muslimorid | Неотсортированное

Telegram-канал muslimorid - Muslim.or.id

43075

Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Подписаться на канал

Muslim.or.id

IDR 30.000 @pustakamuslimjogja

Читать полностью…

Muslim.or.id

Pengaruh Penguasa Terhadap Rakyatnya

Ibnu Jarir mengutip perkataan Ali bin Muhammad al Madaini yang mengatakan, “al Walid bin Abdul Malik menurut pandangan penduduk Syam adalah penguasa mereka yang terbaik. Beliaulah yang membangun berbagai masjid di kota Damaskus, membangun berbagai menara, memberi rakyat yang perlu bantuan financial dan menggaji bulanan para penyandang lepra dan berkata kepada mereka, para penyandang lepra, “Janganlah kalian mengemis”. Beliau memberikan kepada setiap orang yang lumpuh pelayan dan kepada setiap orang yang buta penuntun. Ketika beliau berkuasa beliau menaklukkan banyak negeri-negeri kafir. Beliau kirimkan semua anak laki-lakinya dalam setiap peperangan dengan Romawi. Beliau berhasil menaklukkan India, Spanyol dan berbagai negeri non arab. Pasukan beliau bahkan sudah memasuki Cina dan selainnya.

Meski demikian, suatu ketika beliau melewati penjual sayur mayur lantas beliau mengambil satu ikat sayuran dengan tangannya lalu bertanya kepada penjual, “Berapa harganya?”. “Satu fulus”, jawab sang penjual sayur. Beliau kemudian mengatakan, “Tambahi sayurannya karena engkau terlalu untung dengan harga tersebut”.

Para pakar sejarah mengatakan bahwa obsesi al Walid bin Abdul Malik adalah membangun. Rakyatnya pun demikian. Jika ada seseorang bertemu kawannya maka pertanyaan yang terlontar, “Apa yang telah kaubangun saat ini? Kau makmurkan dengan bangunan apa tanah yang kau miliki?”.

Sedangkan obsesi saudaranya, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik adalah perempuan sehingga rakyatnya pun demikian. Jika ada seseorang bertemu dengan kawannya maka yang pertama kali ditanyakan, “Berapa kali engkau menikah? Berapa budak perempuan yang kau gauli?”.

Sedangkan obsesi Umar bin Abdul Aziz adalah membaca al Qur’an, shalat dan ibadah. Kondisi rakyat di masa beliau seperti itu. Jika ada seorang bersua dengan kawannya maka pertanyaan yang pertama kali terlontar adalah “Berapa rakaat shalat malam yang kau rutinkan? Berapa lembar mushaf al Qur’an yang kau baca setiap harinya? Shalat apa yang kau kerjakan semalam?”.

Banyak orang mengatakan, “Rakyat itu mengikuti agama atau ketaatan penguasanya. Jika sang penguasa hobi menenggak khamr maka akan banyak khamr yang beredar di masyarakat”.

Jika penguasa memiliki penyimpangan seksual berupa homoseksual maka kondisi rakyat juga demikian. Jika penguasa itu pelit dan rakus dengan harta maka kondisi rakyat juga demikian. Namun jika penguasa dermawan dan berjiwa sosial tinggi maka kondisi rakyat juga serupa. Jika penguasanya rakus dan suka bertindak kezaliman maka kondisi rakyat juga demikian. Jika penguasa adalah seorang yang bagus agamanya, bertakwa, suka berbuat baik dan menolong maka kondisi rakyat juga demikian. Pengaruh penguasa semacam ini dijumpai pada sebagian masa pada sebagian person penguasa tertentu (Al Bidayah wan Nihayah, karya Ibnu Katsir 9/186).

Selengkapnya: https://muslim.or.id/22486-pengaruh-penguasa-terhadap-rakyatnya.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Penghalang Ittiba’ : Kebodohan Terhadap Ajaran Agama

Ittiba’ artinya meneladani dan mencontoh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di dalam keyakinan, perkataan, perbuatan dan di dalam perkara-perkara yang ditinggalkan oleh beliau. Di sana ada banyak hal yang menghalangi seorang hamba dari ittiba’ kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dengan benar. Yang paling nampak adalah:

1. Kebodohan Terhadap Ajaran Agama
Kebodohan adalah penghalang terbesar dari ittiba’. Bahkan ia adalah sebab terbesar yang menjerumuskan seseorang ke dalam seluruh perkara yang haram, baik berupa kekufuran, bid’ah maupun kemaksiatan. Kebodohan itu bisa berupa kebodohan terhadap nash-nash, yaitu tidak mengetahui nash-nash tersebut. Atau kebodohan terhadap kedudukan nash-nash tersebut di dalam agama – bahwa nash-nash itulah yang berhak didahulukan, sedangkan sumber-sumber yang lain mengikutinya. Atau kebodohan terhadap penunjukan lafadz, maksud-maksud syariat dan kaidah-kaidah serta landasan-landasan dalam ilmu, seperti mutlaq dan muqayyad, umum dan khusus, nasikh dan mansukh, mujmal dan mubayyan.

Dan karena besarnya bahaya kebodohan ini, kita dapati al-Qur’an al-Karim dan sunnah shahihah penuh dengan nash-nash yang memberikan peringatan dari kebodohan dan menjelaskan bahayanya, serta memberi anjuran untuk berilmu dan menjelaskan keutamaannya.

Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala,

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

“Katakanlah, sesungguhnya Rabbku hanyalah mengharamkan perbuatan-perbuatan keji yang lahir maupun batin, mengharamkan perbuatan dosa, kezhaliman tanpa hak, mengharamkan kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak ada bukti padanya dan Dia mengharamkan kalian berkata atas nama Allah sesuatu yang tidak kalian ketahui” (QS. Al-A’raaf: 33)

As-Sa’di berkata, “Dan Dia mengharamkan kalian berkata atas nama Allah, sesuatu tidak kalian ketahui, di dalam nama-namaNya, sifat-sifatNya, perbuatan-perbuatanNya dan syariatNya”

Ibnul Qayyim berkata, “Adapun berbicara atas nama Allah tanpa ilmu, maka ini adalah perkara yang paling haram dan paling besar dosanya. Oleh karena itu, dia disebutkan pada tingkatan yang ke empat di antara perkara-perkara haram yang telah disepakati keharamannya oleh berbagai syariat dan agama, dan tidak dibolehkan sama sekali, bahkan senantiasa diharamkan. Kemudian beralih darinya kepada sesuatu yang lebih besar lagi. Yaitu Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

“dan Dia mengharamkan kalian berkata atas nama Allah sesuatu yang tidak kalian ketahui”

Maka ini lebih besar keharamannya dan lebih berat dosanya di sisi Allah. Karena mengandung kedustaan atas nama Allah, penisbatan Allah kepada sesuatu yang tidak layak bagiNya, perubahan dan penggantian terhadap agamaNya, penolakan terhadap apa yang Dia tetapkan, penetapan terhadap apa yang Dia tiadakan, pembenaran sesuatu yang Dia batalkan, pembatalan sesuatu yang Dia benarkan, permusuhan terhadap wali-waliNya, kecintaan terhadap musuh-musuhNya, kecintaan terhadap apa yang Dia benci, kebencian terhadap apa yang Dia cintai, pensifatan Allah dengan sesuatu yang tidak layak bagiNya di dalam dzatNya, sifat-sifatNya, perkataan-perkataanNya dan perbuatan-perbuatanNya. Maka tidak ada jenis keharaman yang lebih besar dan lebih berat di sisi Allah dari pada hal ini. Dia adalah pangkal kesyirikan dan kekufuran, pondasi bid’ah dan kesesatan. Maka seluruh bid’ah yang menyesatkan di dalam agama, pondasinya adalah perkataan atas nama Allah tanpa ilmu …”

Selengkapnya:
https://muslim.or.id/17716-penghalang-ittiba-1-kebodohan-terhadap-ajaran-agama.html

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Sikap Imam Asy Syafi’i Terhadap Hadits Lemah

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata :

وَجِمَاعُ هَذَا أَنَّهُ لَا يُقْبَلُ إِلَّا حَدِيثٌ ثَابِتٌ كَمَا لَا يُقْبَلُ مِنَ الشُّهُودِ إِلَّا مَنْ عُرِفَ عَدْلُهُ، فَإِذَا كَانَ الْحَدِيثُ مَجْهُولًا أَوْ مَرْغُوبًا عَمَّنْ حَمَلَهُ كَانَ كَمَا لَمْ يَأْتِ؛ لِأَنَّهُ لَيْسَ بِثَابِتٍ

“Kesimpulan dari semua ini, bahwa tidaklah (sebuah hadits) diterima kecuali hadits yang valid, sebagaimana tidaklah para saksi diterima (pesaksiannya) kecuali orang yg dikenal adilnya. Sehingga apabila hadits itu tidak diketahui atau dibenci perawinya, maka seakan hadits itu tidak ada, karena ketidak-validannya”

(kitab Ma’rifat Sunan Wal Atsar, karya Imam Al Baihaqi, 1/180).

Karena sikap seperti inilah Imam Syafi’i dijuluki sebagai “Naashirussunnah” (Pembela Sunnah Nabi). Beliau tidaklah berdalil dengan hadits, kecuali bila hadits tersebut bisa dipertanggung-jawabkan kevalidannya.

Namun sayang banyak dari orang-orang yang mengaku sebagai pengikutnya, bermudah-mudahan dalam berdalil dengan hadits lemah.

Parahnya lagi, bila kita mengatakan kepada mereka bahwa haditsnya lemah, maka langsung saja kita dicap sebagai Wahabi! Wallahul musta’an, tidakkah mereka merenungi perkataan Imam Asy Syafi’i –rahimahullah– di atas?!

Allahu yahdiina wa iyyaahum.



Penulis: Ustadz Musyaffa Ad Darini, Lc., MA.

Sumber: https://muslim.or.id/21297-sikap-imam-asy-syafii-terhadap-hadits-lemah.html

***

Kirim donasi dakwah juga bisa melalui aplikasi android Muslim.or.id: https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Orang Tua Dan Anak Saling Mengangkat Derajat Di Akhirat

Telah kita ketahui bahwa anak yang shalih bisa mengangkat derajat orang tua di akhirat nanti, baik dengan doa maupun amal jariyah dari sang anak. Sebagaimana hadits yang sering kita dengar, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau doa anak yang shalih"[1. HR. Muslim no. 1631].

Demikian juga orang tua bisa mengangkat derajat anaknya di akhirat kelak, bahkan ini berlaku bagi cucu dan keturunannya ke bawah. Jika derajat anak-cucunya berada di bawahnya, maka bisa diangkat setara dengan derajat orang tuanya.

Dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu'anhuma, beliau berkata,

إن الله ليرفع ذرية المؤمن إليه في درجته و إن كانوا دونه في العمل ، لتقربهم عينه ، ثم قرأ : *( و الذين آمنوا و اتبعتهم ذريتهم بإيمان ) الآية ،ثم قال : و ما نقصنا الآباء بما أعطينا البنين "

“Allah mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orangtuanya tenang dan bahagia. Kemudian beliau membaca firman Allah yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan” ( AthThuur : 21) kemudian beliau berkata: dan kami tidak mengurangi dari bapak-bapak mereka apa yang kami berikan kepada anak mereka"[2. As-Silsilah Ash-Shahihah no.2490 5/495, Al-Maktabah As-Syamilah].

Syaikh Al-Albani rahimahullahu menjelaskan bahwa riwayat ini sanadnya shahih. Beliau berkata,

قلت : و لا شك في ذلك ، و لكن من الممكن أن يقال : إن الموقوف في حكم المرفوع ،لأنه لا يقال بمجرد الرأي ، بل هو ظاهر الآية المذكورة ...فهو صحيح الإسناد

“Tidak diragukan lagi mengenai hal tersebut, akan tetapi mungkin bisa dikatakan hadits ini mauquf (perkataan sahabat) sengan status hukum marfu’ (sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Karena tidak dikatakan semata-mata ra’yu (pendapat Ibnu Abbas), bahkan ini adalah zahir ayat yang disebutkan... dan sanadnya shahih"[3. idem].

Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan,

هذا فضله تعالى على الأبناء ببركة عمل الآباء، وأما فضله على الآباء ببركة دعاء الأبناء

“Ini adalah keutamaan dari Allah Ta’ala kepada anak-keturunan karena berkah dari amal bapak-bapak mereka, adapun keutamaan dari Allah kepada bapak-bapak mereka adalah kerena berkah doa anak-anak mereka"[4. Tafsir Ibnu Katsir 7/433, Darut Thayyibah, cet.II, 1420 H, Syamilah].

Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa anak tersebut diangkat derajatkan setara orang tua mereka agar mereka bisa berkumpul besama dengan anak-cucu mereka di surga kelak,

{ألحقنا بهم ذرياتهم} المذكورين في الجنة فيكونون في درجتهم وإن لم يعملوا تكرمة للآباء باجتماع الأولاد إليهم

“Maksud dari “Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka” yaitu, anak-cucu mereka kelak di surga, sehingga jadilah anak-cucu mereka sama derajatnya dengan mereka walaupun anak-cucu mereka tidak beramal seperti mereka, sebagai penghormatan terhadap bapak-bapak mereka agar bisa berkumpul dengan anak-cucu mereka (di surga kelak)"[5. Tafsir Jalalain hal. 535, Darus Salam, Riyadh, cet.II, 1422 H].

Selengkapnya: https://muslim.or.id/28700-orang-tua-dan-anak-saling-mengangkat-derajat-di-akhirat.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Mengapa Bencana Terus Melanda?

Bencana demi bencana menimpa negeri ini secara bertubi-tubi; tanah longsor, tsunami, kebakaran, gunung meletus, dan yang sedang marak sekarang ini adalah bencana banjir.

Tentu saja, sebagai seorang muslim kita harus yakin bahwa di balik bencana tersebut terkandung hikmah bagi kita semuanya, di antaranya agar kita semua berintrospeksi dan berbenah diri, bertaubat dan bersimpuh di hadapan Allah.

Sungguh, termasuk kesalahan yang amat fatal jika kita hanya meyakini seperti kebanyakan orang bahwa bencana banjir dan sejenisnya adalah sekadar bencana alam murni tanpa ada sebab dan hikmah di dalamnya.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata dalam khutbahnya yang berjudul Atsaril Ma’ashi:

“Sesungguhnya kebanyakan manusia sekarang menganggap bahwa musibah yang menimpa mereka baik dalam bidang perekonomian, keamanan, atau politik disebabkan karena faktor-faktor dunia semata.
Tidak ragu lagi bahwa semua ini merupakan kedangkalan pemahaman mereka dan lemahnya iman mereka serta kelalaian mereka dari merenungi al-Qur‘an dan sunnah Nabi.
Sesungguhnya di balik musibah ini terdapat faktor penyebab syar’i yang lebih besar dari faktor-faktor duniawi. Allah berfirman:
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٤١﴾
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS ar-Rum [30]: 41)”.
Semoga Allah merahmati para ulama salaf yang selalu melakukan introspeksi atas segala musibah yang menimpa mereka, lalu segera sadar dan memperbaiki diri.

Ibnu Sirin berkata, “Saya tahu dosa apa yang menyebabkan aku sekarang ini memikul hutang, karena dahulu empat puluh tahun silam saya pernah mengatakan kepada seorang: ‘Wahai muflis (orang yang bangkrut)’”.

Sufyan bin Uyainah mengatakan, “Dahulu aku diberi pemahaman tentang al-Qur‘an, namun tatkala aku menerima kantong uang maka pemahaman itu hilang dariku”.

Demikianlah orang-orang yang cerdas, mereka selalu melakukan introspeksi dan mengakui kesalahan dan dosa yang menyebabkan musibah yang terjadi pada dirinya.

***

Penulis: Ust. Abu Ubaidah As Sidawi

Sumber: https://muslim.or.id/28694-mengapa-bencana-terus-melanda.html

___

Dengan meng-install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Anda akan mendapatkan notifikasi di smartphone anda, berisi info kajian terbaru dan tausiyah singkat

Читать полностью…

Muslim.or.id

Jarang berdzikir tanda kerasnya hati.

Читать полностью…

Muslim.or.id

Ilmu agama bukan untuk dibanggakan, atau hanya untuk pengetahuan dan wawasan, tapi dia menuntut Anda untuk mengamalkannya.

Dalam sebuah tulisannya, Tajuddin As Subki –rahimahullah– yang wafat tahun 771 H / 1370 M seakan menjelaskan keadaan sebagian penuntut ilmu di masa kita ini, beliau mengatakan:

“Diantara mereka (yang berilmu agama), ada segolongan orang yang memang tidak meninggalkan amal-amal wajib, tapi senang ilmu dan perdebatan, dia senang bila dikatakan: “si fulan sekarang adalah pakar fikih di daerah ini“, kesenangannya terhadap hal-hal itu sampai mendarah daging, hingga kesibukannya untuk itu menghabiskan sebagian besar waktunya.

Dan dia pun menyepelekan Al Qur’an, lupa dengan hapalan Qur’annya, tapi tetap saja dia bangga, dan mengatakan: “kamilah para ulama”. Apabila dia mendirikan sholat fardhu, dia memang sholat 4 rakaat, tapi tidaklah dia mengingat Allah di dalam sholatnya kecuali sedikit, sholatnya dicampuri dengan memikirkan permasalahan dalam bab haidh dan jinayat yang pelik.

Lalu bila kamu menanyakan kepada salah seorang dari mereka: “Apakah kamu sudah sholat sunnah Zhuhur?” Dia akan mengatakan kepadamu: “Imam Syafi’i telah mengatakan: menuntut ilmu lebih afdhol daripada sholat sunnah“.

Atau bila kamu mengatakan kepadanya: “khusyu’ kah kamu dalam sholatmu?“. Dia akan mengatakan: “Khusyu’ tidaklah termasuk syarat sah sholat“.

Atau bila kamu katakan kepadanya: “Kamu lupa hapalan Qur’anmu?“. Dia akan mengatakan kepadamu: “Tidak ada yang berpendapat bahwa melupakan hapalan Qur’an itu dosa besar, kecuali penulis kitab Al-‘Uddah, lalu mana dalil pendapat itu?! Belum lagi aku tidak lupa semua hapalan Qur’an, karena aku masih hapal Al Fatihah dan banyak lagi dari Al Qur’an“.

Maka katakanlah kepadanya: “Wahai pakar fikih, memang perkataan itu benar, tapi untuk tujuan kebatilan, karena Imam Syafi’i tidaklah menginginkan dari perkataannya itu apa yang kau inginkan…“.

Dikhawatirkan orang yang keadaannya seperti ini, akan keluar total dari agamanya.

(dari kitab Mu’idun Ni’am wa Mubidun Niqom, Tajuddin Assubki, hal: 84-85).

Semoga kita bukan termasuk dari mereka…



Penulis: Ust. Musyaffa Ad Darini, Lc., MA.

Sumber: https://muslim.or.id/24839-ilmu-bukan-untuk-dibanggakan-namun-untuk-diamalkan.html

***

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Tawaadhu’ Akhlak Yang Sering Dilalaikan

Ummul Mu’minin ‘Aisyah radhiyallaahu ta’ala ‘anha mengatakan:

ﺇﻧﻜﻢ ﻟﺘﻐﻔﻠﻮﻥ ﻋﻦ ﺃﻓﻀﻞ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ: ﺍﻟﺘﻮﺍﺿﻊ.

“Sesungguhnya kalian sungguh sangat melalaikan ibadah yang paling utama, yaitu tawadhu’“(Az-Zuhd Li Imam Wakii’ II/463, Taarikh Jurjaan: I/86).

Al-Imam Fudhai bin ‘Iyadh ketika ditanya apa yang dimaksud dengan tawadhu’, maka beliau rahimahullah berkata:

أﻥ ﺗﺨﻀﻊ ﻟﻠﺤﻖ ﻭﺗﻨﻘﺎﺩ ﻟﻪ ، ﻭﻟﻮ ﺳﻤﻌﺘﻪ ﻣﻦ ﺻﺒﻲ ﻗﺒﻠﺘﻪ ، ﻭﻟﻮ ﺳﻤﻌﺘﻪ ﻣﻦ ﺃﺟﻬﻞ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻗﺒﻠﺘﻪ

“(tawadhu’) adalah engkau merendah dan tunduk kepada kebenaran. Jika engkau mendengarnya dari seorang bocah engkau menerimanya, bahkan walaupun engkau mendengar kebaikan itu dari orang yang paling bodoh sekalipun engkau mau menerimanya”(Hilyatul Auliya: III/329).

Imam Hasan al-Bashri rahimahullah pernah berkata:

ﻫﻮ ﺃﻥ ﺗﺨﺮﺝ ﻣﻦ منزلك ولا ﺗﻠﻘﻰ مسلما ﺇﻻ ﺭﺃﻳﺖ له عليك فضلا

“tawadhu’ adalah tatkala engkau keluar dari rumahmu dan tidaklah engkau menjumpai seorang muslim pun kecuali engkau menganggap dia lebih utama dibandingkan dirimu”(Al-Ihyaa’: III/28).

Ibunda kita yang mengingatkan kelalaian kita akan ibadah yang utama ini benar-benar mempraktekkan apa yang dikatakannya, ‘Uqbah Bin Shuhban al-Hunnaa’i rahimahullah mengisahkan:

Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang makna ayat: “Kemudian wariskan al-Kitab pada orang-orang yang kami pilih dari hamba-hamba kami, di antara mereka ada yg menzalimi dirinya, dan diantara mereka ada yg pertengahan dan diantara mereka ada orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan”. (QS. Faathir:32)

Beliaupun menjawab:

: ﻳﺎ ﺑﻨﻲ ، ﻫﺆﻻﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ. أﻣﺎ ﺍﻟﺴﺎﺑﻖ ﺑﺎﻟﺨﻴﺮﺍﺕ ﻓﻤﻦ ﻣﻀﻰ ﻋﻠﻰ ﻋﻬﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ، ﺷﻬﺪ ﻟﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﺎﻟﺤﻴﺎﺓ ﻭﺍﻟﺮﺯﻕ. ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﻘﺘﺼﺪ ﻓﻤﻦ ﺍﺗﺒﻊ ﺃﺛﺮﻩ ﻣﻦ ﺻﺤﺎﺑﻪ ﺣﺘﻰ ﻟﺤﻖ ﺑﻪ. ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻈﺎﻟﻢ ﻟﻨﻔﺴﻪ ﻓﻤﺜﻠﻲ ﻭﻣﺜﻠﻜﻢ

“Wahai anakku , mereka semuanya merupakan ahli surga. Yang berlomba-lomba dalam kebaikan adalah mereka yang telah wafat di masa Rasulullah (hidup), mereka adalah orang-orang yang mendapat persaksian dari Rasulullah dengan kenikmatan hidup dan kebaikan rizki. Kaum pertengahan adalah mereka para shahabat Nabi yg mengikuti jejaknya hingga mereka bertemu dengannya(wafat). Adapun yang menzalimi dirinya sendiri adalah mereka adalah mereka yang seperti saya dan kamu”.(Tafsiir al-Qur’anil ‘Adziim:VI/549).

Sungguh menakjubkan, Ibunda Aisyah memasukkan dirinya ke dalam golongan orang-orang yang mendzalimi dirinya sendiri. Padahal kita tahu beahwa beliau adalah wanita terbaik, wanita yang Allah bela kesucian dirinya dari atas langit, seorang wanita cerdas yang paling banyak meriwayatkan sunnah-sunnah kepada ummat.

Semoga Allah merahmatimu wahai As-Shiddiqah bintu as-Shiddiq. Dan semoga kami bisa meneladani keindahan akhlakmu.

Sumber: https://muslim.or.id/20928-tawadhu-akhlak-yang-sering-dilalaikan.html

***

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Resensi Kitab Tauhid

Kitab ini berjudul Kitābut tauḥīd allażī Huwa Ḥaqqullāh ‘alal ‘Abīd, ‘Kitab tentang penjelasan tauḥīd yang merupakan hak Allāh atas hamba-Nya’ atau lebih dikenal luas di masyarakat kita dengan sebutan singkat Kitab Tauḥīd. Kitab ini adalah karya ilmiyah populer dari seorang mujaddid, ulama Ahli tauḥīd, Syaikh Muḥammad At-Tamīmī raḥimahullāh.

Kitab ini ditulis oleh Al-Imām Al-‘Allāmah Al-Mujaddid lid dinillāh, Syaikhul Islam Abu ‘Ali, Muḥammad At-Tamīmī raḥimahullāh. Beliau lahir di daerah Al-‘Uyainah KSA pada tahun 1115 H dan wafat di kota Ad-Dir‘iyyah KSA pada tahun1206 H, dengan umur 91 tahun. Beliau adalah sosok yang tumbuh berkembang di tengah-tengah keluarga yang berilmu, bapaknya adalah ‘Abdul Wahhāb seorang ahli fikih sekaligus seorang hakim pengadilan syar’i. Sedangkan kakeknya adalah ketua ulama Najed dan ahli fatwa (mufti). Sedangkan paman-paman dan anak paman-pamannya adalah orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di tengah-tengah masyarakatnya. Oleh karenanya, beliau tumbuh berkembang di lingkungan keluarga yang terhormat dengan pendidikan yang ilmiyyah.

Beliau adalah seorang ulama pembaharu Islam (Al-Mujaddid) pada kurun kedua belas hijriyyah. Makna pembaharu Islam adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Ṣāliḥ Al-Fauzan ḥafiẓahullāh berikut. Sesungguhnya pembaharuan (Islam) bermakna menghilangkan dan memerangi (kotoran yang mengotori) ajaran agama (Islam) berupa khurafat, kesyirikan dan kebid‘ahan yang dalilnya tidak Allāh turunkan, serta menjelaskan agama (Islam) yang benar dan keyakinan yang bersih sebagaimana yang diajarkan oleh Rasūlullāh ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Dengan demikian, hakikat dakwah sang penulis Kitab tauḥīd ini bukanlah membawa ajaran baru dari diri beliau sendiri, namun semata-mata yang beliau lakukan adalah mengajak manusia untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni. Beliaupun juga berusaha melaksanakan sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ الإِيْمَانَ لَيَخْلَقُ فِيْ جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبُ، فَاسْأَلُوْا اللَّهَ أَنْ يُجَدِّدَ الإِيْمَانَ فِيْ قُلُوْبِكُمْ

“Sesungguhnya iman dalam hati salah seorang di antara kalian itu benar-benar bisa usang sebagaimana usangnya pakaian, maka berdoalah kepada Allāh agar memperbaharui iman dalam hati kalian” (HR. Al-Hakim dan dishahihkan Syaikh Al-Albani).


Selengkapnya: https://muslim.or.id/28610-resensi-kitab-tauhid-1.html

___

Kunjungi terus website Muslim.or.id, ada artikel baru setiap harinya, ada ilmu baru setiap harinya - insya Allah -

Читать полностью…

Muslim.or.id

Antara Orang Bijak dan Orang Semangat

Sobat! Orang bersemangat muda banyak ditemukan di masyarakat, namun orang bijak adalah sesuatu yang langka adanya. Kehadiran dan sikapnya sering kali ditentang bahkan dibenci oleh banyak orang.

Di sisi lain, orang orang pandir atau dangkal pikiran dan ilmunya biasanya berada pada barisan terdepan dari barisan penentang orang orang bijak. Mereka menduga bahwa orang orang bijak bersikap aneh, bahkan gila seakan kehilangan akal pikirannya. Walau demikian halnya, orang orang bijak kembali membuktikan kebijakan dan kearifannya kepada semua orang.

Walau dimusuhi dan ditentang, Orang orang bijak tetap saja sabar dan menghadapi segala kondisi dengan ilmu dan kearifannya bukan dengan emosi dan perasaannya. Karena itu, belajarlah untuk bersabar bila menghadapi orang orang berilmu dan pendapat pendapatnya. Bisa jadi saat ini, daya nalar anda belum mampu mengikuti pemikiran mereka, namun percayalah bahwa suatu saat nanti anda akan termanggut manggut karena kagum mengakui betapa dalamnya ilmu dan nalar mereka.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membagikan harta kepada sekelompok orang, sedangkan sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas duduk menyaksikan pembagian tersebut. Betapa terkejutnya sahabat Sa’ad, karena menyaksikan ternyata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak memberi seseorang yang menurutnya lebih mulia dibanding orang orang yang mendapat pembagian.

Segera sahabat Sa’ad bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberi si fulan, padahal sungguh demi Allah, aku meyakininya sebagai seorang (mukmin) yang benar benar beriman?”.

Rasulullah shallallah alaihi wa sallam menimpali ucapan sahabat Sa’ad dengan bersabda: “mungkin yang lebih tepat dia adalah seorang muslim“.

Sahabat Sa’ad untuk sesaat terdiam, namun karena tidak kuasa menahan rasa herannya, maka tidak selang berapa lama sahabat Saad kembali mengulang pertanyaannya dan berkata: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melewatkan si fulan, padahal sungguh demi Allah, aku meyakininya sebagai seorang (mukmin) yang benar benar beriman?”.

Namun, lagi lagi Rasulullah shallallah alaihi wa sallam bersabda: “mungkin yang lebih tepat dia adalah seorang muslim“.

Kembali, Sahabat Sa’ad terdiam sejenak, namun karena tidak kuasa menahan rasa herannya, maka kembali lagi sahabat Saad mengulang pertanyaannya, dan lagi-lagi Rasulullah shallallah alaihi wa sallam mengulang jawabannya lalu bersabda:

«يَا سَعْدُ إِنِّي لَأُعْطِي الرَّجُلَ، وَغَيْرُهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْهُ، خَشْيَةَ أَنْ يَكُبَّهُ اللَّهُ فِي النَّارِ» البخاري

“Wahai Saad, sesungguhnya aku memberi harta kepada seseorang padahal orang lain yang tidak aku beri lebih aku cintai dibanding dia (yang aku beri), karena aku khawatir orang yang aku beri tersebut tersungkur dalam api neraka (karena lemah imannya, ia menggadaikan imannya demi mencari harta)” (HR. Bukhari).

Ya Allah, karuniakanlah kebijakan dan kearifan kepada para juru dakwah dan ulama’ kami agar dakwah islam ini maju dengan pesat dan persatuan ummat dapat terrajut erat. Amiin.

***

Penulis: Ust. Dr. Muhammad Arifin Baderi, Lc., MA.

Sumber: https://muslim.or.id/24223-antara-orang-bijak-dan-orang-semangat.html

Membaca Muslim.or.id melalui smartphone, lebih nyaman dengan aplikasi android: https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Hadits Dhaif: “Thola’al Badru Alaina”


Diriwayatkan dari ‘Ubaidillah,

لمَّا قدِمَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم المدينةَ جعلَ النِّساءُ والصِّبيانُ والولدانُ يقُلنَ

طلع البدرُ علينا *** من ثنياتِ الوداعِ

وجب الشكرُ علينا *** ما دعا للهِ داعٍ

Tatkala Rasulullah datang ke Madinah, para wanita dan anak-anak bersenandung:

thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i

(Telah muncul purnama kepada kami, dari daerah Tsaniyatul Wada’)

wajabas syukru ‘alaina, ma da’a lillahi da’in

(Wajiblah bagi kita untuk bersyukur, selagi masih ada orang yang berdoa kepada Allah)



Hadits ini dikeluarkan oleh Abul Hasan Al Khal’i dalam Al Fawa’id (2/59), Al Baihaqi dalam Dala’ilun Nubuwwah (2/233) dari Ubaidillah bin Muhammad bin ‘Aisyah.

Derajat Hadits
Hadits ini lemah. Sanad ini terputus tiga rawi, karena Ubaidillah ini adalah salah seorang guru imam Ahmad dan dia langsung meriwayatkan peristiwa tersebut. Inilah yang dikatakan oleh Imam Al Iraqi dalam Takhrij Al Ihya (2/244).

Imam Al Baihaqi rahimahullah berkata: “para ulama menyebutkan hal ini terjadi saat kedatangan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ke kota Madinah dari kota Makkah, bukan kedatangan beliau dari Tsaniyatul Wada’ saat pulang dari perang Tabuk”.

Namun hal ini dibantah oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zadul Ma’ad (3/13) : “ini adalah sebuah kekeliruan yang sangat nyata. Karena daerah Tsaniyatul Wada’ itu di arah Syam, daerah ini tidak pernah dilewati oleh orang yang datang dari Makkah ke kota Madinah. Dan tidak akan melewatinya kecuali bila ia meneruskan perjalanan ke Syam”.

Sumber: https://muslim.or.id/20976-hadits-dhaif-tholaal-badru-alaina.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Kebangkitan Islam Tidak Harus Menunggu Imam Mahdi

Pembaca yang budiman, jangan salah sangka. Kebangkitan Islam di akhir zaman, tidak harus menunggu Imam Mahdi. Oleh karenanya janganlah putus asa dalam memperjuangkan Islam.

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah mengatakan:

Ketahuilah saudaraku sesama muslim, bahwa banyak dari Kaum Muslimin sekarang ini telah melenceng dari kebenaran dalam (memahami) masalah ini. Diantara mereka ada yang hatinya yakin bahwa Negara Islam tidak akan berdiri kecuali dengan munculnya Imam Mahdi, dan ini adalah khurofat dan kesesatan yang dilemparkan setan ke dalam hati mereka yang awam, terutama mereka yang dari kelompok sufi, padahal dalam hadits-hadits tentang Imam Mahdi tidak ada keterangan yang menyatakan seperti itu sama sekali.

Bahkan semua hadits-hadits tersebut tidak keluar dari keterangan bahwa Nabi –shallallahu alaihi wasallam– menyampaikan kabar gembira kepada Kaum Muslimin dengan munculnya seorang laki-laki dari keluarga beliau, dan beliau menerangkan banyak sifatnya, diantara sifatnya yang paling jelas: bahwa orang tersebut akan berhukum dengan Islam dan akan menyebarkan keadilan ke tengah-tengah umat manusia.

Jadi, dia sebenarnya termasuk diantara para pembaharu Islam yang diutus Allah pada setiap permulaan abad, sebagaimana keterangan itu telah shahih dari Beliau –shallallahu alaihi wasallam-. Dan sebagaimana (kabar tentang adanya pembaharu Islam di setiap permulaan abad) itu tidak mengharuskan kita meninggalkan usaha menuntut ilmu agama dan mengamalkannya untuk memperbarui agama ini, begitu pula berita munculnya Imam Mahdi, seharusnya tidak menjadikan kita menyandarkan usaha kepadanya, tidak mempersiapkan diri, dan tidak beramal untuk menegakkan Hukum Allah di bumi.

Namun yang benar adalah sebaliknya (yakni giat dengan usaha-usaha tersebut), karena usaha Imam Mahdi tidak mungkin lebih hebat daripada usaha Nabi kita Muhammad –shallallahu alaihi wasallam-. (namun) Beliau selama 23 tahun berdakwah untuk mengokohkan pilar-pilar Islam dan pendirian Negara Islam.

Lalu apa yang bisa dilakukan oleh Imam Mahdi bila keluar hari ini, dan dia mendapati Kaum Muslimin berpecah belah dalam banyak kelompok dan golongan, sedang para ulama mereka -kecuali sedikit dari mereka- dijadikan sebagai para ‘dedengkot’ mereka.

Tentunya dia tidak mampu mendirikan Negara Islam, kecuali setelah dia menyatukan pandangan mereka, dan mengumpulkan mereka dalam satu barisan, di bawah satu bendera, dan tak diragukan lagi, ini membutuhkan waktu lama –wallahu a’lam berapa lamanya-.

Maka, dalil dari syariat dan logika menunjukkan akan adanya orang-orang yang ikhlas dari Kaum Muslimin yang akan melakukan kewajiban (memperbaiki umat) ini, sehingga ketika Imam Mahdi keluar, dia tinggal memimpin mereka menuju kemenangan, dan jika pun Imam Mahdi belum muncul di zaman mereka, maka mereka telah melakukan kewajiban mereka (memperbaiki umat ini), dan Allah berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ

“Katakanlah (Muhammad): Beramallah kalian, maka Allah dan Rosul-Nya akan melihat amal kalian itu“. (QS. At-Taubah: 105).

[Sumber: Silsilah Ash Shahihah: 4/42].



Penulis: Ust. Musyafa Ad Darini, Lc., MA.

Sumber: https://muslim.or.id/22303-kebangkitan-islam-tidak-harus-menunggu-imam-mahdi.html

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Sadarilah.. Dunia Itu Menipu

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul junjungan; Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Inilah dunia, maka berhati-hatilah.

“Bagaikan fatamorgana,” seperti itulah dunia. Ia adalah kehidupan yang tidak abadi, kebahagiaan yang menipu, dan kesenangan yang semu. Namun, sangat disayangkan masih saja banyak yang tertipu. Apakah mereka ini tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu akan hakikat dunia yang sebenarnya? Dunia ini fana, dan kenikmatan di dalamnya juga sementara. Dunia ini hina, tidak sebanding dengan nilai seekor nyamuk yang lemah tanpa daya. Bahkan dunia ini pun terlaknat, beserta apa yang ada di dalamnya, kecuali kebaktian, kebajikan, dan amal saleh.

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. al-Hadîd [57]: 20).

Inilah dunia yang banyak membuat orang teperdaya. Ia tak lain sekadar permainan yang hasilnya hanya kecapekan dan kelalaian belaka. Dunia menyibukkan orang dari hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Dunia tak lebih dari sebuah tanaman yang tumbuh subur di musim hujan, yang tidak seberapa lama kemudian layu dan mengering di musim kemarau. Dan akhirnya bak anai-anai yang beterbangan ditiup angin. Sungguh, betapa cepatnya tanaman itu binasa.

Ketahuilah, kebahagiaan di dunia ini tak akan tercapai kecuali dengan menjadikannya jalan menuju akhirat. Di sanalah kenikmatan yang abadi berada. Sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas di hati manusia.

Beginilah hakikat dunia, wahai saudaraku! Jangan sampai ia menipumu. Bukankah kita datang ke dunia ini atas kehendak dari sang Pencipta? Kita pun kelak akan berpulang atas kehendak-Nya juga. Dan jika Ia telah menghendaki, kita tidak akan pernah mampu menolaknya. Berapa banyak orang yang sudah berpulang mendahului kita? Dan berapa banyak orang yang akan datang menggantikan kita? Perumpamaannya seperti sebuah ombak di lautan yang datang silih berganti. Satu ombak hilang ditelan pantai, datang berikutnya susul-menyusul. Begitu pula dunia ini, hilang satu tumbuh seribu. Jika saatnya nanti tiba, semua akan binasa.

Selengkapnya: https://muslim.or.id/24861-agar-dunia-tak-memenjara-5-sadarilah-dunia-itu-menipu.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Adab-Adab Di Hari Jum’at

1. Memperbanyak Sholawat Nabi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)

2. Mandi Jumat

Mandi pada hari Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang balig berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, di mana Rasulullah bersabda yang artinya, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.” (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jumat ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jumat. Adapun tata cara mandi Jumat ini seperti halnya mandi janabah biasa. Rasulullah bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi Jumat seperti mandi janabah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Menggunakan Minyak Wangi

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi pada hari Jumat dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu sholat sesuai yang ditentukan baginya dan ketika imam memulai khotbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Bersegera Untuk Berangkat ke Masjid

Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Makna hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jumat pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat Fathul Bari II/388)

5. Sholat Sunnah Ketika Menunggu Imam atau Khatib

Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)

6. Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhotbah

“Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat Jumat ketika imam sedang berkhotbah.” (Hasan. HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

7. Sholat Sunnah Setelah Sholat Jumat

Rasulullah bersabda yang artinya, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka sholatlah empat rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)

8. Membaca Surat Al Kahfi

Nabi bersabda yang artinya, “Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat maka Allah akan meneranginya di antara dua Jumat.” (HR. Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)

Demikianlah sekelumit etika yang seharusnya diperhatikan bagi setiap muslim yang hendak menghidupkan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di hari Jumat. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa di atas sunnah Nabi-Nya dan selalu istiqomah di atas jalan-Nya.

Sumber: https://muslim.or.id/184-adab-pada-hari-jumat-sesuai-sunnah-nabi.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

VAKSINASI: MUBAH & BERMANFAAT

SINOPSIS BUKU:
▶ Secara umum masyarakat menerima dengan baik pengobatan kedokteran modern. Terbukti jika sakit kebanyakan mereka berobat ke dokter yang menggunakan prinsip dan metode pengobatan modern yang memang sudah terbukti secara ilmiah. Termasuk dalam hal ini adalah vaksinasi, akan tetapi jika sudah membawa-bawa nama agama dan “label” haram, maka bisa jadi langsung tidak percaya dan tidak lagi kritis secara ilmiah dalam menaggapi. Bahkan ada sedikit (bahkan bisa dikatakan sedikit sekali) dari kalangan medis yang meragukan tentang keamanan vaksin, padahal mereka bisa meneliti dan bukti-bukti ilmiah sangat mudah didapatkan.

▶ Meluruskan pemahaman sebagian dari masyarakat yang salah memahami tentang vaksinasi. Berita-berita seperti ini sangat cepat menyebar melalui berbagai media. Saat ini, media baik di dunia nyata maupun dunia maya sangat cepat berkembang, misalnya vaksinasi ternyata berbahaya, membuat tubuh menjadi lemah, merusak generasi bangsa. Berita bahwa vaksin terbuat dari nanah, bekas darah, terbuat dari ginjal babi dan kera. Belum lagi isu-isu bahwa vaksinasi merupakan konspirasi Yahudi dan Zionisme untuk melemahkan bangsa selain mereka, agar mudah dikuasai.

▶ Buku ini membahas tentang vaksinasi baik dari sisi syariat dan medis. Sisi syariat lebih banyak kami bahas yaitu hukum vaksin secara syariat. Karena inilah yang lebih meresahkan masyarakat.

▶ Yang perlu kita perbaiki bersama adalah berusaha dan mencegah untuk tidak saling benci dan mencela, menganggap musuh atau berdebat baik di dunia nyata maupun dunia maya. Hanya karena berbeda pendapat mengenai vaksinasi. Seorang muslim itu bersaudara dan memiliki hak persaudaraan.

▶ Kami juga tidak memaksa seorangpun agar percaya kepada paparan yang kami sajikan. Sebagaimana prinsip dakwah, jika diterima alhamudulillah dan jika tidak diterima maka jangan dimusuhi karena yang didakwahi adalah saudara sesama muslim. Justru harus didoakan agar banyak mendapat kebaikan, karena ini dari dakwah adalah menginginkan kebaikan kepada yang didakwahi.

KATA PENGANTAR:
1⃣ Prof. dr. Cissy B. Kartasasmita, Sp.A (K), M.Sc, Ph.D
(Ketua Satgas Imunisasi PP IDAI 2014-2017)
2⃣ Prof. dr. Budi Mulyono, Sp.PK (K), MM
(Kepala Bagian Patologi Klinik UGM, Direktur RSUP DR. Sardjito Yogyakarta 2009-2012)
3⃣ dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp. A (K)
(Founder Rumah Vaksin, Sekjen PP IDAI 2014-2017)
4⃣ DR.Med. dr. Suwarso Sp.PK (K)
Ahli Virologi dan konsultan Praktisi Vaksinasi

Muraja'ah: Ustadz DR. Arifin Badri, MA
(Doktor Jurusan Fikh Alumni Universitas Islam Madinah)

Penerbit: Pustaka Muslim Yogyakarta
Judul Buku: Vaksinasi, Mubah dan Bermanfaat
Kode Buku : VMDB
Penulis: Raehanul Bahraen
Ukuran: 14 x 20 cm
Jumlah halaman: 178 Halaman
Harga: Rp 30.000,00

Pemesanan dapat menghubungi kami melalui

1. Email: pustaka_muslim@yahoo.com
2. Kontak: 085290888668 (CALL / SMS / WA)
3. PIN BBM: 5D10F8FE

Silakan kunjungi situs kami di http://pustaka.muslim.or.id/

@pustakamuslimjogja

Читать полностью…

Muslim.or.id

Dalam bidang apapun belajarlah dengan ahlinya!

Читать полностью…

Muslim.or.id

Letihnya ketaatan akan hilang, yang kekal adalah pahalanya. Dan kelezatan maksiat akan sirna, yang tetap adalah siksanya.

Читать полностью…

Muslim.or.id

Ya Allah, janganlah engkau jadikan dunia ambisi terbesar kami...

Читать полностью…

Muslim.or.id

*PAKET BUKU: MUDAH MENJEMPUT BAROKAHNYA REZEKI*

"Kapan lagi bisa beli rumah, harga makin gila kalau tidak dicicil dari sekarang mana bisa kebeli?"
Merasa sudah bahagia dengan KPR, Leasing, Asuransi, kartu kredit, perpajakan, perbankan syariah dan berbagai transaksi riba lainnya?

Bank bisa memberikan jaminan pelunasan hutang sampai belasan tahun, tapi umur kita belum tentu dijamin selama itu. Apalagi yang ditanggung adalah hutang dalam balutan riba yang sudah jelas keharamannya. yuk wujudkan #indonesiatanpariba

*Paket buku*
1. Harta Haram Muamalat Kontemporer [Best Seller]
2, Ada Apa Dengan Riba [New Release]
3. Riba dan Perbankan Syariah
4, Pembuka Pintu Rezeki
5. Bermodalkan Ilmu Sebelum Berdagang

Harga 1 paket: 283.000 Diskon 20% menjadi 226.400

*Diskon Khusus dan Open Reseller*
Muslimstore.id mendukung penyebaran buku untuk kegiatan sosial dan dakwah. Untuk kegiatan tersebut kami memberikan diskon sampai 30%

*KONTAK CS*
muslimstore.id

*Telp/SMS/WA*
0823 9500 4230

*PIN BBM*
D2EF7AA4

*Instagram*
muslimstore_id

*FILE KATALOG*
Silakan daftarkan email ke CS kami

Читать полностью…

Muslim.or.id

Manusia Dan Ujian

Sebenarnya kita manusia adalah makhluk yang selalu mencari ujian. Karena kita ingin mencapai derajat yang lebih tinggi sebagai manusia (biasa), yaitu menjadi manusia yang lebih baik.

Baru kelas 1 SD ingin naik ke kelas 2 kita ikut ujian. Dari SD ke SLTP, kita ikut ujian. Menuju SLTA ujian lagi
Mau masuk Universitas, kita dengan penuh semangat ikut ujian. Mau dapat kerja, rebut-rebut daftar ikut ujian. Dengan pilihan sendiri, penuh semangat, kurang tidur dan banyak pengorbaan kita menempuh ujian-ujian itu. Kita melakukannya, karena kita mengatahui dibaliknya ada kebaikan.

Ujian sekolah, ujian mendapat pekerjaan adalah bagian dari ujian hidup yang begitu banyak jenisnya. Tapi, kadang kita menghadapinya dengan cara yang berbeda. Harusnya, kita menghadapi ujian hidup yang lain sama seperti menghadapi ujian sekolah atau masuk kerja.

Jika Allah ta’ala memberi kita ujian dan cobaan, yang pertama kali kita ingat adalah hadist berikut ini:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سُئِلَ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: «الأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ

“Nabi Shalallahu alaihi wasallam ditanya: Siapakah yang paling besar cobaan/ujiannya. Beliau menjawab: Para Nabi, kemudian yang lebih menyerupai mereka, kemudian yang lebih menyerupai mereka” (HR. Tirmidzi)

Kalau demikian keadaannya, maka kita berbesar hati dengan cobaan yang menimpa kita, karena semakin banyak cobaan semakin tinggi derajat dan kedudukan kita. Para Nabi alaihimussalam paling banyak dan besar cobaannya, maka paling tinggi kedudukannya.

Hal lain yang perlu kita ingat, bahwa setiap cobaan atau ujian yang menimpa kita, tidak lepas dari dua hal:

Jika kita orang yang baik, maka itu menjadi tambahan pahala kita
Jika kita banyak lalai, itu menjadi peringatan atas kita dan menjadi sebab berkurangnya dosa kita.
Dari kedua sisi di atas; semuanya baik.
Oleh karena itu, hadapilah ujian hidup anda sebagaimana sedang menghadapi ujian sekolah atau masuk kerja.

Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan yang terbaik bagi dunia dan akhirat kita, Amiin.



Penulis: Ustadz Muhammad Sanusin, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/21839-manusia-dan-ujian.html

***

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Antara Al-Quran dan Smartphone

Smartphone, demikianlah julukannya, alat komunikasi yang mungil itu demikian akrabnya di genggaman jutaan kaum muslimin, dari anak-anak sampai bapak-bapak dan dari remaja putri sampai para istri pendamping suami, kakek-kakek dan nenek-nenek pun tidak ketinggalan, mereka akrab dengan benda yang satu ini. Di rumah-rumah, jalan-jalan, angkutan umum, kantor-kantor, dan di berbagai tempat yang lain -barangkali jika di rata-rata- hampir setiap setengah jam sekali, tangan bergerak mengambil smartphone, sentuh layar dan geser ke atas dan ke bawah. Apakah gerangan yang di baca? Macam-macam lah, demikian barangkali yang tercetus di benak Anda. Benar. Namun, mungkin kita sepakat, bahwa di antara yang terbanyak yang dibaca manusia adalah berita.

Dan istilah berita itu sendiri luas sebenarnya. Dalam KBBI disebutkan bahwa berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yg hangat; kabar. [2]

Dengan demikian, hakikatnya, berita tidak harus sesuatu yang bersumber dari wartawan, namun sesuatu yang bersumber dari sahabat, kerabat dan handai tolan pun juga bisa disebut sebagai berita.

Pada umumnya mereka tampilkan berita tersebut di berbagi blog dan media sosial, seperti facebook, twitter, dan yang semisalnya. Luasnya media untuk mengetahui berita ini semakin menjadi daya tarik tersendiri bagi jutaan kaum muslimin untuk berakrab-akrab dengan barang yang satu ini, smartphone.

Sudahkah sesuai kebutuhan?
Sebagai seorang muslim, sudahkah kita berusaha untuk selektif dalam mengaudit aktivitas harian kita? Sudahkah kita berusaha memilah dan memilih jenis berita yang memang penting kita ketahui?

Sudahkah kita berusaha membedakan antara keinginan dan kepentingan? Sudahkah kita punya skala prioritas dalam mengurutkan tingkat kepentingan dan kebutuhan kita?

Jika memang berita-berita tersebut menjadi sebuah kebutuhan, sudahkah kita memberikan perhatian yang semestinya terhadap sebuah kebutuhan yang jauh lebih tinggi darinya, sebuah kebutuhan yang sifatnya lebih kita butuhkan daripada air dan udara. Alaa wa hiya (ketauhilah, bahwa ia adalah) Al-Quran.

Anda ingin mulia atau hina?!
Camkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut :

إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما، ويضع به آخرين

“Sesungguhnya Allah meninggikan derajat suatu kaum dengan sebab berpegang teguh terhadap Kitab ini (Al-Qur`an) dan merendahkan kaum lainnya dengan sebab menelantarkan Kitab ini” (HR. Imam Muslim).

Nah sekarang, kembali kepada Anda, pilih yang mana?

Selengkapnya: https://muslim.or.id/24288-antara-al-quran-dan-smartphone-1.html

***

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Читать полностью…

Muslim.or.id

*...Kamu Itu Istimewa…*

_by : Ustadz YS (Alumni Ma'had Al Ilmi, lulusan Teknik Mesin UGM 2008, yang tidak mau disebut namanya.)_

-hafizhahullahu ta'ala-

—-

• Dahulu, orang-orang jahiliyyah akan marah besar apabila istri mereka melahirkan sesosok bayi perempuan. Saking marahnya, orang jahiliyah akan mengubur bayi perempuannya hidup-hidup. Lalu datanglah Islam untuk menjaga hak asasi setiap insan dan mencela perilaku masyarakat jahiliyyah yang mengubur bayi perempuan hidup-hidup.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, merah padamlah mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu” (QS. An Nahl : 58-59)

• Setelah kamu lahir dan menjadi bayi mungil, Islam memotivasi orang tuamu dan saudara laki-lakimu untuk menjagamu dan memperhatikanmu sampai kamu tumbuh besar.

Rasulullah bersabda,

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ، يُؤْوِيهِنَّ، ويكفيهن، ويرحمهن، فقد وجبت لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتَّةَ

“Siapa yang memiliki tiga anak perempuan kemudian ia melindungi mereka, memenuhi kebutuhan mereka, dan menyayangi mereka, dia pasti masuk surga” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad)

• Setelah dewasa, Islam melindungimu dari para lelaki berwujud manusia berhidung belang berhati buaya. Kami laki-laki gak bisa megang sembarang perempuan kecuali siap berkomitmen setia sehidup semati dengannya, menyerahkan mas kawin, dan bertanggung jawab memenuhi nafkahnya. Ehem.

• Setelah kamu dipinang laki-laki, Islam memerintahkan suamimu untuk memberimu perhatian dan memperlakukan dirimu dengan baik.

Allah berfirman,

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

“Dan pergaulilah mereka dengan baik” (QS. An Nisaa : 19)

Rasulullah bersabda,

اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا

“Berbuat baiklah kepada para wanita” (HR. Bukhari dan Muslim)

• Sebagai seorang istri, Islam memberimu kesempatan khusus untuk masuk ke surga dari pintu manapun yang kamu mau.

Rasulullah bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Kalau seorang perempuan menjaga shalat 5 waktu, berpuasa Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, akan dikatakan kepadanya, “Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu manapun yang kamu mau” (HR. Ahmad, dll)

• Setelah kamu menjadi ibu, Islam akan memerintahkan anakmu untuk lebih memperhatikan dirimu dibanding ayahnya.

Rasulullah pernah ditanya, “Siapakah orang yang paling berhak untuk aku perlakukan dengan baik?”. Beliau menjawab,

«أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ» قَالَ: " ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أَبُوكَ»

“Ibumu”. Lalu siapa lagi? “Ibumu”. Lalu siapa lagi? “Ibumu”. Lalu siapa lagi? “Ayahmu” (HR. Bukhari dan Muslim)

• Islam juga mengistimewakan dirimu sebagai sesosok ibu. Allah menetapkan surga itu di bawah telapak kaki ibu, bukan telapak kaki ayah.

Rasulullah bersabda kepada seseorang yang ingin berjihad, “Kamu masih punya ibu?”. Ia menjawab, “Iya”. Lalu beliau bersabda,

فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

“(Tidak usah berangkat), berbaktilah kepada ibumu karena surga itu di bawah telapak kakinya” (HR. An Nasaa-i)

Keutamaan yang besar bukan?
Berbanggalah jadi muslimah, karena kamu itu istimewa… iyaa kamuu..

—-

FYI, YPIA juga berusaha mengayomi mahasiswa muslimah, dalam wadah wisma muslimah dan komunitas FKKA.

Mari istimewakan muslimah, bersama...

Tim Donasi Dakwah YPIA
085747223366

Читать полностью…

Muslim.or.id

Sobat jangan lupa seperti biasa malam ini jam 20.00 kami akan menyiarkan secara langsung bincang-bincang kesehatan di www.radiomuslim.com

Tema pada malam ini adalah "Adab Membesuk di Rumah Sakit"
Bersama dr. Adika Zhulhi Arjana

Читать полностью…

Muslim.or.id

📚 Antara Ibadah dan Dunia

Abu Ubaidah As Sidawi


Ada dua kaidah penting yg harus dipahami agar bisa membedakan antara masalah agama dg dunia.

Dua kaidah berharga tersebut adalah bahwa:
1. Hukum asal masalah dunia adalah boleh sampai ada dalil yg melarangnya.
2. Hukum asal masalah ibadah adalah tidak boleh sampai ada dalil yg mensyariatkannya.

Banyak sekali dalil-dalil Al-Qur'an dan hadits yang menunjukkan dua kaidah berharga ini.

Cukuplah dalil yang sangat jelas tentang masalah ini adalah sabda Nabi Muhammad:

إِذَا كَانَ شَيْءٌ مِنْ أَمْرِ دُنْيَاكُمْ فَشَأْنُكُمْ ، وَإِذَا كَانَ شَيْءٌ مِنْ أَمْرِ دِيْنِكُمْ فَإِلَيَّ

"Apabila itu urusan dunia kalian maka itu terserah kalian, dan apabila urusan agama maka kepada saya (Nabi)". (HR. Ibnu Hibban 1/201 dan sanadnya shohih sesuai syarat Muslim. Dishahihkan Albani dalam Silsilah Ahadits As Shahihah: 3977)

Jadi, bedakan antara masalah ibadah dengan dunia. Salah ucapan sebagian orang: Dikit2 bid'ah. Klu bgtu, pesawat bid'ah, hp bid'ah, dll. Ini adalah orang yg gak bisa membedakan dua kaidah di atas. Camkan baik2.

___

Ust. Abu Ubaidah As Sidawi

Читать полностью…

Muslim.or.id

Rumah Adalah Nikmat Yang Besar

Rumah adalah suatu nikmat dari Allah yang terkadang, bahkan sering ‘dilupakan’ oleh manusia. Padahal dengan adanya rumah, manusia bisa mendapatkan banyak sekali kemudahan dan kesenangan dalam hidup.

Allah mengingatkan kita akan kenikmatan ini dalam surat An-Nahl: 80,

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا

“Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal …”.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat di atas, “Allah mengingatkan akan kesempurnaan nikmat yang Dia curahkan atas para hamba-Nya, berupa rumah tempat tinggal yang berfungsi untuk memberikan ketenangan bagi mereka. Mereka bisa berteduh (dari panas dan hujan) dan berlindung (dari segala macam bahaya) di dalamnya. Juga bisa mendapatkan sekian banyak manfaat lainnya”.

Tidak Adanya Rumah Adalah Kesedihan Dan Kesusahan

Nikmat baru terasa tatkala lenyap. Begitulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan hal ini. Ya, dengan hilang dan rusaknya rumah, kita baru merasakan betapa besar nikmat tersebut. Terkadang, Allah ta’ala menghukum dan menyiksa suatu kaum dengan cara menghancurkan rumah-rumah mereka.

Lihatlah bagaimana Allah menghukum Bani Nadhir dengan menghancurkan rumah-rumah mereka! (Baca: Q.S. Al-Hasyr: 2).

Lihat pula, bagaimana Allah menyiksa kaum Tsamud dengan meruntuhkan rumah tempat tinggal mereka, padahal sebelumnya mereka berbangga-bangga dengan rumah tersebut! (Cermati: Q.S. An-Naml: 51,52, Q.S. Al-A’raf: 74 dan Q.S. Al-Fajr: 9).

Kewajiban Kita Adalah Mensyukuri Nikmat

Allah berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“(Ingatlah), tatkala Rabb-mu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian. Dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q.S. Ibrahim: 7).

Di antara bentuk syukur atas nikmat rumah adalah:

1. Mengakui dan meyakini dalam hati dengan sebenar-benarnya bahwa rumah adalah pemberian Allah, bukan semata karena usaha kita atau pemberian orang tua.
2. Mengungkapkan rasa syukur dengan lisan dan menceritakan kenikmatan tersebut, dalam rangka mengingat-ingat kenikmatan, bukan dalam rangka berbangga atau sombong.
3. Menggunakan rumah tersebut untuk menjalankan ketaatan kepada Allah semata dan menjauhkan segala bentuk kemaksiatan kepada-Nya. Di antara ketaatan terbesar yang harus dilakukan di dalam rumah kita adalah mentauhidkan (meng-esakan) Allah serta mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dalam setiap amalan kita. Dan di antara kemaksiatan terbesar yang harus dihindarkan dari rumah kita adalah kesyirikan.

Penulis: Ust. Zaid Susanto Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/6552-rumah-tempat-tinggal-suatu-nikmat-yang-terlupakan.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

KPR Dalam Tinjauan

Kenyataan yang terjadi dalam kredit KPR adalah pihak bank meminjamkan uang kepada nasabah dan ingin dikembalikan lebih. Jadi realitanya, bukanlah transaksi jual beli rumah karena pihak bank sama sekali belum memiliki rumah tersebut. Yang terjadi dalam transaksi KPR adalah meminjamkan uang dan di dalamnya ada tambahan dan ini nyata-nyata riba. Itu sudah jelas. Kita sepakat bahwa hukum riba adalah haram.

Penyetor Riba Terkena Laknat

Bukan hanya pemakan riba (rentenir) saja yang terkena celaan. Penyetor riba yaitu nasabah yang meminjam pun tak lepas dari celaan. Ada hadits dalam Shahih Muslim, dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba.” Kata beliau, “Semuanya sama dalam dosa.” (HR. Muslim no. 1598).

Mengapa sampai penyetor riba pun terkena laknat? Karena mereka telah menolong dalam kebatilan. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Dalam hadits di atas bisa disimpulkan mengenai haramnya saling menolong dalam kebatilan.” (Syarh Shahih Muslim, 11: 23).

Sehingga jika demikian sudah sepantasnya penyetor riba bertaubat dan bertekad kuat untuk segera melunasi utangnya.

Sudah Seharusnya Menghindari Riba

Jika telah jelas bahwa riba itu haram dan kita dilarang turut serta dalam transaksi riba termasuk pula menjadi peminjam, maka sudah sepantasnya kita sebagai seorang muslim mencari jalan yang halal untuk memenuhi kebutuhan primer kita termasuk dalam hal papan. Memiliki rumah dengan kredit KPR bukanlah darurat. Karena kita masih ada banyak cara halal yang bisa ditempuh dengan tinggal di rumah beratap melalui rumah kontrakan, sembari belajar untuk “nyicil” sehingga bisa tinggal di rumah sendiri. Atau pintar-pintarlah menghemat pengeluaran sehingga dapat membangun rumah perlahan-lahan dari mulai membeli tanah sampai mendirikan bangunan yang layak huni. Ingatlah sabda Rasul,

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sesunggunya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan mengganti bagimu dengan yang lebih baik bagimu.” (HR. Ahmad 5: 363. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Siapa saja yang menempuh jalan yang halal, pasti Allah akan selalu beri yang terbaik. Yang mau bersabar dengan menempuh cara yang halal, tentu Allah akan mudahkan. Yakin dan terus yakinlah!

Selengkapnya: https://muslim.or.id/19285-kredit-kepemilikan-rumah-kpr-dalam-tinjauan.html

___

Penulis: Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, Msc. (pimred Muslim.or.id)

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Sesungguhnya apabila Allah menghendaki kebinasaan pada seorang hamba, Allah akan mencabut rasa malu dari diri hamba tersebut.

Читать полностью…

Muslim.or.id

Waktu Mustajab Doa Di Hari Jumat

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها عبد مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل الله تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده يقللها

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)

Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.

Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:

هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة

“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).

Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.

Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:

يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر

“Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR. Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.

Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan pendapat ini.

Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”. Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.

Sumber: https://muslim.or.id/3853-waktu-waktu-terkabulnya-doa.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Siapakah ahlul fatrah itu? Apakah di zaman kita ini ada ahlul fatrah? Dan bagaimana status mereka (di akhirat)?

Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan menjawab:

Ahlul fatrah adalah orang-orang yang hidup di masa yang tidak ada ajaran Rasul yang sampai kepada mereka, serta tidak diturunkan Kitab untuk mereka. Maka masa fatrah adalah masa antara Nabi Isa ‘alaihissalam dan masa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Allah Ta’ala berfirman:

{يَاأَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ} [المائدة: 19]

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (pengutusan) rasul-rasul” (QS. Al Maidah: 19).

Maka masa fatrah adalah masa ketika tidak ada Rasul dan tidak ada Kitab. Dan termasuk ahlul fatrah juga, orang-orang yang hidup terisolasi dari ulama Islam, atau jauh dari kaum Muslimin, serta dakwah Islam tidak sampai kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman:

{وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا} [الإسراء: 15]

“Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul” (QS. Al Isra: 15).

Adapun mengenai status mereka, sesuai kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


Sumber: https://muslim.or.id/28667-siapakah-ahlul-fatrah.html

___

Join Telegram:
/channel/muslimorid
/channel/muslimahorid

FansPage:
https://www.facebook.com/muslim.or.id
https://www.facebook.com/muslimah.or.id
https://www.facebook.com/mutiaranasihatislam

Install aplikasi android:
https://bitly.com/MuslimAndroid

Читать полностью…
Подписаться на канал