muslimorid | Неотсортированное

Telegram-канал muslimorid - Muslim.or.id

43075

Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Подписаться на канал

Muslim.or.id

Natal, Hari Raya Siapa?

Meluruskan dan Menguatkan Kembali Kecintaan Seorang Muslim terhadap agamanya

Miris terasa ketika melihat keadaan kaum muslimin saat ini. Karena didikan aqidah yang serba kurang sehingga hal yang biasa dan wajar jika mereka pun turut serta dalam memeriahkan perayaan Natal. Ada yang dengan mengucapkan selamat natal dan Merry Christmas. Ini pun yang kami lihat sejak kecil di Jayapura, Papua, bahkan ini yang dialami kaum muslimin di Indonesia Timur. Kaum muslimin begitu biasa mengucapkan selamat Natal pada Nashrani padahal jelas sekali hari besar tersebut bukanlah perayaan kita kaum muslimin. Bahkan ada pula yang sampai memeriahkannya dengan memakai aksesoris, busana dan pakaian seperti sinter klas, ada pula yang saling memberikan hadiah, juga sampai menghadiri acara natal di Gereja.

Musibah, sungguh suatu musibah karena musibah ini adalah musibah yang merenggut aqidah.

(Sepenggal kalimat pengantar dari penulis...)

Lisan mereka dengan ringannya mengucapkan selamat natal, dan tanpa sungkan pun mereka memakai berbagai atribut natal, serta begitu toleren dengan tanpa canggung menghadiri acara kebaktian atas nama kerukunan beragama.

Bagaimana seorang muslim bersikap dalam menghadapi realita ini...
Temukan jawabannya di buku ini..

Sebuah buku kecil yg InsyaAllah akan membantu meluruskan dan Menguatkan aqidah seorang muslim, yg di masa ini semakin tergerus gelombang fitnah pemikiran yg merusak agamanya.
Semoga bermanfaat...

EDISI REVISI + COVER BARU

Judul Buku: Natal, Hari Raya Siapa?
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Kode Buku : NHRS
Ukuran: 14,5 x 9,5 cm
Tebal: 132 halaman
Harga: Rp. 12.000,00

Pemesanan dapat menghubungi kami melalui

1. Email: pustaka_muslim@yahoo.com
2. Kontak: 085290888668 (CALL / SMS / WA)
3. PIN BBM: D68681AC

Silakan kunjungi situs kami di http://pustaka.muslim.or.id/

Читать полностью…

Muslim.or.id

DOA MEMINTA KEHANCURAN BAGI KAUM KUFFAR YANG MEMERANGI KAUM MUSLIMIN

Dari Rifa’ah bin Rafi’ radhiallahu’anhu, beliau mengatakan,

لمَّا انكفَأ المشرِكونَ عن أُحُدٍ قالَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ استَووا علَيَّ أُثْني علَى ربِّي فَصاروا خَلفَهُ صُفوفًا فقالَ اللَّهُمَّ لكَ الحَمدُ كلُّهُ فذكرَ الحديثَ بطولِهِ وفيهِ اللَّهُمَّ قاتِلِ الكفَرةَ الَّذينَ يصدُّونَ عن سبيلِكَ ويُكَذِّبونَ رُسُلَكَ واجعَل عليهِم رِجزَكَ وعذابَكَ اللَّهُمَّ عذِّبِ الكَفَرةَ إلَهَ الحقِّ

“Ketika kaum Musyrikin mundur dari gunung Uhud, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berseru: “naiklah kepadaku, Aku akan memuji Rabb-ku“. Pasukan kaum Muslimin pun membuat barisan di belakang beliau. Lalu beliau berdoa: “Ya Allah, untuk-Mu segala pujian...”, lalu disebutkan doa yang panjang yang di dalamnya terdapat:

اللَّهُمَّ قاتِلِ الكفَرةَ الَّذينَ يصدُّونَ عن سبيلِكَ ويُكَذِّبونَ رُسُلَكَ واجعَل عليهِم رِجزَكَ وعذابَكَ اللَّهُمَّ عذِّبِ الكَفَرةَ إلَهَ الحقِّ

“Ya Allah… binasakanlah orang-orang kafir yang menyimpang dari jalan-Mu, yang mendustakan rasul-rasul-Mu, dan timpakanlah hukuman dan adzab-Mu atas mereka. Yaa Allah, adzablah orang-orang kafir! Wahai sesembahan yang Maha Benar..!“” (Nataij Al Afkar, 2/163, Ibnu Hajar mengatakan: “shahih”).

Riwayat lengkap dari hadits ini dikeluarkan dalam Imam Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad( 538). Simak di:
https://kangaswad.wordpress.com/2015/11/16/doa-meminta-kehancuran-untuk-kaum-kuffar-yang-memerangi-kaum-muslimin/

Doakan kehancuran bagi musuh-musuh Islam di Palestina, Suriah, Afganistan, Arakan (Myanmar), dan di semua tempat..!
SEBARKAN...!

Читать полностью…

Muslim.or.id

Istri yang shalihah akan membantu suami dalam berbakti pada ibu.

Читать полностью…

Muslim.or.id

FIQIH QUNUT NAZILAH

Melihat pentingnya pembahasan tentang Qunut Nazilah pada kondisi sekarang ini, juga dikarenakan banyak manusia yang belum memahami hukum dan tata caranya, maka kami akan menjelaskan perihal Qunut Nazilah, hukum dan tata caranya sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Penjelasan ini kami bagi menjadi beberapa bagian:

Pertama: Qunut Nazilah disyariatkan ketika terjadi musibah besar, dan boleh dilakukan pada semua shalat wajib yang lima.

Banyak dalil yang mendasari hal ini, antara lain:

Pertama: Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu'anhu: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa Qunut selama sebulan penuh, beliau mendoakan keburukan terhadap Ri’lan dan Dzakwan serta ‘Ushayyah yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya” [HR. Bukhari-Muslim, dengan lafadz Muslim]

Kedua: Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu'anhu: “Suku Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah, dan Bani Lihyan meminta bantuan orang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk berlindung dari musuh, beliau Shallallahu’alaihi Wasallam memberikan bantuan 70 orang Anshor yang kami sebut sebagai Qurra’. Kebiasaan para sahabat yang disebut Qurra’ ini adalah mereka pencari bakar di siang hari dan menegakkan shalat lail di malam hari. Ketika 70 ornag Anshor ini berada di perjalanan dan sampai di sumur Ma’unah, mereka dibunuh dan dikhianati oleh suku Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah, dan Bani Lihyan. Berita ini sampai kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, maka beliau melakukan Qunut Nazilah selama sebulan pada shalat shubuh mendoakan kehancuran terhadap suku Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah, dan Bani Lahyan. Anas berkata: " Kami pernah membacanya ayat Qur’an diturunkan tentang orang-orang yang dibunuh di sumur Ma'unah tersebut , kemudian ayat tersebut diangkat (mansukh) sesudah itu. (Yaitu ayat)

بَلِّغُوا عَنَّا قَوْمَنَا أَنَّا لَقِينَا رَبَّنَا فَرَضِيَ عَنَّا وَأَرْضَانَا

‘Sampaikanlah kepada kaum kami bahwa kami telah bertemu dengan Tuhan kami, maka Dia ridha kepada kami dan kami ridha kepada-Nya.’ “ [HR. Bukhari]

Ketiga: Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu'anhu: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam terkadang berdoa Qunut (ketika ada musibah) pada shalat Maghrib dan shalat Shubuh” [HR. Bukhari]

Keempat: Diriwayatkan dari Barra’ bin ‘Azib Radhiyallahu'anhu: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam terkadang berdoa Qunut (ketika ada musibah) pada shalat Shubuh dan shalat Maghrib” [HR. Bukhari]

Kelima: Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu:

“Selama sebulan penuh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam setelah membaca سمع اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ pada raka’at terakhir dari shalat Isya beliau membaca doa Qunut:

اللَّهُمَّ أَنْجِ عَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ اللَّهُمَّ أَنْجِ سَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ

Ya Allah, tolonglah ‘Ayyash bin Abi Rabi’ah. Ya Allah, tolonglah Walid bin Al Walid. Ya Allah, tolonglah Salamah bin Hisyam. Ya Allah, tolonglah orang-orang lemah dari kaum mu’minin. Ya, Allah sempitkanlah jalan-Mu atas orang-orang yang durhaka. Ya Allah, jadikanlah tahun-tahun yang mereka lewati seperti tahun-tahun yang dilewati Yusuf “ [HR. Bukhari][1]

Keenam: Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu, ia berkata: “Sungguh aku bersungguh-sungguh dalam mencontoh shalat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam”. Dan pernah Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu berdoa Qunut pada raka’at terakhir shalat Zhuhur dan shalat Isya serta shalat Shubuh setelah membaca سمع اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ kemudian ia berdoa untuk kebaikan kaum mu’minin dan keburukan kaum kafir. [HR. Bukhari-Muslim]

Читать полностью…

Muslim.or.id

UJUB, TAK TERASA BISA MEMBATALKAN AMALAN

Terkadang kita merasa telah banyak berbuat baik untuk islam dan kaum muslimin, kita merasa telah melakukan sesuatu untuk membela Allah, Rasul-Nya dan Al Qur'an, lalu hati kita menganggap remeh orang yang tak seperti dirinya. Atau bahkan menganggap mereka lemah dan tak berguna. Tak sadar bahwa perasaan seperti ini bisa membatalkan amalnya.

Ibnul Mubaarok rahimahullah berkata :

وَلاَ أَعْلَمُ فِي الْمُصَلِّيْنَ شَيْئًا شَرٌّ مِنَ الْعُجْبِ

"Aku tidak mengetahui pada orang-orang yang sholat perkara yang lebih buruk daripada ujub" (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Sy'abul Iman no 8260).

Syaikh Ibnu Al Utsaimin mengatakan bahwa ujub itu dapat membatalkan amal. Beliau mengatakan, "kelompok yang kedua, yaitu orang-orang yang tidak memiliki tahqiq (kesungguhan) dalam pokok iman kepada takdir. Mereka melakukan ibadah sekadar yang mereka lakukan. Namun mereka kita sungguh-sungguh dalam ber-isti'anah kepada Allah dan tidak bersabar dalam menjalankan hukum-hukum Allah yang kauni maupun syar'i. Sehingga dalam beramal mereka pun malas dan lemah, yang terkadang membuat mereka terhalang dari beramal dan menghalangi kesempurnaan amal mereka. Dan membuat mereka UJUB dan SOMBONG setelah beramal yang terkadang bisa menjadi sebab amalan mereka hangus dan terhapus" (Majmu' Fatawa war Rasail, 4/250).

Perkataan beliau sepadan dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

"Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri" (HR at-Thobroni dalam Al-Awshoth no 5452 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 1802).

Demikian pula sabda beliau :

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ

"Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) ujub ! ujub !" (HR Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman no 6868, hadits ini dinyatakan oleh Al-Munaawi bahwasanya isnadnya jayyid (baik) dalam at-Taisiir, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami' no 5303).

Bila kita merasa telah menjadi orang yang baik saja dianggap ujub, sebagaimana ditanyakan kepada Aisyah radliyallahu anha siapakah orang yang terkena ujub, beliau menjawab: "Bila ia memandang bahwa ia telah menjadi orang yang baik" (Syarah Jami As Shoghier). Bagaimana bila disertai dengan menganggap remeh orang lain? Inilah kesombongan.

Semoga Allah melindungi kita dari ujub dan kesombongan.

***

Penulis: Ust. Abu Yahya Badrusalam, Lc.

http://muslim.or.id/28973-ujub-tak-terasa-bisa-membatalkan-amalan.html

____

MA'HAD AL ILMI
Ma’had Al-‘Ilmi Yogyakarta merupakan pesantren yang dirancang berorientasi pada mahasiswa. Dalam kegiatan belajar mengajarnya, Ma’had Al-‘Ilmi melibatkan beberapa ustadz dari berbagai pondok pesantren yang ada di Yogyakarta sebagai tenaga pengajar. Kegiatan belajar mengajar dilakukan di luar jam kuliah yang bertempat di masjid-masjid di sekitar kampus UGM
Info lengkap, simak: http://mahadilmi.id

Читать полностью…

Muslim.or.id

JANGAN BERSEDIH JIKA DAKWAH ANDA TIDAK DITERIMA

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah
Janganlah Bersedih jika dakwahmu tidak diterima, wahai para dai yang mengajak kepada Allah. Karena jika engkau telah melakukan kewajibanmu, berarti engkau telah terbebas dari tanggungan, dan perhitungan hisabnya kembali kepada Allah ta’ala. Sebagaimana firman Allah ta’ala kepada Nabi-Nya shollallohu alaihi wasallam :

لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ (22) إِلَّا مَنْ تَوَلَّى وَكَفَرَ (23) فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الْأَكْبَرَ (24) إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ (25) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ (26)

“Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. Tetapi barangsiapa berpaling dan kafir, Allah akan mengazabnya dg azab yg besar. Sungguh kepada Kami-lah mereka kembali. Lalu sungguh kewajiban Kami-lah membuat perhitungan hisab mereka” (QS. Al-Ghosyiah: 22-26)

Oleh karena itu, wahai para dai yang mengajak kepada Allah, janganlah bersedih jika perkataanmu dicampakkan, atau tidak diterima di kesempatan pertama, karena engkau telah menunaikan kewajibanmu.

Tapi ingatlah, bahwa jika engkau mengatakan kebenaran karena mengharap wajah Allah, maka perkataan itu harus punya pengaruh, walaupun perkataan itu dicampakkan di depanmu, tapi perkataan itu harus punya pengaruh, sebagaimana ada ibroh dalam kisah Musa –alaihissalam– bagi para dai yang mengajak kepada Allah…

Perkataan yang benar, haruslah memiliki pengaruh, namun bisa jadi pengaruhnya langsung, bisa jadi pengaruhnya datang belakangan. Wallohul muwaffiq.

(Syarah Arbain Nawawiyyah: 131-132)

Sumber: http://muslim.or.id/22187-jangan-bersedih-jika-dakwah-anda-tidak-diterima.html

___

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Читать полностью…

Muslim.or.id

Kata Kunci Pendidikan Anak

Читать полностью…

Muslim.or.id

TANDA IKHLAS: MENGANGGAP SAMA PUJIAN DAN CELAAN

Di antara tanda ikhlas adalah menggap sama antara pujian dan celaan. Dengan adanya pujian tidak menjadikan dirinya bangga dan adanya celaan pun tidak menyurutkan semangatnya untuk beramal. Tanda ikhlas seperti inilah yang dituntut saat beramal dan berdakwah.

Perintah untuk ikhlas disebutkan dalam ayat,

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (artinya: ikhlas) dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah: 5).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang bahaya riya’ (gila pujian) bahwasanya amalan pelaku riya’ tidaklah dipedulikan oleh Allah. Dalam hadits qudsi disebutkan,

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (artinya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya” (HR. Muslim no. 2985).

Ibnul Qayyim dalam Al Fawaid mengatakan, “Tidak mungkin dalam hati seseorang menyatu antara ikhlas dan mengharap pujian serta tamak pada sanjungan manusia kecuali bagaikan air dan api.”

Seperti kita ketahui bahwa air dan api tidak mungkin saling bersatu, bahkan keduanya pasti akan saling membinasakan. Demikianlah ikhlas dan pujian, sama sekali tidak akan menyatu. Mengharapkan pujian dari manusia dalam amalan pertanda tidak ikhlas.

Ada yang menanyakan pada Yahya bin Mu’adz, “Kapan seorang hamba disebut berbuat ikhlas?” “Jika keadaanya mirip dengan anak yang menyusui. Cobalah lihat anak tersebut dia tidak lagi peduli jika ada yang memuji atau mencelanya”, jawab Yahya.

Muhammad bin Syadzan berkata, “Hati-hatilah ketamakan ingin mencari kedudukan mulia di sisi Allah, namun di sisi lain masih mencari pujian dari manusia”. Maksud beliau adalah ikhlas tidaklah bisa digabungkan dengan selalu mengharap pujian manusia dalam beramal.

Ada yang berkata pada Dzun Nuun Al Mishri rahimahullah, “Kapan seorang hamba bisa mengetahui dirinya itu ikhlas?” “Jika ia telah mencurahkan segala usahanya untuk melakukan ketaatan dan ia tidak gila pujian manusia”, jawab Dzun Nuun.[1]

Semoga Allah memudahkan kita untuk selalu ikhlas dalam beramal dan berdakwah.



Ust. Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber: http://muslim.or.id/23439-tanda-ikhlas-menganggap-sama-pujian-dan-celaan.html

___

DONASI PULSA.
Mulai dr Rp. 5.000 Anda bisa berpartisipasi dlm dakwah Islam. Kami mengajak kaum muslimin sekalian untuk berpartisipasi dlm dakwah dgn cara mendukung operasional dakwah, diantaranya adalah pulsa operasional dakwah. Pulsa bisa dikirim ke no HP Donasi Dakwah brkt ini: Prioritas pertama, no Im3 ini: 0857.4722.3366 (IM3-Indosat) dan Prioritas kedua 0822.2597.9555 (Simpati-Telkomsel)

Читать полностью…

Muslim.or.id

PAKET SUPER PROMO 10 BUKU PUSTAKA MUSLIM
Edisi November #1

Yuk langsung dipesan..
1. Paket 10 buku Pustaka Muslim
2. Free Ongkir Jawa
3. Tambahan diskon 10%
4. Gratis sampel souvenir nikah
5. Bonus kaos MUSLIM.OR.ID untuk pembelian 3 paket

HARGA NORMAL: 273.000 (Belum termasuk Ongkir)
HARGA PROMO: 245.700 (Gratis Ongkir)

ISI PAKET:
1. Ayah Ditemani Sunyi Aku Merindukanmu
2. Jawaban Atas 3 Pertanyaan Kubur
3. Bermodalkan Ilmu Sebelum Berdagang
4. Pengikut Ajaran Nabi Bukan Teroris
5. Mengenal Bid'ah Lebih Dekat
6. Panduan Qurban
7. Panduan Zakat
8. Dzikir Pagi Petang Lux
9. Vaksinasi Mubah dan Bermanfaat
10. Kesetiaan pada Non Muslim

KONTAK PEMESANAN:
WA/SMS/Telp: 085290888668
PIN BBM: 5D10F8FE
IG: [at]pustakamuslim
WEB: pustaka.muslim.or.id

Follow yuk @pustakamuslimjogja

Читать полностью…

Muslim.or.id

TATA CARA RUKUK DALAM SHALAT (2)

Bacaan doa dan dzikir yang berasal dari hadits-hadits yang shahih ada beberapa macam, yang ini merupakan khilaf tanawwu (variasi). Silakan simak artikelnya untuk mengetahui apa saja lafadz-lafadz dzikir rukuk yang diajarkan.

Bagaimana hukum membaca dzikir-dzikir tersebut? Syaikh Abdul Aziz Ath Tharifi mengatakan: “Dzikir ketika rukuk hukumnya sunnah mu'akkadah. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Malik dan Asy Syafi'i. Jadi andaikan ditinggalkan maka tidak berdosa dan shalatnya tetap sah. Baik ditinggalkan karena lupa atau karena sengaja…. Sedangkan Imam Ahmad dan Ishaq mengatakan hukumnya wajib, jika ditinggalkan sengaja maka batal shalatnya namun jika karena lupa tidak batal” (Shifatu Shalatin Nabi lit Tharify, 122-123).

Manakah yang lebih utama, membaca salah satu dzikir saja ataukah digabung? Sebagian ulama menganjurkan secara mutlak untuk menggabungkan dzikir-dzikir yang ada. Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma'ad (1/37) menyebutkan:

وكان يقول: (سبحان ربي العظيم) . وتارة يقول مع ذلك، أو مقتصراً عليه: (سبحانك اللهم ربنا! وبحمدك، اللهم! اغفر لي)

“Nabi biasa membaca 'subhaana robbi al 'azhim' dan terkadang dibarengi juga dengan membaca 'subhaanallahumma robbana wabihamdika, allohummaghfirli' atau kadang hanya mencukupkan diri dengan yang pertama” (dinukil dari Ashlu Shifatis Shalat, 2/649).

Imam An Nawawi dalam Al Adzkar mengatakan:

والأفضل أن يجمع بين هذه الأذكار كلها؛ إن تمكن، وكذا ينبغي أن يفعل في أذكار جميع الأبواب

“Yang paling utama adalah menggabungkan dzikir-dzikir tersebut semuanya jika memungkinkan. Hendaknya menerapkan hal ini juga pada dzikir-dzikir yang ada di bab lain”

Namun yang lebih tepat dan lebih utama adalah terkadang membaca dzikir yang A, terkadang membaca yang B, terkadang membaca yang C, dst. Pendapat-pendapat ulama yang menganjurkan digabung dikomentari oleh Allamah Shiddiq Hasan Khan dalam Nazilul Abrar (84) :

يأتي مرة بهذه، وبتلك أخرى. ولا أرى دليلاً على الجمع. وقد كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يجمعها في ركن واحد؛ بل يقول هذا مرة، وهذا مرة، والاتباع خير من الابتداع

“Yang lebih tepat adalah terkadang membaca dzikir yang ini terkadang membaca dzikir yang itu. Saya memandang tidak ada dalil yang mendukung pendapat dianjurkan menggabung. Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam tidak pernah menggabungnya dalam satu rukun, namun beliau terkadang membaca yang ini dan terkadang membaca yang itu. Dan meneladani Nabi lebih baik daripada membuat-buat cara baru” (dinukil dari Ashlu Shifatis Shalat, 2/649).

Dan pendapat Shiddiq Hasan Khan ini juga yang dikuatkan oleh Al Albani rahimahullah.

Selengkapnya: http://muslim.or.id/28953-tata-cara-rukuk-dalam-shalat-2.html

___

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Читать полностью…

Muslim.or.id

Maukah Anda memperoleh KEBERUNTUNGAN yang banyak?

Читать полностью…

Muslim.or.id

MENGAPA MASIH MINTA KEPADA MAKHLUK DALAM BERDOA?

Cobalah merenungkan ayat yang sangat dahsyat penjelasannya berikut ini:

قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلا ضَرًّا إِلاَّ ما شاءَ اللَّهُ

Katakanlah (Muhammad kepada umatmu): “Aku TIDAK memiliki untuk diriku satupun manfaat dan tidak pula satupun mudhorot, kecuali apa yang Allah kehendaki”. (QS. Al-A’rof: 188)

Perhatikanlah dengan mendalam poin-poin yang dikandung ayat ini:

1. Jika Nabi yang paling mulia saja tidak memiliki daya apapun untuk memberikan manfaat ataupun mudhorot, lalu bagaimana dengan orang yang kemuliaannya di bawah beliau?!
2. Jika kepada diri sendiri saja, Beliau tidak mampu memberikan apapun tanpa kehendak Allah, lalu bagaimana akan mampu memberikannya kepada yang lain.
3. Jika hanya satu manfaat saja Beliau tidak mampu berikan, bagaimana Beliau akan mampu memberikan banyak manfaat. Itu tidak mungkin tanpa kehendak Allah.
4. Ayat ini diturunkan kepada Beliau saat masih hidup… Jika saat hidup saja Beliau tidak mampu memberikan manfaat dan mudhorot apapun, lalu bagaimana setelah wafatnya?!
5. Jika semuanya tergantung kehendak Allah, maka mengapa masih menujukan permohonan dan doa kepada yang selain-Nya?!

Sungguh ayat yang sangat agung dalam mementahkan dalih mereka yang masih mendua dalam berdoa, bahkan saat mereka di masjid-masjid Allah.

Ingatlah selalu firman-Nya:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

“Sungguh masjid-masjid itu milik Allah, maka janganlah kalian berdoa (meminta) kepada SIAPAPUN disamping berdoa kepada Allah” (QS. Al-Jin: 18)



Penulis: Ust. Musyafa Ad Darini, MA.

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Читать полностью…

Muslim.or.id

Tawadhu'lah ketika menuntut ilmu!

Читать полностью…

Muslim.or.id

GRUP WHATSAPP TANYA JAWAB ISLAM MUSLIM.OR.ID

Bagi yang ingin mengikuti grup Whatsapp tanya jawab Islam Muslim.or.id kirim pesan WA ke nomor 08562967403 dengan format:

nama_jenis kelamin_usia_kota

QUOTA TERBATAS!

Peraturan grup Muslim.or.id

* Grup ini adalah grup konsultasi syariah, yang tujuan utamanya adalah menampung pertanyaan-pertanyaan dari member seputar hukum Islam. Dan akan dijawab oleh para asatidz dan thullabul ilm yang berkompeten. Insya Allah yang akan menjawab pertanyaan di grup ini adalah:
1. Ustadz Sa'id Abu Ukkasyah
2. Ustadz dr. Adika Mianoki
3. Al Akh Yulian Purnama

* Dilarang berdebat kusir 
* Wajib menerapkan adab-adab dalam bertanya kepada ahli ilmu
* Hendaknya tidak bertanya di waktu yang kurang tepat seperti tengah malam atau ketika waktu shalat
* Hendaknya bersabar jika pertanyaan belum dijawab, insya Allah pertanyaan akan dijawab ketika para asatidz memiliki waktu dan ilmu untuk menjawabnya
* Member dilarang posting apapun di grup ini kecuali pertanyaan
* Untuk postingan selain pertanyaan, hanya berhak dilakukan oleh asatidz dan admin
* Member yang ingin posting selain pertanyaan jika diperlukan, silakan minta izin kepada admin
* Admin tidak menerima permintaan add member baru, karena permintaan member baru mengikuti prosedur yang ada yaitu melalui email
* Pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku akan diberikan peringatan oleh admin, dan bisa berkonsekuensi pengeluaran dari grup

Demikian peraturan untuk grup Muslim.or.id, harap diperhatikan demi kemaslahatan bersama
Baarakallahu fiikum.

Читать полностью…

Muslim.or.id

BEBERAPA ADAB KEPADA ORANG TUA

Berikut ini beberapa adab yang baik dan akhlak yang mulia kepada orang tua:

1. Tidak memandang orang tua dengan pandangan yang tajam atau tidak menyenangkan

2. Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan orang tua

Dalil kedua ada di atas adalah hadits Al Musawwir bin Makhramah radhiallahu’anhu mengenai bagaimana adab para Sahabat Nabi terhadap Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, disebutkan di dalamnya:

وإذا تكَلَّمَ خَفَضُوا أصواتَهم عندَه ، وما يُحِدُّون إليه النظرَ؛ تعظيمًا له

“jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah” (HR. Al Bukhari 2731).

Syaikh Musthafa Al ‘Adawi mengatakan: “setiap adab di atas terdapat dalil yang menunjukkan bahwa adab-adab tersebut merupakan sikap penghormatan”.

Maka dari hadits ini merendahkan suara dan tidak memandang dengan tajam merupakan akhlak yang mulia dan sikap penghormatan yang tentu sangat layak untuk kita terapkan kepada orang tua. Karena merekalah orang yang paling layak mendapatkan perlakuan yang paling baik dari kita. Sebagaimana telah dijelaskan pada materi sebelumnya.

3. Tidak mendahului mereka dalam berkata-kata

Diantara adab yang mulia kepada orang tua adalah tidak mendahului mereka dalam berkata-kata dan mempersilakan serta membiarkan mereka berkata-kata terlebih dahulu hingga selesai. Lihatlah bagaimana Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu menerapkan adab ini. Beliau berkata:

كنَّا عندَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ فأتيَ بِجُمَّارٍ، فقالَ: إنَّ منَ الشَّجرةِ شجَرةً، مثلُها كمَثلِ المسلِمِ ، فأردتُ أن أقولَ: هيَ النَّخلةُ، فإذا أنا أصغرُ القومِ، فسَكتُّ، فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ: هيَ النَّخلةُ

“kami pernah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim 2811).

Ibnu Umar radhiallahu’anhuma melakukan demikian karena adanya para sahabat lain yang lebih tua usianya walau bukan orang tuanya. Maka tentu adab ini lebih layak lagi diterapkan kepada orang tua.

4. Tidak duduk di depan orang tua sedangkan mereka berdiri
Dalilnya hadits Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu:

اشتكى رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فصلينا وراءَه وهو قاعدٌ, وأبو بكرٍ يُسْمِعُ الناسَ تكبيرَه, فالتفتَ إلينا فرآنا قيامًا فأشار إلينا فقعدنا, فصلينا بصلاتِه قعودًا. فلما سلَّمَ قال: إن كدتُم آنفًا لتفعلون فعلَ فارسَ والرومِ, يقومون على ملوكِهم وهم قعودٌ. فلا تفعلوا. ائتموا بأئمَّتِكم. إن صلى قائمًا فصلوا قيامًا وإن صلى قاعدًا فصلوا قعودًا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk” (HR. Muslim, no. 413).

Para ulama mengatakan dilarangnya hal tersebut karena merupakan kebiasaan orang kafir Persia dan Romawi. Maka hendaknya kita menyelisihi mereka.

Selengkapnya:
http://muslim.or.id/27537-beberapa-adab-terhadap-orang-tua.html

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

SUPERMOON TANDA KIAMAT?

Ada pertanyaan yang masuk, apakah tanda kiamat adalah membesarnya bulan? Semisal fenomena supermoon? Jawabannya adalah bulan yang besar seperti supermoon bukanlah tanda kiamat karena supermoon adalah fenomena alami yang berulang sejak dahulu kala, terjadi karena merupakan fase jarak terdekat bumi dengan bulan. Akan tetapi terdapat beberapa hadits yang konteksnya menjelaskan bahwa salah satu tanda kiamat adalah “membesarnya hilal bulan”.

Hadits pertama:

مِن اقْتِرابِ السَّاعَةِ انتِفَاخُ الأهِلَّةِ

“Di antara tanda dekatnya kiamat adalah membesarnya hilal bulan“1.

Hadits kedua:

إن من أمارات الساعة أن يرى الهلال لليلة، فيقال: لليلتين

“Di antara tanda kiamat adalah hilal bulan terlihat pada waktu malam pertama tetapi dikatakan sebagai hilal malam kedua (karena terlihat lebih besar, pent)“2.

Maksud dari hadits ini adalah hilal bulan yaitu munculnya bulan pada pertama kalinya, terlihat membesar sehingga orang yang melihatnya menyangka itu sudah malam kedua. Sebagaimana kita ketahui bahwa bulan akan terlihat semakin membesar dari awal munculnya sampai bulan purnama.

Al-Jazari rahimahullah menjelaskan,

المعنى؛ أي: “عِظمها؟، ورجل منتفخ، ومنفوخ؛ أي: سمين

“Makna hadits yaitu membesarnya (hilal bulan), sebagaimana istilah “rajulun muntafikhun wa manfukh” yaitu laki-laki yang gemuk (membesar)”3.

Dewan Fatwa Islamweb menjelaskan,

ظهور الهلال منتفخاً كبيرا في أول ليلة من الشهر كأنه ابن ليلتين

“Nampaknya hilal mengembang membesar pada malam pertama awal bulan seolah-olah seperti malam kedua”4.

Demikian semoga bermanfaat.

SELENGKAPNYA: http://muslim.or.id/28987-tanda-kiamat-bulan-terlihat-membesar-supermoon.html

_____

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Читать полностью…

Muslim.or.id

IKHLAS DALAM BERAMAL

Diriwayatkan dari Amir al-Mukminin (pemimpin kaum beriman) Abu Hafsh Umar bin al-Khattab radhiyallahu’anhu beliau mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ مانوي . فمن كانت هجرته الي الله ورسوله فهجرته الي الله ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلي ما هاجر إليه

“Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia inginkan.” (HR. Bukhari [Kitab Bad’i al-Wahyi, hadits no. 1, Kitab al-Aiman wa an-Nudzur, hadits no. 6689] dan Muslim [Kitab al-Imarah, hadits no. 1907])

Faedah Hadits

Hadits yang mulia ini menunjukkan bahwa niat merupakan timbangan penentu kesahihan amal. Apabila niatnya baik, maka amal menjadi baik. Apabila niatnya jelek, amalnya pun menjadi jelek (Syarh Arba’in li an-Nawawi, sebagaimana tercantum dalam ad-Durrah as-Salafiyah, hal. 26).

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Bukhari mengawali kitab Sahihnya [Sahih Bukhari] dengan hadits ini dan dia menempatkannya laiknya sebuah khutbah [pembuka] untuk kitab itu. Dengan hal itu seolah-olah dia ingin menyatakan bahwa segala amal yang dilakukan tidak ikhlas karena ingin mencari wajah Allah maka amal itu akan sia-sia, tidak ada hasilnya baik di dunia maupun di akhirat.” (Jami’ al-‘Ulum, hal. 13)

Ibnu as-Sam’ani rahimahullah mengatakan, “Hadits tersebut memberikan faedah bahwa amal-amal non ibadat tidak akan bisa membuahkan pahala kecuali apabila pelakunya meniatkan hal itu dalam rangka mendekatkan diri [kepada Allah]. Seperti contohnya; makan -bisa mendatangkan pahala- apabila diniatkan untuk memperkuat tubuh dalam melaksanakan ketaatan.” (Sebagaimana dinukil oleh al-Hafizh Ibnu Hajar di dalam Fath al-Bari [1/17]. Lihat penjelasan serupa dalam al-Wajiz fi Idhah Qawa’id al-Fiqh al-Kulliyah, hal. 129, ad-Durrah as-Salafiyah, hal. 39-40)

Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan, hadits ini juga merupakan dalil yang menunjukkan tidak bolehnya melakukan suatu amalan sebelum mengetahui hukumnya. Sebab di dalamnya ditegaskan bahwa amalan tidak akan dinilai jika tidak disertai niat [yang benar]. Sementara niat [yang benar] untuk melakukan sesuatu tidak akan benar kecuali setelah mengetahui hukumnya (Fath al-Bari [1/22]).

SELENGKAPNYA: http://muslim.or.id/863-ikhlas-dalam-beramal.html

___

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Читать полностью…

Muslim.or.id

Ketujuh: Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu'anhuma: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa Qunut dengan selama sebulan dan dilakukan berturut-turut pada shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan shalat Shubuh pada setiap raka’at terakhir setelah membaca سمع اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ beliau mendoakan kehancuran bagi Bani Sulaim, Ri’lin, Dzakwan dan Ushayyah. Kemudian orang-orang dibelakangnya mengamini” . Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dengan sanad jayyid. An Nawawi berkata: “Diriwayatkan Abu Dawud dengan sanad hasan dan shahih” [Al Majmu’, 482/3]. Ibnul Qoyyim berkata: “Hadits ini shahih” [Zaadul Ma’ad, 208/1]. Al Albani menghasankan hadits ini [Lihat Shahih Sunan Abi Dawud juz 1443]

Dari beberapa hadits di atas dapat disimpulkan:

Pertama: Disyariatkannya doa Qunut Nazilah saat terjadi musibah. Ibnu Taimiyah berkata: “Dianjurkan berdoa Qunut saat terjadi musibah. Pendapat ini adalah pendapat fuqaha ahli hadits dan didasari oleh riwayat-riwayat dari Khulafa Ur Rasyidin” [Majmu’ Fatawa 108/23]

Kedua: Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melakukan praktek berdoa Qunut Nazilah pada lima shalat waktu. Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan beliau Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa Qunut pada shalat Shubuh, Zhuhur, Maghrib, dan Isya’. Adapun pada shalat Ashar diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad jayyid. Sebagaimana telah lewat penjelasannya.

Ketiga: Kebanyakan riwayat menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam paling sering berdoa Qunut pada shalat Shubuh, setelah itu sering dilakukan pada shalat Maghrib, setelah itu shalat Isya, setelah itu shalat Zhuhur baru kemudian shalat Ashar.

Ibnu Taimiyah berkata: “Disyariatkan doa Qunut saat terjadi musibah pada shalat Shubuh dan shalat wajib yang lain, untuk mendoakan kaum mu’minin dan mendoakan keburukan untuk kaum kuffar. Sebagaimana Umar berdoa Qunut untuk memerangi orang Nashara dengan doa اللهم العن كفرة أهل الكتاب ” [Majmu’ Fatawa 270/22].

Beliau juga berkata: “Doa Qunut paling banyak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pada shalat Shubuh” [Majmu’ Fatawa 269/22]

Ibnul Qoyyim berkata: “Petunjuk Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam berdoa Qunut adalah mengkhususkannya hanya pada saat terjadi musibah dan tidak melakukannya jika tidak ada musibah. Selain itu tidak mengkhususkan pada shalat Shubuh saja, walaupun memang beliau paling sering melakukan pada shalat Shubuh” [Zaadul Ma’ad 273/1].

Keempat: Doa Qunut dilakukan pada raka’at terakhir setelah bangun dari ruku’.

SELENGKAPNYA: http://muslim.or.id/3763-mengkaji-qunut-nazilah.html

___

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Читать полностью…

Muslim.or.id

JALAN KEBENARAN HANYA SATU

Suatu saat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkisah,

خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هذه سبل و عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’ kemudian beliau membaca,

{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}

‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’” ([Al An’am: 153] Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya)

Para imam tafsir menjelaskan bahwa pada ayat ini, Allah Tabaraka wa Ta’ala menggunakan bentuk jamak ketika menyebutkan jalan-jalan yang dilarang manusia mengikutinya, yaitu {السُّبُلَ}, dalam rangka menerangkan cabang-cabang dan banyaknya jalan-jalan kesesatan. Sedangkan pada kata tentang jalan kebenaran, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan bentuk tunggal dalam ayat tersebut, yaitu {سَبِيلِهِ}. karena memang jalan kebenaran itu hanya satu, dan tidak berbilang. (Sittu Duror, hal.52).

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Dan ini disebabkan, karena jalan yang mengantarkan (seseorang) kepada Allah hanyalah satu. Yaitu sesuatu yang dengannya, Allah mengutus para Rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Tiada seorangpun yang dapat sampai kepada-Nya, kecuali melalui jalan ini” (Sittu Duror, hal.53).

Mengenal jalan kebenaran yang satu
Jika Anda ingin tahu apa itu jalan kebenaran yang hanya ada satu tersebut? Jawabannya adalah jalan yang pernah ditempuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, itulah satu-satunya jalan yang bisa mengantarkan seorang hamba kepada Allah Azza wa Jalla. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menjelaskan bahayanya tidak mengetahui jalan kebenaran ini, beliau mengatakan,

الجهل بالطريق و آفاتها و المقصود يوجب التعب الكثير، مع الفائدة القليلة

“Ketidaktahuan terhadap jalan kebenaran ini dan rintangan-rintangannya, serta tidak memahami maksud dan tujuannya, akan menghasilkan kepayahan yang sangat, disamping itu faedah yang didapatkanpun sedikit” (Sittu Duror, hal. 54). Karena begitu pentingnya mengenal jalan kebenaran tersebut, maka mari kita mempelajari jalan kebenaran yang hanya ada satu itu, yang semua kaum muslimin mensepakatinya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan jalan yang lurus tersebut dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِيْ

“Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu. Jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku” (Diriwayatkan Imam Malik dan yang lainnya, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).

Ya, jalan kebenaran yang hanya satu itu adalah jalan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, keduanya adalah jalan yang lurus. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu,

الصِّرَاطُ الْمُستَقـِيْمُ الَّذِي تَرَكَنَا عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ

“Jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditinggalkan Rasulullah untuk kami” (Atsar shahih, dikeluarkan Ath Thabari dan yang lainnya).

SELENGKAPNYA: http://muslim.or.id/25459-jalan-kebenaran-hanya-satu-1.html

____

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Apapun kesibukan kita jangan lupa membaca Al Quran...

Читать полностью…

Muslim.or.id

SEJAHTERA DENGAN TAUHID

Siapapun diantara kita tentu menginginkan negeri yang makmur dan sejahtera serta aman dan sentosa. Mungkinkah itu negara seindah itu terwujud..?

Simak berfirman Allah berikut ini:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al-A’raf: 96)

As-Si’di menjelaskan:

“Allah mengabarkan bahwa sekiranya penduduk suatu negeri beriman dengan hati dan dengan keimanan yang jujur serta dibenarkan oleh perilaku, mereka mengenakan pakaian ketaqwaan pada Allah baik lahir lahir batin juga meninggalkan seluruh apa yang diharamkan Allah, tentu Dia akan membukakan keberkahan-keberkahan langit dan bumi kepada mereka. Allah akan mengirimkan hujan lebat dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan di muka bumi yang dengannya mereka (penduduk negeri) dan hewan-hewan ternak dapat melangsungkan kehidupan dalam kesejahteraan hidup dan kelimpahan rizki, tanpa kesukaran, capek, kepayahan, dan jerih payah.

Akan tetapi mereka enggan beriman, (Maka kami menyiksa mereka disebabkan apa yang mereka lakukan) dengan hukuman berupa musibah, dicabutnya keberkahan dan banyaknya kecelakaan sebagian balasan terhadap sebagian dari perbuatan mereka. Jika tidak, sekiranya mereka disiksa karena seluruh yang mereka lakukan, tentu Allah tidak akan menyisakan satu hewan melata pun di atas permukaan bumi. ”

Apa yang disebutkan syaikh selaras dengan firman Allah yang artinya:

“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan berbuatan mereka, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.’ (QS Fathir: 45))

Allah juga berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ْ

“Telah nampak keruskan di darat dan lautan karena sebab ulah tangan-tangan manusia agar Allah memberi pelajaran (baca: merasakan) pada mereka terhadap sebagian yang mereka lakukan. Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar-Rum; 41)

Syaikhul Islam rahimahullah pernah mengatakan:

قال شيخ الإسلام رحمه الله : ومن تدبر أحوال العالم وجد كل صلاح في الأرض فسببه توحيد الله وعبادته وطاعة رسوله . وكل شر في العالم وفتنة وبلاء وقحط وتسليط عدو وغير ذلك فسببه :مخالفة الرسول والدعوة إلى غير الله .

Siapa saja yang memperhatikan kondisi alam semesta maka ia akan dapati bahwa segala keberkahan yang ada di bumi sebabnya karena:

* Mentauhidkan Allah dan menyembahNya
* Serta mentaati Rasulullah.

Dan setiap kerusakan di alam semesta ini, timbulnya fitnah, bala musibah, kekeringan, penjajahan musuh dan sebagainya itu disebabkan karena:

* Menyelisihi Rasulullah dan
* Berdoa kepada selain Allah.

(Al-Fatawa: 15/ 25)



Penulis: Ust. Aan Chandra Thalib, Lc.

Selengkapnya: http://muslim.or.id/23937-sejahtera-dengan-tauhid.html

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Читать полностью…

Muslim.or.id

INILAH MEREKA YANG TIDAK MENGHORMATI NABI

Di saat Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dilecehkan, dihina direndahkan oleh orang kafir, moment seperti ini dapat dijadikan oleh setiap muslim sebagai sebuah barometer, “Apakah ia seorang muslim yang membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau malah ia seorang yang menghina atau melecehkannya?!?”.

Saudaraku muslim…

Di bawah ini disebutkan tanda-tanda seorang yang menghina, mencela dan tidak menghormati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

1. Mencintai selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan kecintaan yang melebihi cinta kepada beliau.

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ هِشَامٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهْوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِى . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « لاَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ » . فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الآنَ وَاللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ نَفْسِى . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « الآنَ يَا عُمَرُ » .

Artinya: “Abdullah bin Hisyam berkata: Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menggandeng tangan Umar bin Khaththab, lalu Umra berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai darisegala apapun kecuali dari diriku”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak (demikian), demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sampai aku lebih kamu cintai daripada dirimu sendiri”, Umar berkata: Sesungguhnya sekarang demi Allah, sungguh engkau kebih aku cintai sampai dari diriku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Sekarang wahai Umar (benar-benar kamu beriman-pen).” HR. Bukhari.

Siapa yang masih lebih mencintai hartanya dibandingkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, perlu dipertanyakan pembelaannya terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Siapa yang masih lebih mentaati selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, patut dipertanyakan, menungkin meremehkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena ketaatan hasil dari kecintaan.

2. Menjauhi ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, baik secara lahir ataupun batin

Allah Ta’ala berfirman:

{ وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا} [النساء: 115]

Artinya: “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An Nisa’: 115)

Bagaimana sikap Anda terhadap ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam?

Bagaimana keyakinan Anda dibandingkan keyakinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam; Apakah Anda mentauhid Allah semata, tidak mensyirikkan-Nya, tidak percaya terhadap peramal, dukun, jimat, sesajen dan semisalnya

Bagaimana Ibadah Anda dibandingkan dengan Ibadah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam; Apakah shalat Anda mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah dzikir Anda sesuai dengan cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah puasa Anda mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

Bagaimana tingkahlaku dan interaksi Anda mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah Anda pernah berdusta, berbuat zhalim, sombong menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.

Selengkapnya: http://muslim.or.id/10284-inilah-mereka-yang-tidak-menghormati-nabi.html

___

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Читать полностью…

Muslim.or.id

@pustakamuslimjogja

Читать полностью…

Muslim.or.id

WANITA ADALAH UJIAN TERBESAR BAGI LAKI-LAKI

Termasuk dari rahmat-Nya, Allah menciptakan hamparan dunia begitu indah lengkap dengan keragaman muatannya. Menganugerahkan kepada manusia berbagai kekayaan penuh pesona. Anak, istri, harta, tahta, dan dunia seluruhnya begitu menyejukkan mata. Allah berfirman,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآب

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14)

Ayat di atas menjelaskan bahwa mencintai wanita dan dunia adalah fitrah manusia. Seorang laki-laki tidak dilarang mencintai wanita selama aplikasi cintanya tidak melanggar syariat. Seorang manusia tidak dilarang mencintai dunia selama kecintaannya tidak mennjerumuskan kepada maksiat. Namun sadarkah, sejatinya di balik keindahan itu semua adalah fitnah (ujian) untuk manusia?

Para ulama menjelaskan, tatkala Allah menjadikan dunia terlihat indah di mata manusia, ditambah dengan berbagai aksesorisnya yang memikat, mulailah jiwa dan hati condong kepadanya. Dari sini manusia terbagi menjadi dua kubu sesuai dengan pilihannya. Sebagian orang menjadikan seluruh anugerah tesebut sebagai tujuan hidupnya. Seluruh pikiran dan tenaga dikerahkan demi meraihnya, hal itu sampai memalingkan mereka dari ibadah. Akhirnya mereka tidak peduli bagaimana cara mendapatkannya dan untuk apa kegunaannya. Ini adalah golongan orang-orang yang kelak menerima azab yang pedih. Sedangkan golongan yang kedua adalah orang-orang yang sadar bahwa tujuan penciptaan dunia ini adalah untuk menguji manusia, sehingga mereka menjadikannya sarana untuk mencari bekal akhirat. Inilah golongan yang selamat dari fitnah, merekalah yang mendapat rahmat Allah[1].

Wanita, Ujian Terbesar Kaum Laki-laki
Di antara pesan agung yang bisa kita petik dari ayat di atas bahwa wanita, dunia, dan seisinya adalah fitnah (ujian) bagi manusia. Akan tetapi di antara fitnah-fitnah tersebut yang paling besar dan paling dahsyat adalah fitnah wanita. Oleh karena itu Allah menyebut pada urutan yang pertama sebelum menyebut anak-anak, harta, dst. Oleh karena itu pula Imam Ibnu Hajar mengatakan, “Allah menyebut wanita pada urutan yang pertama sebelum menyebut yang lainnya. Ini memberikan sinyal bahwa fitnah wanita adalah induk dari segala fitnah.”

Ungkapan Imam Ibnu Hajar ini selaras dengan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid. Beliau bersabda,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari: 5096 dan Muslim: 2740)

Hadis ini tidak berlebihan. Karena fakta memang telah membuktikan. Meskipun wanita diciptakan dengan kondisi akal yang lemah, namun betapa banyak lelaki yang cerdas, kuat gagah perkasa, dibuat lemah tunduk di bawahnya. Meskipun para wanita diciptakan dengan keterbatasannya, namun betapa banyak para penguasa jatuh tersungkur dalam jeratnya. Meskipun wanita dicipta dengan keterbatasan agama, namun betapa banyak ahli ibadah yang dibuat lalai dari Tuhannya.

Selengkapnya: http://muslim.or.id/19526-wanita-ujian-terbesar-kaum-laki-laki.html

____

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayyaa

Читать полностью…

Muslim.or.id

AKAL DAN AGAMA MANA YANG MENGATAKAN PENGEBOMAN ITU JIHAD?

Orang-orang kafir yang haram untuk dibunuh adalah tiga golongan:

1. Kafir dzimmi (orang kafir yang membayar jizyah/upeti yang dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal di negeri kaum muslimin)
2. Kafir mu’ahad (orang-orang kafir yang telah terjadi kesepakatan antara mereka dan kaum muslimin untuk tidak berperang dalam kurun waktu yang telah disepakati)
3. Kafir musta’man (orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin).
Sedangkan orang kafir selain tiga di atas yaitu kafir harbi, itulah yang boleh diperangi.

Berikut kami tunjukkan beberapa dalil yang menunjukkan haramnya membunuh tiga golongan kafir di atas secara sengaja.

[Larangan membunuh Kafir Dzimmi yang telah menunaikan jizyah]

Allah Ta’ala berfirman,

قَاتِلُوا الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَلا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (Qs. At Taubah: 29)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَتَلَ قَتِيلًا مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ لَمْ يَجِدْ رِيحَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا

“Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. “ (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

[Larangan membunuh Kafir Mu’ahad yang telah membuat kesepakatan untuk tidak berperang]

Al Bukhari membawakan hadits dalam Bab “Dosa orang yang membunuh kafir mu’ahad tanpa melalui jalan yang benar”. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا

“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” (HR. Bukhari no. 3166)

[Larangan Membunuh Kafir Musta’man yang telah mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin]

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْلَمُونَ

“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (Qs. At Taubah: 6)

Dari ‘Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذِمَّةُ الْمُسْلِمِينَ وَاحِدَةٌ يَسْعَى بِهَا أَدْنَاهُمْ

“Dzimmah kaum muslimin itu satu, diusahakan oleh orang yang paling bawah (sekalipun).” (HR. Bukhari dan Muslim)

An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dengan dzimmah dalam hadits di atas adalah jaminam keamanan. Maknanya bahwa jaminan kaum muslimin kepada orang kafir itu adalah sah (diakui). Oleh karena itu, siapa saja yang diberikan jaminan keamanan dari seorang muslim maka haram atas muslim lainnya untuk mengganggunya sepanjang ia masih berada dalam jaminan keamanan.” (Syarh Muslim, 5/34)

Selengkapnya: http://muslim.or.id/1004-akal-dan-agama-mana-yang-mengatakan-ngebom-itu-jihad.html

____

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Читать полностью…

Muslim.or.id

DI SURGA ADA KHOMER, TAPI BEGINI SIFAT-SIFAT KHOMER SURGAWI...

Kita ketahui bersama bahwa khamr dan semua yang memabukkan telah diharamkan oleh Allah di dunia. Allah Ta’ala berfirman:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”” (QS. Al Baqarah: 219)

Ia juga berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS. Al Maidah: 90).

Namun di surga khamr itu menjadi halal, bahkan ada sungai-sungai yang mengalirkan khamr yang lezat yang bebas di minum oleh penghuninya. Allah Ta’ala berfirman:

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ

“perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya..” (QS. Muhammad: 15).

Mengapa khamr dunia diharamkan sedangkan khamr dibolehkan di surga? Ketahuilah, khamr surgawi berbeda dengan khamr di dunia. Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya menjelaskan beberapa sifat khamr surgawi:

1. Tidak mengandung zat yang memabukkan. Sebagaimana firman Allah:

لا فِيهَا غَوْلٌ وَلا هُمْ عَنْهَا يُنزفُونَ

“Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya” (QS. Ash Shaffat: 47)

2. Tidak membuat mabuk dan pusing. Sebagaimana firman Allah:

لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ

“mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk” (QS. Al Waqi’ah: 19)

3. Warnanya putih,

4. Rasanya lezat, sebagaimana firman Allah:

بَيْضَاءَ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ

“warnanya putih dan terasa lezat bagi yang meminumnya” (QS. Ash Shaffat: 46)

5. Bisa didapatkan tanpa perlu memeras, sebagaimana diriwayatkan:

لَمْ تَعْصُرْهَا الرِّجَالُ بِأَقْدَامِهَا

“para lelaki tidak perlu memerasnya dengan kaki-kaki mereka” (HR. Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, beliau mengatakan: ‘hadits ini gharib, seakan-akan dia mursal’).

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah pernah ditanya: “mengapa khamr di dunia di haramkan sedangkan di surga di halalkan?”. Beliau menjawab: “khamr akhirat itu baik tidak memabukkan dan tidak memberi bahaya atau gangguan. Adapun khamr dunia, di dalamnya ada bahaya dan memabukkan serta memberi gangguan. Khamr akhirat tidak mengandung zat yang memabukkan dan tidak membuat mabuk peminumnya, serta tidak membuat gangguan pada akalnya atau bahaya pada badannya. Adapun khamr dunia, dapat mengganggu akal dan badan sekaligus. Dan semua bahaya yang ada pada khamr dunia itu tidak ada pada khamr akhirat”

Selengkapnya: http://muslim.or.id/22647-sifat-sifat-khamr-surgawi.html

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Читать полностью…

Muslim.or.id

NGALAP BERKAH DARI KAIN KISWAH KA'BAH

Ada satu kasus yang membuat geger di Masjidil Haram, yaitu pengguntingan kain kiswah oleh salah seorang ibu, jama’ah Indonesia. Tujuannya sih kata dia, diambil untuk menyembuhkan anaknya. Moga Allah cepat sembuhkan puteranya tersebut. Namun cara yang dilakukan seperti ini keliru karena kain kiswah Ka’bah bukanlah tujuannya untuk dipotong dan dicari berkah seperti itu. Ingatlah bahwa ngalap berkah mesti dengan dalil. Tidak boleh sekedar sangkaan, lantas melakukan seperti itu.

Pahamilah, Keberkahan Hanya dari Allah!
Mencari berkah atau tabaruk adalah meminta kebaikan yang banyak dan meminta tetapnya kebaikan tersebut. Dalam Al Qur’an dan hadits menunjukkan bahwasanya keberkahan hanya berasal dari Allah semata dan tidak ada seorang makhluk pun yang dapat memberikan keberkahan. Allah Ta’ala berfirma,

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

”Allah yang memberikan berkah, telah menurunkan Al Furqaan (yaitu Al Qur’an) kepada hamba-Nya” (QS. Al Furqon: 1), yaitu menunjukkan banyaknya dan tetapnya kebaikan yang Allah berikan kepada hamba-Nya berupa Al Qur’an. Allah juga berfirman,

وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ

”Kami limpahkan keberkahan atasnya dan atas Ishaq” (QS. Ash Shofaat: 113).

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ

“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada” (QS. Maryam: 31). Ayat-ayat yang mulia ini menunjukkan bahwasanya yang memberikan berkah hanyalah Allah. Maka tidak boleh seseorang mengatakan,’Saya memberikan berkah pada perbuatan kalian, sehingga perbuatan tersebut lancar’. Karena berkah, banyaknya kebaikan, dan kelanggengan kebaikan hanya Allah yang mampu memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Adakah Berkah dari Kain Kiswah Ka’bah?
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah. Al Qur’an dan hadits menunjukkan bahwa sesuatu yang Allah halalkan sebagai berkah ada 2 macam yaitu (1) berkah dari tempat dan waktu, dan (2) berkah dari zat manusia.

Berkah yang pertama ini seperti yang Allah berikan pada Baitul Haram (ka’bah) dan sekeliling Baitul Maqdis. Allah Ta’ala berfirman,

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا

”Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami” (QS. Al Isra’: 1). Maksud dari memberkahi tempat tersebut adalah memberikan kebaikan yang banyak dan terus menerus di tempat tersebut, sehingga para hamba-Nya senantiasa ingin dan senang berdo’a di tempat tersebut, untuk memperoleh berkah di dalamnya. Ini bukan berarti -seperti anggapan sebagian kaum muslimin- bahwa seseorang boleh mengusap-ngusap bagian masjid tersebut (seperti dinding) atau kain kiswah Ka’bah untuk mendapatkan berkah yang banyak. Karena berkah dari masjid tersebut bukanlah berkah secara dzatnya, tetapi keberkahannya adalah secara maknawi saja, yaitu keberkahan yang Allah himpun pada bangunan ini yaitu dengan mendatanginya, thowaf di sekeliling ka’bah, dan beribadah di dalamnya yang pahalanya lebih banyak daripada beribadah di masjid lainnya.

Selengkapnya: http://muslim.or.id/20564-ngalap-berkah-dari-kain-kiswah-kabah.html

Channel @muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

QUOTA GRUP TANYA JAWAB MUSLIM OR ID TELAH TERPENUHI

Diharap untuk tidak mengirim pendaftaran lagi.

Semoga dapat memberi manfaat. Insya Allah akan dibuka grup tambahan jika diperlukan dan mempertimbangkan kemampuan asatidz pengampu grup.

Baarakallahu fiikum

-admin-

Читать полностью…

Muslim.or.id

Solusi Masalah Negeri Adalah Mengaji Tauhid? Masak Sih?

Banyak orang yang ragu, bahkan seakan tidak lagi percaya bahwa solusi carut marut negeri kita ialah dengan cara kembali mengaji dan mendalami agama kita, lalu mengamalkan dan mendakwahkannya.

Sampai-sampai banyak orang yang berkata: "lha kalau kita tidak ikut nyebur ke dunia politik, atau ikut memperebutkan kursi yang ada maka orang-orang kafirlah yang akan menguasai negeri kita". "Lha sekarang sudah jungkir balik saja kursih berhasil dikuasai oleh orang kafir, dan cecunguknya".

Betul sobat, gara-gara anda jungkir balik rebutan kursi akhirnya anda lupa bahwa kursi itu sebenarnya milik Allah Ta'ala. Anda kira kursi itu milik rakyat, sampai sampai anda terjerambab dalam kebutaan idiologi sesat: "suara rakyat adalah suara Tuhan".

Karena anda lupa pemilik kursi yang sebenarnya, akhirnya anda hanya berbekalkan otot, sedangkan otot anda tak sekuat otot orang-orang kafir, ya pantas saja anda kalah.

Allah Ta'ala berfirman:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS. Ali Imran 26).

Barang kali anda berkata: "Waah, tambah ngawur saja nih, la kalau kita hanya ngaji dan ngaji, lalu beribadah dan berdoa saja, apa ya mungkin Islam dapat berkuasa? Atau malah sebaliknya, Islam malah tersingkirkan?".

Sobat! Inilah ujian iman yang sebenarnya. Barang kali ini salah satu hikmah yang dapat kita petik dari membaca surat Al Kahfi setiap hari Jum'at. Dalam surat ini dikisahkan bagaimana para pemuda Ashabul Kahfi, yang telah kehabisan akal dan cara untuk bisa mengislamkan ummatnya, hingg akhirnya mereka bersembunyi di dalam suatu gua, dan kemudian mereka tertidur selama 309 tahun .

Dan subhanallah, tatkala mereka terjaga dari tidurnya ternyata kaumnya telah berubah 100 %, mereka semua telah beriman.

Allah Ta'ala juga menceritakan kisah kaumnya Nabi Yunus alaihissalam. Tatkala Nabi Yunus telah merasa kehabisan cara dan asa untuk mengislamkan kaumnya, beliau pergi agar tidak ikut terkena azab, namun subhanallah setelah kepergian beliau, ternyata kaumnya mendapat hidayah dan beriman, sedangkan beliau harus menerima takdir, ditelan ikan besar hingga beberapa saat.

Bagaimana sobat, masih ragu bahwa pemilik kursi yang sebenarnya adalah Allah? mintalah kursi tersebut kepada pemiliknya yang sebenarnya. bagaimana? ya tentu dengan menegakkan iman anda, ibadah anda, rasa cinta anda, rasa takut anda dan pengagungan anda hanya kepada-Nya.

Selengkapnya: http://muslim.or.id/28938-solusi-masalah-negeri-adalah-mengaji-tauhid-masak-sih.html

***

Penulis: Dr. Muhammad Arifin Badri, Lc., MA.,

@muslimorid

Читать полностью…

Muslim.or.id

Pagi Ini

Sleman, 09 Shafar 1438 H.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، وبعد

Semoga Bapak, Ibu dan keluarga dalam keadaan sehat dan senantiasa mendapat limpahan taufik hidayah dari Allaah تعالى.
آمين

Kami informasikan kepada Bapak dan Ibu walimurid bahwa sekolah akan mengadakan kegiatan parenting insya Allah pada :

🔸 Hari/tanggal : Sabtu, 12 Shafar 1438 H/12 November 2016
🔸 Waktu : 08.00 - 11.00 WIB
🔸 Tempat : Mushalla SDIT Yaa Bunayya
🔸 Pengisi materi : Ustadz dr. Raehanul Bahraen (Penggiat Dakwah, dan Ketua YPIA) حفظها الله,
🔸 Tema : Badan Sehat, Belajarpun Giat

Demikian informasi ini Kami sampaikan. Atas perhatian Bapak dan Ibu, Kami ucapkan terimakasih.
جزاكم الله خيرا

والسّلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ttd
Kasek SDIT Yaa Bunayya


:: SDIT Yaa Bunayyaa ::

Beraqidah Shahih, Beramal Shalih dan Berakhlak Mulia
☎ 0274 2921193
💻 www.sdityaabunayya.com
📧 sdityaabunayya.ypia@gmail.com

*Didukung oleh:* Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari (YPIA)

Читать полностью…
Подписаться на канал