirat.

Dan sebaliknya, adanya larangan Allah, agar kita terhalang dari keburukan di dunia sebelum keburukan di akhirat

Allah Ta'ala lah yang menciptakan kita
Maka Allah lebih mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya. Dan sebagian hikmah dibalik perintah dan larangan Allah kepada muslimah telah dijelaskan dalam Al-Qur'an dan sunnah.

Simak selengkapnya di:
Kajian Muslimah Mengaji

Tema: Hikmah Dibalik Perintah dan Larangan Allah kepada Muslimah
Pemateri : Ustadzah Siwi Ummu Naabilah hafizhahallaahu ta'ala (Alumni Ma'had Al-'Ilmi Yogyakarta)

Insyaa Allah besok (Ahad), 2 Shafar 1439 H / 22 Oktober 2017, jam 08.30 - 11.30 WIB di Musholla Teknik UGM (https://goo.gl/maps/AUcZSzB7MVw)

Mari ajak keluarga, kerabat, teman serta tetangga dan rekan muslimah lainnya.

Kajian ini gratis dan khusus untuk muslimah

Penyelenggara :
°Muslimah Mengaji
°Forum Kegiatan Kemuslimahan Al-Atsari (FKKA)
°Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari Yogyakarta (YPIA)

Informasi:
📲 085228016597
FB : FKKA Yogyakarta
LINE: @QYK6278M
IG: kemuslimahan_ypia

Baarakallahu fiikum
🔁Silahkan disebar

Читать полностью…

Muslim.or.id

Senantiasalah bertaubat dan istighfar kepada Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Silahkan di-share.

Читать полностью…

Muslim.or.id

KIAT MENGGAPAI AKHLAK MULIA

Sesungguhnya kemuliaan akhlak itu terwujud dengan memberikan apa yang dipunyai kepada orang lain, menahan diri sehingga tidak menyakiti, dan menghadapi gangguan atau tekanan dengan penuh kesabaran. Hal itu akan bisa digapai dengan membersihkan jiwa dari sifat-sifat rendah lagi tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji. Simpul kemuliaan akhlak itu adalah: kamu tetap menyambung hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberikan kebaikan kepada orang yang tidak mau berbuat baik kepadamu, dan memaafkan kesalahan orang lain yang menzalimi dirimu.


Akhlak yang mulia memiliki berbagai keutamaan. Ia merupakan bentuk pelaksanaan perintah Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan kemuliaan akhlak seorang akan memperoleh ketinggian derajat. Dengan sebab kemuliaan akhlak pula berbagai problema akan menjadi mudah, aib-aib akan tertutupi dan hati manusia akan tunduk dan menyukai sang pemilik akhlak yang mulia ini. Dengan akhlak yang mulia juga, seorang akan terbebas dari pengaruh negatif tindakan jelek orang lain. Dia pandai menunaikan kewajibannya dan melengkapinya dengan hal-hal yang disunnahkan. Sebagaimana ia akan terjauhkan dari akibat buruk sikap tergesa-gesa dan serampangan. Dengan akhlak yang mulia pikiran akan tenteram dan kehidupan terasa nikmat.

Tidak diragukan bahwa mengubah kebiasaan memang perkara yang sangat berat dilakukan orang. Meskipun demikian, hal itu bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dan mustahil dilakukan. Terdapat banyak jalan dan sarana yang bisa ditempuh oleh manusia untuk bisa menggapai kemuliaan akhlak. Sebagian di antara jalan-jalan tersebut adalah:

1. Memiliki Aqidah yang Selamat

Aqidah adalah urusan yang sangat agung dan mulia. Perilaku merupakan hasil dari pikiran dan keyakinan di dalam jiwa. Penyimpangan perilaku biasanya muncul akibat penyimpangan aqidah. Aqidah itulah iman. Sementara orang yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya. Apabila aqidah seseorang baik maka akan baik pula akhlaknya. Sehingga aqidah yang benar akan menuntun pemiliknya untuk bisa memiliki akhlak yang mulia seperti: berlaku jujur, dermawan, lemah lembut, berani, dan lain sebagainya. Sebagaimana kemuliaan akhlak juga akan menghalangi dirinya dari melakukan perilaku-perilaku yang jelek seperti; berdusta, bakhil (pelit), bertindak bodoh, serampangan, dan lain sebagainya.

2. Senantiasa Berdoa Memohon Akhlak Mulia

Doa merupakan pintu (kebaikan) yang sangat agung. Apabila pintu ini telah dibukakan untuk seorang hamba maka berbagai kebaikan pasti akan dia dapatkan dan keberkahan akan tercurah kepadanya. Barangsiapa yang ingin memiliki kemuliaan akhlak dan terbebas dari akhlak yang jelek hendaknya dia mengembalikan urusannya kepada Rabbnya. Hendaknya dia ‘menengadahkan telapak tangannya’ dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada-Nya agar Allah melimpahkan kepadanya akhlak yang mulia dan menyingkirkan akhlak-akhlak yang buruk darinya. Oleh karena itulah Nabi ‘alaihish shalatu was salam adalah orang yang sangat banyak memohon kepada Rabbnya untuk mengaruniakan kepada beliau kemuliaan akhlak. Beliau biasa memanjatkan permohonan di dalam doa istiftah, “Ya Allah tunjukkanlah aku kepada akhlak mulia. Tidak ada yang bisa menunjukkan kepada kemuliaan itu kecuali Engkau. Dan singkirkanlah akhlak yang jelek dari diriku. Tidak ada yang bisa menyingkirkan kejelekan akhlak itu kecuali Engkau.” (HR. Muslim: 771). Salah satu doa yang beliau ucapkan juga, “Ya Allah, jauhkanlah dari diriku kemungkaran dalam akhlak, hawa nafsu, amal, dan penyakit.” (HR. Al Hakim [1/532] dan disahihkan olehnya serta disepakati Adz Dzahabi). Beliau juga berdoa, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sikap lemah, kemalasan, sifat pengecut, pikun, sifat pelit. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian.” (HR. Bukhari [7/159] dan Muslim [2706]).

SELENGKAPNYA: https://muslim.or.id/348-kiat-menggapai-akhlak-mulia-1.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Sobat, jauhilah kemaksiatan dan permusuhan...

Читать полностью…

Muslim.or.id

Bila telah hilang agamamu, hilanglah pula cintaku...

Читать полностью…

Muslim.or.id

Flash Donasi Di Akhir Waktu Mulia, Hanya 5 Hari Saja

—-

Kemarin, kita membahas tentang harapan menjadi Orang Yang Terpilih; yang dikehendaki Allah mendapatkan kemudahan dalam beramal.

Sekarang, kita berdoa dengan setulus hati dan sepenuh harap, semoga Allah berikan taufiq pada kita agar bisa beramal.

Sekarang, kita berjuang sekuat tenaga dan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk dimaksimalkan dan dikonversi menjadi amal ketaatan.

Sekarang, kita di akhir bulan Muharram, kita masih berada di bulan harom, waktu mulia untuk beramal, yang nanti balasannya akan dilipatgandakan.



“ Flash Donasi Akhir Al Muharram “
15 Oktober 2017 - 19 Oktober 2017

Peruntukkan Divisi Pendidikan dan Dakwah YPIA. Pilihan Donasi sebagai berikut :

- Dakwah Dunia Maya ( Situs Muslim.or.id dan Muslimah.or.id )
- Buletin at Tauhid dan Zuhairah
- Ma’had Al Ilmi ( Pesantren Mahasiswa )
- Ma’had Umar Bin Khattab ( Lembaga Bahasa Arab )
- Kampus Tahfizh ( Madrasah Belajar Qur’an )
- Kajian Mahasiswa Muslim dan Muslimah ( FKIM dan FKKA )

—-

🏧 Donasi dapat disalurkan melalui rekening YPIA berikut ini,

1. Bank BNI Syariah Yogyakarta
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari.
Nomor rekening: 0241913801.

2. Bank Muamalat
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari Yogyakarta.
Nomor rekening: 5350002594

3. Bank Syariah Mandiri
atas nama: YPIA Yogyakarta.
Nomor rekening: 7031571329.

4. CIMB Niaga Syariah
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari.
Nomor rekening: 508.01.00028.00.0.

✅Konfirmasi donasi :
Setiap donatur mohon memberikan konfirmasi ke nomor HP: 0857-4722-3366 (✉️SMS/📱Whatsapp)

📝Format konfirmasi :
Nama # Alamat # Email # BesarDonasi # TanggalTransfer # Rekening # Pilihan Kegiatan #

—-

🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)_

Ingin Berdonasi?
Hubungi :
✉️/📱085747223366

Читать полностью…

Muslim.or.id

Janganlah menyia-nyiakan waktumu sobat...

Читать полностью…

Muslim.or.id

Bahagia Dengan Membuat Orang Lain Bahagia

Oleh: Ustadz Abu Ubaidah As Sidawi

Saudaraku, di hari lebaran yg penuh keceriaan dan kegembiraan, cobalah tengok orang sekitar anda, adakah diantara mereka yg tidak bisa beli baju baru krn gak punya uang, atau dirundung kesedihan, lalu sapalah mereka dan gandenglah tangannya, bikinlah dia bisa tersenyum bahagia, masukkanlah panah kebahagian di hatinya, niscaya engkau menjadi manusia yg paling mulia dan paling bahagia.

Mari kita renungkan dan amalkan hadits agung berikut dan merealisasikannya dlm kehidupan kita, terutama di hari2 ini karena menampakkan kegembiraan dan membuat orang lain bahagia di hari raya termasuk syiar agama.

ًDari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ no. 176).

Ya Allah, curahkanlah kebahagian untuk kami di dunia dan kelak di surga.

--
Silahkan dishare.. semoga bermanfaat..
__
NB: Punya akun Instagram? Yuk follow juga akun kami https://www.instagram.com/muslimorid/

Читать полностью…

Muslim.or.id

Flash Donasi Di Akhir Waktu Mulia, Hanya 5 Hari Saja

---

Kemarin, kita membahas tentang harapan menjadi Orang Yang Terpilih; yang dikehendaki Allah mendapatkan kemudahan dalam beramal.

Sekarang, kita berdoa dengan setulus hati dan sepenuh harap, semoga Allah berikan taufiq pada kita agar bisa beramal.

Sekarang, kita berjuang sekuat tenaga dan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk dimaksimalkan dan dikonversi menjadi amal ketaatan.

Sekarang, masih tanggal 25 Al Muharram, kita masih berada di bulan harom, waktu mulia untuk beramal, yang nanti balasannya akan dilipatgandakan.



“ Flash Donasi Akhir Al Muharram “
15 Oktober 2017 - 19 Oktober 2017

Peruntukkan Divisi Pendidikan dan Dakwah YPIA. Pilihan Donasi sebagai berikut :

- Dakwah Dunia Maya ( Situs Muslim.or.id dan Muslimah.or.id )
- Buletin at Tauhid dan Zuhairah
- Ma’had Al Ilmi ( Pesantren Mahasiswa )
- Ma’had Umar Bin Khattab ( Lembaga Bahasa Arab )
- Kampus Tahfizh ( Madrasah Belajar Qur’an )
- Kajian Mahasiswa Muslim dan Muslimah ( FKIM dan FKKA )

---

🏧 Donasi dapat disalurkan melalui rekening YPIA berikut ini,

1. Bank BNI Syariah Yogyakarta 
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari.
Nomor rekening: 0241913801.

2. Bank Muamalat 
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari Yogyakarta.
Nomor rekening: 5350002594

3. Bank Syariah Mandiri 
atas nama: YPIA Yogyakarta.
Nomor rekening: 7031571329.

4. CIMB Niaga Syariah 
atas nama: Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari.
Nomor rekening: 508.01.00028.00.0.

✅Konfirmasi donasi :
Setiap donatur mohon memberikan konfirmasi ke nomor HP: 0857-4722-3366 (✉SMS/📱Whatsapp)

📝Format konfirmasi :
Nama # Alamat # Email # BesarDonasi # TanggalTransfer # Rekening # Pilihan Kegiatan #

---

🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)_

Ingin Berdonasi?
Hubungi :
✉/📱085747223366

Читать полностью…
Подписаться на канал